Professional Documents
Culture Documents
BAB I
BATASAN ATAU PENGERTIANA
BAB II
KLASIFIKASI ATAU PENGELOMPOKAN
4. Karies Gigi
Karies gigi merupakan penyakit yang biasa ditemui pada anak-anak semua umur dengan
berbagai tingkat ekonomi. Data tentang prevalensi karies gigi di Indonesia belum tersedia. Hasil
Riset Kesehatan Dasar 2007 (Depkes RI, 2007) menunjukkan masalah gigi dan mulut penduduk
usia 5-14 tahun adalah 21,6%. Karies gigi termasuk dalam masalah kesehatan gigi dan mulut.
3. Obesitas
Walaupun kebutuhan energi dan zat-zat gizi lebih besar pada remaja daripada dewasa, tetapi ada
sebagian remaja yang makannya terlalu banyak melebihi kebutuhannya sehingga menjadi
gemuk. Aktif berolah raga dan melakukan pengaturan makan adalah cara untuk menurunkan
berat badan. Diet tinggi serat sangat sesuai untuk para remaja yang sedang melakukan penurunan
berat badan. Pada umumnya makanan yang serat tinggi mengandung sedikit energi, dengan
demikian dapat membantu menurunkan berat badan, disamping itu serat dapat menimbulkan rasa
kenyang sehingga dapat menghindari ngemil makanan/kue-kue.
4. Kurang Energi Kronis
Pada remaja badan kurus atau disebut Kurang Energi Kronis tidak selalu berupa akibat terlalu
banyak olah raga atau aktivitas fisik. Pada umumnya adalah karena makan terlalu sedikit.
Remaja perempuan yang menurunkan berat badan secara drastis erat hubungannya dengan faktor
emosional seperti takut gemuk seperti ibunya atau dipandang lawan jenis kurang seksi.
5. Anemia
Anemia karena kurang zat besi adalah masalah yang paling umum dijumpai terutama pada
perempuan. Zat besi diperlukan untuk membentuk sel-sel darah merah, dikonversi menjadi
hemoglobin, beredar ke seluruh jaringan tubuh, berfungsi sebagai pembawa oksigen. Remaja
perempuan membutuhkan lebih banyak zat besi daripada laki-laki.
BAB III
PENILAIAN STATUS GIZI (WHO, 2006)
Penilaian Status Gizi Secara Antropometri
Supariasa, dkk (2002), mendefenisikan antropometri adalah ukuran tubuh. Maka antropometri
gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari
berbagai tingkat umur dan tingkat dan tingkat gizi.
Pengukuran antropometri relatif mudah dilaksanakan. Akan tetapi untuk berbagai cara,
pengukuran antropometri ini membutuhkan keterampilan, peralatan dan keterangan untuk
pelaksanaanya. Jika dilihat dari tujuannya antropometri dapat dibagi menjadi dua yaitu :
1. Untuk ukuran massa jaringan : Pengukuran berat badan, tebal lemak dibawah kulit, lingkar
lengan atas. Ukuran massa jaringan ini sifanya sensitif, cepat berubah, mudah turun naik dan
menggambarkan keadaan sekarang.
2. Untuk ukuran linier : pengukuran tinggi badan, lingkar kepala dan lingkar dada. Ukuran linier
sifatnya spesifik, perubahan relatif lambat, ukuranya tetap atau naik, dapat menggambarkan
riwayat masa lalu.
Parameter dan indeks antropometri yang umum digunakan untuk menilai status gizi anak adalah
indikator Berat Badan Menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U), Indeks
Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) (Depkes RI, 1995).
1. Indeks Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
Berat badan merupakan salah satu ukuran antropometri yang memberikan gambaran tentang
massa tubuh (otot dan lemak), karena massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan yang
mendadak. Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara
intake dan kebutuhan zat gizi terjamin, berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur.
Sebaliknya keadaan abnormal, terdapat dua kemungkinan perkembangan berat badan yaitu
berkembang lebih cepat atau berkembang lebih lambat dari keadaan normal. Berdasarkan sifat-
sifat ini, maka indeks berat badan menurut umur (BB/U) digunakan sebagai salah satu indikator
status gizi. Oleh karena sifat berat badan yang stabil maka indeks BB/U lebih menggambarkan
status gizi seseorang pada saat kini (current nutritional status).
Kelebihan indeks BB/U yaitu :
1. Dapat lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum.
2. Sensitif untuk melihat perubahan status gizi jangka pendek.
3. Dapat mendeteksi kegemukan (Over weight).
Sedangkan kelemahan dari indek BB/U adalah :
1. Dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila terdapat oedema.
2. Memerlukan data umur yang akurat.
3. Sering terjadi kesalahan pengukuran misalnya pengaruh pakaian, atau gerakan anak pada
saat penimbangan.
4. Secara operasional sering mengalami hambatan karena masalah sosial budaya setempat.
Dalam hal ini masih ada orang tua yang tidak mau menimbangkan anaknya karena seperti barang
dagangan (Supariasa, 2002).
Indeks TB/U :
a. Normal : ≥ -2 SD s/d ≤ 2 SD
b. Pendek : ≥ -3 SD s/d < -2 SD
c. Sangat pendek : < -3 SD
Indeks IMT/U :
a. Sangat gemuk : > 3 SD
b. Gemuk : > 2 SD s/d ≤ 3 SD
c. Normal : ≥ -2 SD s/d ≤ 2 SD
d. Kurus : ≥ -3 SD s/d < -2 SD
e. Sangat kurus : < -3 SD
BAB IV
MEKANISME HUBUNGAN ANTAR VARIABEL
1. ANAEMIA PADA USIA ANAK SEKOLAH DENGAN REMAJA
Anemia adalah kondisi dimana terjadi penurunan kadar hemoglobin, yang biasanya juga disertai
oleh penurunan kadar eritrosit dan hematokrit sehingga kebutuhan tubuh terhadap oksien kurang
terpenuhi.
Anemia defisiensi besi merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia karena
konsekuensi yang menghancurkan dan besarnya. Ini tersebar luas tidak hanya pada wanita hamil
tetapi juga di kalangan anak di bawah usia lima tahun, sekolah, remaja dan pekerja
berpenghasilan rendah.
Prevalensi anemia pada sekolah anak-anak di berbagai wilayah Indonesia adalah antara 35,8%
dan 60,6%, dan prevalensi rata-rata di tingkat nasional adalah 55,5%. Di Jawa Tengah prevalensi
pada anak sekolah (44,9%) adalah di antara yang terendah, sedangkan pada wanita hamil
(62,5%) termasuk yang tertinggi. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Yayasan Kusuma
Buana dari 3000 anak usia sekolah yang diperiksa, hampir separuhnya menderita anemia. Hal itu
berarti satu dari dua anak usia sekolah menderita anemia. angka kejadian anemia di Indonesia
berdasarkan SKRT 1995 pada anak usia kurang dari 5 tahun adalah 40,5 %, dan 47,2% pada usia
5-9 tahun serta 10-14 tahun, 25-84% pada perempuan tidak hamil serta 46-92% pada wanita
hamil.
Dampaknya bisa terlihat saat anak memasuki usia pra sekolah dan usia sekolah. Anak akan
mengalami gangguan konsentrasi, daya ingat rendah, kemampuan memecahkan masalah rendah,
gangguan perilaku, dan tingkat IQ yang lebih rendah. Akibatnya adalah penurunan prestasi
belajar dan kemampuan fisik anak.
Penelitian Halterman (2001) di Amerika Serikat, mendapatkan nilai catarata matematika pada
anak yang menderita anemia defisiensi besi lebih rendah dibanding remaja tanpa anemia
defisiensi besi.
Penelitian Bidasari dkk., di daerah perkebunan Aek Nabara bekerjasama dengan Facultas
Psikologi USU (2006) pada remaja usia 15–18 tahun yang menderita anemia defisiensi besi
diperoleh Full IQ tidak melebihi rata-rata dengan gangguan pemusatan perhatian dan fungsi
kognitif terutama dalam bidang aritmatika.
BAB V
FAKTOR-FAKTOR LAIN YANG MEMPENGARUHI VARIABEL DEPENDENT
1. Anaemia
Anemia defisiensi besi merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia. Faktor yang
mempengaruhi anaemia defisiensi besi adalah kekurangan zat besi pada seseorang.
Angka kecukupan besi untuk anak usia 7-9 tahun dengan median kebutuhan besi sebanyak 7,1
mg/hari dan asumsi penyerapan sebesar 7,5% maka kecukupan besinya menjadi 10 mg/hr.
Angka kecukupan besi remaja perempuan lebih tinggi daripada remaja laki-laki karena
memperhitungkan kehilangan besi selama haid (dapat dilihat pada tabel AKG).
Kebutuhan besi dipengaruhi oleh keasaman lambung dan ketersediaan biologis besi yang
dikonsumsi.
3. KARIES GIGI
Kekurangan kalsium à Menyebabkan penyakit KERAPUHAN TULANG DAN GIGI, dengan
ciri-ciri : Nyeri tulang saat bergerak, tubuh bungkuk, tulang mudah patah, gigi keropos.
Kalsium, penting untuk pertumbuhan tulang dan gigi, membantu pembekuan darah pada proses
penyembuhan luka, serta memastikan jantung terus berdegup. Penambahan kalsium rata-rata
sehari hendaknya berkisar antara 150-200 mg, puncaknya adalah sebanyak 400mg/hr dalam
periode pertumbuhan cepat. Angka kecukupan kalsium untuk anak berkisar antara 500-
600mg/hari. Kelebihan kalsium dapat berpengaruh negatif terhadap penyerapan seng, besi dan
mangan. Kebutuhan kalsium dipengaruhi oleh ketersediaan biologis, aktivitas fisik dan
keberadaan zat gizi lain. Angka kecukupan kalsium remaja adalah 1000mg/hari, baik untuk laki-
laki maupun perempuan.