Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes melitus tipe II (DM tipe II) ini membentuk 90 - 95% dari semua
kasus diabetes, dahulu disebut diabetes melitus non-dependen insulin atau diabetes
onset dewasa. Diabetes ini meliputi individu yang memiliki resistensi insulin dan
biasanya mengalami defisiensi insulin relatif atau kekurangan insulin pada awalnya
dan sepanjang masa hidupnya, individu ini tidak membutuhkan pengobatan insulin
timbulnya diabetes ini. Walaupun etiologi spesifiknya tidak diketahui, tetapi pada
diabetes tipe ini tidak terjadi destruksi sel beta. Kebanyakan pasien yang menderita
DM tipe ini mengalami obesitas, dan obesitas dapat menyebabkan beberapa derajat
volume urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes melitus adalah
terkini jumlah penderita diabetes di seluruh dunia sampai saat ini mencapai 200 juta,
dan diperkirakan meningkat lebih dari 330 juta pada tahun 2025. Alasan peningkatan
ini termasuk meningkatkan angka harapan hidup dan pertumbuhan populasi yang
1
tinggi dua kali lipat disertai peningkatan obesitas yang dikaitkan dengan urbanisasi
dan ketergantungan terhadap makanan olahan. Di Amerika Serikat, 18,2 juta individu
pengidap diabetes (6,3% dari populasi), hampir satu per tiga tidak menyadari bahwa
Penelitian antara tahun 2001 dan 2005 di daerah Depok didapatkan prevelensi
DM tipe 2 sebesar 14,7%, suatu angka yang sangat mengejutkan. Demikian juga di
Makassar prevelensi diabetes terakhir tahun 2005 yang mencapai 12,5 %. Pada tahun
DKI Jakarta sebesar 12,1% dengan DM yang terdeteksi sebesar 11,2%. Berdasarkan
data ini diketahui bahwa kejadian DM yang belum terdiagnosis cukup tinggi, hampir
3x lipat dari jumlah kasus DM yang sudah terdeteksi (Sudoyo dkk, 2009).
pembuluh darah besar dapat mengakibatkan penyakit jantung koroner, stroke, serta
ginjal terminal. Angka kejadian nefropati diabetik pada diabetes melitus tipe 1 dan 2
2
sebanding, tetapi insidens pada tipe 2 sering lebih besar daripada tipe 1 karena
jumlah pasien diabetes melitus tipe 2 lebih banyak daripada tipe 1. Di Amerika,
nefropati diabetik merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi di antara semua
diabetes melitus (DM) akan meningkat di seluruh dunia pada millennium ketiga ini,
penyakit ini adalah DM tipe 2. Sekitar 40% dari pasien DM terdapat keterlibatan
ginjal, sehingga dapat dipahami bahwa masalah penyakit ginjal diabeteik (PGD) juga
akan mengalami peningkatan di era awal abad 21 ini (Sudoyo dkk, 2009).
mikroalbuminuria (adanya albumin dalam jumlah kecil dalam urine). Kenaikan kadar
Penyakit ginjal terjadi saat pembuluh darah ginjal rusak akibat tingginya
kadar glukosa darah. Diabetes menjadi penyebab utama gagal ginjal dan para
pengidap diabetes melitus empat kali lipat mengalami penyakit ginjal ketimbang
3
Nefropati diabetika (penyakit ginjal pada pasien diabetes) merupakan salah
satu penyebab kematian terpenting pada diabetes melitus yang lama. Diabetes melitus
menyerang struktur dan fungsi ginjal dalam berbagai bentuk. Nefropati diabetik
adalah istilah yang mencakup semua lesi yang terjadi di ginjal pada diabetes melitus
(Corwin, 2009).
B. Rumusan Masalah
Melitus Tipe 2?
C. Tujuan
tipe 2
D. Manfaat
1. Akademik
2. Praktisi
4
3. Masyarakat
sehat.
4. Peneliti
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penyakit diabetes melitus (DM) atau yang lebih dikenal sebagai penyakit
kencing manis adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang akibat kadar
glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia). Kadar glukosa darah tinggi ini
disebabkan jumlah hormon insulin kurang atau jumlah insulin cukup bahkan
darah besar). Hal itu terjadi karena organ pankreas yang tidak mampu
Diabetes melitus tipe 2 (DM tipe 2) ini membentuk 90 - 95% dari semua
diabetes onset dewasa. Diabetes ini meliputi individu yang memiliki resistensi
insulin dan biasanya mengalami defisiensi insulin relatif atau kekurangan insulin
pada awalnya dan sepanjang masa hidupnya, individu ini tidak membutuhkan
6
yang menyebabkan timbulnya diabetes ini. Walaupun etiologi spesifiknya tidak
diketahui, tetapi pada diabetes tipe ini tidak terjadi destruksi sel beta.
usia, bahkan anak-anak pun memiliki potensi sebagai penderita. Pada awal
terjadinya peningkatan kadar glukosa darah, penderita tidak merasakan apa pun
dan gejalanya juga tidak terlihat. Akan tetapi, di saat penderita mengalami
sesuatu yang tidak nyaman pada dirinya, seperti terjadinya penurunan berat
badan secara drastis, sering buang air kecil di malam hari, atau sering merasakan
haus yang tidak tertahankan, dia baru akan berkonsultasi ke dokter. Bahkan ada
yang baru menyadarinya ketika terjadi luka yang tidak kunjung sembuh atau
2. Epidemiologi
Serangan jantung, gagal ginjal, stroke dan gangren adalah komplikasi yang
tahun) sebanyak 6,4% atau 285 juta orang pada tahun 2010 dan akan meningkat
7
menjadi 7,7% atau 439 juta orang pada 2030. Prevalensi DM tipe 2 terus
mencapai 250 orang di seluruh dunia. Indonesia sendiri menempati urutan ke-9
dalam estimasi epidemiologi DM dunia pada tahun 2010 dengan 7 juta kasus dan
akan terus naik menjadi peringkat ke-5 pada tahun 2030 dengan 20 juta kasus
(Sugiono S, 2007).
insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap
lingkungan. Faktor genetik akan menentukan individu yang rentan kena DM.
a. Faktor Genetik
8
90% keduanya menderita DM tipe 2. Mutasi Gen untuk glukokinase juga
2006).
b. Faktor Lingkungan
Kelebihan energi dan perubahan pola hidup seperti aktivitas fisik yang
kurang dan pola makan yang tidak seimbang merupakan faktor risiko
4. Manifestasi Klinis
ambang ginjal untuk zat ini, maka akan timbul glukosuria. Glukosuria ini akan
dan timbul rasa haus (polidipsi). Karena glukosa hilang bersama urine, maka
pasien mengalami keseimbangan kalori negatif dan berat badan berkurang. Rasa
lapar yang semakin besar (polifagia) mungkin akan timbul sebagai akibat
Gejala yang timbul pada penderita diabetes melitus tidaklah sama antara
satu penderita dengan penderita lainnya. Namun ada 3 gejala umum yang sering
9
a. Polidipsi (sering merasa haus sehingga banyak minum)
buang air kecil yang banyak dan menyebabkan tubuh menjadi dehidrasi
(kekurangan cairan). Oleh karena itu, timbul rangsangan pada susunan saraf
pusat sehingga penderita selalu kehausan dan menjadi banyak minum (Yonita,
2013).
rangsangan pada susunan saraf pusat karena kadar glukosa di dalam sel
(intraseluler) berkurang. Oleh karena itu, penderita merasa lapar dan selalu
Saat kadar glukosa dalam darah melebihi batas ambang ginjal, ginjal
kecil, menyebabkan tubuh menjadi dehidrasi dan kulit menjadi kering maka
penderita akan menjadi haus dan lebih banyak minum (Yonita, 2013).
10
5. Klasifikasi Diabetes Melitus (DM)
diabetes dan gangguan toleransi glukosa. Klasifikasi ini telah disahkan oleh
dijumpai pada individu yang tidak gemuk berusia kurang dari 30 tahun,
2009).
Diabetes tipe 1 ini paling jarang terjadi tetapi menjadi diabetes yang
jawab dalam memproduksi insulin. Para ilmuwan yakin bahwa paparan virus
atau zat kimia tertentu dapat memicu reaksi imunitas tubuh pada mereka
11
2. Diabetes melitus tipe 2
insensitivitas sel terhadap insulin. Kadar insulin menurun atau berada dalam
rentang normal. Diabetes melitus tipe 2 adalah kondisi medis yang ditandai
dihasilkan oleh sel-sel beta pankreas, maka diabetes melitus tipe 2 dianggap
tubuh tidak merespon dengan baik dan menjadi resisten terhadap insulin.
Diabetes tipe lain adalah kelainan genetik dalam sel beta seperti yang
12
4. Diabetes Gestasional
pemeriksaan darah pada masa kehamilan 24-28 minggu dan jenis diabetes
ini mirip dengan diabetes tipe 2 dimana tubuh resistensi terhadap insulin
(Kingham, 2009).
sekitar 50% wanita pengidap kelainan ini tidak akan kembali ke status
pada waktu mendatang lebih besar dari pada normal (Corwin, 2009).
6. Patofisiologi
13
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2010, Diabetes
utama. Di sisi lain timbulnya DM bisa berasal dengan kekurangan insulin yang
bersifat relatif yang disebabkan oleh adanya resistensi insulin. Keadaan ini
2007).
a. Resistensi Insulin
darah. Hal ini selanjutnya akan menurunkan penggunaan glukosa di otot dan
tipe 2 umumnya terjadi pada orang tua, dan pada orang gemuk yang secara
14
fisik tidak aktif, atau pada wanita hamil. Mereka tidak mampu
normal dan kadar insulin plasma tidak berkurang. Namun pola sekresi insulin
yang berdenyut dan osilatif lenyap, dan fase pertama sekresi insulin (yang
gangguan sekresi insulin yang tipe II, dan bukan defisiensi sintesa insulin.
selanjutnya terjadi kehilangan 20 - 50% sel beta, tetapi jumlah ini belum dapat
Namun, tampaknya terjadi gangguan dalam pengenalan glukosa oleh sel beta.
15
Dasar molekuler gangguan sekresi insulin yang dirangsang oleh glukosa ini
kategori mayor:
relatif akut dari konsentrasi glukosa plasma. Komplikasi yang paling serius
lain dari diabetes yang sering terjadi pada penderita diabetes tipe 2 yang lebih
tua. Komplikasi metabolik lain yang sering dari diabetes adalah hipoglikemia
2014).
16
ginjal (nefropati diabetik) dan saraf-saraf perifer (neuropati diabetik), otot-
keseimbangan cairan tubuh, elektrolit, dan asam basa dengan cara filtrasi darah,
(ureum, kreatinin, dan asam urat) dan zat kimia asing (Corwin, 2009).
17
2. Tes Fungsi Ginjal
a. Ureum
b. Kreatinin
fungsi ginjal. Kadar ureum dapat meningkat akibat dehidrasi, juga pada
rasio ini lebih sensitif untuk mengkaji hubungan ureum dan kreatinin,
2013).
c. Asam Urat
bergantung pada fungsi ginjal, laju metabolisme purin, dan asupan diet dari
18
dieskresikan melalui urine. Asam urat dapat mengkristal dalam saluran
kemih pada kondisi urin yang bersifat asam. Oleh sebab itu, fungsi ginjal
yang efektif dan kondisi urin yang alkalin diperlukan bila terjadi
kreatinin serum, usia, ukuran tubuh, jenis kelamin, dan ras tanpa
e. Cystatin C
dipengaruhi oleh jenis kelamin, ras, usia, dan massa otot. Pengukuran
19
3. Metode Pemeriksaan Fungsi Ginjal
a. Pemeriksaan Ureum
Urease
Urea + H2O → 2NH3 + CO2
GLDH
NH3 + α- KG + NADH + H+ → L-Glutamate + NAD+ + H2O
Ket :
- α-KG : a-ketoglutarate
kemudian diukur. Ada metode yang menggunakan dua enzim, yaitu enzim
20
(NADH) yang berkurang akan diukur pada panjang gelombang 340 nm
(Verdiansyah, 2015).
b. Pemeriksaan Kreatinin
b) Prinsip : Asam urat dioksidasi oleh Uricase menjadi Allatoin dan H2O2
asam urat adalah metode caraway. Metode ini menggunakan reaksi oksidasi
asam urat yang dilanjutkan reduksi asam fosfotungstat pada suasana alkali
sebelum dan sesudah inkubasi dengan enzim uricase sebanding dengan kadar
21
Metode coupled enzyme mengukur hidrogen peroksida yang
dihasilkan dari perubahan asam urat menjadi allantoin. Enzim peroksidase dan
Bilirubin dan asam urat dapat menjadi faktor pengganggu pada metode
(DM) Tipe 2
orang dewasa, dan merupakan penyebab utama gagal ginjal, serangan jantung, dan
stroke. Sebagian besar kasus diabetes melitus dapat dibagi menjadi dua kelompok,
Ginjal berperan penting dalam degradasi insulin. Sekitar 20% insulin yang
dibentuk oleh pankreas didegradasi oleh sel-sel tubulus ginjal. Akibatnya, penderita
diabetes melitus yang menderita payah ginjal mungkin membutuhkan insulin yang
satu penyebab kematian terpenting pada diabetes melitus yang lama. Diabetes melitus
menyerang struktur dan fungsi ginjal dalam berbagai bentuk. Nefropati diabetik
22
adalah istilah yang mencakup semua lesi yang terjadi di ginjal pada diabetes melitus
(Corwin, 2009).
berlanjut dengan penurunan fungsi laju filtrasi glomerulardan berakhir dengan gagal
2009).
gagal ginjal tahap akhir, yang membutuhkan tindakan cuci darah/hemodialisis adalah
2. Penyerapan
3. Fluoresensi
cahaya yang selanjutnya dapat di deteksi dengan suatu rangkaian elektronik tertentu
(Lefever J. 2007).
23
Prinsip dasar photometer adalah pengukuran penyerapan sinar akibat interaksi
sinar yang mempunyai panjang gelombang tertentu dengan larutan atau zat warna
bisa mengukur cahaya setelah melalui filter atau melalui monokromator penentuan
E. Kerangka Pikir
DM tipe 2
Ginjal
Hiperglikemia
Pemeriksaan Laboratorium
Keterangan
Variabel yang diteliti
Variabel yang tidak diteliti
24
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
untuk mengetahui gambaran fungsi ginjal pada penderita diabetes melitus (DM) tipe
1. Waktu Penelitian
2. Lokasi Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah penderita Diabetes melitus (DM) tipe 2 yang
Sampel dalam penelitian ini adalah penderita Diabetes melitus (DM) tipe 2 yang
25
Rumus besaran sampel diperkirakan berdasarkan rumus Simple Random
Sampling:
Z∝2 PQ
𝑁= 𝑑
Keterangan :
- Q = 1-P
ditetapkan
- N = besar sampel
E. Kriteria Sampel
melitus tipe 2
26
3. Laki-laki berusia di atas 25 tahun
dengan hasil gambaran fungsi ginjal (ureum, kreatinin, asam urat) pada pasien
G. Prosedur Kerja
1) Pra Analitik
a) Persiapan pasien
puasa atau konsumsi obat. Catat bila pasien minum obat tertentu,tidak
27
2) Analitik
Bersihkan tempat yang akan diambil yaitu vena fossa cubiti dengan
kapas alkohol 70% dan biarkan sampai kering. Pasang ikat pembendung pada
lengan bagian atas dan meminta pasien untuk mengepal dan membuka
tangannya beberapa kali agar vena terlihat jelas. Tusuk kulit pelan-pelan
sampai ujung jarum masuk ke dalam vena, dengan lubang jarum menghadap
kemudian dicabut spoit dan jarumnya. Minta pasien untuk menekan tempat
tusukan tadi selama beberapa menit. Alirkan darah dari semprit kedalam
3) Pasca Analitik
2. Pemeriksaan Ureum
1) Pra Analitik
a) Persiapan pasien
b) Persiapan sampel
28
dikumpulkan karena urea akan hilang pada aktivitas bakteri atau
2) Analitik
homogenkan. Inkubasi selama 5 menit lalu baca hasil pada alat photometer
3) Pasca analitik
3. Pemeriksaan Kreatinin
1) Pra Analitik
a) Persiapan pasien
b) Persiapan sampel
digunakan serum
2) Analitik
29
Pipet 500 ul reagen 1, masukkan ke tabung reaksi kemudian
3) Pasca analitik
1) Pra Analitik
a) Persiapan pasien
b) Persiapan sampel
digunakan serum
2) Analitik
reagen asam urat 1000 ul, homogenkan. Lalu inkubasi selama 10 menit dan
3) Pasca analitik
30
Nilai normal laki-laki : 3,4 – 7,0 mg/dl
31
H. Alur Kerja Penelitian
Pasien diabetes
melitus tipe 2
yang memenuhi kriteria, pencatatan data
pasien tentang HbA1c dan lama
menderita DM
Pengambilan sampel
darah vena
Sentrifus
Hasil
Analisis Data
Pembahasan
Kesimpulan
32
I. Definisi Operasional
a. Penyakit diabetes melitus (DM) atau penyakit kencing manis akibat resitensi
insulin dan gangguan sekresi insulin yang ditandai dengan polidipsi, poliphagi,
dan poliuria serta kadar GDP >126 mg/dl dengan lama menderita DM 2-10 tahun
b. Pemeriksaan fungsi ginjal yang dimaksud adalah ureum, kreatinin, dan asam
urat. Diperiksa dengan metode kolorimetri enzimatik dan hasil dinyatakan dalam
satuan mg/dl
J. Analisis Data
Data hasil pada penelitian diolah dan disajikan dalam bentuk tabel.
33
BAB IV
A. Hasil
Makassar pada tanggal 22 Juni sampai 01 Juli 2016 dengan jumlah sampel 20, maka
Tabel 4.1 Hasil penelitian kadar ureum, kreatinin dan asam urat
34
15 O 46 26 1,1 5,1 6 8,7
16 P 71 29 0,7 6,3 4 6,1
17 Q 48 39 1,6 7,2 5 14,0
18 R 60 66 1,1 8,0 7 12,3
19 S 55 16 0,9 5,2 3 7,9
20 T 58 35 0,7 6,7 4 6,5
Sumber: data primer dan sekunder
Tabel 4.2 Hasil persentasi kadar ureum, kreatinin dan asam urat
Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan rata-rata kadar ureum 39,05 mg/dl, kadar
tertinggi 66 mg/dl dan kadar terendah 16 mg/dl. Rata-rata kadar kreatinin 1,105 mg/dl
kadar tertinggi 2,1 mg/dl dan kadar terendah 0,5 mg/dl. Rata-rata kadar asam urat
6,02 mg/dl, kadar tertinggi 9,7 mg/dl dan kadar terendah 2,8 mg/dl
35
Tabel 4.3 Persentasi kadar ureum
Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan kadar ureum tidak ada yang di bawah
normal (30%).
36
Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan kadar asam urat 1 sampel di bawah
kadar ureum 30,16 mgdl, kreatinin 0,76 mg/dl dan asam urat 5,57 mg/dl. Lama
menderita DM 5-7 tahun menunjukkan rata-rata kadar ureum 51,6 mgdl, kreatinin
1,36 mg/dl dan asam urat 6,42 mg/dl. Lama menderita DM 8-10 tahun menunjukkan
rata-rata kadar ureum 53,66 mgdl, kreatinin 2,03 mg/dl dan asam urat 7,13 mg/dl.
33,66 mgdl, kreatinin 0,83 mg/dl dan asam urat 6,26 mg/dl. HbA1c 6,5%
menunjukkan rata-rata kadar ureum 30 mgdl, kreatinin 0,65 mg/dl dan asam urat 5,75
37
mg/dl. HbA1c menunjukkan rata-rata kadar ureum 39,16 mgdl, kreatinin 1,23 mg/dl
B. Pembahasan
ureum, kreatinin dan asam urat pada penderita diabetes melitus (DM) tipe 2 di Rumah
Sampel pada penelitian ini berjenis kelamin laki-laki karena laki-laki memiliki
menderita nefropati diabetik yang lebih tinggi daripada wanita. Laki-laki memiliki
kadar serotonin yang lebih tinggi daripada wanita, sehingga massa otot laki-laki
jauh lebih besar daripada wanita. Massa otot berperan dalam peningkatan kadar
kreatin fosfat yang juga berpengaruh terhadap kadar kreatinin. Kreatinin pada laki-
laki umumnya lebih tinggi daripada wanita. Kadar kretinin yang tinggi dapat
mencetus gangguan fungsi ginjal, karena ginjal harus bekerja lebih keras untuk
fungsi ginjal normal, lama menderita DM 5-7 tahun menunjukkan kadar kreatinin
meningkat, ureum dan asam urat normal dan lama menderita DM 8-10 tahun juga
38
Diabetes yang lama menyebabkan perubahan pada pembuluh darah kecil yang
menyebabkan kegagalan ginjal yang berat. Namun diperlukan waktu sekitar 5-10
Pasien DM tipe 2 dengan lama menderita 5-10 tahun, dua kali lebih berisiko
daripada pasien DM tipe 2 dengan lama menderita < 5 tahun. Pasien DM tipe 2
melitus. Semakin lama seseorang menderita DM maka kerusakan dari fungsi ginjal
akan semakin parah yang dapat dilihat dari kenaikan kadar ureum darah, serum
HbA1c < 6,5 % menunjukkan fungsi ginjal normal, HbA1c 6,5 % juga
menunjukkan fungsi ginjal normal, dan HbA1c > 6,5% menunjukkan kadar kreatinin
eritrosit. Kadar glukosa yang berlebih akan selalu terikat di dalam hemoglobin
denga kadar yang tinggi pula. Kadar HbA1c yang terukur sekarang atau
sewaktu mencerminkan kadar glukosa pada waktu 3 bulan yang lampau sesuai
dengan umur sel darah merah manusia yaitu sekitar 120 hari.
39
Kadar HbA1c < 6,5 % dapat mengurangi risiko komplikasi mikrovaskular
pada penderita diabetes. Apabila kadar HbA1c ini dikontrol dengan baik segera
komplikasi mikrovaskular yang dapat terjadi pada pasien diabetes yaitu retinopati dan
nefropati diabetik. Nefropati diabetik adalah komplikasi diabetes melitus pada ginjal
dikarenakan ureum juga dipengaruhi oleh asupan protein serta fungsi hati,
Kreatinin sangat berguna untuk menilai fungsi ginjal dan kadar plasma
kreatinin lebih baik dibandingkan kadar plasma ureum. Kenaikan plasma kreatinin
dari normal menandakan penurunan LFG (Laju Filtrasi Glomerulus) kurang lebih
50%. Sedangkan asam urat tidak dapat dijadikan indikator untuk deteksi dini dari
GGK, karena tidak mempunyai hubungan erat dengan derajat penurunan fungsi ginjal
dan banyak dipengaruhi oleh banyak faktor dalam metabolisme asam urat.
40
Dari hasil pemeriksaan fungsi ginjal (ureum, kreatinin dan asam urat) pada
penderita diabetes melitus (DM) tipe 2 di Rumah Sakit Islam Faisal Makassar
didapatkan hasil normal dan abnormal. Hasil abnormal didapatkan lebih sedikit
Ureum merupakan produk nitrogen terbesar yang dibentuk di dalam hati dan
dikeluarkan melalui ginjal. Ureum berasal dari diet dan protein endogen yang telah
difiltrasi oleh glomerulus dan direabsorbsi sebagian oleh tubulus. Pada orang sehat
Peningkatan kadar urea disebut juga dengan uremia. Penyebab uremia dibagi
menjadi tiga, yaitu penyebab prarenal, renal, dan pascarenal. Uremia prarenal terjadi
(pelepasan protein leukosit), cedera fisik berat, luka bakar, dan demam.
Kreatinin adalah produk metabolisme yang memiliki molekul lebih besar dari
ureum dan pada dasarnya tidak permeabel terhadap membran tubulus. Oleh karena
itu, kreatinin yang difiltrasi hampir tidak ada yang direabsorbsi, sehingga sebenarnya
semua kreatinin yang difiltrasi oleh glomerulus akan diekskresikan ke dalam urin.
41
Namun sejumlah kecil kreatinin disekresikan oleh tubulus, sehingga jumlah kreatinin
yang diekskresikan dalam urin sedikit melebihi jumlah yang difiltrasi. Kreatinin
merupakan produk penguraian kreatin. Kreatin disintesis di hati dan terdapat pada
hampir semua otot rangka sehingga individu dengan massa otot besar dapat memiliki
Asam urat merupakan produk akhir dari katabolisme purin yang berasal
dari degradasi nukleotida purin yang terjadi pada semua sel. Asam urat disintesis
terutama dalam hati, dalam suatu reaksi yang dikatalisis oleh enzim xantin oksidase.
Asam urat kemudian mengalir melalui darah ke ginjal, tempat zat ini difiltrasi,
melalui urine.
didalam darah agar selalu dalam batas normal adalah ginjal. Ginjal mengatur
pembuangan asam urat melalui urin. Namun bila produksi asam urat menjadi sangat
berlebihan atau pembuangannya berkurang, akibatnya kadar asam urat dalam darah
Menurut penelitian terbaru, asam urat merupakan faktor risiko penyakit ginjal
pada populasi umum dan penderita penyakit ginjal. Pada pasien sindrom metabolik,
sering terjadi hiperurisemia akibat stimulasi insulin terhadap resbsorpsi air dan asam
urat pada tubulus proksimal. Hiperurisemia yang sering terjadi lebih dahulu daripada
42
hiper insulinemia, obesitas, dan diabetes, dapat ditemukan pada penderita sindrom
Ureum, kreatinin dan asam urat merupakan produk metabolisme yang sangat
pengukuran konsentrasi ureum, kreatinin dan asam urat parameter penting untuk
yang termasuk dalam komplikasi mikrovaskular, yaitu komplikasi yang terjadi pada
pembuluh darah halus (kecil). Hal ini dikarenakan terjadi kerusakan pada pembuluh
yang berfungsi sebagai penyaring darah. Tingginya kadar gula dalam darah akan
Kadar glukosa dalam keadaan normal difiltrasi oleh glomerulus ginjal dan
semua glukosa yang difiltrasi akan direabsorbsi di tubulus proksimal ginjal tidak
mengontrol kadar glukosa darah karena ginjal hanya berfungsi sebagai memfiltrasi
Hilangnya fungsi ginjal pada penderita gagal ginjal berarti proses filtrasi dan
reabsorbsi pankreas melalui insulin dalam mengontrol glukosa darah juga terganggu.
43
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Makassar pada tanggal 22 Juni sampai 01 Juli 2016 dengan jumlah sampel 20 dapat
disimpulkan bahwa rata-rata kadar ureum (39,05 mg/dl), kadar kreatinin (1,105
mg/dl) dan kadar asam urat (6,02 mg/dl) yang masih berada di batas normal.
Persentasi kadar ureum di atas normal adalah 25% sebanyak 5 sampel, persentasi
kadar kreatinin di atas normal 30% sebanyak 6 sampel dan persentasi kadar asam urat
di atas normal adalah 25% sebanyak 5 sampel yang berarti kurangnya lama menderita
fungsi ginjal.
B. Saran
2. Penderita DM tipe 2 diharapkan mengatur pola hidup yang sehat dan rutin
melakukan pengontrolan kadar glukosa darah, HbA1c dan fungsi ginjal sehingga
44