You are on page 1of 46

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

R DENGAN GANGGUAN
SISTEM PENCERNAAN : GASTRITIS DI RUANG KENANGA
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN CIAMIS
Tanggal 15-19 Juni 2016

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan


Pendidikan Program Diploma III Keperawatan
DI STIKes Muhammadiyah Ciamis

Disusun oleh

DIKI SEPTIAN NUGRAHA


NIM : 13DP277016

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS


PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
2016
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. R USIA (77 TAHUN) DENGAN
GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN : GASTRITIS DI RUANG
KENANGA RSUD KABUPATEN CIAMIS TANGGAL 15 – 19 JUNI 2016¹
ABSTRAK
Diki Septian Nugraha², Asep Gunawan,S.Kep.,M.Pd³

Angka Kejadian kasus Gastritis tahun 2016 pada periode


Januari-Juni meliputi urutan kedua yaitu sebanyak 125 kasus. Penulisan
studi kasus ini bertujuan untuk melaksanakan asuhan keperawatan secara
komprehensif meliputi aspek bio-psiko-sosial dan spiritual dengan
pendekatan proses keperawatan pada klien Gastritis. Dampak Gastritis
terhadap kebutuhan dasar manusia yaitu gangguan aktivitas, gangguan
pemenuhan nutrisi, istirahat tidur dan eliminasi. Masalah keperawatan
yang ditemukan pada Tn. R selama proses asuhan keperawatan adalah
gangguan rasa nyaman nyeri, gangguan pemenuhan nutrisi, defisit
perawatan diri dan intoleransi aktivitas. Dari keempat diagnosa
keperawatan yang muncul tiga diantaranya teratasi sepenuhnya yaitu
gangguan rasa nyaman nyeri, pemenuhan nutrisi, defisit perawatan diri,
dan intoleransi aktivitas. Penulis menemukan kesenjangan diagnosa
keperawatan antara teori dengan kenyataan dilapangan pada pasien
dengan kasus Gastritis yang tidak muncul yaitu Kekurangan volume cairan
(kehilangan aktif) berhubungan dengan perdarahan, mual, muntah dan
anoreksia. Masalah ini tidak di angkat karena pada saat dikaji selama di
rumah sakit klien minum ± 3 gelas/hari dan terpasang infuse RL 500cc 20
tetes/hari. Kesimpulan askep yang dilakukan pada Tn. R Mencakup dalam
mengatasi nyeri, pemenuhan nutrisi, meningkatkan pengetahuan klien,
perawatan kebersihan diri. Tidak semua masalah keperawatan secara
teoritis akan dapat ditemukan pada setiap klien, hal ini tergantung dari
berat atau tidaknya kondisi klien tersebut. Saran untuk Ruang Kenanga
agar meningkatkan kerjasama dengan berbagai tim dalam memperoleh
dukungan sehingga dapat optimal dalam memberikan pelayanan dan
asuhan.

Kata Kunci : Askep, Gastritis


Daftar Pustaka : 10 Buah (Tahun 2006-2014)
Keterangan : 1. Judul Karya Tulis Ilmiah, 2. Nama Mahasiswa, 3.
Nama Pembimbing

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus infestasi

untuk keberhasilan pembangunan bangsa. Pembangunan kesehatan

diarahkan untuk mencapai Indonesia Sehat, yaitu suatu keadaan

dimana setiap orang hidup dalam lingkungan yang sehat, berperilaku

hidup bersih dan sehat, mempunyai akses terhadap pelayanan

kesehatan serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya

(Depkes RI,2010).

Dalam rencana jangka menengah Kementerian Kesehatan,

salah satu satu kebijakan pada periode 2015-2019 adalah

Penguatan Pelayanan Kesehatan (Yankes) primer. Kebijakan ini

didasari oleh permasalahan kesehatan yang mendesak seperti

angka kematian ibu dan bayi yang masih tinggi, angka gizi buruk,

serta angka harapan hidup yang sangat ditentukan oleh kualitas

pelayanan primer. Penguatan Yankes Primer adalah garda terdepan

dalam pelayanan kesehatan masyarakat yang berfungsi memberikan

pelayanan kesehatan dan melakukan upaya preventif atau

pencegahan penyakit secara luas. Penguatan Yankes Primer

mencakup tiga hal: Fisik (pembenahan infrastruktur), Sarana

(pembenahan fasilitas), dan Sumber Daya Manusia (penguatan

1
2

tenaga kesehatan selain dokter) antara lain melalui Penempatan

tenaga kesehatan. (Profil Kemenkes RI 2016)

Salah satu pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh Rumah

Sakit Umum Daerah Kabupaten Ciamis dalam upaya meningkatkan

kesehatan masyarakat dan melayani berbagai macam kasus

penyakit yang banyak terjadi. Salah satunya penyakit Gastritis

(Penyakit Pencernaan).

Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa

lambung. Peradangan ini dapat mengakibatkan pembengkakan

mukosa lambung sampai terlepasnya epitel mukosa superficial yang

menjadi penyebab terpenting dalam gangguan saluran pencernaan.

Pelepasan epitel akan merangsang timbulnya proses imflamasi pada

lambung (Sukarmin 2012).

Menurut Smelzer dalam Muhammad Ardiansyah (2012),

Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung, sering akibat diet yang

sembarangan. Biasanya individu ini makan terlalu banyak, terlalu

cepat, atau makan makanan yang terlalu terbumbu atau

mengandung mikoorganisme penyebab penyakit.

Penyebab dari gastritis adalah konsumsi obat yang

mengandung kimia digitals, konsumsi alcohol yang berlebihan, terapi

radiasi, kondisi stress dan infeksi bakteri seperti helicobater pillory,

dan salmonella. Yang dapat menimbulkan tanda dan gejala


3

anoreksia, mual dan muntah, perdarahan saluran cerna dan nyeri ulu

hati (Ardiansyah 2012).

Seperti yang telah dijelaskan dalam Al-Qur’an Surat Abasa

ayat 24-32 tentang menjaga pola makan.

‫ض َشقًّا‬
َ ْ‫﴾ثُ َّم َشقَ ْقنَا ْاْلَر‬٢٥﴿ ‫صبًّا‬
َ ‫صبَ ْبنَا ا ْل َما َء‬
َ ‫﴾أَنَّا‬٢٤﴿ ‫ان ِإلَ ٰى طَ َعا ِم ِه‬ ِ ْ ‫فَ ْليَنظُ ِر‬
ُ ‫اْلن َس‬

‫ق ُغ ْلبًّا‬
َ ِ‫﴾ َو َح َدائ‬٢٩﴿ ‫﴾ َو َز ْيتُونًّا َون َْخ ًًّل‬٢٨﴿ ‫﴾ َو ِعنَبًّا َوقَضْ بًّا‬٢٧﴿ ‫﴾فَأَنبَ ْتنَا فِيهَا َحبًّا‬٢٦﴿

﴾٣٢﴿ ‫﴾ َّمتَاعًّا لَّ ُك ْم َو ِْلَ ْن َعا ِم ُك ْم‬٣١﴿ ‫﴾ َوفَا ِكهَةًّ َوأَبًّا‬٣٠﴿

Artinya ;

"Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya.

Sesungguhnya Kami benar-benar telah mencurahkan air (dari langit),

kemudian Kami belah bumi dengan sebaik-baiknya, lalu Kami

tumbuhkan biji - bijian di bumi itu, anggur dan sayur - sayuran, zaitun

dan pohon kurma, kebun - kebun (yang) lebat, dan buah-buahan

serta rumput - rumputan, untuk kesenanganmu dan untuk binatang -

binatang ternakmu.”( Qs Abasa : 24-32 ).

Dalam surat di atas dijelaskan, bahwa hendaklah manusia itu

memperhatikan makanannya. Ayat ini menjelaskan sebagian besar

nabati dan sebagian kecil hewani yang telah diciptakan oleh Allah

SWT untuk mahluknya, dan berpilah - pilahlah dalam memakan

makanan mana yang baik dan mana yang buruk seperti yang

dijelaskan dalam surat Al – maidah ayat 88 dijelaskan “ dan


4

makanlah dari apa yang telah Allah berikan kepadamu yaitu rizki

yang baik dan halal, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu

beriman kepadanya”.

Berdasarkan hasil pendataan dari Rekam Medik RSUD Ciamis

penderita penyakit Gastritis pada periode Januari-Juni tahun 2016 di

Ruang Kenanga sebagai berikut :

Tabel 1.1

10 Besar Penyakit Di Ruang Kenanga Rumah Sakit Umum

Daerah Kabupaten Ciamis Periode Januari-Juni 2016

No Nama Penyakit Jumlah

1. Thypus Abdominalis 126

2. Gastritis 125

3. CHF 112

4. Diare 64

5. CKD 60

6. PPOK 38

7. Pneumonia 34

8. Diabetes Melitus 34

9. Hepatitis 32

10. Dispepsia 30

Total 697

Sumber : PPL / Rekam Medik RSUD Ciamis


5

Tabel 1.1 memperlihatkan penderita gastritis yang dirawat di

Ruang Kenanga Pada tahun 2016 dari bulan Januari-Juni yaitu

sebanyak 125 penderita. Secara persentase penyakit gastritis

menempati urutan 2 dari sepuluh penyakit terbanyak di Ruang

Kenanga.

Penanganan penyakit Gastritis bertujuan untuk memperbaiki

kualitas hidup dengan mejaga pola makan agar terhindar dari yang

namanya asam lambung, sehingga apabila tidak di atasi dengan

cepat maka dapat menimbulkan perdarahan (hemorha gastritis)

sehingga banyak darah yang keluar dan berkumpuldi lambung,

selain itu juga dapat menimbulkan tukak lambung, kanker lambung

sehingga dapat menyebabkan kematian (Harison, 2000:1550, dalam,

Hastuti:2007).

Saat dilakukan pengkajian di Ruang Kenanga RSUD Ciamis

dari tanggal 15-19 Juni 2016 pada Tn R dengan keluhan nyeri ulu

hati, klien tampak meringis kesakitan serta memegang daerah

epigastrium, nyeri tekan pada epigastrium. Pemenuhan kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual ditandai dengn porsi

makan yang disediakan tidak habis. Defisit perawatan diri

berhubungan dengan gangguan aktivitas, ditandai dengan keadaan

klien yang kotor. Pola istirahat dan tidur kurang dari kebutuhan

berhubungan dengan nyeri epigastrum, ditandai dengan klien terlihat

lesu.
6

Dengan melihat data tersebut di atas , penulis merasa

tertarik untuk melaksanakan Asuhan Keperawatan secara

Komperhensif pada klien Gastritis dengan menggunakan proses

keperawatan dan di dokumentasikan dalam bentuk Karya Tulis

Ilmiah dengan judul : “ Asuhan Keperawatan pada Tn. R Dengan

Gangguan Sistem Pencernaan : Gastritis Di Ruang Kenanga

Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis Tanggal 15-19 Juni 2016 “.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mampu melaksanakan asuhan keperawatan secara langsung

dan komperhensif meliputi aspek biologis, psikologis, sosial dan

spiritual dengan pendekataan proses keperawatan pada klien

gastritis.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melekakukan pengkajian secara komperhensif pada

klien dengan gastritis.

b. Mampu membuat diagnosa keperawatan dan prioritas

masalah dengan klien dengan gastritis.

c. Mampu menyusun rencana tindakan keperawatan yang tepat

dan sesuai dengan prioritas pada klien dengan gastritis.

d. Mampu melaksanakan tindakan asuhan keperawatan sesuai

dengan perencanaan yang ditetapkan pada klien dengan

gastritis.
7

e. Mampu melakukan evaluasi hasil asuhan keperawatan pada

klien dengan gastritis.

f. Mampu mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan

yang telah diberikan pada klien dengan gastritis.

C. Metode Telaahan

Metode penulisan yang digunakan dalam penyusun karya tulis ini

adalah metode deskriftif yang berbentuk studi kasus dengan

menggunakan pendekatan proses keperawatan yang memusatkan

pada pemecahan masalah yang dimulai dengan pengkajian,

perencanaan, implementasi, dan evaluasi asuhan keperawatan.

Adapun teknik yang digunakan dalam pengumpulan data meliputi :

1. Observasi

Metode pengumpulan data dengan mengamati prilaku dan

kesadaran klien untuk memperoleh data tentang masalah

keperawatan.

2. Wawancara

Teknik pengumpulan data dengan mengajukan beberapa

pertanyaan pada klien dengan Gastritis.

3. Pemeriksaan Fisik

Teknik ini dilakukan dengan cara langsung melaksanakan

pengukuran untuk memperoleh data objekif dengan cara

inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.


8

4. Studi Dokumentasi

Pengumpulan data dengan cara mempelajari status klien

(catatan keperawatan dan medis).

5. Studi Kepustakaan

Dilaksanakan dengan cara menggunakan buku-buku sumber,

media internet, dan Al-Qur’an sebagai landasan teori yang

berkaitan dengan kasus yang dihadapi sehingga dapat

membandingkan antara teori dengan fakta yang ada di lahan

praktek, dapat diperoleh kesenjangan, mencari penyebab dan

masalah.

D. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam karya tulis ini terdiri dari empat

BAB yaitu :

BAB I : PENDAHULUAN

Menjelaskan uraian kasus meliputi latar belakang masalah,

tujuan penulisan, metode telaahan dan sistematika

penulisan.

BAB II :TINJUAN TEORITIS

Terdiri dari konsep dasar penyakit meliputi pengertian,

anatomi dan fisiologi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinik,

komplikasi, pemeriksaan diagnostik, penatalaksaan medis,

dan dampak penyakit terhadap kebutuhan dasar manusia,

Konsep dasar asuhan keperawatan yang meliputi :


9

pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan

evaluasi.

BAB III :TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

Tinjauan kasus merupakan pelaksanaan asuhan

keperawatan pada Tn. R yang mengalami gangguan system

pencernaan : gastritis yang meliputi pengkajian, diagnosa

keperawatan, perencanaan, pelaksanaan evaluasi dan

catatan perkembangan. Pembahasan berisi tentang ulasan

naratif dari proses keperawatan yang telah dilakukan dan

kesenjangan antara pendekatan teoritis dengan pelaksanaan

pada kasus gastritis.

BAB IV :KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Merupakan bagian akhir yang berisi tentang kesimpulan

dari pelaksanaan asuhan keperawatan dan formulasi

rekomendasi atau sasaran yang operasional untuk

meningkatkan mutu pelayanan pada klien di ruangan.


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Penyakit Gastritis

1. Pengertian

Gastritis (radang lambung) adalah suatu radang menyangkut

lapisan perut entah karena erosi maupon atrofi .(berhentinya

pertumbuhan) (Mary DiGiulio, RN, MSN,APRN,BC, 2014)

Peradangan atau inflamasi mukosa lambung, yang bersifat

akut, kronis, difus, atau local. Dua jenis gastritis yang sering terjadi

adalah gastritis superficial akut, dan gastritis atrofik kronik

(menahun) (Price dan Wilson, 2007)

Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan

submukosa lambung. Gastritis merupakan gangguan kesehatan

yang paling sering dijumpai diklinik, karena diagnosanya sering

hanya berdasarkan gejala klinis bukan pemeriksaan histopatologi

(Bambang Setiohady,2009 )

Gastritis dapat dikelompokan menjadi dua yaitu :

a. Gastritis akut

Salah satu Gastritis akut yang sering di jumpai ialah

Gastritis akut erosive, Gastritis akut adalah suatu peradangan

mucosa lambung yang akut dengan kerusakan-kerusakan

erosive. Disebut erosive apabila kerusakan yang terjadi tidak

lebih dalam daripada mucosa muskularis.

10
11

b. Gastritis Kronis

Gastritis kronis adalah suatu peradangan bagian permukaan

mukosa lambung yang berkepanjangan yang disebabkan baik

oleh ulcus lambung jinak maupun ganas atau oleh bakteri

helicobacter pylory ( Bambang satiohady, 2009)

2. Anatomi dan Fisiologi

a. Anatomi

Gambar 2.1

Organ Lambung (Gibson Jhon, 2006)

Lambung terletak oblik dari kiri ke kanan menyilang di

abdomen atas tepat dibawah diafragma. Dalam keadaan kosong

lambung berbentuk tabung J, dan bila penuh berbentuk seperti buah

alpukat raksasa. Kapasitas normal lambung 1 sampai 2 liter. Secara


12

anatomis lambung terbagi atas fundus, korpus dan antrum pilorus.

Sebelah atas lambung terdapat cekungan kurvatura minor, dan bagian

kiri bawah lambung terdapat kurvatura mayor. Sfingter kedua ujung

lambung mengatur pengeluaran dan pemasukan, Sfingter kardia atau

sfingter esophagus bawah, mengalirkan makanan yang masuk kedalam

lambung dan mencegah refluks isi lambung memasuki esophagus

kembali.

Daerah lambung tempat pembukaan sfingter kardia dikenal

dengan nama daerah kardia. Disaat sfingter pilorikum berelaksasi

makanan masuk kedalam duodenum, dan ketika berkontraksi sfinger ini

akan mencegah terjadinya aliran balik isis usus halus kedalam lambung

Lambung terdiri dari empat lapisan yaitu :

1) Lapisan peritoneal luar yang merupakan lapisan serosa.

2) Lapisan berotot yang terdiri atas 3 lapisan

a) Serabut longitudinal, yang tidak dalam dan bersambung

dengan otot esophagus

b) Serabut sirkuler yang paling tebal dan terletak di pylorus

serta membentuk otot sfingter, yang berada dibawah lapisan

pertama

c) Serabut oblik yang terutama dijumpai pada fundus lambung

dan berjalan dari orivisium kardiak, kemudian membelok

kebawah melalui kurva tura minor (lengkung kelenjar).


13

3) Lapisan submukosa yang terdiri atas jaringan areolar berisi

pembuluh darah dan saluran limfe

4) Lapisan mukosa yang terletak disebelah dalam, tebal, dan terdiri

atas banyak kerutan/ rugae, yang menghilang bila organ itu

mengembang karena berisi makanan. Ada beberapa tipe

kelenjar pada lapisan ini dan dikategorikan menurut bagian

anatomi lambung yang ditempatinya. Kelenjar kardia berada

dekat orifisium kardia. Kelenjar ini mensekresikan mucus.

Kelenjar fundus atau gastric terletak di fundus dan pada hampir

selurus korpus lambung. Kelenjar gastric memiliki tipe-tipe utama

sel. Sel-sel zimognik atau chief cells mensekresikan pepsinogen.

Pepsinogen diubah menjadi pepsin dalam suasana asam.

(Budiyono, 2012)

Persarafan lambung sepenuhnya otonom. Suplai saraf

parasimpatis untuk lambung dan duodenum dihantarkan dari abdomen

melalui saraf vagus. Trukus vagus mempercabangkan ramus gastric,

pilorik, hepatic dan seliaka. Pengetahuan tentang anatomi ini sangat

penting, karena vagotomi selektif merupakan tindakan pembedahan

primer yang paling dalam mengobati tukak duodenum (Budiyono, 2012)

Persarafan simpatis adalah melalui saraf splenikus major dan

ganlia seliakum. Serabut-serabut aferen menghantarkan imfuls nyeri

yang dirngsang oleh peregangan, dan di rasakan di daerah

epigastrium, Serabut-serabut aferen simpatis menghambat gerakan


14

dan sekresi lambung. Pleksus saraf mesenrikus (auerbach) dan

submukosa (meissner) membentuk persarafan intrinsic dinding

lambung dan mengkordianasi aktivitas motoring dan sekresi mukosa

lambung ( Budiyono, 2012)

Seluruh suplai darah di lambung dan pancreas (serat hati,

empedu, dan limpa) terutama berasal dari daerah arteri seliaka atau

trunkus seliaka, yang mempercabang cabang-cabang yang mengsuplai

kurvatura minor dan mayor. Dua cabang arteri yang penting dalam

klinis adalah arteri gastroduoodenalis dan arteri pancreas

tikoduoodenalis (retroduodenalis) yang berjalan sepanjang bulbus

posterior duodenum. Tukak dinding posterior duodenum dapat

mengerosi arteria ini dan menyebabkan perdarahan. Darah vena dari

lambung dan duodenum, serta berasal dari pancreas, limpa, dan

bagian lain saluran cerna, berjalan kehati melalui vena porta.

(Corwin,2009)

b. Fisiologi

Fisiologi Lambung :

1) Mencerna makanan secara mekanikal

2) Sekresi , yaitu kelenjar dalam mukosa lambung mensekresi 1500

– 3000 ml gastric juice (cairan lambung) per hari. Komponen

utamanya yaitu mucus, HCL (hydrochloric acid), pensinogen,

dan air. Hormon gastric yang disekresi langsung masuk kedalam

aliran darah.
15

3) Mencerna makanan secara kimiawi yaitu dimana pertama kali

protein dirubah menjadi polipeptida

4) Absorpsi, secara minimal terjadi dalam lambung yaitu absorpsi

air, alcohol, glukosa,dan beberapa obat.

5) Pencegahan, banyak mikoorganisme dapat dihancurkan dalam

lambung oleh HCL,

6) Mengontrol aliran chime (makanan yang sudah dicerna dalam

lambung) kedalam duodenum. Pada saat chime siap masuk

kedalam duodenum, akan terjdi peristaltic yang lambat yang

berjalan dari fundus ke pylorus. (Corwin, 2009)

3. Etiologi

Penyebab Gastritis adalah obat analgetik anti implamasi terutama

aspirin, bahan kimia, misalnya lisol, merokok, alcohol, stress pisis yang

disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma, pembedahan, gagal

pernafasan, gagal ginjal, kerusakan susunan syaraf pusat, refluk usus

lambung ( Inayah, 2006)

4. Patofisiologi

a. Gastritis akut

Gastritis akut dapat disebabkan oleh karena stress, zat kimia

misalnya obat-obatan dan alcohol, makanan yang pedas, pana maupun

asam. Pada para yang pengalamai stress akan terjadi rangsangan

saraf simpatis NV ( Nervus Vagus) yang akan meningkatkan produksi

asam klorida (HCL) didalam lambung. Adanya HCL yang berada


16

didalam lambung akan menimbulkan rasa mual, muntah dan anoreksia.

Zat kimia maupun makanan yang merangsang akan menyebabkan sel

epitel kolumner, yang berfungsi untuk menghasulkan mucus

mengurangi produksinya. Sedangkan mucus itu fungsinya untuk

memproduksi mukosa lambung agar tidak ikut tercerna. Respon

mukosa lambung karena penurunan sekresi mucus bervariasi

diantaranya vasodilatasi sel mukosa gaster.

Lapisan mukosa gaster terdapat sel yang memproduksi HCL

(terutama daerah fundus) dan pembuluh darah. Vasodilatasi mukosa

gaster akan menyebabkan produksi HCL meningkat. Anoreksia juga

dapat menyebabkan nyeri. Rasa ini ditimbulkan oleh karena kontak

HCL dengan mukosa gaster . Respon mukosa lambung akibat

penurunan sekresi mucus dapat berupa ekspeliasi (pengelupasan).

Ekspeliasi sel mukosa gaster akan mengakibatkan erosi pada sel

mukosa. Hilangnya sel mukosa akibat erosi memicu timbulnya

perdarahan. Perdarahan yang terjadi dapat mengancam hidup

penderita, namun dapat juga berhenti sendiri kaarena proses

regenerasi sehingga erosi menghilang dalam waktu 24 - 48 jam setelah

perdarahan

b. Gastritis Kronis

Helocobacter pylori merupakan bakteri gram negative.

Organisme ini menyerang sel permukaan gaster, memperberat

timbulnya desquamasi sel dan munculan respon radang kronis pada


17

gaster yaitu : distruksi kelenjar dan metaplasia. Metaplasia adalah salah

satu mekanisme pertahanan tubuh terhadap oritasi, yaitu dengan

mengganti sel mukosa gaster, misalnya dengan sel desquamosa yang

telah kuat. Pada saat mencerna makanan, lambung melakukan

gerakan peristaltic tetapi karena sel penggantinya tidak elastic maka

akan timbul kekekuan yang pada akhirnya menimbulkan rasa nyeri.

Metaplasia ini juga menyebabkan hilangnya sel mukosa pada

lapisan lambung sehingga akan menyebabkan kerusakan pembuluh

darah lapisan mukosa. Kerusakan pembuluh darh ini akan menmbulkan

perdarahan (Price, sylvis dan Wilson, Loraine 2006)

(www.google_penyakit _gastritis.com diakses tanggal 3 Julii 2015)


18

Pathway

Bagan 2.2

Pathway
19

5. Manifestasi Klinis

a. Mual dan muntah

b. Anoreksia

c. Area epigastrik tidak nyaman

d. Kelembekan epigastrik pada palpasi karena iritasi lambung

e. Pendarahan karena iritasi mukosa lambung

f. Hematemesis (Kemungkinan emesis berwarna kopi karena

pencernaan darah sebagian)

g. Melena (feses hitam keras)

(Mary Digiulio, RN, MSN, APRN, BC, 2014)

6. Komplikasi

Penyakit gastritis dapat mengakibatkan komplikasi kepada :

a. Perdarahan saluran cerna bagian atas

b. Ulkus peptikum, ferforasi dan anemia kerena gangguanabsorbs

vitamin

7. Pemeriksaan Diagnostik

a. EGD (Esofagogastriduodenoskopi)

Tes diagnostik kunci untuk perdarahan GI atas, dilakukan untuk

melihat sisi perdarahan derajat ulkus jaringan / cidera.

b. Minum barium dengan foto rontgen


20

Dilakukan untuk membedakan diagnosa penyebab / sisi lesi.

c. Analisa gaster

Dapat dilakukan untuk menentukan adanya darah, mengkaji

aktivitas sekretori mukosa gaster, contoh peningkatan asam

hidroklorik dan pembentukkan asam nokturnal penyebab ulkus

duodenal. Penurunan atau jumlah normal diduga ulkur gaster,

dispersekresi berat dan asiditas menunjukkan sindrom Zollinger-

Ellison.

d. Angiografi

Vaskularisasi GI dapat dilihat bila endoskopi tidak dapat

disimpulkan atau tidak dapat dilakukan. Menunjukkan sirkulasi

kolatera dan kemungkinan isi perdarahan.

e. Amilase serum

Meningkat dengan ulkus duodenal, kadar rendah diduga gastritis

(Doengoes, 2005).

8. Penatalaksanaan Medis

a. Pengobatan gastritis meliputi :

1). Mengatasi kedaruratan medis

2). Mengatasi atau menghindari penyebab apabila dijumpai


21

3). Pemberian obat-obatan antasid atau obat-obatan ulkus

lambung yang lain

b. Pada Gastritis, penatalaksanaannya dapat dilakukan dengan

cara

1). Gastritis Akut

a). Interaksikan pasien untuk menghindari alcohol

b). Bila pasien mampu makan melalui mulut diet

mengandung gizi dianjurkan

c). Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan secara

parental

d). Bila perdarahan terjadi, lakukan penatalaksanaan untuk

hemoragi saluran gastromfestina;

e). Untuk menetralisir asam gunakan antasida umum

f). Untuk menetralsir alkali gunakam jus lemon encer atau

cuka encer

g). Perdarahan darurat mungkin diperlukan untuk

mengangkat gangrene atau perforasi

h). Reaksi lambung diperlukan untuk mengatasi obstruksi

pylorus

2). Gastritis Kronis

a. Dapat diatasi dengan memodifikasi diet pasien, diet

makan lunak diberikan sedikit tapi sering


22

b. Mengurangi stress

c. Helicobacter pylori diatasi dengan antibiotic (seperti

tetrackiklin ¼ amoxillin) dan gram bismuth (pepto-bismol)

(www.google.penanganan_penyakit_gastritis.com

diakses tanggal 03 Juli 2015)

9. Dampak Penyakit Gastritis Terhadap Kebutuhan Dasar

Manusia

a. Aktivitas

Masuknya asam lambung ke sel jaringan dapat

menmbulkan nyeri, sehingga aktivitas sehari-hari tidak terpenuhi,

termasuk dalam memenuhi aktivitas perawatan diri.

b. Makanan / nutrisi

Klien menderita gastritis akan mengalami mual dan muntah

yang cenderung menyebabkan kehilangan nafsu makan, adanya

mual serta muntah dapat menyebabkan terganggunya kebutuhan

nutrisi.

c. Kebutuhan istirahat tidur

Kerusakan pertukaran gas dapat merangsang Retikulo

Activity Sistem (RAS) sehingga penderita akan selalu terjaga. Pola

tidur klien dengan gastritis akan mengalami gangguan karena


23

penderita gastritis sering mengalami nyeri epigastrium sehingga

sering terbangun karena rasa nyeri ditambah lagi adanya iritasi

yang menimbulkan nyeri akut walaupun melakukan aktifitas apapun

atau makanan yang keras, pedas serta asam

d. Eliminasi

Gejala seperti penurunan berkemih, nokturia, dan diare atau

konstipasi yang diakibatkan oleh pola makan yang tidak teratur dan

adekuat (Nursalam, 2008).

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan

merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan

data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan

mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2008).

a. Pengumpulan Data

Kegiatan pengumpulan data dimulai saat klien masuk dan

dilanjutkan secara terus menerus selama proses keperawatan

berlangsung.

1). Identitas
24

a) Identitas klien

Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama,

pendidikan, tanggal masuk rumas sakit, tanggal pengkajian

diagnosa medis, status dan alamat.

b). Identitas keluarga / penanggung jawab

Meliputi : nama, umur, alamat, pendidikan, pekerjaan

hubungan dengan klien.

2). Riwayat Kesehatan

Riwayat kesehatan merupakan proses dalam mengkaji

status atau masalah kesehatan sekarang dan dahulu serta

keluarga, kemudian dapat menggunakan pola PQRST dalam

mengumpulkan data yang lebih lengkap tentang setiap

keluhan pasien (Robert Prihardjo, 2006).

a) Keluhan Utama

Merupakan suatu keluhan yang dirasakan oleh klien

sangat mengganggu yaitu mengeluh nyeri epigastrium

b) Riwayat Kesehatan Utama

Merupakan pengembangan dari keluhan utama yang

terdiri dari : provikative/ palliative (P) yaitu faktor


25

penyebab, Quality (Q) seberapa berat nyeri dirasakan,

Region (R) seberapa luas nyeri dirasakan, Savety atau

skala nyeri (S) seberapa tinggi nyeri yang dirasakan,

Time (T) seberapa lama serangan itu terjadi.

c) Riwayat Kesehatan Dahulu

Menerangkan keadaan keluarga apakah ditemukan ada

penyakir keturunan kecenderungan alergi dalam satu

keluarga, penyakit menular, akibat kontak langsung

maupun tidak langsung antara anggota keluarga.

d) Riawayat Kesehatan Keluarga

Menanyakan tentang riwayat penyakit dalam keluarga

terdekat klien.

b) Data Aspek Biologis

a) Keadaan / penampilan umum : lemah, sakit ringan, sakit

berat, gelisah, rewel.

1). Kesadaran : dapat diiisi dengan tingkat kesadaran secara

kualititatif atau kuantitatif yang dipilih sesuai dengan

kondisi klien. Secara kuantitatif dapat dilakukan dengan

pengukuran Glossgow Coma Scala (GCS), sedangkan


26

sacara kualitatif tingkat kesadaran dimulai dari compos

mentis, apatis, somnolen, sopor dan koma.

2) Berat badan / tinggi badan.

b) Tanda-tanda vital yang terdiri dari :

1) Tensi : tekanan sistole / tekanan diastole mmHg

2) Nadi : frekuensi per menit, denyut kuat / tidak,

reguler /ireguler

3) Suhu : . . . . . ºC

4) Frekuensi pernafasan : frekuensi per menit, reguler

/ ireguler

c) Pemeriksaan Fisik

a. Sistem Neurologik

Tabel 2.1

Saraf Kranial

Nomor Nama Fungsi

Menerima rangsang dari hidung dan

I Olfaktorius menghantarkannya ke otak untuk diproses

sebagai sensasi bau

Menerima rangsang dari mata dan


II Optik
menghantarkannya ke otak untuk diproses
27

sebagai persepsi visual

III Okulomotor Menggerakkan sebagian besar otot mata

IV Troklearis Menggerakkan beberapa otot mata

Menerima rangsangan dari wajah untuk

V Trigeminus diproses diotak sebagai sentuhan,

menggerakkan rahang

VI Abdusen Abduksi mata

Menerima rangsang dari bagian anterior lidah

untuk diproses di otak sebagai sensasi rasa.


VII Fasialis
Mengendalikan otot wajah untuk menciptakan

ekspresi wajah

Sensori sistem vestibular: Mengendalikan

keseimbangan
VIII Vestibulokoklearis
Sensorikoklea: Menerima rangsang untuk

diproses di otak sebagai suara

Menerima rangsang dari bagian posterior lidah

IX Glosofaringeus untuk diproses di otak sebagai sensasi rasa

dan mengendalikan organ-organ dalam

Menerima rangsang dari organ dalam dan


X Vagus
mengendalikan organ-organ dalam

XI Aksesorius Mengendalikan pergerakan kepala

XII Hipoglossus Mengendalikan pergerakan lidah


28

b. Sistem Pernafasan

Dalam sistem pernafasan kaji ketajaman penciuman

bentuk dada, adanya nyeri tekan atau tidak, bunyi

suara nafas.

c. Sistem Kardiovaskuler

Dalam sistem kardiovaskuler kaji apakah ada

peninggian vena jugularis, capillary refill, frekuensi

nadi, bunyi jantung.

d. Sistem Gastroitestinal

Dalam sistem gastrointestinal kaji mengenai nafsu

makan, kebiasaan defekasi, intoleransi makanan,

mual, rnuntah dan nyeri, bising usus.

e. Sistem Perkemihan

Pada sistem perkemihan kaji frekuensi buang air kecil.

warna apakah ada nyeri saat buang air kecil.

f. Sistem Muskuloskeletal

Macam-macam gerakan ROM, yaitu:

(1). Fleksi yaitu berkurangnya sudut persendian.

(2). Ekstensi yaitu bertambahnya sudut persendian.

(3). Hiperekstensi yaitu ekstensi lebih lanjut.


29

(4). Abduksi yaitu gerakan menjauhi dari garis

tengah tubuh.

(5). Adduksi yaitu gerakan mendekati garis tengah

tubuh.

(6). Rotasi yaitu gerakan memutari pusat dari tulang

(7). Eversi yaitu perputaran bagian telapak kaki ke

bagian luar, bergerak membentuk sudut

persendian.

(8). Inversi yaitu putaran bagian telapak kaki ke

bagian dalam bergerak membentuk sudut

persendian.

(9). Pronasi yaitu pergerakan telapak tangan dimana

permukaan tangan bergerak ke bawah

(10). Supinasi yaitu pergerakan telapak tangan

dimana permukaan tangan bergerak ke atas.

(11). Oposisi yaitu gerakan menyentuhkan ibu jari ke

setiap jari-jari tangan pada tangan yang sama.

(Wong Donna L, 2009)

Cara menghitung kekuatan otot yaitu :

(0) Otot sama sekali tidak mampu bergerak, tampak

berkontraksi, bila lengan/ tungaki dilepaskan,

akan jatuh 100% pasif.


30

(1) Tampak kontraksi atau ada sedikit gerakan dan

ada tahanan sewaktu jatuh.

(2) Mampu menahan tegak yang berarti mampu

menahan gaya gravitasi (saja), tapi dengan

sentuhan akan jatuh.

(3) Mampu menahan tegak walaupun sedikit

didorong tetapi tidak mampu melawan tekan atau

dorongan dari pemeriksa.

(4) Mampu bergerak luas gerak sendi penuh,

melawan gravitasi dan melawan tahanan sedang

(5) Kekuatan utuh, mampu bergerak luas gerak

sendi penuh, melawan gravitasi dan melawan

tahanan maksimal

g. Sistem Endokrin

Menjelaskan pertumbuhan dan perkembangan,

polipagia, poliurea, polidipsi. (Muscari, 2005)

h. Sistem Integumen

Warna kulit, tekstur kulit, turgor kulit, CRT kurang dari

2 detik, suhu, oedema, infeksi. Pada pasien diare kulit

pucat, turgor jelek, suhu tubuh meningkat (Robert

Priharjo, 2007)
31

i. Sistem Genetalia

Memeriksa kemungkinan adanya iritasi dan infeksi.

e. Pola aktivitas sehari-hari

a) Pola nutrisi : terdapat penurunan nafsu makan,

mual dan muntah

b) Pola eliminasi : terjadi diare atau konstipasi

c) Pola istirahat : terjadi gangguan tidur karena

sesak atai batuk

d) Pola aktivitas : biasanya penderita merasa cepat

lelah bila beraktifitas

e) Personal hygiene : ketidakmampuan klien dalam

melakukan pemeliharaan secara mandiri

f. Data aspek psikososial dan spiritual

1) Data aspek psikologis, sosial, ekonomidan spiritual

a). Status emosi

Kaji perasaan atau prilaku yang tidak diharapkan seperti

ansietas, kemarahan, kesepiandan rasa tidakpasti.

b). Konsep diri

(1). Citra tubuh

Sikap individu terhadap tubuhnya baik disadari atau

tidak disadari meliputi persepsi masalalu atau


32

sekarang mengenai ukuran dan bentuk, fungsi,

penampilan dan potensi tubuh.

(2).Ideal diri

Persepsi individu tentang bagaimana seharusnya

bertingkah laku berdasarkan standar peribadi.

(3).Harga diri

Penilaian peribadi terhadap hasil yang dicapai dengan

menganalisa berapa banyak kesesuaian tingkah laku

dengan ideal dirinya.

(4).Peran diri

Serangkaian pola sikap,perilaku, nilai dant ujuan yang

diharapkan oleh masyarakat dihubungkan dengan

fungsi idividu di dalam kelompok sosialnya.

(5).Identitas diri

Kesadaran tentang diri sendiri yang dapat diperoleh

individu dari observasi dan penilaian terhadap dirinya,

menyadari bahawa dirinya berbeda dengan orang lain.

c). Data sosial

Kaji interaksi klien selama di rumah sakit pada perawat,

dokter dan lingkungan sekitar.

d). Data Ekonomi

Kaji kondisi ekonomi, pendapatan keluarga dan

penggunaan Program Jaminan Kesehatan.


33

e). Data Spiritual

Kaji kebiasaan ibadah klien sebelum dan saat sakit

Hubungannya dengan yang Maha Kuasa dan Maha

Pencipta, tergantung pada kepercayaan yang dianut oleh

klien.

g. Data penunjang

a) Pemeriksaan radiologi : USG, BNO

b) Elektrokardiografi

c) Laboratorium

b. Analisa data

Analisa data merupakan tahap penting yang kita lakukan

setelah data klien terkumpul sehingga berguna untuk menegakkan

masalah atau kebutuhan klien (Nursalam, 2008)

2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul

Menurut Ardiansyah Muhammad (2012) pada pasien

gastritis ditemukan diagnosa keperawatan :

a. Kekurangan volume cairan (kehilangan aktif) berhubungan

dengan keluar / hilangnya cairan tubuh secara berlebihan

(muntah/perdarahan) ditambah dengan asupan cairan yang tidak

memadai.
34

b. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa gaster

c. Resiko tinggi mengalami kekurangan nutrisi yang berhubungan

dengan tindakan pembatasan asupan nutrisi (makanan) atau

karena berpuasa

d. Kecemasan/ketakutan yang berubungan dengan perubahan

status kesehatan, ancaman kematian, dan timbulnya rasa nyeri.

3. Perencanaan dan Rasionalisasi

Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, maka intervensi

dan aktifitas keperawatan harus ditetapkan untuk mengurangi,

menghilangkan, mencegah keperawatan klien yang disebut

perencanaan keperawatan (Ardianyah Muhammad, 2012)

a. Kekurangan volume cairan (kehilangan aktif) berhubungan

dengan keluar / hilangnya cairan tubuh secara berlebihan

(muntah/perdarahan) ditambah dengan asupan cairan yang

tidak memadai.

 Tujuan : Untuk menjaga agar pemenuhan kebutuhan

cairan tubuh tetap memadai

 Kriteria Hasli :

1. Pengeluaran urine yang memadai/adekuat

2. Tanda-tanda vital dalam batass normal


35

3. membran mukosa lembab

4. turgor kulit baik

5. pengisian kapiler <3 detik

Tabel 2.2

Intervensi dan Rasionalisasi Diagnosa Keperawatan 1

Intervensi Rasional

1. Catat Karakteristik muntah dn 1. Untuk membedakannya dengan

drainase gejala disaster.

2. Observasi Tanda-tanda Vital 2. Perubahan tekanan darah dan nadi

dapat sebagai indikator terjadinya

dehidrasi.

3. Pertahankan tirah baring 3. Untuk menurunkan kerja gaster,

sehingga mencegah terjadinya

muntah

4. Berikan cairan per oral dua 4. Untuk menetralisirkan asam

liter/hari lambung

5. Jelaskan kepada pasien untuk 5. Kafein dapat merangsang produksi

meghindari kafein asam lambung

6. Kolaborasi dengan dokter 6. Untuk mengatasi masalah gastritis

dengan memberikan antibiotik, dan hematemesis


36

antasida, dan vitamin K sesuai

proram medis

(Ardiansyah Muhammad, 2012)

b.Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa gaster

 Tujuan : Nyeri teratasi

 Kriteria Hasil : 1. Pasien rileks

2. Pasien dapat tidur

3. Skala nyeri 0

Tabel 2.3

Intervensi dan Rasionalisasi Diagnosa Keperawatan 2

Intervensi Rasional

1. Kaji dan catat keluhan nyeri, 1. Untuk menentukn intervensi dan

termasuk lokasi, lamanya, dan mengetahui efek terapi.

intensitasnya (dengan skala nyeri

1-5)
37

2. Berikan makan dalam porsi sedikit 2. Makanan sebagai penetralisir

tapi sering asam lambung.

3. Jelaskan agar pasien menghindari 3. Makanan yang merangsang dapat

makanan yang dapat merangsang mengiritasi mukosa lambung.

asam lambung, seperti makanan

yang pedas dan asam.

4. Atur posisi tidur yang nyaman bagi 4. Posisi yang nyaman dapat

pasien. menurunkn nyeri.

5. Anjurkan pasien untuk melakukan 5. Teknik relaksasi dapat

teknik relaksasi, seperti menarik mengalihkan perhatian pasien,

napas dalam,mendengarkan muik sehingga dapat menurunkan

menontn tv dan membaca nyeri.

6. Berikn terapi obat analgesik dan 6. Untuk meghilangkan nyeri

antasida. lambung.

(Ardiansyah Muhammad, 2012)

c. Resiko tinggi mengalami kekurangan nutrisi yang berhubungan

dengan tindakan pembatasan asupan nutrisi (makanan) atau

karena berpuasa

 Tujuan : untuk memenuhi asupan gizi sesuai dengan

keutuhan tubuh.

 Kriteria Hasil :
38

1. Pasien bisa menghabiskan satu porsi makanan

2. Berat badan meningkat

3. Hasil laboratorium menunjukan kadar albumin (jenis

protein yang terkandung dalam plasma darah dan Hb

normal

Tabel 2.4

Intervensi dan Rasionalisasi Diagnosa Keperawatan 3

Intervensi Rasional

1. Kaji status nurtrisi dan pola 1. Sebagai dasar untuk

makan pasien. menetukan intevensi

2. Puasakan pasien selam fase 2. Menurunkan rangsangan

akut. lambung, sehingga mencegah

muntah. [

3. Jelaskan agar pasien 3. Kafein dapat meragsang

menhindari minuman yang aktivitas gaster.

mengandung kafein.

4. Timbang berat badan pasien 4. Untuk mengetahui status nutrisi

setiap hari dengan alat ukur pasien.

yang sama.
39

5. Berikan terapi multivitamin dan 5. Untuk meningkatkan nafsu

antasida sesuai program medis makan dan menghilngkan mual.

(Ardiansyah Muhammad, 2012)

d. Kecemasan/ketkutan yang berubungan dengan perubahan status

kesehatan, ancaman kematian, dan timbulnya rasa nyeri.

 Tujuan : Mengatasi rasa cemas

 Kriteria Hasil : Kecemasan (ansietas) berkurang

Tabel 2.5

Intervensi dan Rasionalisasi Diagnosa Keperawatan 4

Intervensi Rasional

1. Awasi respon fsiiologi, misl 1. Dapat menjadi indikator untuk

takipnea, palpitasi, pusing, sakit menilai derajat takut yang dialami

kepala, sensasi kesemutn. pasien. Tetapi, respo ini dapat juga

2. Dorong pasieng untuk berhubungan dengan kondisi

menyatakan perasaan takut dan fisik/status syok.

kecemasan yang hadapi dengan 2. Mmembuat sebuah hubungan

memberikan umpan balik. teurapetik.

3. Berikan informasi yang akurat. 3. Melibatkan pasien dalam rencana


40

asuhan dan menurunkan

kecemasan yang tak perlu akibat

ketidaktahuan pasien.

4. Berikan lingkungan tenang 4. Memindahkan pasien dari

untuk pasien yang beristirhat. pengaruh stresor luar,

meningkatkan relaksasi, serta

dapat meningkatkan keterampilan

koping.

5. Dorong orang terdekat 5. Membantu menurunkan rasa takut

dengan/sering menemani karena segala sesuatu tidak harus

pasien. dihadapi seorang diri.

6. Tunjukan teknik relaksasi. 6. Belajar cara-cara untuk rileks,

sehingga dapat membantu

menurunkan rasa takut dan cemas

pada pasien.

(Ardiansyah Muhammad, 2012)

4. Pelaksanaan (Implementasi)

Pelaksanaan (Implementasi) adalah realisasi rencana tindakan

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Implementasi dimulai

setelah rencana tindakan disusun ditunjukan [ada nursing orders


41

untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan

(Nursalam, 2008)

5. Evaluasi

Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan

perubahan keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan

criteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan (Nursalam,

2008)

Tujuan Evaluasi ini adalah untuk :

a. Mengakhiri rencana tindakan keperawatan (klien telah mencapai

tujuan yang telah dicapai)

b. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien mengalami

kesulitan untuk mencapai tujuan)

c. Meneruskan rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan

waktu yang lama untuk mencapai tujuan) (Nursalam, 2008)

Untuk memudahkan perawat mengevaluasi atau mementau

perkembangan klien, digunakan komponen SOAP/SOAPIER. Yang

dimaksud dengan SOAPIER adalah:

S : Data Subjektif

Yaitu informasi yang didapat dari pasien, setelah dilakukan

tindakan keperawatan.
42

O : Data Objektif

Yaitu informasi yang didapat berdasarkan hasil pengukuran

atau observasi secara langsung kepada klien

A : Assesment/Analisis

Yaitu interpretasi dan data subjektif dan data objektif

P : Planning

Yaitu perencanaan perawatan yang akan dilanjutkan,

dihentikan, diamodifikasi, atau ditambahkan dari rencana

tindakan keperawatan yang telah ditentukan sebelumnya

I : Implementasi

Yaitu tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan

intruksi yang telah teridentifikasi dalam komponen P

(Perencanaan). Jangan lupa menuliskan tanggal dan jam

pelaksanaan

E : Evaluasi

Yaitu respon klien setelh dilakukan tindakan keperawatan.


43

R : Reassesment

Yaitu pengkajian ulang yang dilakukan terhadap perencanaan

setelah diketahui hasil evaluasi, apakah dari rencana tindakan

perlu dilanjutkan, dimodifikasi, atau dihentikan (Rohmah dan

Walid, 2009)

6. Dokumentasi

Dokumentasi memberikan catatan tentang penggunaan proses

keperawatan untuk memberikan perawatan pasien secara individu.

Dokumentasi ini merupakan persyaratan legal dan setiap

lingkungan pelayanan kesehatan. Dokumentasi juga memerlukan

tanggal dan spesifik waktu dan harus ditandatangani oleh orang

yang menulisnya. Catatan perkembangan merealisalikan

implementasi rencana tindakan dengan mencatat bahwa tindakan

yang telah dilakukan (Deoengoes, 2007)


Daftar Pustaka

DiGiulio, Mary (2014). Keperawatan Medikal Bedah


Inayah, Iin (2006). Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan
Sistem Pencernaan edisi 1, Jakarta : Salemba Medika.
Nursalam,( 2008). Proses & Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik, Jakarta
: Salemba Medika

Doengoes Marilynn E, et all (2007). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Alih bahasa Kurnisa, I.M.,
dan Sumarwati, N.M.,Jakarta : EGC.

Rohmah dan Walid,S (2009). Proses Keperawatan teori dan aplikasi. Jogjakarta : Ar-
Ruzz Media.

(www.google_penyakit _gastritis.com)
RSUD Ciamis, (2015). Pencatatan dan Pelaporan Rekam Medik Kabupaten Ciamis

Ruang Kenanga RSUD Ciamis, (2015). Pencatatan dan Pelaporan Rekam Medik.
Kabupaten Ciamis

You might also like