Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh yang memiliki peran penting
dalam metabolisme sel tubuh. Pada penyakit hati oleh penyebab tertentu,
kelainanan yang terjadi dapat berupa kelainan fungsi metabolisme (fungsi
sintesis dan fungsi penyimpanan), kelainan fungsi pertahanan tubuh (fungsi
penawar racun dan fungsi ekskresi), atau kerusakan sel hati. Diagnosis
penyakit hati dengan dengan menggunakan hasil pemeriksaan laboratorium
pada dasarnya adalah untuk mendapatkan informasi mengenai fungsi,
keutuhan sel, dan etiologi penyakit hati, dengan cara menafsirkan hasil
pemeriksaan laboratorium. Penafsiran hasil pemeriksaan laboratorium untuk
mendiagnosis penyakit hati tidak dapat menggunakan satu jenis hasil
pemeriksaan laboratorium saja, tetapi menggunakan gabungan beberapa
hasil pemeriksaan. Hal itu disebabkan oleh sifat hasil pemeriksaan
laboratorium pada penyakit hati yang tidak spesifik dan sensitif. Bersifat tidak
spesifik karena hasil pemeriksaan fungsi hati dan keutuhan sel hati
dipengaruhi oleh kelainan diluar hati (factor ekstrahepatik). Bersifat tidak
sensitive karena daya cadang fungsi hati sangat besar dan daya regenerasi
sel hati sangat cepat sehingga pada kelaianan hati yang ringan, baik
kerusakan awal sel hati maupun kerusakan jaringan hati yang belum luas
(<60%), menunjukkan hasil pemeriksaan laboratorium masih normal. (Giantini
Astuti, 2012)
Perkembangan hati mulai tampak pada embrio berukuran 2,5 mm, yaitu
kira-kira pada minggu ketiga sampai keempat, sebagai pertumbuhan
endoterm bagian ventral foregut, kranial dari yolk sac dan kaudal dari jantung,
dekat bertumbuhnya duodenum. Pertumbuhan ini disebut diverticulum hati
atau rudiment hati. Bagian kranial pertumbuhan itu berkembang menjadi
gencel hepatosit dan kemudian saluran empedu intrahepatic. Sedangkan
bagian kaudal berkembang menjadi kandung empedu dan saluran empedu
ekstrahepatik. (Marwoto Wirasmi, 2010)
Sinusoid, pembuluh darah, simpati hati (kapsula glisson) dan jaringan ikat
segitiga Kiernan (portal) dibuat oleh jaringan mesoderm septum transversum.
Vena vitelinus yang melapisi bagian luar septum transversum akan
Sel hati adalah sel yang polyhedral dan berinti. Protoplasma sel berisi
sejumlah besar enzim. Massa sel ini membentuk lobula hepatica yang
berbentuk heksagonal kasar, kira-kira berdiameter satu millimeter dan satu
dari yang lain terpisah oleh jaringan ikat yang memuat cabang-cabang
pembuluh darah yang menjelajahi hati. Cabang vena porta, arteri hepatica,
dan saluran empedu dibungkus bersama oleh sebuah balutan dari jaringan
ikat, yang disebut kapsul Glisson dan yang membentuk saluran porta. Darah
berasal dari vena porta bersentuhan erat dengan sel hati, dan setiap lobula
dijelajahi sebuah gejala sinusoid darah atau kapiler hepatika. (Pearce. E.C,
2011)
Pembuluh darah halus berjalan di antara lobula hati dan disebut vena
interlobular. Pembuluh-pembuluh darah ini menuangkan isinya ke dalalm vena
lain yang disebut vena sublobuler. Vena-vena sublobuler ini bergabung dan
akhirnya membentuk beberapa vena hepatika yang berjalan langsung masuk
ke dalam vena kava inferior. Empedu dibentuk di dalam sela-sela kecil di
B. Tujuan
Untuk mengetahui kadar SGOT dalam darah seseorang.
C. Manfaat
Agar mahasiswa mengetahui bagaimana cara pemeriksaan SGOT (AST)
dengan metode Rekomendasi IFCC.
-Perikarditis
-Sirosis hepatic
1. Peningkatan ringan (<3x normal) -Infark paru
-Cerebrovascular
accident (CVA)
-Obstruksi saluran
empedu
2. Peningkatan sedang (3-5 normal) -Aritmia jantung
-Gagal jantung kongesti
-Tumor hati
-Kerusakan
hepatoseluler
3. Peningkatan tinggi (>5x nilai normal) -Infark jantung
-Kolaps sirkulasi
-Pankreatitis akut
E. Masalah Klinis
Masalah klinis yang dapat kita lihat dari Peningkatan maupun penurunan
kadar SGOT menurut Marwoto Wirasmi (2010) diantaranya:
Pada Penurunan kadar SGOT dapat disebabkan oleh:
1. Kehamilan
2. Ketoasidosis diabetic
3. Pengaruh obat
4. Salisilat.
Peningkatan kadar SGOT dapat disebabkan oleh karna:
1. MI akut
2. Hepatitis
3. Nekrosis hati
4. Penyakit dan trauma musculoskeletal
5. Pankreatitis akut
6. Kanker hati
7. Angina pektoris yang serius
8. Olah raga berat
9. Injeksi IM
10. Pengaruh obat: Antibiotik (ampisilin, karbenisilin, klindamisin, kloksasilin,
eritromisin, gentamisin, linkomisin, nafsilin, oksasilin, polisilin, tetrasiklin).
Vitamin( asam folat, piridoksin, vitamin A), [Aldomet], guanetidin,
mitramisin, preparat digitalis, kortison, flurazepam, (Dalmane),
indomertasin(Indocin), Isoniazid (INH), rifampin, kontrasepsi oral, salisilat,
teofilin.
C. Prinsip
AST
L-Aspartate + 2-oxoglutarat L-glutamat + oxalacetat
MDH
Oxalacet + NADH + H+ L-malat + NAD+
D. Prosedur Kerja
Buat Working Reagen (WR) 5 R1 : 1 R2 -> 2000 ul : 400 ul
Pipet ke dalam tabung Sampel atau control
Blanko (µl)
reaksi (µl)
Reagen campuran 1000 1000
E. Nilai Normal
Laki-laki : < 37 ul
Perempuan : < 31 ul
F. Metode kerja
Rekomendasi IFCC (Kinetik)
G. Identitas sampel
Nama : Dinda Retno sya’bani
Umur : 19 tahun
Jenis Kelamin : perempuan
B. Pembahasan
SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase) atau juga dinamakan
AST (Aspartat Aminotransferase) merupakan enzim yang dijumpai dalam otot
jantung dan hati, sementara dalam konsentrasi sedang dijumpai pada otot
rangka, ginjal dan pancreas. Konsentrasi rendah dijumpai dalam darah,
kecuali jika terjadi cedera seluler, kemudian dalam jumlah banyak dilepaskan
ke dalam sirkulasi. Pada infark jantung, SGOT/AST akan meningkat setelah
10 jam dan mencapai puncaknya 24-48 jam setelah terjadinya infark.
SGOT/AST akan normal kembali setelah 4-6 hari jika tidak terjadi infark
tambahan. Kadar SGOT/AST biasanya dibandingkan dengan kadar enzim
jantung lainnya, seperti CK (Creatin Kinase), LDH (Lactat Dehydrogenase).
Pada penyakit hati, kadarnya akan meningkat 10 kali lebih akan tetap
demikian dalam waktu yang lama. (Wahyu Ewmuslim, 2010)
Diagnosis penyakit hati dengan dengan menggunakan hasil pemeriksaan
laboratorium pada dasarnya adalah untuk mendapatkan informasi mengenai
fungsi, keutuhan sel, dan etiologi penyakit hati, dengan cara menafsirkan hasil
pemeriksaan laboratorium. Penafsiran hasil pemeriksaan laboratorium untuk
mendiagnosis penyakit hati tidak dapat menggunakan satu jenis hasil
pemeriksaan laboratorium saja, tetapi menggunakan gabungan beberapa
B. Saran
Saran pada penulisan laporan ini adalah mahasiswa telah mengetahui
bagaimana cara pemeriksaan SGOT (AST) menggunakan metode
Rekomendasi IFCC.
Giantini Astuti. 2012. Buku Ajar Ilmu Penyakit Hati. Jakarta: Penerbit CV
SAGUNG SETO.
Lely, dkk. 2016. Kadar Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT) pada
Tikus Wistar (Rattus Norvegicus) Jantan yang dipapar stressor Rasa sakit
Electrical Foot Shock Selama 28 Hari. Krayan Timur: Fakultas Kedokteran
Gigi, Universitas Jember.
Marwoto Wirasmi. 2010. Buku Ajar Patologi II (Khusus) Edisi Ke- 1. Jakarta:
Penerbit CV SAGUNG SETO.
Pearce. E.C. 2011. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Penerbit PT
Gramedia Pustaka Utama.