You are on page 1of 21

DASAR-DASAR TERAPI CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Syamsul Hilal Salam

Pendahuluan
Menjaga agar volume cairan tubuh tetap relatif konstan dan komposisi elektrolit
di dalamnya tetap stabil adalah penting bagi homeostatis. Beberapa masalah klinis timbul
akibat adanya abnormalitas dalam hal tersebut. Untuk bertahan, kita harus menjaga
volume dan komposisi cairan tubuh, baik ekstraseluler (CES) maupun cairan intraseluler
(CIS) dalam batas normal. Gangguan cairan dan elektrolit dapat membawa penderita
dalam kegawatan yang kalau tidak dikelolam secara cepat dan tepat dapat menimbulkan
kematian. Hal tersebut terlihat misalnya pada diare, peritonitis, ileus obstruktif, terbakar,
atau pada pendarahan yang banyak.

Elektrolit merupakan molekul terionisasi yang terdapat di dalam darah, jaringan,


dan sel tubuh. Molekul tersebut, baik yang positif (kation) maupun yang negatif (anion)
menghantarkan arus listrik dan membantu mempertahankan pH dan level asam basa
dalam tubuh. Elektrolit juga memfasilitasi pergerakan cairan antar dan dalam sel melalui
suatu proses yang dikenal sebagai osmosis dan memegang peraran dalam pengaturan
fungsi neuromuskular, endokrin, dan sistem ekskresi.

Jumlah asupan air dan elektrolit melalui makan dan minum akan dikeluarkan
dalam jumlah relatif sama. Ketika terjadi gangguan homeostasis dimana jumlah yang
masuk dan keluar tidak seimbang, harus segera diberikan terapi untuk mengembalikan
keseimbangan tersebut.

Anatomi Cairan Tubuh

Total Body Water ( TBW )


Air merupakan komponen utama dalam tubuh yakni sekitar 60% dari berat
badan pada laki-laki dewasa. Persentase tersebut bervariasi bergantung beberapa faktor
diantaranya:

1
 TBW pada orang dewasa berkisar antara 45-75% dari berat badan. Kisaran ini
tergantung pada tiap individu yang memiliki jumlah jaringan adipose yang
berbeda, yang mana jaringan ini hanya mengandung sedikit air.
 TBW pada wanita lebih kecil dibanding dengan laki-laki dewasa pada umur yang
sama, karena struktur tubuh wanita dewasa yang umumnya lebih banyak
mengandung jaringan lemak.
 TBW pada neonatus lebih tinggi yaitu sekitar 70-80% berat badan
 Untuk beberapa alasan, obesitas serta peningkatan usia akan menurunjkan jumlah
kandungan total air tubuh
TBW dibagi dalam 2 komponen utama yaitu cairan intraseluler (CIS) dan cairan
ekstra seluler (CES) seperti terlihat pada gambar
Body
100%

Water Tissue
60 % (100) 40 %

Intracellular space Extracellular space


40 % (60) 20 % (40)

Interstitial space Intravascular space


15 % (30) 5 % (10)

Cairan intra seluler merupakan 40% dari TBW. Pada seorang laki- laki dewasa
dengan berat 70 kg berjumlah sekitar 27 liter. Sekitar 2 liter berada dalam sel darah
merah yang berada di dalam intravaskuler. Komposisi CIS dan kandungan airnya
bervariasi menurut fungsi jaringan yang ada. Misalnya, jaringan lemak memiliki jumlah
air yang lebih sedikit dibanding jaringan tubuh lainnya.
Komposisi dari CIS bervariasi menurut fungsi suatu sel. Namun terdapat
perbedaan umum antara CIS dan cairan interstitial. CIS mempunyai kadar Na +, Cl- dan
HCO3- yang lebih rendah dibanding CES dan mengandung lebih banyak ion K+ dan fosfat
serta protein yang merupakan komponen utama intra seluler.

2
Komposisi CIS ini dipertahankan oleh membran plasma sel dalam keadaan stabil
namun tetap ada pertukaran. Transpor membran terjadi melalui mekanisme pasif seperti
osmosis dan difusi, yang mana tidak membutuhkan energi sebagaimana transport aktif.
Sekitar sepertiga dari TBW merupakan cairan ekstraseluler (CES), yaitu seluruh
cairan di luar sel. Dua kompartemen terbesar dari mairan ekstrasluler adalah cairan
interstisiel, yang merupakan tiga perempat cairan ekstraseluler, dan plasma, yaitu
seperempat cairan ekstraseluler. Plasma adalah bagian darah nonselular dan terus
menerus berhubungan dengan cairan interstisiel melalui celah-celah membran kapiler.
Celah ini bersifat sangat permeabel terhadap hampir semua zat terlarut dalam cairan
ekstraseluler, kecuali protein. Karenanya, cairan ekstraseluler terus bercampur, sehingga
plasma dan interstisiel mempunyai komposisi yang sama kecuali untuk protein, yang
konsentrasinya lebih tinggi pada plasma.
Cairan transeluler merupakan cairan yang disekresikan dalam tubuh terpisah dari
plasma oleh lapisan epithelial serta peranannya tidak terlalu berarti dalam keseimbangan
cairan tubuh, akan tetapi pada beberapa keadaan dimana terjadi pengeluaran jumlah
cairan transeluler secara berlebihan maka akan tetap mempengaruhi keseimbangan cairan
dan elektrolit tubuh. Cairan yang termasuk cairan transseluler yaitu :Cairan serebrospinal,
cairan dalam kelenjar limfe, cairan intra okular, cairan gastrointestinal dan empedu,
cairan pleura, peritoneal, dan perikardial.
Komponen cairan ekstraseluler terbagi menjadi seperti pada tabel berikut:
Komponen CES pada seorang laki-laki dewasa ( BB 70 Kg)
Cairan Berat Badan (%) Volume (%)
Cairan interstitial 15 10,5
Plasma 5 3,5
Cairan transeluler 1 0,7
Total CES 21 14,7

Berikut ini merupakan bagan perpindahan cairan nterstisiel dan plasma menurut hukum
Starling:

3
Arterial end Venous end

πp = 28 πp = 28

πi = 3
πi = 3
Pc = 15
mmHg
Pc = 35
mmHg

Pressure = (15-0) - (28-3)


Pressure = (35-0) - (28-3) = 15-25
= 35-25 → 10 mmHg INTO capillary
→10 mmHg OUT of capillary

Komposisi Cairan Tubuh


Secara garis besar, komposisi cairan tubuh yang utama dalam plasma, interstitial
dan intraseluler ditunjukkan pada tabel berikut:(4)
Komposisi Plasma, interstitial, dan Intraselular ( mmol/L)
Substansia Plasma Cairan interstitial Cairan intraseluler
Kation
Na+ 153 145 10
K+ 4,3 4,1 159
2+
Ca 2,7 2,4 <1
Mg2+ 1,1 1 40
Total 161,1 152,5 209
Anion
Cl- 112 117 3
HCO3- 25,8 27,1 7
Protein 15,1 <0,1 45
Lainnya 8,2 8,4 154
Total 161,1 152,5 209

4
Kebutuhan Air dan Elektrolit
Bayi dan anak:(7)
Pada bayi dan anak sesuai dengan perhitungan di bawah ini :
Berat badan Kebutuhan air perhari
Sampai 10 kg 100 ml/kgBB
11-20 kg 1000 ml + 50 ml/kgBB
( untuk tiap kg diatas 10 kg)
>20 kg 1500 ml + 20 ml/kgBB
( untuk tiap kg diatas 20 kg)
Kebutuhan kalium 2,5 mEq/kgBB/hari
Kebutuhan natrium 2-4 mEq/kgBB/hari
Orang dewasa:(2)
Pada orang dewasa kebutuhannya yaitu :
 Kebutuhan air sebanyak 30 -50 ml/kgBB/hari
 Kebutuhan kalium 1-2 mEq/kgBB/hari
 Kebutuhan natrium 2-3 mEq/kgBB/hari

Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Cairan


Yang menyebabkan adanya suatu peningkatan terhadap kebutuhan cairan harian
diantaranya :
 Demam ( kebutuhan meningkat 12% setiap 10 C, jika suhu > 370 C )
 Hiperventilasi
 Suhu lingkungan yang tinggi
 Aktivitas yang ekstrim / berlebihan
 Setiap kehilangan yang abnormal seperti diare atau poliuria
Yang menyebabkan adanya penurunan terhadap kebutuhan cairan harian
diantaranya yaitu :
 Hipotermi ( kebutuhannya menurun 12% setiap 10 C, jika suhu <370 C )
 Kelembaban lingkungan yang sangat tinggi
 Oliguria atau anuria
 Hampir tidak ada aktivitas
 Retensi cairan misal gagal jantung

5
Proses Pergerakan Cairan Tubuh
Perpindahan air dan zat terlarut di antara bagian-bagian tubuh melibatkan
mekanisme transport pasif dan aktif. Mekanisme transport pasif tidak membutuhkan
energi sedangkan mekanisme transport aktif membutuhkan energi. Difusi dan osmosis
adalah mekanisme transport pasif. Sedangkan mekanisme transport aktif berhubungan
dengan pompa Na-K yang memerlukan ATP.

Proses pergerakan cairan tubuh antar kompartemen dapat berlangsung secara :


a. Osmosis
Osmosis adalah bergeraknya molekul (zat terlarut) melalui membran semipermeabel
(permeabel selektif dari larutan berkadar lebih rendah menuju larutan berkadar lebih
tinggi hingga kadarnya sama. Membran semipermeabel ialah membran yang dapat
dilalui air (pelarut), namun tidak dapat dilalui zat terlarut misalnya protein. 1,4
Tekanan osmotik plasma darah ialah 285 ± 5 mOsm/L. Larutan dengan tekanan
osmotik kira-kira sama disebut isotonik (NaCl 0,96%, Dekstrosa 5%, Ringer-laktat),
lebih rendah disebut hipotonik (akuades) dan lebih tinggi disebut hipertonik.1
b. Difusi
Difusi ialah proses bergeraknya molekul lewat pori-pori. Larutan akan bergerak dari
konsentrasi tinggi ke arah larutan berkonsentrasi rendah. Tekanan hidrostatik
pembuluh darah juga mendorong air masuk berdifusi melewati pori-pori tersebut. Jadi
difusi tergantung kepada perbedaan konsentrasi dan tekanan hidrostatik.
c. Pompa Natrium Kalium
Pompa natrium kalium merupakan suatu proses transport yang memompa ion natrium
keluar melalui membran sel dan pada saat bersamaan memompa ion kalium dari luar
ke dalam. Tujuan dari pompa natrium kalium adalah untuk mencegah keadaan
hiperosmolar di dalam sel.

Air melintasi membran sel dengan mudah, tetapi zat-zat lain sulit atau diperlukan
proses khusus supaya dapat melintasinya, karena itu komposisi elektrolit di dalam dan di
luar sel berbeda. Cairan intraselular banyak mengandung ion K, ion Mg dan ion fosfat,
sedangkan ekstraselular banyak mengandung ion Na dan ion Cl.

6
Tekanan osmotik suatu larutan dinyatakan dengan osmol atau miliosmol/liter.
Tekanan osmotik suatu larutan ditentukan oleh banyaknya partikel yang larut dam suatu
larutan. Dengan kata lain, makin banyak partikel yang larut maka makin tinggi tekanan
osmotik yang ditimbulkannya. Jadi, tekanan osmotik ditentukan oleh banyaknya pertikel
yang larut bukan tergantung pada besar molekul yang terlarut. Perbedaan komposisi ion
antara cairan intraseluler dan ekstraseluler dipertahankan oleh dinding yang bersifat
semipermeabel.

Kandungan air dalam tiap organ tidak seragam seperti terlihat pada tabel 3.
Tabel 3. Kandungan air dalam tiap organ1
Jaringan Presentasi Air
Otak 84
Ginjal 83
Otot Lurik 76
Kulit 72
Hati 68
Tulang 22
Lemak 10

Perubahan Cairan Tubuh


Gangguan cairan tubuh dapat dibagi dalam tiga bentuk yakni perubahan :
1. Volume,
2. Konsentrasi, dan
3. Komposisi.
Ketiga macam gangguan tersebut mempunyai hubungan yang erat satu dengan
yang lainnya sehingga dapat terjadi bersamaan. Namun demikian, dapat juga terjadi
secara terpisah atau sendiri yang dapat member gejala-gejala tersendiri pula. Yang paling
sering dijumpai dalam klinik adalah gangguan volume.
1. Perubahan Volume
 Defisit Volume

7
Pada keadaan akut, kehilangan cairan yang cepat akan menimbulkan tanda gangguan
pada susunan saraf pusat dan jantung. Pada kehilangan cairan yang lambat, lebih
dapat ditoleransi sampai defisit volume cairan ekstraseluler yang berat.
Dehidrasi
Dehidrasi sering dikategorikan sesuai dengan kadar konsentrasi serum dari natrium
menjadi isonatremik (130-150 mEq/L), hiponatremik (<139 mEq/L) atau
hipernatremik (.150 mEq/L). Dehidrasi isonatremik merupakan yang paling sering
terjadi (80%), sedangkan dehidrasi hipernatremik atau hiponatremik sekitar 5-10%
dari kasus.
Dehidrasi isotonis (isonatremik) terjadi ketika kehilangan cairan hampir sama dengan
konsentrasi natrium terhadap darah. Kehilangan cairan dan natrium besarnya relatif
sama dalam kompartemen intravascular maupun kompartemen ekstravaskular. 3
Dehidrasi hipotonis (hiponatremik) terjadi ketika kehilangan cairan dengan
kandungan natrium lebih banyak dari darah (kehilangan cairan hipertonis).
Sedangkan dehidrasi hipertonis (hipernatremik) terjadi ketika kehilangan cairan
dengan kandungan natrium lebih sedikit dari darah.3
Ditinjau dari segi banyaknya defisit cairan dan elektrolit yang hilang, maka dehidrasi
dapat dibagi atas :
1. Dehidrasi ringan (defisit 4%BB)
2. Dehidrasi sedang (defisit 8%BB)
3. Dehidrasi berat (defisit 12%BB)
Tabel 4. Rumatan Cairan menurut rumus Hollyday-Segar3
Berat Badan Jumlah Cairan
< 10 kg 100 ml/kg/hari
11 – 20 kg 1000 ml + 50 ml/kg/hari untuk setiap kg
di atas 10 kg
> 20 kg 1500 ml + 20 ml/kg/hari untuk setiap kg
di atas 20 kg

Cara rehidrasi yaitu hitung cairan dan elektrolit total (rumatan + penggantian defisit)
untuk 24 jam pertama. Berikan separuhnya dalam 8 jam pertama dan selebihnya
dalam 16 jam berikutnya.

8
Kelebihan Volume
Kelebihan volume cairan ekstraselular merupakan suatu kondisi akibat iatrogenic
(pemberian cairan intravena seperti NaCl yang menyebabkan kelebihan air dan NaCl
ataupun pemberian cairan intravena glukosa yang menyebabkan kelebihan air)
ataupun dapat sekunder akibat insufisiensi renal (gangguan GFR), sirosis, ataupun
gagal jantung kongestif.

2. Perubahan Konsentrasi
Perubahan konsentrasi cairan tubuh dapat berupa hipernatremia atau hiponatremia
maupun hiperkalemia atau hipokalemia.
Rumus untuk menghitung defisit elektrolit :3,4
o Defisit natrium (mEq total) = (Na serum yang diinginkan – Na serum
sekarang) x 0,6 x BB (kg)
o Defisit Kalium (mEq total) = (K serum yang diinginkan [mEq/liter] – K serum
yang diukur) x 0,25 x BB (kg)
o Defisit Klorida (mEq total) = (Cl serum yang diinginkan [mEq/liter] – Cl
serum yang diukur) x 0,45 x BB (kg)

3. Perubahan komposisi
Perubahan komposisi itu dapat terjadi tersendiri tanpa mempengaruhi osmolaritas
cairan ekstraseluler. Sebagai contoh misalnya kenaikan konsentrasi K dalam darah
dari 4 mEq menjadi 8 mEq, tidak akan mempengaruhi osmolaritas cairan
ekstraseluler tetapi sudah cukup mengganggu otot jantung. Demikian pula halnya
dengan gangguan ion kalsium, dimana pada keadaan hipokalsemia kadar Ca kurang
dari 8 mEq, sudah akan timbul kelainan klinik tetapi belum banyak menimbulkan
perubahan osmolaritas.

Gangguan Keseimbangan Air dan Elektrolit


Gangguan keseimbangan air dan elektrolit dapat terjadi karena:
 Gastroenteritis, demam tinggi ( DHF, difteri, tifoid )
 Kasus pembedahan ( appendektomi, splenektomi, section cesarea, histerektomi )

9
 Penyakit lain yang menyebabkan pemasukan dan pengeluaran tidak seimbang
( kehilangan cairan melalui muntah )
Dehidrasi
Dehidrasi merupakan keadaan dimana kurangnya terjadi kekurangan jumlah
cairan tubuh dari jumlah normal akibat kehilangan, aasupan yang tidak memadai atau
kombinasi keduanya. Menurut jenisnya dehidrasi dibagi atas ;
 Dehidrasi hipotonik
 Dehidrasi hipertonik
 Dehidrasi isotonik
Sedangkan menurut derajat beratnya dehidrasi yang didasarkan pada tanda interstitial
dan tanda intravaskuler yaitu ;
 Dehidrasi ringan ( defisit 4% dari BB)
 Dehidrasi sedang ( defisit 8% dari BB)
 Dehidrasi berat ( defisit 12% dari BB)
 Syok ( defisit dari 12% dari BB)
Defisit cairan interstitial dengan gejala sebagai berikut :
 Turgor kulit yang jelek
 Mata cekung
 Ubun-ubun cekung
 Mukosa bibir dan kornea kering
Defisist cairan intravaskuler dengan gejala sebagai berikut :
 Hipotensi, takikardi
 Vena-vena kolaps
 Capillary refill time memanjang
 Oliguri
 Syok ( renjatan)
Dehidrasi hipotonik ( hiponatremik )
 Pada anak yang diare yang banyak minum air atau cairan hipotonik atau diberi
infus glukosa 5%
 Kadar natrium rendah ( <130 mEq/L)
 Osmolaritas serum < 275 mOsm/L
 Letargi, kadang- kadang kejang

10
Dehidrasi hipertonik
 Biasa terjadi setelah intake cairan hipertonik ( natrium, laktosa ) selama diare
 Kehilangan air >> kehilangan natrium
 Konsentrasi natrium > 150 mmol/ L
 Osmolaritas serum meningkat > 295 mOsm/L
 Haus, irritable
 Bila natrium serum mencapai 165 mmol/L dapat terjadi kejang
Berikut tabel yang menggambarkan tentang beberapa gangguan elektrolit.
Ion dan batas CES Terganggu ( mEq/L) Gejala- gejala Penyebab
normal ( mEq/L)
Natrium ( 136- 142) Hipernatremia ( >150) Haus, kulit kering Dehidrasi, kehilangan
dan mengkerut, cairan hipotonik
penurunan tekanan
dan volume darah,
bahkan kolaps
sirkulasi
Hiponatremia (<130) Gangguan fungsi Infuse atau ingesti solusi
SSP (intoksikasi air hipotonik dalam jumlah
konfusi, halusinasi, besar
kejang, koma,
kematian pada
beberapa kasus
Kalium ( 3,8-5,0) Hiperkalemia ( >8) Aritmia jantung Gagal ginjal,
berat penggunaaan diuretic,
asidosis kronik
Hipokalemia ( <2) Kelemahan dan Diit rendah kalium.
paralysis otot Ddiuretik dan
hipersekresi aldosteron
Kalsium ( 4,5-5,3) Hiperkalsemia ( >11) Konfusi, nyeri otot, Hiperparatiroid, kanker,
aritmia jantung, batu toksisitas vit. D.
ginjal, kalsifikasi suplemen kalsium
pada jaringan lunak dengan dosis yang

11
sangat berlebihan
Hipokalsemia (<4) Spasme otot, Diit yang jelek, kurang
kejang, kram usus, vitamin D, gagal ginjal,
denyut jantung yang hipoparatiroid,
lemah, aritmia hipomagnesemia
jantung, osteoporosi

Terapi Cairan
Penatalaksanaan terapi cairan meliputi dua bagian dasar yaitu ;
 Resusitasi cairan
Ditujukan untuk menggantikan kehilangan akut cairan tubuh, sehingga seringkali
dapat menyebabkan syok. Terapi ini ditujukan pula untuk ekspansicepat dari
cairan intravaskuler dan memperbaiki perfusi jaringan.
 Terapi rumatan
Bertujuan untuk memelihara keseimbangan cairan tub uh dan nutrisi yang
diperlukan oleh tubuh
Hal ini digambarkan dalam diagram berikut :

Terapi cairan

Resusitas Rumatan
i

Kristaloid Koloid Elektrolit Nutrisi

Prinsip pemilihan cairan dimaksudkan untuk :


 Mengganti kehilangan air dan elektrolit yang normal melaui urine, IWL, dan feses
 Membuat agar hemodinamik agar tetap dalam keadaan stabil
Pada penggantian cairan, maka jenis cairan yang digunakan didasarkan pada :
 Cairan pemeliharaan ( jumlah cairan yang dibutuhkan selama 24 jam )
 Cairan defisit ( jumlah kekurangan cairan yang terjadi )

12
 Caitran pengganti ( replacement )
o Sekuestrasi ( cairan third space )
o Pengganti darah yang hilang
o Pengganti cairan yang hilang melalui fistel, maag slang dan drainase
Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang dapat dilakukan penghitungan untuk
menghitung berapa besarnya cairan yang hilang tersebut :
 Refraktometer
Defisit cairan : BD plasma – 1,025 x BB x 4 ml
Ket. BD plasma = 0,001
 Dari serum Na+
Air yang hilang : 0,6 Berat Badan x BB (Plasma Natrium – 1 )
Ket. Plasma Na = 140
 Dari Hct
Defisit plasma (ml) = vol.darah normal – (vol.darah normal x nilai Hct awal )
Hct terukur
Sementara kehilangan darah dapat diperkirakan besarnya melalui beberapa
kriteria klinis seperti pada tabel di bawah ini ;
Klas I Klas II Klas III Klas IV
Kehilangan darah Sampai 750 750-1500 1500-2000 >2000
( ml)
Kehilangan darah Sampai 15% 15-30% 30-40% >40%
( %EBV)
Denyut nadi <100 >100 >120 >140
Tek. Darah Normal Normal Menurun Menurun
(mmHg)
Tek. Nadi Normal atau Menurun Menurun Menurun
(mmHg) meningkat
Frek. Napas 14-20 20-3- 30-35 >35
Produksi urin >30 20-30 5-15 Tidak ada
(ml/jam)
SSP / status Gelisah ringan Gelisah sedang Gelisah dan Bingung dan

13
mental bingung letargi
Cairan pengganti Kristaloid Kristaloid Kristaloid dan Kristaloid dan
( rumus 3 :1) darah darah

Pemilihan Cairan

Cairan intravena diklasifikasikan menjadi kristaloid dan koloid. Kristaloid


merupakan larutan dimana molekul organik kecil dan inorganik dilarutkan dalam air.
Larutan ini ada yang bersifat isotonik, hipotonik, maupun hipertonik. Cairan kristaloid
memiliki keuntungan antara lain : aman, nontoksik, bebas reaksi, dan murah. Adapun
kerugian dari cairan kristaloid yang hipotonik dan isotonik adalah kemampuannya
terbatas untuk tetap berada dalam ruang intravaskular.

Kristaloid
Cairan kristaloid yang paling banyak digunakan adalah normal saline dan ringer
laktat. Cairan kristaloid memiliki komposisi yang mirip cairan ekstraselular. Karena
perbedaan sifat antara kristaloid dan koloid, dimana kristaloid akan lebih banyak
menyebar ke ruang interstitial dibandingkan dengan koloid maka kristaloid sebaiknya
dipilih untuk resusitasi defisit cairan di ruang intersisial.
Penggunaan cairan normal salin dalam jumlah yang besar dapat menyebabkan
timbulnya asidosis hiperkloremik, sedangkan penggunaan cairan ringer laktat dengan
jumlah besar dapat menyebabkan alkalosis metabolik yang disebabkan adanya
peningkatan produksi bikarbonat akibat metabolisme laktat.
Larutan dekstrose 5% sering digunakan jika pasien memiliki gula darah yang
rendah atau memiliki kadar natrium yang tinggi. Namun penggunaannya untuk resusitasi
dihindarkan karena komplikasi yang diakibatkan antara lain hiperomolalitas-
hiperglikemik, diuresis osmotik, dan asidosis serebral.

Tabel 6. Komposisi Cairan Kristaloid5


Solution Glucose Sodium Chloride Potassium Kalsium Lactate (mOsmol/L)
(mg/dL) (mEq/L) (mEq/L) (mEq/L) (mEq/L) (mEq/L)

14
5% 5000 253
Dextrose in
water
D5 ½ NS 5000 77 77 406
D5 NS 5000 154 154 561
0,9% NaCl 154 154 308
Ringer 130 109 4.0 3.0 28 273
Laktat
D5 RL 5000 130 109 4.0 3.0 28 525
5% NaCl 855 855 1171

Koloid
Cairan koloid disebut juga sebagai cairan pengganti plasma atau biasa disebut
“plasma expander”. Di dalam cairan koloid terdapat zat/bahan yang mempunyai berat
molekul tinggi dengan aktivitas osmotik yang menyebabkan cairan ini cenderung
bertahan agak lama dalam ruang intravaskuler.
Koloid dapat mengembalikan volume plasma secara lebih efektif dan efisien
daripada kristaloid, karena larutan koloid mengekspansikan volume vaskuler dengan
lebih sedikit cairan dari pada larutan kristaloid. Sedangkan larutan kristaloid akan keluar
dari pembuluh darah dan hanya 1/4 bagian tetap tinggal dalam plasma pada akhir infus.
Koloid adalah cairan yang mengandung partikel onkotik dan karenanya menghasilkan
tekanan onkotik. Bila diberikan intravena, sebagian besar akan menetap dalam ruang
intravaskular.
Meskipun semua larutan koloid akan mengekspansikan ruang intravaskular,
namun koloid yang mempunyai tekanan onkotik lebih besar daripada plasma akan
menarik pula cairan ke dalam ruang intravaskular. Ini dikenal sebagai ekspander plasma,
sebab mengekspansikan volume plasma lebih dari pada volume yang diberikan.
Albumin
Albumin merupakan larutan koloid murni yang berasal dari plasma manusia.
Albumin dibuat dengan pasteurisasi pada suhu 60 0C dalam 10 jam untuk meminimalisir
resiko transmisi virus hepatitis B atau C atau pun virus imunodefisiensi. Waktu paruh
albumin dalam plasma adalah sekitar 16 jam, dengan sekitar 90% tetap bertahan dalam
intravascular 2 jam setelah pemberian.
Dekstran

15
Dekstran merupakan semisintetik koloid yang secara komersial dibuat dari
sukrose oleh mesenteroides leukonostok strain B 512 dengan menggunakan enzim
dekstran sukrose. Ini menghasilkan dekstran BM tinggi yang kemudian dilengketkan oleh
hidrolisis asam dan dipisahkan dengan fraksionasi etanol berulang untuk menghasilkan
produk akhir dengan kisaran BM yang relatif sempit. Dekstran untuk pemakaian klinis
tersedia dalam dekstran 70 (BM 70.000) dan dekstran 40 (BM 40.000) dicampur dengan
garam faal, dekstrosa atau Ringer laktat.
Dekstran 70 6 % digunakan pada syok hipovolemik dan untuk profilaksis
tromboembolisme dan mempunyai waktu paruh intravaskular sekitar 6 jam. Pemakaian
dekstran untuk mengganti volume darah atau plasma hendaknya dibatasi sampai 1 liter
(1,5 gr/kgBB) karena risiko terjadi perdarahan abnormal. Batas dosis dekstran yaitu 20
ml/kgBB/hari.
Sekitar 70% dosis dekstran 40 yang diberikan akan dieksresikan ke dalam urine
dalam 24 jam. Molekul- molekul yang lebih besar dieksresikan lewat usus atau dimakan
oleh sel-sel sistem retikoloendotelial. Volume dekstran melebihi 1 L dapat mengganggu
hemostasis. Disfungsi trombosit dan penurunan fibrinogen dan faktor VIII merupakan
alasan timbulnya perdarahan yang meningkat. Reaksi alergi terhadap dekstran telah
dilaporkan, tetapi kekerapan reaksi anafilaktoid mungkin kurang dari 0,02 %. Dekstran
40 hendaknya jangan dipakai pada syok hipovolemik karena dapat menyumbat tubulus
ginjal dan mengakibatkan gagal ginjal akut.
Gelatin
Gelatin dibuat dengan jalan hidrolisis kolagen sapi. Preparat yang umum
dipasaran adalah gelatin yang mengalami suksinasi seperti Gelofusin dengan pelarut
NaCL isotonik. Gelatin dengan ikatan urea-poligelin ( Haemaccel ) dengan pelarut NaCL
isotonik dengan Kalium 5,1 mmol/l dan Ca 6,25 mmol/ L.
Pemberian gelatin agaknya lebih sering menimbulkan reaksi alergik daripada
koloid yang lain. Berkisar dari kemerahan kulit dan pireksia sampai anafilaksis yang
mengancam nyawa. Reaksi-reaksi tersebut berkaitan dengan pelepasan histamine yang
mungkin sebagai akibat efek langsung gelatin pada sel mast.
Gelatin tidak menarik air dari ruang ekstravaskular sehingga bukan termasuk
ekspander plasma seperti dekstran. Larutan gelatin terutama diekskresikan lewat ginjal
dalam urin, sementara itu gelatin dapat menghasilkan diuresis yang bagus. Sebagian kecil

16
dieliminasikan lewat usus. Karena gelatin tidak berpengaruh pada sistem koagulasi,
maka tidak ada pembatasan dosis. Namun, bila terlalu banyak infus, pertimbangkan
adanya efek dilusi. Gelatin dapat diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal
bahkan pada pasien yang menjalani hemodialisis. Indikasi gelatin : Penggantian volume
primer pada hipovolemia, stabilisasi sirkulasi perioperatif. Sedangkan kontraindikasi
adalah infark miokard yang masih baru terjadi, gagal jantung kongestif dan syok
normovolemik.
Hydroxylethyl Starch (HES)
Senyawa kanji hidroksietil ( HES ) merupakan suatu kelompok koloid sintetik
polidisperse yang mempunyai glikogen secara struktural. Kurang dapat diterima kanji
hidroksi (HES ) untuk pengantian volume paling mungkin akibat laporan-laporan adanya
koagulasi abnormal yang menyertai subtitusi plasma ini. Laporan laporan tentang HES
yang memperlihatkan koagulasi darah yang terganggu dan kecenderungan perdarahan
yang meningkat sebagian besar berdasarkan pemakaian preparat HES berat molekul
tinggi ( HMW-HES ). Waktu paruh dari 90% partikel HES adalah 17 hari.
Seperti semua koloid lainnya, kanji hidroksietil juga berkaitan dengan reaksi
anafilaktoid yang ringan dengan kekerapan kira-kira 0,006 %. Indikasi pemberian HES
adalah :Terapi dan profilaksis defisiensi volume (hipovolemia) dan syok (terapi
penggantian volume) berkaitan dengan pembedahan (syok hemoragik), cedera (syok
traumatik), infeksi (syok septik), kombustio (syok kombustio). Sedangkan kontra indikasi
adalah : Gagal jantung kongestif berat, Gagal ginjal (kreatinin serum >2 mg/dL dan >177
mikromol/L).Gangguan koagulasi berat (kecuali kedaruratan yang mengancam nyawa).
Dosis penggunaan HES adalah 20 ml/kgBB/hari.

Kontroversi kristaloid versus koloid


Pertanyaan apakah kristaloid atau koloid yang terbaik untuk resusitasi terus
merupakan bahan diskusi dan penelitian. Banyak cairan telah dikaji unruk resusitasi,
antara lain: NaCl 0,9%, Larutan Ringer laktat, NaCl hipertonik, albumin, fraksi protein
murni, plasma beku segar, hetastarch, pentastarch, dan dekstran 70.3,5
Bila problema sirkulasi utama pada syok adalah hipovolemia, maka terapi
hendaknya ditujukan untuk restorasi volume darah dengan cairan resusitasi ideal. Cairan
ideal adalah yang dapat membawa O2. Larutan koloid yang ada terbatas karena ketidak

17
mampuan membawa O2. Darah lengkap marupakan ekspander volume fisiologis dan
komplit, namun terbatas masa simpan yang tidak lama, fluktuasi dalam penyimpanannya,
risiko kontaminasi viral, reaksi alergi dan mahal.
Biarpun larutan koloid tidak dapat membawa O2, namun sangat bermanfaat
karena mudah tersedia dan risiko infeksi relatif rendah. resusitasi hemodinamik lebih
cepat dilaksanakan dengan koloid karena larutan koloid mengekspansikan volume
vaskular dengan lebih sedikit cairan dari pada larutan kristaloid. Sedangkan larutan
kristaloid akan keluar dari pembuluh darah dan hanya ¼ bagian tetap tinggal dalam
plasma pada akhir infus. Larutan kristaloid juga mengencerkan protein plasma sehingga
TOK menurun, yang memungkinkan filtrasi cairan ke interstisiel. Resusitasi cairan
kristaloid dapat pula berakibat pemberian garam dan air yang berlebihan dengan
konsekuensi edema interstitial. Pada kasus perdarahan yang cukup banyak, tetapi yang
tidak memerlukan transfusi, dapat dipakai koloid dengan waktu paruh yang lama
misalnya : Haes steril 6 %.
Bila pasien memerlukan transfusi, selama menunggu darah, kita dapat memberi
koloid dengan BM sekitar 40.000 misalnya : Expafusin, Plasmafusin, Haemaccel,
Gelafundin atau Dextran L. Dengan begitu, manakala darah siap untuk ditransfusikan
sekitar 2 -3 jam kemudian, kita dapat melakukannya langsung, tanpa khawatir terjadi
kelebihan cairan dalam ruang intravaskular.

Tabel 7. Perbandingan Kristaloid dan Koloid3


Kristaloid Koloid
Keunggulan 1. Lebih mudah tersedia dan 1. Ekspansi volume plasma
murah tanpa ekspansi interstitial

2. Komposisi serupa dengan 2. Ekspansi volume lebih besar


plasma (Ringer asetat/ringer
3. Durasi lebih lama
laktat)

3. Bisa disimpan di suhu kamar 4. Oksigenasi jaringan lebih


baik
4. Bebas dari reaksi anafilaktik
5. Insiden edema paru dan/atau
5. Komplikasi minimal edema sistemik lebih rendah

Kekurangan 1. Edema bisa mengurangi 1. Anafilaksis

18
ekspansibilitas dinding dada 2. Koagulopati

2. Oksigenasi jaringan 3. Albumin bisa memperberat


terganggu karena depresi miokard pada pasien
bertambahnya jarak kapiler syok
dan sel

3. Memerlukan volume 4 kali


lebih banyak

Berikut ini tabel beberapa jenis cairan kristaloid dan kandungan masing- masing :
Nama produk Na+ K+ Mg+ Cl- Laktat Dekstrose (gr/L) Kalori (Kcal/L)
Ringer laktat 130 4 - 109 28 - -
NaCl 0,9% 154 - - 154 - - -
Dextrose 5% - - - - - 27 108

Berikut ini tabel yang menunjukkan pilihan cairan pengganti untuk suatu
kehilangan cairan yaitu ;
Kandungan rata- rata
Kehilangan (mmol/ L) Cairan pengganti yang sesuai
Na+ K+

Darah 140 4 Ringer asetat / RL / NaCl 0,9% / koloid / produk


darah
Plasma 140 4 Ringer asetat / RL / NaCl 0,9% / koloid
Rongga ketiga 140 4 Ringer asetat / RL / NaCl 0,9%
Nasogastrik 60 10 NaCl 0,45% + KCl 20 mEq/L
Sal. Cerna atas 110 5-10 NaCl 0,9% ( periksa K+ dengan teratur )
Diare 120 25 NaCl 0,9% + KCl 20 mEq/L

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Guyton, A. Kompartemen Cairan Tubuh: Cairan Ekstraseluler dan Intraseluler.

Dalam: Buku ajar Fisiologi Kedokteran edisi 9. Jakarta: EGC; 1997. hal 375-7.

2. Latief, AS, dkk. Petunjuk Praktis Anestesiologi : Terapi Cairan Pada


Pembedahan. Edisi Kedua. Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif, FKUI.
2002.
3. Pinnock, Colin, et al. Fundamentals of Anaaesthesia. GMM. 1999.
4. Graber, MA. Terapi Cairan, Elektrolit, dan Metabolik. Edisi 2. Jakarta:
Farmedia. 2003.
5. Aitkenhead, Alan R, et al. Textbook of Anaethesia. Fifth Edition. United
Kingdom : Churchill Livingstone. 2007.
6. Stoelting, Robert K, and Ronald D. miller. Basics of Anesthesia. Fifth edition.
California : Churchill Livingstone. 2007.
7. Evers, AS, and Mervyn Maze. Anesthetic Pharmacology: Physiologic
Principles and Clinical Practice. United Kingdom : Churchill Livingstone.
2004.
8. Morgan, GE, et al. Clinical Aneshesiology : Fluid Management and
Transfusion. Third Edition. New York : Lange Medical Books/McGraw-Hill.
2002.
9. Lyon Lee. Resuscitation Fluids, Disorder of Fluid and Electrolyte Balance.
Oklahoma State University – Center for Veterinary Health. 2006. Tersedia dari ;
http://member.tripod.com/-lyser/ivfs.htm
10. Anonim. Resusitasi Cairan dan Elektrolit. Dalam Buku Pegangan Pelatihan

Bantuan hidup Dasar dan Bantuan Hidup Lanjut bagi Dokter Umum se-Propinsi

Sulawesi Selatan. Makassar: Ikatan Dokter Spesialis Anestesiologi Indonesia

Cabang Sulawesi Selatan; 2000. hal 62-72.

20
11. Anonym. Electrolyte Disorders. Available from: URL:

http://www.nejm.article.php. Accessed Desember 14, 2005.

12. Anonym. Fluid and Electrolyte Therapy in Children. Available from: URL:

http://www.bmj.com/merckcourse.htm. Accessed Desember 14, 2005.

13. Anonym. Fluid and Electrolyte Therapy. Available from: URL:

http://www.cvm.okstate.edu/courses.vmed5412. Accessed Desember 14, 2005.

14. Anonim. Kebutuhan Harian Air dan Elektrolit, gangguan Keseimbangan Air dan

Elektrolit, dan Terapi Cairan. Dalam: Pedoman Cairan Infus edisi revisi VIII.

Jakarta: PT. Otsuka Indonesia; 2003. hal. 16-33.

21

You might also like