You are on page 1of 3

3.

Hipertensi

Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di

atas 140 mmHg dan tekanan diastolic di atas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi

didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolic 90 mmhg

(Smeltzer, 2002).

Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke dan gagal

ginjal. Disebut juga sebagai “pembunuh diam-diam” karena orang dengan hipertensi

sering tidak menampakkan gejala, penyakit ini lebih banyak menyerang wanita dari pada

pria Penyebab hipertensi yaitu gangguan emosi, obesitas, konsumsi alcohol yang

berlebihan dan rangsangan kopi serta obat-obatan yang merangsang dapat berperan disini,

tetapi penyakit ini sangat dipengaruhi factor keturunan (Smeltzer, 2002).

Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan gejala

sampai bertahun-tahun. Gejala, bila ada biasanya menunjukkan kerusakan vaskuler,

dengan manifestasi yang khas sesuai system organ yang divaskularisasi oleh pembuluh

darah yang bersangkutan. penyakit arteri koroner dengan angina adalah gejala yang paling

menyertai hipertensi. Hipertofi ventrikel kiri terjadi sebagai respons peningkatan beban

kerja ventrikel saat dipaksa berkontraksi melawan tekanan sistemik yang meningkat

Tujuan penatalaksanaan medis pada klien hipertensi adalah mencegah

terjadinya mordibitas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan mempertahankan

tekanan darah di bawah 140/90 mmHg. Efek setiap program ditentukan oleh derajat

hipertensi, komplikasi, biaya perawatan, dan kualitas hidup sehubungan dengan terapi.

Menurut Muttaqin, 2009, hal 117 Pada klien dengan hipertensi dapat melakukan tindakan

pencegahan seperti memodifikasi gaya hidup dengan pendekatan nonfarmakologi yang

dapat mengurangi hipertensi, teknik – teknik mengurangi stress, penurunan berat badan,

pembatasan natrium, tembakau, dan alkohol, olah raga/latihan, relaksasi.


4. Rematik

Menurut Isbagio (2004), cakupan pengertian gejala rematik ataupun pegal linu
cukup luas. Nyeri, pembengkakan, kemerahan, gangguan fungsi sendi dan jaringan
sekitarnya termasuk gejala rematik. Semua gangguan pada daerah tulang, sendi, dan otot
disebut rematik yang sebagian besar masyarakat juga menyebutnya pegal linu. Rematik atau
pegal linu juga merupakan penyakit degeneratif yang menyebabkan kerusakan tulang rawan
(kartilago) sendi dan tulang didekatnya, disertai proliferasi dari tulang dan jaringan lunak di
dalam dan sekitar daerah yang terkena (Priyanto, 2009).

Faktor penyebab dari penyakit ini belumdiketahui dengan pasti. Namun, faktor
genetik seperti produk kompleks histokompatibilitas utama kelas II (HLA-DR) dan
beberapa faktor lingkungan diduga berperan dalam timbulnya penyakit ini (Sudoyo, dkk,
2007). Faktor genetik seperti kompleks histokompatibilitas utama kelas II (HLA-DR), dari
beberapa data penelitian menunjukkan bahwa pasien yang mengemban HLA-DR4 memiliki
resiko relatif 4:1 untuk menderita penyakit ini. Rematik/pegal linu pada pasien kembar lebih
sering dijumpai pada kembar monozygotic dibandingkan kembar dizygotic (Sudoyo, dkk,
2007).

Dari berbagai observasi menunjukkan dugaan bahwa hormon seks merupakan


salah satu faktor predisposisi penyakit ini. Hubungan hormon seks dengan rematik/pegal
linu sebagai penyebabnya dapat dilihat dari prevalensi penderitanya yaitu 3 kali lebih
banyak diderita kaum wanita dibandingkan dari kaum pria (Sudoyo, dkk, 2007).

Faktor infeksi sebagai penyebab rematik/pegal linu timbul karena umumnya


onset penyakit ini terjadi secara mendadak dan timbul dengan disertai oleh gambarann
inflamasi yang mencolok. Dengan demikian timbul dugaan kuat bahwa penyakit ini sangat
mungkin disebabkan oleh tercetusnya suatu proses autoimun oleh suatu antigen tunggal atau
beberapa antigen tertentu saja. Agen infeksius yang diduga sebagai penyebabnya adalah
bakteri, mycoplasma, atau virus (Sudoyo, dkk, 2007).

Gejala klinis utama adalah poliartritis yang mengakibatkan terjadinya


kerusakan pada rawan sendi dan tulang disekitarnya. Kerusakan ini terutama mengenai
sendi perifer pada tangan dan kaki yang umumnya bersifat simetris (Sudoyo, dkk, 2007).
Menurut Priyatno (2009) secara umum, manifestasi klinis yang dapat kita lihat, antara lain;
Nyeri sendi, terutama pada saat bergerak. Pada umumnya terjadi pada sendi penopang
beban tubuh, seperti panggul, tulang belakang, dan lutut. Terjadi kemerahan, inflamasi,
nyeri, dan dapat terjadi deformitas (perubahan bentuk). Yang tidak progresif dapat
menyebabkan perubahan cara berjalan. Rasa sakit bertambah hebat terutama pada sendi
pinggul, lutut, dan jari-jari. Saat perpindahan posisi pada persendian bisa terdengar suara
(cracking).

Menurut Priyatno (2009) konsep pengobatan ditujukan untuk konsep


pengobatan dengan menghilangkan gejala inflamasi aktif baik lokal maupun sistemik,
mencegah terjadinya destruksi jaringan, mencegah terjadinya deformitas dan memelihara
fungsi persendian agar tetap dalam keadaan baik, mengembalikan keadaan fungsi organ dan
persendian yang terlibat agar sedapat mungkin menjadi normal kembali. Terapi non-
farmakologi yang dapat dilakukan agar terapi pada rematik/pegal linu efektif, yaitu,
menganjurkan pasien untuk mengurangi berat badan jika kegemukan dan istirahat yang
cukup dan menghindari trauma pada sendi yang berulang.

You might also like