You are on page 1of 10

TUGAS

KEPANITERAAN KLINIK STASE ILMU KESEHATAN


TELINGA HIDUNG TENGGOROK – KEPALA LEHER
RSAL Dr. RAMELAN

Pembimbing:
dr. Sri Winarti, M.Kes., Sp.THT-KL

Disusun oleh:
Okky Imanuel Samatha (1522316062)

PROGRAM KEPANITERAAN KLINIK


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA
2018

1
Daftar Isi

Cover…………………………………………………………………………………………i
Daftar isi……………………………………………………………………………………..1
Tuba eustachii………………………………………………………………………………..2
Pemeriksaan tuba…………………………………………………………………………….2
Suara parau dan hot potato voice…………………………………………………………….3
Stadium ca tonsil dan terapinya……………………………………………………………...5
Patofisiologi nyeri telinga……………………………………………………………………7
Daftar Pustaka………………………………………………………………………………..9

2
1. Tuba Eustachius
Tuba Eustachius adalah saluran yang menghubungkan rongga telinga tengah dengan
nasofaring. Tuba eustachius sendiri memiliki fungsi yaitu sebagai Ventilasi, drainase,
menghalangi masuknya secret dari nasofaring ke telinga tengah.
1. Drainase : Menjaga keseimbangan tekanan antara telinga tengah dengan tekanan atmosfer
di lingkungan luar
2. Drainase : Drainase secret atau pengaliran secret dari telingah tengah ke naso faring
3. Proteksi : menghalangi masuknya sekret dari nasofaring serta dari suara yang keras.
Fungsi ventilasi sendiri dapat dibuktikan keberadaannya dengan mengunakan perasat valsava dan
perasat Toynbee yang akan dijelaskan nanti pada pemeriksaan tuba eustachius.
Tuba eustachius terdiri atas tulang rawan pada 2/3 arah nasofaring dan sepertiganya terdiri atas
tulang, pada anak-anak tuba eustachius lebih pendek, lebih lebar, dan lebih horizontal
dibandingkan tuba dewasa, panjang tuba dewasa 37.5 mm dan pada anak dibawah 9 bulan adalah
17.5 mm. tuba normalnya dalam keadaan tertutup keculai jika dibutuhkan oksigen masuk
ketelingah tengah atau pada saat mengunyah, menguap, menelan maka tuba akan terbuka,
pembukaan ini dibantu oleh otot tensor veli palatine.
2. Pemeriksaan Tuba eustachius
Pemeriksaan fungsi tuba eustachius dapat dilakukan dengan cara perasat, timpanometri,
tes politzer, kateterisasi, tes sakrin dan metilin blue, otoskopi pneumoatik, nasofaringoskopi,
sonotubometri, tes inflasi-deflasi.
1. Perasat : untuk pemeriksaan perasat ini bisa dilakuan dengan dua cara yaitu perasat valsava
dan perasat Toynbee
- Perasat valsava : dilakukan dengan cara meniupkan dengan keras dari hidun sambil
hidung dipencet dengan jari, lalu mulut ditutup. Bila terbuka maka akan terasa udara
masuk kedalam rongga telinga tengah yang menenkan membrane timpani kearah
lateral. Perasat valsava ini tidak boleh dilakukan jika terdapat infeksi saluran penapasan
atas
- Perasat Toynbee : dilakukan dengan cara menelan ludah sambil hidung dipencet dan
mulut ditutup. Bila tuba terbuka makan akan terasa membrane timpani tertarik
kedalam. Prasat Toynbee ini lebih fisiologis, karena mekanisme pembukaan tuba

3
adalah karena proses menelan, dimana pada proses menelan memang akan terjadi
pembukaan tuba eustachius
2. Timpanometri : melihat tekanan udara yang melewati canalis aurikulum eksternum yang
di lihat melalui hasil timpanogram. Pada dasarnya ada 3 pembagian hasil timpanogram :
- Tipe A menunjukan tekanan ditelingah tengah normal
- Tipe B tidak didapatkan puncak atau flat, biasanya disebabkan karena adanya cairan
ditelinga tengah, atau adanya perforasi membrane timpani.
- Tipe C adanya puncak namun bergeser kekiri, hal ini menunjukan adanya tekanan
negative pada telinga tengah, bisanya disebabkan karena disfungsi tuba eustachius.
3. Tes politzer udara dimasukkan ke dalam hidung melalui pompa Politzer sementara
nasofaring tertutup oleh gerakan palatum mole ke atas (mengucapkan huruf k) dan hidun
kontralateral ditutup dengan jari, test dikatakan positif jika over pressured dapat mencapai
telinga tengah dan menciptakan tekanan positif pada telinga tengah, hal ini menandakan
adanya patency tuba. Metode ini bisa digunakan untuk terapi jika terjadi effuse ataupun
peningkatan tekanan negative di telinga tengah.
4. Kateterisasi Kateter dimasukkan ke kavum nasi sampai menyentuh dinding nasofaring
kemudian kateter diputar 90° ke medial ditarik sampai posterior septum nasi lalu diputar
180° ke lateral sampai ujungnya mencapai Tuba eustachius Penderita diminta menelan
lalu konfirmasi ujung kateter mencapai Tuba Kemudian pompa karet untuk mengalirkan
udara ke dalam pompa Pemeriksa mendengarkan suara aliran udara di dalam Tuba dengan
auskultasi pada sisi yang sama. Hasil mirip dengan tes politzer.
5. Test sakarin dan metilin blue Cairan sakarin atau metilen biru dimasukan ke telinga tengah
melalui perforasi membran timpani, Rasa manis sakarin terasa dilidah Warna biru metilen
tampak dilidah
6. Nasofaringoskopi : dengan cara melihat langsung tuba eustachius melalui endoskopi pada
saat istirahat dan pada saat menelan.

3. Suara paru dan hot potato voice


Suara parau merupakan suatu gejala bukan suatu penyakit., suara bisa terdengar seperti
suara yang berat, serak, ataupun perubahan pitch menjadi lebih tinggi atau lebih rendah. Penyebab
suara parau biasanya dikarenakan adanya gangguan pada pita suara.

4
1. Papilloma laring
Tumor jinak pada laring, dapat meluas ke faring, trakea, bahkan bronkus – respiratory tract
papilloma. Biasanya pada anak, dapat terjadi pada dewasa Suara parau terus-menerus,
progresif, dapat menyebabkan sesak nafas residif sering tumbuh cepat, biasanya
disebabkan karena HPV.
 Terapi:
- BLM, ekstraksi sebersih mungkin
- Bila residif, operasi lagi dst
- Kadang-kadang perlu trakeotomi
- Obat-obat anti viral acyclofir, isoprinosine
2. Singer nodul
Nodul (benjolan kecil) pada 1/3 anterior, simetris kanan kiri, yang banyak disebabkan
karena vocal abuse (teriak-teriak, nada tinggi, banya bicara).
Terapi:
- Voice Tx: kurangi bicara, nada rendah, jangan berbisik, tidak ngeden
- Bila cukup besar dan sudah lama operasi BLM
3. Polip laring
Biasanya terjadi di bagian tengah, setengah depan atau bahkan pada seluruh bagian korda
vokalis Biasanya unilateral pd batas bebas k vokalis, tetapi dpt bilateral Dapat terjadi pd
semua umur, tetapi pd dewasa merupakan lesi benigna yg paling sering Ada 2 tipe, yaitu
mukoid dan angiomatus dan menyebabkan suara parau

5
Terapi : ekstirpasi melalui bedah mikrolaring
4. Granuloma laring
Biasanya terjadi di daerah prosesus vokalis atau pada arytenoid. Seringkali ada riwayat
gastric reflux atau trauma laring misalnya intubasi endotrakeal. Gejala utama suara parau,
kadang-2 ada gejala iritasi seperti sering merasa perlu membersihkan tenggorok atau
sensasi seperti ada benda asing di tenggorok tergantung lokasinya. Bila granuloma
bertangkai sempit terjadi a ball valving phenomenon dgn gejala afoni sesaat dan serangan
batuk berkala. Biasanya unilateral, tetapi dapat bilateral seperti pd granuloma pasca
intubasi. Pada granuloma yang besar dapat menyebabkan sesak nafas
Terapi :
- eliminasi penyebab iritasi kronis
- voice therapy
- gastroesophageal reflux, bila ada
- dicoba antibiotik dan steroid walau hasilnya kurang baik
- operasi : bedah mikrolaring

Hot potato voice atau hot potato speech merupakan defek pada resonansi dimana suara menjadi
meredup (muffled), sama seperti orang yang sedang berbicara dengan kentang panas di mulutnya.
Hot potato voice ini disebabkan oleh insuficiensi veloparyngeal yang dikombinasikan dengan
suara resonansi yang redup. Dapat disebabkan oleh :
1. Masa lymphoid
2. Peritonsilar abses
3. Epigglotis
4. Tumor vallecula
5. Benda asing
4. Stadium Ca tonsil, dan terapinya
Stadium pada keganasan tonsil dapat dipakai pedoman dari National Comprehensive Cancer
Network (NCCN) tahun 2011 :
T : menggambarkan keadaan tumor
Tis : karsinoma in situ
T0 : Tidak jelas adanya tumor primer

6
T1 : tumor dengan garis tengah terbesar 2 cm
T2 : Tumor dengan garis tengah 2-4 cm
T3 : Tumor dengan garis tengah > 4 cm
T4a : Tumor menginvasi laring, otot lidah, pterigoid medial, palatum durum atau tulang
mandibular
T4b : Tumor telah menginvasi oto pterigoid lateral, tulang pterigoid, lateral nasofaring, dasar
tenggkorak atau arteri karotis

Nx : Metastase regional tidak dapat ditentukan


No : tidak ada metastase regional
N1 : metastase regional dengan diameter terbesar <3 cm
N2a : metastase single ipsilateral dengan diameter 3-6cm
N2b : metastase ipsilateral dengan diameter terbesar >6 cm
N3 : Metastase kelenjar regional dengan diameter terbesar kelenjar getah bening ? 6 cm

Mx : metastase jauh tidak dapat ditentukan


M0 : tidak ada metastase jauh
M1 : ada metastase jauh

Stadium 0 : Tis N0 M0
Stadium 1 : T1 N0 M0
Stadium 2 : T2 N0 M0
Stadium 3 : T3 N0 M0
T1-3 N1 M0
Stadium 4a : T4a N0 M0
T4a N1 M0
T1-4 N2 M0
Stadium 4b : T4b AnyN M0
AnyT N3 M0
Stadium 4c : AnyT AnyN M1

7
Pengobatan pada keganasan tonsil ada tiga modalitas, yaitu pembedahan, radioterapi, dan
kemoterapi.
1) Radiasi
a) Untuk stadium I dan II secara mantel radikal
b) Untuk stadium III A/B secara total nodal radioterapi
c) Untuk stadium III B secara subtotal body irradiation
d) Untuk stadium IV secara total body irradiation
2) Kemoterapi untuk stadium III dan IV
Untuk stadium I dan II dapat pula diberi kemoterapi pre radiasi atau pasca radiasi.
Kemoterapi yang sering dipakai adalah kombinasi.
COP (Untuk limfoma non Hodgkin)
C : Cyclophosphamide 800 mg/m2 hari I
O : Oncovin 1,4 mg/m2 IV hari I
P : Prednison 60 mg/m2 hari I s/d VII lalu tappering off
MOPP (untuk Limfoma Hodgkin)
M : Nitrogen Mustrad 6 mg/m2 hari 1 dan 8
O : Oncovin 1,4 mg/m2 hari I dan VIII
P : Prednison 60 mg/m2 hari I s/d XIV
P : Procarbazin 100 mg/m2 hari I s/d XIV.

5. Patofisiologi nyeri telinga


Nyeri telinga (otalgia) merupakan gejala yang umum dengan penyebab yang bermacam-
macam. Jika penyebab otalgia berasal dari telinga itu sendiri (primary otalgia) maka akan
menunjukan pemeriksaan telinga yang abnormal, sedangkan jika otalgia tidak berasal dari telinga
(secondary otalgia) pemeriksaan fisik biasanya tidak dijumpai adanya kelainan.
Telinga mendapat persarafan sensorik dari N V (trigeminal), VII (Facial), IX
(glossopharyngeal), N X (Vagus), dan saraf cervical C2 dan C3. Persarafan ini memiliki jalur yang
panjang pada leher, kepala, dan dada, sehingga banyak sekali penyakit yang dapar menyebabkan
otalgia. Pada telinga dalam diinervasi oleh NVIII (vestibule-cochlear) yang tidak mempunyai
serabut nyeri, oleh karena itu proses patologis pada telinga tengah tidak menimbulkan otalgia.
Tetapi pada bebrapa penyakit seperti menier dapat menyebabkan gejala telinga seperti penuh atau

8
tekanan. Pada primary otalgia, penyebab nyeri telinga tergantung dari jenis penyakit yang dialami
pasien.

9
Daftar Pustaka
Harrison E. Otalgia [internet]. (place;southport). [cited 03 April 2018) diunduh dari
https://www.racgp.org.au/afp/2016/july/otalgia/

Li JC. Otalgia [internet]. [place;sandiego] [cited 03 april 2018] diunduh dari


https://emedicine.medscape.com/article/845173-clinical#b5

Ely JW. Diagnosis of ear pain [internet]. (place; lowa). [cited 03 April 2018) diunduh dari
https://www.aafp.org/afp/2008/0301/p621.html

Hot potato voice [internet]. (place;unknown). [cited 03 April 2018) diunduh dari
http://epomedicine.com/clinical-medicine/hot-potato-voice/

Cleavelandclinic.org. hoarseness: frequently asked questions [internet]. (place;cleaveland). [cited 03 April


2018) diunduh dari https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/17105-hoarseness-frequently-asked-
questions

Bluestone CD. “Eustachiaan tube structure, function, role in otitis media”. hamilton; london. 2005

Soepradi EA. Iskandar N. Bashirudin J. Restuti RD. editor “ buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung
tenggorokan kepala dan leher”. Edisi ke tujuh Fakultas kedokteran universitas airlangga ; Jakarta. 2012

10

You might also like