You are on page 1of 6

TUGAS KELOMPOK I

MTs. Darul Qalam Senayang

D
I

S
U
S
U
N

OLEH :
 PIZUR
 KHAIRUL
 DODI
 YAYAN
 RIKO
 RIKI
 MARWAN
 SAFRUDIN
Biografi Khalifah Harun Ar-Rasyid

Harun Ar-Rasyid lahir di Rayy pada tahun 142 H / 766 M dan wafat pada tahun 193 H/809 M di Thus,
Khurasan. Harun Ar-Rasyid adalah kalifah kelima dari kekalifahan Abbasiyah dan memerintah
antara tahun170-186 H /786-803 M. Ayahnya bernama Muhammad Al-Mahdi, khalifah yang ketiga
dan kakaknya, Musa Al-Hadi adalah kalifah yang ketiga.Ibunya Jurasyiyah dijuluki Khayzuran
berasal dari Yaman.
Meski berasal dari dinasti Abbasiyah, Harun Ar-Rasyid dikenal dekat dengan keluarga Barmaki dari
Persia (Iran). Di masa mudanya, Harun banyak belajar dari Yahya ibn Khalid Al-Barmak.

Sejak belia, Harun Ar-Rasyid ditempa dengan pendidikan agama Islam dan pemerintahan di
lingkungan istana. Salah satu gurunya yang paling populer adalah Yahya bin Khalid. Berbekal
pendidikan yang memadai, Harun pun tumbuh menjadi seorang terpelajar. Harun Ar-Rasyid
memang dikenal sebagai pria yang berotak encer, berkepribadian kuat, dan fasih dalam berbicara.
Ketika tumbuh menjadi seorang remaja, Harun Ar-Rasyid sudah mulai diterjunkan ayahnya dalam
urusan pemerintahan. Kepemimpinan Harun ditempa sang ayah ketika dipercaya memimpin
ekspedisi militer untuk menaklukk Bizantium sebanyak dua kali. Ekspedisi militer pertama
dipimpinnya pada 779 M – 780 M. Dalam ekspedisi kedua yang dilakukan pada 781-782 M, Harun
memimpin pasukannya hingga ke pantai Bosporus. Dalam usia yang relatif muda, Harun Ar-Rasyid
yang dikenal berwibawa sudah mampu menggerakkan 95 ribu pasukan beserta para pejabat tinggi
dan jenderal veteran. Dari mereka pula, Harun banyak belajar tentang strategi pertempuran.

Sebelum dinobatkan sebagai khalifah, Harun didaulat ayahnya menjadi gubernur di As-Siafah tahun
779 M dan di Maghrib pada 780 M. Dua tahun setelah menjadi gubernur, sang ayah
mengukuhkannya sebagai putera mahkota untuk menjadi khalifah setelah saudaranya
al-Hadi.Beliau menjadi khalifah menggantikan kakaknya, al-Hadi pada tahun 170 H.
Harun Ar-Rasyid berkuasa selama 23 tahun (786 M – 809 M). Selama dua dasawarsa itu, Harun
Al-Rasyid mampu membawa dinasti yang dipimpinnya ke peuncak kejayaan. Ada banyak hal yang
patut ditiru para pemimpin Islam di abad ke-21 ini dari sosok raja besar Muslim ini. Sebagai
pemimpin, dia menjalin hubungan yang harmonis dengan para ulama, ahli hukum, penulis, qari, dan
seniman.
Ia juga kerap mengundang para tokoh informal dan profesional itu keistana untuk mendiskusikan
berbagai masalah. Harun Ar-Rasyid begitu menghagai setiap orang. Itulah salah satu yang
membuat masyarakat dari berbagai golongan dan status amat menghormati, mengagumi, dan
mencintainya. Harun Ar-Rasyid adalah pemimpin yang mengakar dan dekat dengan rakyatnya.
Sebagai seorang pemimpin dan Muslim yang taat, Harun Ar-Rasyid sangat rajin beribadah. Konon,
dia terbiasa menjalankan shalat sunat hingga seratus rakaat setiap harinya. Dua kali dalam setahun,
khalifah kerap menunaikan ibadah haji dan umrah dengan berjalan kaki dari Baghdad ke Makkah. Ia
tak pernah lupa mengajak para ulama ketika menunaikan rukun Islam kelima. Beliau biasa
menunaikan haji setahun dan berperang setahun. Sekalipun sebagai seorang khalifah, beliau masih
sempat shalat yang bila dihitung setiap harinya mencapai seratus rakaat hingga beliau wafat. Beliau
tidak meninggalkan hal itu kecuali bila ada uzur. Demikian pula, beliau biasa bersedekah dari harta
pribadinya setiap harinya sebesar 1000 dirham.
Era pemerintahan Harun, yang dilanjutkan oleh Ma’mun Ar-Rasyid, dikenal sebagai masa keemasan
Islam (The Golden Age of Islam), di mana saat itu Baghdad menjadi salah satu pusat ilmu
pengetahuan dunia.
Pada masa itu, Baghdad menjadi mercusuar kota impian 1.001 malam yang tidak ada tandingannya
di dunia pada abad pertengahan. Daulah Abbasiyah pada masa itu, mempunyai wilayah kekuasaan
yang luas, membentang dari Afrika Utara sampai ke Hindukush, India.
Kekuatan militer yang dimilikinya juga sangat luar biasa.Beliau berhasil menguasai kota Hiracle dan
menyebarkan pasukan di bumi Romawi hingga tidak tersisa lagi seorang Muslim pun yang menjadi
tawanan di kerajaan mereka. Beliau mengirimkan pasukannya yang kemudian menaklukkan
benteng Cicilia, Malconia dan Cyprus, lalu menawan penduduknya yang berjumlah 16000 orang.
Pada tahun 186 H, beliau menyerang Shaifah dengan panglimanya, al-Qasim bin ar-Rasyid. Pada
tahun yang sama, beliau pun mengutus Ibn Ja’far bin al-Asy’ats ke sana, dan berhasil mengepung
benteng Sinan. Terjadilah perjanjian damai antara Khilafah Abbasiyah, dengan Romawi, yang kala
itu masih dipimpin oleh Ratu Rini. Dia pun digulingkan, dan hanya memerintah selama 5 bulan.
Setelah itu, Romawi jatuh ke tangan Nakfur. Bagi Nakfur, Ratu Rini adalah Ratu yang lemah,
sehingga dia tunduk dan mau membayar Kharaj kepada Khilafah Abbasiyah, dalam hal ini Khalifah
Harun ar-Rasyid.
Begitu dilantik menjadi Raja, Nakfur pun menulis surat kepada Khalifah Harun ar-Rasyid, untuk
meminta kembali harta yang pernah dibayarkan oleh Ratu Rini, setelah keduanya sepakat
melakukan perjanjian damai. Maka, Khalifah agung itu pun membalas surat Nakfur, bukan dengan
kertas atau kulit lain, tetapi dengan kertas atau kulit yang dipakai Nakfur, yaitu ditulis di belakangnya:
“Dari Harun ar-Rasyid, Amirul Mukminin, kepada Nakfur, Anjing Romawi. Jawabannya seperti yang
kamu lihat, bukan seperti yang kamu dengar.” Surat itu pun dikirim bersama dengan pasukan
Khilafah. Pada saat itu, Harun ar-Rasyid sendiri memimpin pasukannya hingga sampai di Kota
Heraklius, sehingga terjadilah peperang yang sangat terkenal dan menjadi momentum penaklukan
yang sangat nyata.

Emperium Romawi itu pun tak kuasa membendung gempuran pasukan Khilafah, akhirnya Nakfur
pun meminta diadakannya perundingan dan bersedia membayar Kharaj tiap tahun, sebagaimana
yang pernah dibayar oleh Ratu Rini. Khalifah Harun ar-Rasyid pun bersedia mengabulkan
keinginannya. Tetapi, Nakfur berkhianat dan mengingkari perjanjian tersebut.

Karena peristiwa ini, Khalifah Harun ar-Rasyid pun mengirim 135.000 tentaranya ke bumi Romawi,
sehingga tahun 196 H Allah pun memberikan kemenangan kepada mereka. Beliau singgah di Kota
Heraklius. Kota itu pun dikepung selama 30 hari, dan kota itu akhirnya jatuh ke tangan kaum Musilm.
Penduduknya dijadikan sebagai sabaya (tawanan) dan harta kekayaan yang ada di sana dijadikan
ghanimah bagi mereka. Dalam peperangan tersebut, menurut Ibn Khaldun, tentara Nakfur yang
terbunuh sebanyak 40.000 orang.

Sementara pasukan kaum Muslim yang lain di bawah pimpinan Syarahbil bin Ma’an bin Zaidah
berhasil menaklukkan benteng Shaqalibah dan Disah. Sementara pasukan Yazid bin Mukhlid
berhasil menaklukkan benteng Shafshaf dan Quniah. Ini diikuti dengan pengiriman armada maritim
di sepanjang pantai Syam, Mesir hingga Cyprus (Turki/Yunani). Pasukan Romawi di sepanjang
wilayah itu pun kalah, sehingga 17.000 penduduk di sana berhasil dijadikan sebagai sabaya oleh
pasukan kaum Muslim. Di dalamnya termasuk Uskup Cyprus, yang akhirnya dibebaskan dengan
membayar tebusan sebesar 2.000 Dinar (Rp. 2,5 milyar).

Berbagai pemberontakan pun tercatat sempat terjadi di era kepemimpinannya. Pemberontakan


yang sempat terjadi di masa kekuasaannya antara lain; pemberontakan Khawarij yang dipimpin
Walid bin Tahrif (794 M); pemberontakan Musa Al-Kazim (799 M); serta pemberontakan Yahya bin
Abdullah bin Abi Taglib (792 M).

Di masa pemerintahannya beliau :


* Mewujudkan keamanan, kedamaian serta kesejahteraan rakyat.
* Membangun kota Baghdad dengan bangunan-bangunan megah.
* Membangun tempat-tempat peribadatan.
* Membangun sarana pendidikan, kesehatan, dan perdagangan.
* Mendirikan Baitul Hikmah, sebagai lembaga penerjemah yang berfungsi sebagai perguruan tinggi,
perpustakaan, dan penelitian.
* Membangun majelis Al-Muzakarah, yakni lembaga pengkajian masalah-masalah keagamaan yang
diselenggarakan di rumah-rumah, mesjid-mesjid, dan istana.

Beliau orang yang mencintai ilmu dan para penuntut ilmu, mengagungkan kehormatan Islam dan
membenci debat kusir dalam agama dan perkataan yang bertentangan dengan Kitabullah dan
as-Sunnah an-Nabawiyyah.Khalifah Harun Ar-Rasyid mempunyai perhatian yang sangat baik
terhadap ilmuwan dan budayawan. Ia mengumpulkan mereka semua
dan melibatkannya dalam setiap kebijakan yang akan diambil pemerintah. Perdana menterinya
adalah seorang ulama besar di zamannya, Yahya Al-Barmaki juga merupakan guru Khalifah Harun
Ar-Rasyid, sehingga banyak nasihat dan anjuran kebaikan mengalir dari Yahya. Hal ini semua
membentengi Khalifah Harun Ar-Rasyid dari perbuatan-perbuatan yang menyimpang dari
ajaran-ajaran Islam.
Bahasa Arab ketika itu merupakan bahasa resmi negara dan sehingga menjadi bahasa pengantar di
sekolah-sekolah, perguruan tinggi, dan hingga alat komunikasi umum. Khalifah Harun Ar-Rasyid
juga sangat giat dalam penerjemahan berbagai buku berbahasa asing ke dalam bahasa Arab.
Dewan penerjemah juga dibentuk untuk keperluan penerjemahan dan penggalian informasi yang
termuat dalam buku asing. Dewan penerjemah itu diketuai oleh seorang pakar bernama Yuhana bin
Musawih.Oleh sebab itu, banyak buku pengetahuan yang diterjemahkan ke dalam bahasa arab
pada masa pemerintahannya.
Selain itu, beliau juga membiayai pengembangan ilmu pengetahuan di bidang penerjemahan dan
serta penelitian. Negara menempatkan para ulama dan ilmuwan di posisi yang tinggi dan mulia.
Mereka dihargai dengan memperoleh gaji yang sangat tinggi. Setiap tulisan dan penemuan yang
dihasilkan ulama dan ilmuwan dibayar mahal oleh negara.
Dalam menjalankan roda pemerintahan, Harun Ar-Rasyid tak mengenal kompromi dengan korupsi
yang merugikan rakyat. Sekalipun yang berlaku korup itu adalah orang yang dekat dan banyak
berpengaruh dalam hidupnya. Tanpa ragu-ragu Harun Ar- Rasyid memecat dan memenjarakan
Yahya bin Khalid yang diangkatnya sebagai perdana menteri (wazir).Harun pun menyita dan
mengembalikan harta Yahya senilai 30,87 juta dinar hasil korupsi ke kas negara. Dengan begitu,
pemerintahan yang dipimpinnya bisa terbebas dari korupsi yang bisa menyengsarakan rakyatnya.
Pemerintahan yang bersih dari korupsi menjadi komitmennya.
Setiap orang merasa aman untuk keluar pada malam hari, karena tingkat kejahatan yang minim.
Kaum terpelajar dan masyarakat umum dapat melakukan perjalanan dan penjelajahan di negeri
yang luas itu dengan aman. Masjid-masjid, perguruan tinggi, madrasah-madrasah, rumah sakit, dan
sarana kepentingan umum lainnya banyak dibangun pada masa itu..
Sang khalifah benar-benar memperhatikan dan mengutamakan kesejahteraan rakyatnya. Guna
meningkatkan kesejahteraan rakyat dan negara, Harun Ar-Rasyid berupaya dengan keras
memajukan perekonomian serta perdagangan. Pertanian juga berkembang dengan begitu pesat,
lantaran khalifah begitu mena ruh perhatian yang besar dengan membangun saluran irigasi.
Langkah pemerintahan Harun Ar-Rasyid yang serius ingin menyejahterakan rakyatnya itu mendapat
dukungan rakyatnya. Kemajuan dalam sektor perekonomian, perdagangan dan pertanian itu
membuat Baghdad menjadi pusat perdagangan terbesar dan teramai di dunia saat itu.
Bahkan pada masa pemerintahan Harun Ar-Rasyid sangat sulit mencari orang yang akan diberikan
zakat, infak dan sedekah, karena tingkat kemakmuran penduduknya merata.
Dengan kepastian hukum serta keamanan yang terjamin, berbondong-bondong para saudagar dari
berbagai penjuru dunia bertransaksi melakukan pertukaan barang dan uang di Baghdad. Negara
pun memperoleh pemasukan yang begitu besar dari perekonomian dan perdagangan itu serta
tentunya dari pungutan pajak. Pemasukan kas negara yang begitu besar itu tak dikorup sang
khalifah. Harun Ar-Rasyid menggunakan dana itu untuk pembangunan dan menyejahterakan
rakyatnya. Kota Baghdad pun dibangun dengan indah dan megah. Gedung-gedung tinggi berdiri,
sarana peribadatan tersebar, sarana pendidikan pun menjamur, dan fasilitas kesehatan gratis pun
diberikan dengan pelayanan yang prima.Sarana umum lainnya seperti kamar mandi umum, taman,
jalan serta pasar juga dibangun dengan kualitas yang sangat baik.
Harun Ar-Rasyid sendiri banyak dihormati raja-raja Eropa. Mereka saling berkirim surat. Di antara
mereka adalah Raja Charle Magne dan Ratu Irene. Bagi orang-orang Eropa, nama Harun Ar-Rasyid
beserta Shalahuddin Al-Ayyubi dijajarkan dalam daftar raja-raja terkenal yang pernah ada di dunia
ini.
Tetapi Harun Ar-Rasyid mati muda. Dalam suatu peperangan di Thus, Khurasan, pada 193 H, ajal
menjemputnya. Waktu itu, usianya belum lagi 45 tahun. Saat meninggal usianya 45 tahun, bertindak
sebagai imam shalat jenazahnya adalah anaknya sendiri yang bernama Shalih.
Jejak Hidup Khalifah Haruh Ar-Rasyid
Tahun 763 M : Pada 17 Maret, Harun terlahir di Rayy.
Tahun 780 M : Memimpin pasukan militer melawan Bizantium.
Tahun 782 M: Kembali memimpin pa – suk an melawan Bizantium hingga ke Bos porus.
Tahun 786 M: 14 September saudaranya Al-Hadi – khalifah keempat meninggal dunia.
Tahun 791 M: Harun kembali berperang melawan Bizantium.
Tahun 795 M: Harun meredam pembenrontakan Syiah dan memenjarakan
Musa Al-Kazim. Tahun 796 M: Harun memindahkan istana dan pusat pemerintahan dari Baghdad ke
Ar-Raqqah.
Tahun 800 M: Harun mengangkat Ibrahim ibnu Al-Aghlab sebagai gubernur Tunisia.
Tahun 802 M: Harun menghadiahkan dua gajah albino ke Charlemagne sebagai hadiah diplomatik.
Tahun 803 M: Yahya bin Khalid (perdana menteri yang dipecat karena korupsi meninggal dunia.
Tahun 807 M: Kekuatan Harun mengusai Siprus.
Tahun 809 M: Harun meninggal dunia ketika melakukan perjalanan di bagian timur wilayah
kekuasaannya
semoga postingan diatas dapat menjadi tauladan bagi kita dan dapat membantu anda yang lagi
punya tugas

You might also like