You are on page 1of 5

LAPORAN KASUS

SKABIES

(Penegakan Diagnosis)

Oleh :

Haryogi Maulana

1361050208

Dosen Pembimbing :
dr. Syahfori W. M.Sc, Sp.KK

KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN KULIT & KELAMIN


PERIODE 26 FEBRUARI – 31 MARET 2018
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
2018
SKABIES

(Masalah Diagnosis)

dr. Syahfori W. M.Sc, Sp.KK

Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia, Jakarta

PENDAHULAN

Skabies merupakan penyakit kulit menular yang menyerang manusia dan binatang.
Menurut WHO dikelompokan sebagai water-related disesase. Mempunyai karakteristik keluhan
gatal di daerah sela jari, sikut, ketiak, skrotum, penis, labia, dan areola mamae pada wanita.
Ditemukan juga adanya terowongan akibat aktifitas parasit disertai eskoriasi dan eksim.
Penyebabnya adalah Sarcoptes scabiei, yaitu kutu parasit yang mampu menggali terowongan di
kulit dan menyebabkan rasa gatal. Parasit berwarna putih, tanpa mata, tembus cahaya, dan
berbentuk oval dengan 4 pasang kaki gemuk dan pendek. Ukuran parasit betina 0,4 x 0,3 mm dan
yang jantan dengan ukuran sedikit lebih kecil bisa di lihat dengan mata telanjang. Parasit ini tidak
dapat terbang maupun melompat.1

Skabies merupakan masalah yang mendunia dan mengenai seluruh usia, ras, dan tingkat
sosial ekonomi. Mempunyai prevalensi yang sangat bervariasi. Pada negara yang kurang
berkembang dapat mencapai 4% sampai 100% dari populasi umum.1

Tujuan laporan kasus ini adalah untuk menambah wawasan mengenai penyakit skabies.
Pembahasan ditekankan padan penegakan diagnosis.

KASUS

Seorang anak berumur 3 tahun, belum sekolah, bertempat tinggal di Bogor, datang bersama
ibunya berobat ke datang ke bagian Poli Penyakit Kulit dan Kelamin Klinik Sejahtera Ciracas pada
tanggal 16 Maret 2018, dengan keluhan utama berupa gatal-gatal pada ujung penis juga bagian
lateral penis, gluteus dan sela jari-jari namun tidak terlalu gatal pada bagian ini.
Sejak kira-kira 1 bulan yang lalu pasien terasa gatal-gatal terutama pada daerah penis dan
mengeluhkan terus menerus dan bertambah parah pada saat malam hari dan mengganggu aktivitas.
Demam dan nyeri disangkal. Ibu pasien pernah membawa anaknya ke Poli Anak Klinik Sejahtera
Ciracas kira-kira 3 minggu yang lalu dan diberi obat namun ia tidak ingat obat apa saja yang di
berikan juga keluhan tidak ada perubahan ataupun perbaikan.

Ibu pasien menyampaikan bahwa memandikan anaknya teratur 1x/hari, tidak ada keluhan
yang sama pada keluarga ataupun teman-temannya, rutin mengganti seprei kasur setiap seminggu
sekali. Ibu pasien juga menyampaikan bahwa sang anak tidak mempunyai riwayat alergi terhadap
obat ataupun makanan tertentu. Ibu memandikan pasien biasanya dengan sabun Detol setiap hari.
Pasien mencuci pakaian memakai sabun cuci dengan merk yang sama yaitu Attack. Sebelumnya
belum pernah seperti ini dan mengira bahwa ini hanya sekedar gatal-gatal biasa hingga pada
akhirnya terjadi perubahan warna dan tekstur kulit pada bagian yang dikeluhkan.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, kesadaran kompos mentis, tanda
vital dalam batas normal, kelenjar getah bening dalam batas normal. Status dermatologis pada
regio frenulum preputii penis tampak makula eritem disertai papul multipel tersebar diskret. Tidak
ada keluhan pada region lainnya.

Kasus ini didiagnosis banding dengan dermatitis kontak iritan dan hipersentifitas terhadap
ggitan serangga. Untuk menyingkirkan diagnosis banding, dilakukan beberapa pemeriksaan
anamnesis dan fisik. Pada anamnesis dikeluhkan bahwa gatal menjadi lebih hebat yang merupakan
ciri khas dari penyakit skabies. Pada pemeriksaan fisik ditemukan pada regio frenulum preputii
tampak makula eritem dengan batas tegas disertai papul multipel tersebar diskret. Pada regio
korpus penis tampak papul eritem batas tegas. Pada regio lumbalis sampai gluteus tampak papul
multipel dengan tepi aktif bentuk tidak beraturan penyebaran diskret.

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien didiagnosis kerja sebagai skabies.

PEMBAHASAN

Sarcoptes scabiei, kutu parasit yang mampu menggali terowongan di kulit dan
menyebabkan rasa gatal. Scabies ditularkan secara langsung dari orang ke orang melalui kontak
langsung. Masa inkubasi 4-6 minggu. Jenis yang berat adalah scabies berkrusta (crusted scabies),
dulu disebut Norwegian scabies, biasanya terjadi pada pasien dengan imunokompremais.1,2
Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemik skabies. Banyak faktor yang
menunjang perkembangan penyakit ini, antara lain sosial ekonomi yang rendah, higenitas yang
buruk, hubungan seksual berifat promiskuitasm kesalahan diagnosis, dan perkembangan
dermografik serta etiologik. Penyakit ini dapat dimasukkan dalam infeksi menular seksual.
Biasanya pasien mengeluh gatal pada lesi kulit, terutama pada malam hari dengan gejala klinis
biasanya timbul mendadak dan krusta dan eskoriasi akibat dari garukan yang dilakukan oleh
pasien. Kadang juga dapat timbul papul-papul di sekitarnya.3

Pada kasus ini, faktor predisposisi yang memungkinkan adalah pasien tertular akibat
lingkungannya karena di keluarga pasien tidak ada yang mengeluhkan keluhan yang sama. Gejala
klinis, pada regio frenulum preputii tampak makula eritem dengan batas tegas disertai papul
multipel yang tersebar diskret. Didapati juga pada regio korpus penis tampak papul eritem batas
tegas. Pada regio lumbalis sampai gluteus tampak papul multipel dengan tepi aktif bentuk tidak
beraturan penyebaran diskret. Penyakit dermatitis kontak iritan merupakan penyakit yang dapat
terjadi pada seluruh usia dan jenis kelamin. Gejala klinis yang muncul juga mirip yaitu eritema,
papul, dan keluhan gatal-gatal.1 Karena dalam kasus ini pasien tidak tahu bagaimana dapat muncul
keluhan, dermatitis kontak dapat tersingkirkan dari lamanya keluhan yang dirasa dan juga
ditemukannya terowongan yang diciptakan oleh kutu skabies. Lokasi yang terkena tergantung dari
bagian mana yang terkena paparan langsung oleh bahan iritan.

Hipersensitivitas terhadap gigitan serangga merupakan penyakit yang disebabkan oleh


gigitan serangga yang mengandung toksin sehingga dapat menyebabkan reaksi hipersentivitas
yaitu keluhan gatal-gatal. Gejala klinis yang muncul pada umumnya erupsi kulit berupa makula
eritem, papul, nodus, urtikaria papular, nodus, bula, prurigo. Lokasi yang terkena adalah lokasi
yang terkontak langsung, tersengat, dan tergigit oleh serangga tersebut. Sebagian besar reaksi ini
meninggalkan bercak kehitaman yang cenderung menetap dan infeksi sekunder dapat
meniinggalkan sikatriks.1
RANGKUMAN

Dilaporkan satu kasus skabies pada seorang anak berusia 3 tahun. Diagnosis kerja
ditegakan berdasarkan anamnesis ada keluhan gatal-gatal yang bertambah parah pada malam hari,
manifestasi klinis berupa makula eritem diserta papul multipel diskret dengan batas tegas didukung
dengan adanya temuan terowongan pada sela jari dan penis. Kelemahan laporan kasus ini adalah
tidak dilakukan pemeriksaan kerok, identifikasi parasit, untuk meyakinkan bahwa terdapat kutu
parasit skabies dan tes tempel untuk menyingkirkan diagnosis banding dermatitis kontak iritan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Fitzpatrick TB. Dermatology in General Medicine Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI,
Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ, editors. New York: The McGraw Hill Companies;
2012.
2. Camaro L, Reales E. Scabies. Instituto de Biomedicina. JAAD May 2015:72(5).
3. Corinna D, Stefanie R, Cord S, et al. The Treatment of Scabies. Dtsch Arztebl Int 2016
Nov; 113(45): 757-762.

You might also like