Professional Documents
Culture Documents
PRO
- JE. Sahetapy: Tindak Pidana Korupsi Bisa Berlaku Surut (Guru besar dalam
ilmu hukum di Universitas Airlangga, Surabaya). Tipikor dalam
memberlakukan asas pembuktian terbalik bisa diberlakukan asas berlaku
surut karena prinsip pengecualian. Sahetapy berpendapat bahwa tindak
pidana korupsi tersebut dapat diberlakukan surut. Hal ini penting,
menurutnya, untuk mengungkap korupsi yang banyak dilakukan para pejabat
dan kroninya pada masa Orde Baru. Sahetapy melihat bahwa tindak pidana
korupsi sekarang ini dapat dikatakan sebagai suatu pelanggaran HAM
(banyak sekali pihak yang ingin menerapkan asas retroaktif itu bertalian
dengan gross violation of human rights). Asas de uitzonderingen
bevestigen de regel atau perkecualian memastikan aturan yang ada.
Asas retroaktif untuk gross violation of human rights sendiri sebenarnya
juga telah melanggar doktrin hukum legalistik positivistik.
Sahetapy juga menegaskan bahwa asas pembuktian terbalik tersebut hanya
pantas jika hanya dilakukan oleh hakim dan sama sekali tidak bisa digunakan
oleh pihak kepolisian atau kejaksaan. "Sebab pemeriksaan yang transparan
hanya di pengadilan.
- Dr. Indriyanto Seno Adji, salah satu tim pakar yang menggodok perubahan
UU No. 31 tahun 1999 yang berpendapat bahwa sesuai Doktrin International
Covenant Economic and Social Right, tindak pidana korupsi itu dapat
dimasukkan dalam kriteria pelanggaran HAM berat. Lebih jauh simak
artikel Korupsi Merupakan Pelanggaran HAM Berat dan Korupsi Diarahkan
Menjadi Kejahatan Terhadap Kemanusiaan.
KONTRA
LEGAL THEORIES
- E.Y. Kanter, S.H. danS.R. Sianturi, S.H. dalam bukunya Asas-Asas Hukum
Pidana di Indonesia dan Penerapannya (hal. 71) mengatakan bahwa
ketentuan dalam Pasal 1 ayat 1 KUHP tidaklah berlaku mutlak.
Pengecualian atau penyimpangan dari ketentuan tersebut dapat dibuat oleh
pembuat undang-undang dengan peraturan yang sederajat. KUHP (Wetboek
van Starfrecht) disetarakan dengan “undang-undang” sehingga pengecualian
atau penyimpangan asas retroaktif bisa dilakukan dengan menerbitkan
undang-undang.