You are on page 1of 11

Batuan beku adalah batuan yang terjadi dari pembekuan larutan silikat cair liat , pijar, bersifat

mudah bergerak yang kita kenal dengan nama magma. Penggolongan batuan beku dapat didasarkan
kepada 3 patokan utama, yaitu berdasarkan genetik batuan, berdasarkan senyawa kimia yang
terkandung dan berdasarkan susunan mineraloginya.

Batuan Beku Ekstrusi

Batuan beku sebagai hasil pembekuan magma yang keluar di atas permukaan bumi baik di darat
maupun di bawah muka air laut. Pada saat mengalir di permukaan masa tersebut membeku relatif
cepat dengan melepaskan kandungan gasnya. Oleh karena itu sering memperlihatkan struktur aliran
dan banyak lubang gasnya (vesikuler).

Batuan Beku Intrusi

Batuan hasil pembekuan magma di bawah permukaan bumi. Ukuran mineralnya kasar, > 1 mm
atau 5 mm.
KOMPOSISI MINERAL
Menurut Walker T. Huang, 1962, komposisi mineral dikelompokkan menjadi tiga kelompok mineral
yaitu :

A. Mineral Utama

Mineral-mineral ini terbentuk langsung dari kristalisasi magma dan kehadirannya sangat
menentukkan dalam penamaan batuan.

1. Mineral felsic ( mineral berwarna terang dengan densitas rata-rata 2,5 - 2,7 ), yaitu :

- Kwarsa ( SiO2 )

- Kelompok feldspar, terdiri dari seri feldspar alkali (K, Na) ALSi3O8. Seri feldspar alkali terdiri dari
sanidin, orthoklas, anorthoklas, adularia dan mikrolin. Seri plagioklas terdiri dari albit, oligoklas,
andesin, labradorit, biwtonit dan anortit.

- Kelompok feldspartoid (Na, K Alumina silika), terdiri dari nefelin, sodalit, leusit.

2. Mineral mafik (mineral-mineral feromagnesia dengan warna gelap dan densitas rata-rata 3,0 -
3,6), yaitu :

- Kelompok olivin, terdiri dari Fayalite dan Forsterite

- Kelompok piroksen, terdiri dari Enstatite, Hiperstein, Augit, Pigeonit, Diopsid.

- Kelompok mika, terdiri dari Biotit, Muscovit, Plogopit.

- Kelompok Amphibole, terdiri dari Anthofilit, Cumingtonit, Hornblende, Rieberkit,


Tremolit, Aktinolite, Glaukofan, dll.

B. Mineral Sekunder

Merupakan mineral-mineral ubahan dari mineral utama, dapat dari hasil pelapukan, hidrotermal
maupun metamorfisma terhadap mineral-mineral utama. Dengan demikian mineral-mineral ini tidak
ada hubungannya dengan pembekuan magma (non pirogenetik).

Mineral sekunder terdiri dari :

- Kelompok kalsit (kalsit, dolomit, magnesit, siderit), dapat terbentuk dari hasil ubahan mineral
plagioklas.

- Kelompok serpentin (antigorit dan krisotil), umumnya terbentuk dari hasil ubahan mineral mafik
(terutama kelompok olivin dan piroksen).

- Kelompok klorit (proktor, penin, talk), umumnya terbentuk dari hasil ubahan mineral kelompok
plagioklas.

- Kelompok serisit sebagai ubahan mineral plagioklas.

- Kelompok kaolin (kaolin, hallosyte), umumnya ditemukan sebagai hasil pelapukan batuan beku.

C. Mineral Tambahan (Accesory Mineral)

Merupakan mineral-mineral yang terbentuk pada kristalisasi magma, umumnya dalam jumlah
sedikit. Termasuk dalam golongan ini antara lain :

- Hematite, Kromit, Muscovit, Rutile, Magnetit, Zeolit, Apatit dan lain-lain.

1. batuan beku mineral ringan, biasanya berwarna terang, mudah pecah, dan banyak mengandung
silikat sehingga bersifat asam

2. batuan beku mineral berat, biasanya berwarna gelap, sukar pecah dan kandungan silikatnya
sedikit sehingga termasuk batuan bersifat basa

Simak lebih lanjut di Brainly.co.id - https://brainly.co.id/tugas/5168005#readmore

Petrologi Batuan Beku

Posted August 13, 2009


Filed under: Catatan Kuliah |
1. Pendahuluan

Batuan beku adalah batuan yang terbentuk langsung dari pembekuan magma. Proses
pembekuan tersebut merupakan proses perubahan fase dari cair menjadi padat. Pembekuan
magma akan menghasilkan kristal-kristal mineral primer ataupun gelas. Proses pembekuan
magma akan sangat berpengaruh terhadap tekstur dan struktur primer batuan sedangkan
komposisi batuan sangat dipengaruhi oleh sifat magma sel.

Pada saat penurunan suhu akan melewati tahapan perubahan fase cair ke padat. Apabila pada
saat itu terdapat cukup energi pembentukan kristal maka akan terbentuk kristal-kristal
mineral berukuran besar sedangkan bila energi pembentukan rendah akan terbentuk kristal
yang berukuran halus. Bila pendinginan berlangsung sangat cepat maka kristal tidak
terbentuk dan cairan magma membeku menjadi gelas.

Pada batuan beku, mineral yang sering dijumpai dapat dibedakan menjadi dua kelompok
yaitu :

1. 1. Mineral asam / felsic minerals

Mineral-mineral ini umumnya berwarna cerah karena tersusun atas silika dan alumni, seperti
: kuarsa, ortoklas, plagioklas, muskovit.

1. 2. Mineral basa / mafic minerals

Mineral-mineral ini umumnya berwarna gelap karena tersusun atas unsur-unsur besi,
magnesium, kalsium, seperti : olivin, piroksen, hornblende, biotit. Mineral-mineral ini berada
pada jalur kiri dari seri Bowen.

Setiap mineral memiliki kondisi tertentu pada saat mengkristal. Mineral-mineral mafik
umumnya mengkristal pada suhu yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan mineral
felsik. Secara sederhana dapat dilihat pada Bowen Reaction Series.

Mineral yang terbentuk pertama kali adalah mineral yang sangat labil dan mudah berubah
menjadi mineral lain. Mineral yang dibentuk pada temperatur rendah adalah mineral yang
relatif stabil. Pada jalur sebelah kiri, yang terbentuk pertama kali adalah olivin sedangkan
mineral yang terbentuk terakhir adalah biotit.

Mineral-mineral pada bagian kanan diwakili oleh kelompok plagioklas karena kelompok
mineral ini paling banyak dijumpai. Yang terbentuk pertama kali pada suhu tinggi adalah
calcic plagioclase (bytownit), sedangkan pada suhu rendah terbentuk alcalic plagioclase
(oligoklas). Mineral-mineral sebelah kanan dan kiri bertemu dalam bentuk potasium feldsfar
kemudian menerus ke muskovit dan berakhir dalam bentuk kuarsa sebagai mineral yang
paling stabil.

Proses Kristalisasi Magma

Karena magma merupakan cairan yang panas, maka ion-ion yang menyusun magma akan
bergerak bebas tak beraturan. Sebaliknya pada saat magma mengalami pendinginan,
pergerakan ion-ion yang tidak beraturan ini akan menurun, dan ion-ion akan mulai mengatur
dirinya menyusun bentuk yang teratur. Proses inilah yang disebut kristalisasi. Pada proses ini
yang merupakan kebalikan dari proses pencairan, ion-ion akan saling mengikat satu dengan
yang lainnya dan melepaskan kebebasan untuk bergerak. Ion-ion tersebut akan membentuk
ikatan kimia dan membentuk kristal yang teratur. Pada umumnya material yang menyusun
magma tidak membeku pada waktu yang bersamaan.

Kecepatan pendinginan magma akan sangat berpengaruh terhadap proses kristalisasi,


terutama pada ukuran kristal. Apabila pendinginan magma berlangsung dengan lambat, ion-
ion mempunyai kesempatan untuk mengembangkan dirinya, sehingga akan menghasilkan
bentuk kristal yang besar. Sebaliknya pada pendinginan yang cepat, ion-ion tersebut tidak
mempunyai kesempatan bagi ion untuk membentuk kristal, sehingga hasil pembekuannya
akan menghasilkan atom yang tidak beraturan (hablur), yang dinamakan dengan mineral
gelas (glass).

Pada saat magma mengalami pendinginan, atom-atom oksigen dan silikon akan saling
mengikat pertama kali untuk membentuk tetrahedra oksigen-silikon. Kemudian tetahedra-
tetahedra oksigen-silikon tersebut akan saling bergabung dan dengan ion-ion lainnya akan
membentuk inti kristal dan bermacam mineral silikat. Tiap inti kristal akan tumbuh dan
membentuk jaringan kristalin yang tidak berubah. Mineral yang menyusun magma tidak
terbentuk pada waktu yang bersamaan atau pada kondisi yang sama. Mineral tertentu akan
mengkristal pada temperatur yang lebih tinggi dari mineral lainnya, sehingga kadang-kadang
magma mengandung kristal-kristal padat yang dikelilingi oleh material yang masih cair.
Komposisi dari magma dan jumlah kandungan bahan volatil juga mempengaruhi proses
kristalisasi. Karena magma dibedakan dari faktor-faktor tersebut, maka penampakan fisik dan
komposisi mineral batuan beku sangat bervariasi. Dari hal tersebut, maka penggolongan
(klasifikasi) batuan beku dapat didasarkan pada faktor-faktor tersebut di atas. Kondisi
lingkungan pada saat kristalisasi dapat diperkirakan dari sifat dan susunan dari butiran
mineral yang biasa disebut sebagai tekstur. Jadi klasifikasi batuan beku sering didasarkan
pada tekstur dan komposisi mineralnya.

2. Pembagian Batuan Beku

2.1 Pembagian Secara Genetika

Pembagian batuan beku secara genetika didasarkan pada tempat terbentuknya. Batuan beku
berdasarkan genesa dapat dibedakan menjadi :

1. Batuan Beku intrusif (membeku di bawah permukaan bumi)


2. Batuan Beku ekstrusif (membeku di permukaan bumi)

Selain itu batuan beku juga dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu :

1. Batuan beku volkanik yang merupakan hasil proses volkanisme, produknya biasanya
mempunyai ukuran kristal yang relatif halus karena membeku di permukaan atau dekat
dengan permukaan bumi. Batuan beku vulkanik dibagi menjadi batuan vulkanik intrusif,
batuan volkanik ekstrusif yang sering disebut batuan beku fragmental dan batuan vulkanik
efusi seperti aliran lava.
2. Batuan beku dalam (plutonik atau intrusif) terbentuk dari proses pembekuan magma yang
jauh di dalam bumi mempunyai kristal yang berukuran kasar.
3. Batuan beku hipabisal yang merupakan produk intrusi minor, mempunyai kristal berukuran
sedang atau percampuran antara halus dan kasar.

Pembagian Berdasar Komposisi Kimia

Dasar pembagian ini biasanya adalah kandungan oksida tertentu dalam batuan seperti
kandungan silika dan kandungan mineral mafik (Thorpe & Brown, 1985).

Tabel 1.1. Penamaan batuan berdasarkan kandungan silika

Nama Batuan Kandungan Silika


Batuan Beku Asam > 66%

Batuan Beku Intermediet 52 – 66%

Batuan Beku Basa 45 – 52%

Batuan Beku Ultra Basa < 45%

Tabel 1.2. Penamaan batuan berdasarkan kandungan mineral mafik


Nama Batuan Kandungan Silika

Leucocratic 0 – 33 %

Mesocratic 34 – 66 %

Melanocratic 67 – 100 %

Berdasarkan kandungan kuarsa, alkali feldspar dan feldspatoid :

a) Batuan felsik : dominan felsik mineral, biasanya berwarna cerah.

b) Batuan mafik : dominan mineral mafik, biasanya berwarna gelap.

c) Batuan ultramafik : 90% terdiri dari mineral mafik.

Pembagian Secara Mineralogi

Salah satu kelemahan dari pembagian secara kimia adalah analisa yang sulit dan memakan
waktu lama. Karena itu sebagian besar klasifikasi batuan beku menggunakan dasar komposisi
mineral pembentuknya. Sebenarnya analisa kimia dan mineralogi berhubungan erat, seperti
yang ditunjukkan pada daftar nilai kesetaraan SiO2 (%) dalam mineral berikut :

 Felsic minerals : quartz, 100 : alkali feldspars, 64-66; oligoclase, 62; andesin, 59-60;
labradorite, 52-53; dll.
 Mafic minerals : hornblende, 42-50; biotite, 35-38; augite, 47-51; magnesium & diopsidic
piroxene; dll.

Degan melihat komposisi mineral dan teksturnya, dapat diketahui jenis magma asal, tempat
pembentukan, pendugaan temperatur pembentukan dll.

(Tim Asisten Praktikum Petrologi, 2006)

2.2 Batuan Beku Non Fragmental.

Pada umumnya batuan beku non fragmental berupa batuan beku intrusif ataupun aliran lava
yang tersusun atas kristal-kristal mineral. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam
deskripsi adalah :

 Warna
 Struktur
 Tekstur
 Bentuk
 Komposisi Mineral

2.2.1 Warna Batuan

Warna batuan beku berkaitan erat dengan komposisi mineral penyusunnya. Mineral penyusun
batuan tersebut sangat dipengaruhi oleh komposisi magma asalnya, sehingga dari warna
dapat diketahui jenis magma pembentuknya, kecuali untuk batuan yang mempunyai tekstur
gelasan.

 § Batuan beku yang berwarna cerah umumnya adalah batuan beku asam yang tersusun atas
mineral-mineral felsik misalnya kuarsa, potas feldspar, muskovit.
 § Batuan beku yang berwarna gelap sampai hitamnya umumnya adalah batuan beku
intermediet dimana jumlah mineral felsik dan mafiknya hampir sama banyak.
 § Batuan beku yang berwarna hitam kehijauan umumnya adalah batuan beku basa dengan
mineral penyusun dominan adalah mineral-mineral mafik.
 § Batuan beku yang berwarna hijau kelam dan biasanya monomineralik disebut batuan beku
ultrabasa dengan komposisi hampir seluruhnya mineral mafik.

2.2.2 Struktur Batuan

Struktur adalah penampakan hubungan antar bagian-bagian batuan yang berbeda. Pengertian
struktur pada batuan beku biasanya mengacu pada pengamatan dalam skala besar atau
singkapan di lapangan. Pada bekuan beku, struktur yang sering ditemukan adalah :

 § Masif : Bila batuan pejal, tanpa retakan ataupun lubang-lubang gas.


 § Jointing : Bila batuan tampak mempunyai retakan-retakan. Penampakan ini akan mudah
diamati pada singkapan di lapangan.
 § Vesikuler : Dicirikan dengan adanya lubang-lubang gas. Struktur ini dibagi lagi menjadi tiga,
yaitu :

a) Skoriaan, bila lubang-lubang gas tidak saling berhubungan.

b) Pumisan, bila lubang-lubang gas saling berhubungan.

c) Aliran, bila ada penampakan aliran dari kristal-kristal maupun lubang-lubang gas.

 § Amigdaloidal : Bila lubang-lubang gas telah terisi oleh mineral-mineral sekunder.

2.2.3 Tekstur Batuan

Pengertian tekstur dalam batuan beku mengacu pada penampakan butir-butir mineral di
dalamnya, yang meliputi tingkat kristalisasi, ukuran butir, bentuk butir, granularitas dan
hubungan antar butir (fabric). Jika warna batuan berkaitan erat dengan komposisi kimia dan
mineralogi, maka tekstur berhubungan dengan sejarah pembentukan dan keterdapatannya.
Tekstur merupakan hasil dari rangkaian proses sebelum, selama dan sesudah kristalisasi.
Pengamatan tekstur meliputi:

 § Tingkat Kristalisasi

Tingkat kristalisasi pada batuan beku tergantung dari proses pembekuan itu sendiri. Bila
pembekuan berlangsung lambat maka akan terdapat cukup energi pertumbuhan kristal pada
saat melewati perubahan dari fase cair ke fase padat sehingga akan terbentuk kristal-kristal
yang berukuran besar. Bila penurunan suhu relatif cepat maka kristal yang dihasilkan kecil-
kecil dan tidak sempurna. Apabila pembekuan magma terjadi sangat cepat maka kristl tidak
akan terbentuk karena tidak ada energi yang cukup untuk pengintian dan pertumbuhan kristal
sehingga akan dihasilkan gelas.
Tingkat kristalisasi batuan beku dapat dibagi menjadi :

1. Holokristalin, jika mineral dalam batuan semua berbentuk kristal.


2. Hipokristalin, jika sebagian berbentuk kristal sedangkan yang lain berbentuk mineral gelas.
3. Holohyalin, hampir seluruh mineral terdiri dari gelas. Pengertian gelas disini adalah mineral
yang tidak mengkristal atau amorf.

 § Ukuran Kristal

Ukuran kristal merupakan sifat tekstural yang mudah dikenali. Ukuran kristal dapat
menunjukkan tingkat kristalisasi pada batuan.

Tabel 1.3.isaran harga ukuran kristal dari berbagai sumber

Cox, Price, Harte W.T.G Heinric


Halus <1 mm <1 mm <1 mm

Sedang 1 – 5 mm 1 – 5 mm 1 – 10 mm

Kasar > 5 mm 5 – 30 mm 10 – 30 mm

Sangat Kasar > 30 mm > 30 mm

 § Granularitas

Dalam Batuan beku, granularitas menyangkut derajat kesamaan ukuran butir dari kristal
penyusun batuan.

Pada batuan beku non-fragmental, granularitasdapat dibagi menjadi beberapa macam, yaitu :

1. Equigranular

Disebut equigranular apabila memiliki ukuran butir yang seragam. Tekstur equigranular
dibagi lagi menjadi:

1. Fanerik granular. Bila mineral kristal mineral dapat dibedakan dengan mata telanjang dan
berukuran seragam. Contoh : granit, gabbro.
2. Afanitik. Apabila kristal mineral sangat halus sehingga tidak dapat dibedakkan dengan mata
telanjang. Contoh : basalt.

2. Inequigranular

Disebut inequigranular bila ukuran krisral pembentuknya tidak seragam. Tekstur ini dibagi
menjadi:

1. Faneroporfiritik. Bila kristal mineral yang besar (fenokris) dikelilingi kristal mineral yang lebih
kecil (massa dasar) dan dapat dikenali dengan mata telanjang. Contoh : diorit porfir.
2. Porfiroafanitik. Bila fenokris dikelilingi oleh masa dasar yang afanitik. Contoh : andesit porfir.
3. Gelasan (glassy)

Batuan beku dikatakan memiliki tekstur gelasan apabila semuanya tersusun atas gelas.

Antara fenokris dan massa dasar terdapat perbedaan ukuran butir yang menyolok.

 Fenokris : Mineral yang ukuran butirnya jauh lebih besar dari mineral lainnya.Biasanya
merupakan mineral sulung, dengan bentuk subhedral hingga euhedral.
 Massa dasar : Mineral-mineral kecil yang berada di sekitar fenokris.

2.3.4 Bentuk Kristal

Untuk kristal yang mempunyai ukuran cukup besar dapat dilihat kesempurnaan bentuk
kristalnya. Hal ini dapat memberi gambaran mengenai proses kristalisasi mineral pembentuk
batuan. Bentuk kristal dibedakan menjadi:

a) Euhedral : Apabila bentuk kristal sempurna dan dibatasi oeh bidang yang jelas.

b) Subhedral : Apabila bentuk kristal tidak sempurna dan hanya sebagian saja yang dibatasi
bidan kristal.

c) Anhedral : Apabila bidang batas tidak jelas.

2.3.5 Komposisi Mineral

Berdasarkan mineral penyusunnya batuan beku dapat dibedakan menjadi empat, yaitu :

 Kelompok Granit – Rhyolit

Berasal dari magma yang bersifat asam, tersusun oleh mineral kuarsa, ortoklas, plagioklas
Na, terkadang terdapat hornblende, biotit, muskovit dalam jumlah kecil.

 Kelompok Diorit – Andesit

Berasal dari magma yang bersifat intermediet, terusun oleh mineral plagiokklas, hornblende,
piroksen, dan kuarsa biotit, ortoklas dalam jumlah kecil.

 Kelompok Gabbro – Basalt

Tersusun dari magma basa dan terdiri dari mineral-mineral olivin, plagioklas Ca, piroksen
dan hornblende.

 Kelompok UltraBasa

Terutama tersusun oleh olivin, dan piroksen. Minera lain yang mungkin adalah plagioklas Ca
dalam jumlah sangat kecil.

2.3.6 Identifikasi Mineral


Identifikasi mineral merupakan salah satu bagian terpenting dari deskripsi batuan beku
karena identifikaasi tersebut dapat diungkap berbagai hal seperti kondisi temperatur, tempat
pembentukan, sifat magma asal dan lain-lain.

Di dalam batuan beku dikenal status mineral dalam batuan, yaitu:

1. Mineral Primer, merupakan hasil pertama dari proses pembentukan batuan beku. Mineral
utama terdiri dari :

 Mineral utama ( essential minerals) : mineral yang jumlahnya cukup banyak (>10%). Mineral
ini sangat penting untuk dikenali karena menentukan nama batuan.
 Mineral tambahan (accesory minerals) : Mineral yang jumlahnya sedikit (<10%) dan tidak
menentukan nama batuan.

1. Mineral sekunder, merupakan mineral hasil perubahan (altersi) dari mineral primer.

Beberapa hal yang harus diidentifikai dari mineral adalah:

~ Warna Mineral

Dapat mencerminkan komposisi mineralnya. Contohnya senyawa silikat dari alkali dan alkali
tanah (Na, Ca, K, dll) memberikan warna yang terang pada mineralnya.

~ Kilap

Merupakan kenampkaan mineral jika dikenai cahaya. Dalam mineralogi dikenal kilap logam
dan non-logam. Kilap non –logam terbagi atas:

ü Kilap Intan

ü Kilap tanah. Contoh : kaolin, limonit.

ü Kilap kaca. Contoh : kalsit, kuarsa.

ü Kilap mutiara. Contoh : opal, serpentin.

ü Kilap damar. Contoh : sphalerit.

ü Kilap sutera. Contoh : asbes.

~ Kekerasan

Merupakan tingkat resistensi terhadap goresan. Beberapa mineral telah dijadikan skala
kekerasan dalam skala mohs. Kekerasan relatif mineral relatif mineral ditentukan dengan
membandingkan terhadap mineral pada skala mohs.

~ Cerat

Adalah warna mineral dalam bentuk serbuk. Cerat dapat sama atau berbeda dengan warna
mineral.
~ Belahan

Kecenderungan mineral untuk membelah pada satu arah atau lebih tertentu sevagai bidang
dengan permukaan rata.

~ Pecahan

Kecenderungan untuk terpisah dalam arah yang tak beraturan. Macamnya:

ü Konkoidal, kenampakan seperti pecahan botol. (kuarsa)

ü Fibrous, kenampakan berserat. (asbes, augit)

ü Even, bidang pecahan halus. (mineral lempung)

ü Uneven, bidang pecahan kasar. (magnetiti, garnet)

ü Hackly, bidang pecahan runcing. (mineral logam)

2.3 Batuan Beku Fragmental

Batuan beku fragmental juga dikenal dengan batuan piroklastik (pyro = api, clastics = butiran
/ pecahan) yang merupakan bagian dari batun volkanik. Batuan fragamental ini secara khusus
terbentuk oleh proses vulkanisme yang eksplosif (letusan). Bahan=-bahan yang dikeluarkan
dari pusat erupsi kemudian mengalami lithifikasi sebelum dan sesudah mengalami
perombakan oleh air atau es.

Secara genetik batuan beku fragmental dapat dibagi menjadi 4 tipe utama, yaitu :

1. Endapan Jatuhan Piroklastik (Pyroclastics Fall Deposits)


2. Endapan Aliran Piroclastik (Pyroclastics Flow Deposits)
3. Endapan piroklastik surupan (Pyroclastics Surge Deposits)
4. Lahar

Dasar Klasifikasi Batuan Fragmental

 Ukuran Butir
 Komposisi Fragmen Piroklastik. Komponen-kompone dalam endapan piroklastik lebih mudah
dikenali dalam endapan muda, tidak terlitifikasi atau sedikit terlitifikasi. Pada material
piroklastik berukuran halus dan telah terlitifikasi, identifikasi sulit dilakukan
 Tingkat dan Tipe Welding

Jika material piroklastik khususnya yang berukuran halus terdeposisikan saat masih panas,
maka butiran-butiran itu seakan terelaskan atau terpateri satu dengan yang lain. Peristiwa ini
disebut welding. Welding umumnya dijumpai pada piroklastik aliran namun kadang-kadang
juga dijumpai pada endapan jatuhan.

(Tim Asisten Praktikum Petrologi, 2006)

You might also like