Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh:
ANINDITA UTARI
NIM : 1110101000007
IDENTITAS PRIBADI
RIWAYAT PENDIDIKAN
ORGANISASI
PENGALAMAN KERJA
Januari 2013 dan Juni 2013 : Pengalaman Belajar Lapangan di Puskesmas Kampung
Sawah.
Januari-Maret 2104 : Praktek Kerja (Magang) di RSUD Pasar Rebo
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Segala puji bagi Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi di Rumah Sakit Zahirah Tahun
2014 ini dapat diselesikan. Sholawat dan salam tidak lupa penulis sampaikan pada
baginda Rassulullah Muhammad SAW yang membawa umatnya ke jalan yang
diridhoi oleh Allah SWT.
1. Kedua orang tua tercinta, Mas Panji, Mas Rikad dan seluruh keluarga besar
yang telah memberi dukungan materil dan nonmateril, memberi semangat,
motivasi serta doanya.
2. Prof. Dr (HC). dr. M. K. Tadjudin, Sp. And., selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Febrianti, M.Si., selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat.
4. dr. Yuli Prapancha Satar, MARS dan Fase Badriah SKM, M.Kes.Ph.D selaku
pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan dan bimbingannya.
5. Raihana Nadra Alkaff, SKM,M.MA, Ratri Ciptaningtyas, MHS dan Susanti
Tungka, MARS selaku penguji sidang skripsi.
6. Segenap bapak/ibu dosen Jurusan Kesehatan Masyarakat yang telah
memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berguna bagi penulis selama
masa perkuliahan.
viii
7. Direktur RS Zahirah yang telah memberikan izin penelitian skripsi di RS
Zahirah.
8. Ibu Endah dan Staf Unit Farmasi RS Zahirah yang telah berkenan menerima,
membantu dan memberikan informasi terkait penelitian.
9. Teman-teman Program Studi Kesehatan Masyarakat Angkatan 2010
khususnya MPK 2010 Angga, Anin, Bayti, Billa, Eno, Endah, Eliza, Fika,
Furin, Ilma,Isni, Mawar, Nia, Nina, Tata,dan Ucup. Terima kasih atas
kebahagiaan dan kesedihan yang kita lewati bersama.
10. Teman-teman Kebab terima kasih atas segala perhatian, kritik, saran dan
motivasinya selama ini.
11. Terima kasih kepada semua pihak yang tidak bisa penulis tulis satu persatu
yang telah memberikan doa serta semangat kepada penulis, senang dapat
mengenal dan menjadi bagian dari kalian.
Dengan mengirimkan doa kepada Allah SWT penulis berharap semua
kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Aamiin. Terakhir,
penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca serta
mengharapkan kritik dan saran yang membangun.
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................................... i
ABSTRACK .............................................................................................................. iv
DAFTAR ISI............................................................................................................... x
x
1.4.2. Tujuan Khusus ............................................................................... 7
xi
2.4.1. Tugas Pokok dan Fungsi Rumah Sakit ............................................ 30
xii
5.3. Metode Analisis ABC............................................................................. 55
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR BAGAN
xv
DAFTAR LAMPIRAN
xvi
DAFTAR SINGKATAN
RI = Republik Indonesia
RS = Rumah Sakit
xvii
DAFTAR ISTILAH
xviii
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN
Cara Pengendalian Persediaan Obat Paten dengan Metode Analisis ABC, Metode
Economic Order Quantity (EOQ), Buffer Stock dan Reorder Point (ROP) di Unit
Gudang Farmasi RS Zahirah Tahun 2014
ABSTRAK
ABSTRACT
PENDAHULUAN
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Pelayanan
sehingga tercapai tujuan terciptanya derajat kesehatan yang optimal. Salah satu
(Sheina, 2010).
merupakan revenue center utama. Hal tersebut mengingat bahwa lebih dari 90%
1
2
kimia, bahan radiologi, bahan alat kesehatan habis, alat kedokteran, dan gas
medik), dan 50% dari seluruh pemasukan RS berasal dari pengelolaan perbekalan
(Suciati, 2010).
mendesak dan periodik, artinya harus selalu tersedia serta tidak boleh kosong.
negara tersebut mengalami satu atau lebih kekurangan obat dalam enam bulan
obat. 82% dari RS menunda perawatan pasien akibat kekurangan obat dan lebih
dari setengahnya tidak mampu menyediakan obat sesuai dengan resep yang
diberikan. Selain itu sebagian besar rumah sakit tersebut melaporkan biaya obat
Surabaya juga mengalami stock out pada tahun 2012. Selama Januari-April 2012
terdapat 116 jenis obat yang mengalami stock out yang mengakibatkan terjadinya
kerugian yang dialami oleh RSU Haji Surabaya, yaitu sebesar Rp 244.023.752.
Hal serupa juga dialami oleh salah satu rumah sakit di Jakarta, yaitu RS
Zahirah. RS Zahirah merupakan rumah sakit swasta yang beroperasi sejak tahun
2004 dengan visi terwujudnya rumah sakit yang unggul dalam pelayanan dengan
Masalah stock out obat yang dialami RS Zahirah ini mengakibatkan sering
insidental dan harus segera dikirim saat itu juga. Namun sering terjadi
Zahirah. Hal ini tentu menjadi sebuah kerugian, karena obat yang dipesan pada
164 jenis obat yang pernah dibeli ke apotek luar pada triwulan I (Januari-Maret)
tahun 2014. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat 164 jenis obat yang belum
dapat disediakan dalam jumlah yang diminta pada waktu dibutuhkan sehingga
harus dibeli secara cito ke apotek luar. Rata-rata terdapat 6 jenis obat yang dibeli
Permintaan kedua jenis obat ini cukup tinggi. Namun dengan tingginya
permintaan obat paten ini kurang diimbangi dengan persediaan yang cukup
sehingga sering terjadi kekosongan (stock out) obat dan melakukan pemesanan
secara cito ke apotek luar. Obat paten adalah obat milik suatu perusahaan dengan
nama khas yang dilindungi hukum, yaitu merk terdaftar atau proprietary name
selama ini pemesanan dilakukan jika stok sudah hampir habis, tidak ada
banyak jumlah yang harus dipesan. Menurut John dan Harding (2001),
dasar, yaitu obat apa yang akan menjadi prioritas untuk dikendalikan, berapa
banyak yang harus dipesan dan kapan seharusnya dilakukan pemesanan kembali.
Oleh sebab itu perlu dilakukan sebuah perhitungan untuk dapat menjawab
tiga pertanyaan dasar tersebut. Metode yang tepat digunakan untuk menjawab
pertanyaan tersebut adalah metode analisis ABC untuk mengetahui obat yang
banyak obat yang harus dipesan dan dengan menggunkan metode ROP serta
dan dibagi menjadi 3 kelompok besar yang disebut kelompok A (nilai investasi
5
tinggi), B (nilai investasi sedang) dan C (nilai investasi rendah). Metode ini
jenis barang yang paling penting dan perlu diprioritaskan dalam persediaan
dapat dipesan pada suatu periode untuk tujuan meminimalkan biaya dari
stock adalah persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi dan menjaga
layanan dan prosedur serta fasilitas terbaik dengan tujuan kepuasan dan
dengan menyediakan obat dengan jumlah yang tepat pada waktu yang
disediakan dengan jumlah dan waktu yang tepat serta menghindari pemesanan
terpenting dalam pelayanan farmasi, untuk itu perlu dilakukan pengelolaan yang
2014 cukup tinggi, namun hal itu tidak diimbangi dengan persediaan yang cukup
sehingga menyebabkan terjadinya stock out obat dan pemesanan secara cito ke
apotek luar. Hal ini tentu dapat merugikan rumah sakit karena pemesanan di
apotek luar mengeluarkan biaya yang lebih besar dibandingkan dengan memesan
langsung ke distributor.
dengan baik. Selama ini tidak ada perhitungan secara khusus untuk mengetahui
sudah hampir habis. Selain itu juga tidak ada perhitungan untuk buffer stock.
dengan judul “Cara Pengendalian Persediaan Obat Paten dengan Metode Analisis
ABC, Metode Economic Order Quantity (EOQ), Buffer Stock dan Reorder Point
difokuskan pada periode triwulan I tahun 2014 karena pada periode tersebut
buffer stock yang ideal agar tidak terjadi stock out pada periode
Metode Analisis ABC, Metode Economic Order Quatity (EOQ), Buffer Stock
dan Reorder Point (ROP) di Unit Gudang Farmasi RS Zahirah tahun 2014.
jumlah buffer stock yang ideal agar tidak terjadi stock out di RS
di bangku kuliah.
2014 dengan metode analisis ABC, EOQ, buffer stock, dan ROP. Penelitian akan
dilakukan selama bulan Mei-Juli 2014 dengan desain penelitian kualitatif dan
jumlah obat yang akan dipesan, titik pemesanan kembali dan jumlah stok
pengaman. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder. Data primer didapat melaui wawancara mendalam sedangkan data
TINJAUAN PUSTAKA
logistik diartikan bagian dari instansi yang bertugas meyediakan bahan atau
jumlah, kualitas dan pada waktu yang tepat (sesuai kebutuhan) dengan harga
mengawasi arus dan penyimpanan yang strategis bagi material, suku cadang
dan barang jadi agar dapat diperoleh manfaat maksimum bagi organisasi.
9
10
dalam keadaan yang tepat dipakai, ke lokasi mana dibutuhkan, dan dengan
a. Tujuan Operasional
b. Tujuan Keuangan
yang serendah-rendahnya.
c. Tujuan Keamanan
akuntansi.
barang yang berlebih atau kurang maka akan mengacaukan suatu siklus
semua unsur di dalam siklus pengelolaan logistik sama kuatnya dan segala
Bagan 2.1
(Seto, 2004)
Perencanaan dan
Penentuan kebutuhan
Penghapusan Penganggaran
Pengendalian/
pengawasan
Pemeliharaan Pengadaan
rumah sakit, standar terapi dan jenis penyakit di rumah sakit, dengan
a. Metode Konsumsi
koreksi.
b. Metode Morbiditas/Epidemiologi
prevalensi penyakit
Menyediakan formiularium/standar/pedoman
perbekalan farmasi
farmasi
c. Metode Kombinasi
dalam periode satu tahun dan merupakan operasional dari institusi yang
penentuan kebutuhan dalam satu skala standar yaitu dengan skala mata
dapat dilakukan secara tender oleh Panitia Pembelian Barang Farmasi dan
c. Menjaga ketersediaan
disampaikan
Maria, 2010).
nilai manfaat.
harus diberi tahu setiap ada produk perbekalan farmasi yang rusak, yang
mengandung risiko dan ketidakpastian. Konsep yang ideal dari persediaan terdiri
dari pengadaan suatu produk yang sesuai dengan spesifikasi pelanggan. Sistem
yang demikian tidak akan membutuhkan penumpukan bahan mentah atau bahan
jadi untuk mengantisipasi penjualan di masa depan. walaupun sistem ini tidak
praktis, namun penting diingat bahwa setiap dollar yang diinvestasikan dalam
2004).
barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode
usaha yang masih dalam proses produksi. Adapun jenis-jenis persediaan, yaitu:
1. Batch Stock
2. Fluctuation Stock
tersebut.
3. Anticipation Stock
yang meningkat.
2004):
termasuk dalam biaya ini ialah semua biaya yang timbul karena
pergudangan
barang atau bahan yang dibutuhkan tidak tersedia. Selain itu juag
Associated Costs)
21
adalah fungsi managerial yang sangat penting karena persediaan/stok obat akan
memakan biaya yang melibatkan investasi yang besar dalam pos aktiva lancar.
Karena itu perlu dikendalikan dengan efektif dan efisien (Seto, 2004).
mengarahkan cara pelaksanaan dari suatu rencana baik dengan pengaturan dalam
bentuk tata laksana, yaitu: manual, standar, kriteria, ataupun prosedur melalui
tingkat persediaan yang harus dijaga, kapan pesanan untuk menambah persediaan
harus dilakukan dan berapa besar pesanan harus diadakan. Sistem ini menentukan
dan menjamin tersedianya persediaan yang tepat dalam kuantitas dan waktu yang
tepat.
harus dapat menjawab tiga pertanyaan dasar, yaitu obat apa yang akan menjadi
prioritas untuk dikendalikan, berapa banyak yang harus dipesan dan kapan
diprioritaskan, berapa jumlah titik pengaman (buffer stock) persediaan yang harus
kerusakan barang yang lebih besar. Namun jika persediaan terlalu sedikit
itu lengkap tetapi yang perlu saja dilihat dari jumlah itemnya. Dilihat dari jumlah
didasarkan atas kecepatan gerak atau perputaran, dimana obat yang laku keras
(fast moving) supaya tersedia lebih banyak dan obat yang kurang laku (slow
bahan yang ada dalam persediaan, maka dapat digunakan metode analisis
23
dalam suatu upaya mengetahui jenis pergerakan obat yang meliputi berbagai
2004).
barang yang tidak mahal dengan intensitas yang sama dengan barang yang
C tiap 6 bulan.
bagian, yaitu:
Tabel 2.1
ABC
(Ganzpersz, 2006)
A B C
manajemen
kebutuhan
Quantity (EOQ)
yang dapat dipesan pada suatu periode untuk tujuan meminimalkan biaya dari
Menurut Heizer dan Render (2010), model EOQ adalah salah satu
teknik kontrol persediaan tertua dan paling dikenal/teknik ini relatif mudah
Dengan kata lain persediaan dari sebuah pesanan datang dalam satu
asumsi yang diberikan di atas biaya paling signifikan adalah biaya pemesanan
dan biaya penyimpanan. jadi jika kita meminimalkan biaya pemesanan dan
biaya penyimpanan, kita juga akan meminimalkan biaya total. Seiring dengan
Rumus :
27
Keterangan:
dalam perjalanan karena banjir, putusnya jembatan atau bencana lainnya) dan
yang mahal (gol A) maka buffer stock lebih diprioritaskan ke obat-obat vital
level 98% (Z = 2,05) dan standar lead time diketahui dan bersifat konstan,
Rumus:
28
Keterangan:
Z : Service level
d : Rata-rata pemakaian
L : Lead time
(ROP)
kemampuan pelayanan adalah karena persediaan sudah habis, oleh karena itu
untuk itu dicari waktu yang tepat, pada saat mana pembelian harus dilakukan
Rumus:
29
Keterangan:
d : permintaan harian
rehabilitatif.
pelayanan kesehatan.
kesehatan.
dapat dimiliki dan diselenggarakan oleh pemerintah atau swasta yang dapat
maupun asing
sendiri. IFRS dapat didefinisikan sebagai suatu departemen atau unit atau
bagian di suatu rumah sakit di bawah pimpinan seorang apoteker dan dibantu
bagi penderita rawat inap dan rawat jalan; pengendalian mutu; dan
suatu rumah sakit. Instalasi farmasi adalah bagian dari rumah sakit yang
di rumah sakit.
syarat.
lainnya.
kefarmasian.
baik.
harus dapat menjawab tiga pertanyaan dasar, yaitu obat apa yang akan menjadi
prioritas untuk dikendalikan, berapa banyak yang harus dipesan dan kapan
manajemen terhadap penentuan jenis barang yang paling penting dan perlu
Reider, 2010).
dapat dipesan pada suatu periode untuk tujuan meminimalkan biaya dari
juga perlu diketahui. Menurut John dan Harding (2001), Reorder Point adalah
(Heizer dan Reider, 2010). Menghitung buffer stock sangat penting karena
seringnya terjadi pesanan baru datang setelah waktu tunggu/lead time terlampaui
35
dan seringnya terjadi peningkatan produksi yang akan berakibat terjadinya stock
Bagan 2.2
Kerangka Teori
Jenis Persediaan
Analisis ABC
Sumber: Rangkuty (1996), John dan Harding (2001), Sabarguna (2004), Heizer dan
Reider (2010)
BAB III
KERANGKA KONSEP
dapat menyediakan obat dengan jumlah dan waktu yang tepat serta dengan total
biaya terendah dibutuhkan pengelolaan yang efektif dan efisien terhadap obat
harus dapat menjawab tiga pertanyaan dasar, yaitu obat apa yang akan menjadi
prioritas untuk dikendalikan, berapa banyak yang harus dipesan dan kapan
pengendalian persediaan obat paten dalam penelitian ini dapat dilakukan dengan
menggunakan analisis ABC, Economic Order Quantity (EOQ) dan Reorder Point
obat mana yang menjadi prioritas untuk dikendalikan. Setelah obat dibagi
36
37
berapa banyak yang harus dipesan dan kapan seharusnya dilakukan pemesanan
kembali.
Bagan 3.1
Kerangka Konsep
Pengendalian
Persediaan Obat
- Perhitungan EOQ
- Perhitungan ROP + Buffer Stock
= batas penelitian
38
Tebel 3.1
Definisi Istilah
pengaturan persediaan
kelancaran pelayanan
39
dan efisien
2 Daftar nama obat Seluruh nama obat telaah dokumen Pedoman telaah Informasi nama obat
tahun 2014
3 Harga obat paten Harga obat paten per telaah dokumen Pedoman telaah Informasi harga obat
tahun 2014
4 Jumlah Jumlah pemakaian obat telaah dokumen Pedoman telaah Informasi jumlah
periode triwulan I
tahun 2014
5 Pengelompokkan Pengelompokkan obat Jumlah pemakaian obat paten Menggunakan Kelompok obat
obat dengan paten berdasarkan nilai periode triwulan I tahun 2014 Microsoft Excel paten yang termasuk
investasi
6 Kelompok A Kelompok obat dengan Metode analisis ABC Menggunakan Informasi obat paten
70% kelompok A
7 Kelompok B Kelompok obat dengan Metode analisis ABC Menggunakan Informasi obat paten
90% kelompok B
8 Kelompok C Kelompok obat dengan Metode analisis ABC Menggunakan Informasi obat paten
100% kelompok C
9 Perhitungan EOQ Metode dalam Menggunakan rumus EOQ: Menggunakan Jumlah pemesanan
menetapkan jumlah
yang rendah
10 Perhitugan ROP + - ROP= batas minimal Menggunakan rumus ROP: Menggunakan - Waktu
- Buffer stock=
persediaan tambahan
melindungi dan
menjaga
kemungkinan
terjadinya
kekuranngan obat
(stock out)
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
matematis. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data
sekunder merupakan hasil dari telaah dokumen untuk mendapatkan data nama-
nama obat, harga obat dan jumlah pemakaian obat. Sedangkan data primer
Data sekunder yang sudah didapat akan diolah dan dihitung dengan
menggunakan metode analisis ABC yang selanjutnya akan dihitung nilai EOQ,
buffer stock, dan ROP. Semua hasil perhitungan tersebut kemudian akan
43
44
gudang farmasi RS Zahirah dan informan telah bekerja selama lebih dari 5 tahun.
obat paten, jumlah pemakaian obat paten dan harga obat paten di RS Zahirah
mengenai daftar nama obat, jumlah pemakaian obat dan harga obat
Keterangan:
D : Jumlah permintaan
berikut:
46
Keterangan:
Z : Service level
d : Rata-rata pemakaian
L : Lead time
berikut:
Keterangan:
d : permintaan harian
Hasil penelitian disusun dan disajikan dalam bentuk matriks dan narasi
pengendalian persediaan obat dan untuk hasil perhitungan metode analisis ABC,
EOQ, buffer stock, dan ROP akan disajikan dalam bentuk tabel.
BAB V
HASIL
dan lingkungan yang sehat. Rumah Sakit Zahirah dikelola oleh tim
Rumah Sakit Zahirah beroperasi sejak Mei 2004 dengan izin operasional dari
secara perlahan berusaha mengubah statusnya dari Rumah Sakit Ibu dan
Anak (RSIA) menjadi Rumah Sakit Umum (RSU Zahirah) dengan tipe C atas
Daud, MARS.
47
48
1. Visi
berpengalaman.
2. Misi
Misi Khusus
sekitarnya.
3. Tujuan
jawabkan.
kesehatan.
49
1. Pelayanan Spesialis
a. Instalasi Radiologi
b. Instalasi Fisioterapi
c. Instalasi Farmasi
d. Instalasi Laboratorium
6. Kamar Bersalin
7. Kamar Operasi
tentunya harus ditunjang dengan sumber daya kesehatan, baik sumber daya
manusia maupun sumber daya lainnya. Adapun sumber daya manusia yang
Tabel 5.1
Dokter Umum/UGD 10
Dokter Gigi 8
D III Keperawatan 32
Bidan 7
Apoteker 1
3 Tenaga Kefarmasian
Asisten Apoteker 9
D III Gizi 1
4 Tenaga Gizi
SMK Tata Boga 5
Radiografer 2
6 Tenaga Keteknisian Medis
Perekam Medis 2
S2 1
S1 13
D III/D II 5
7 Tenaga Non Kesehatan
D1 1
SLTA 41
SMP 1
TOTAL 167
Logistik Farmasi dikelola oleh 2 orang staf gudang dan apotek dikelola oleh 1
pelayanan resep.
Zahirah:
Bagan 5.1
melakukan stock opname setiap tiga bulan sekali, kartu stok sebagai pendataan
keluar masuknya obat di gudang farmasi dan buku defekta sebagai pencatatan
permintaan, pengiriman dan sisa stok di gudang farmasi. Dari pencatatan kartu
stok dan buku defekta tersebut maka dapat terlihat berapa jumlah sisa stok yang
“Pengendalian disini ada kartu stock, biasanya obat yang sudah dipakai
dilakukan pemotongan stock di kartunya agar terlihat obat mana yang sudah
mau habis atau yang belum, kemudian kita disini juga ada yang namanya stock
opname, stock opname itu semacam pengawasan obat, kita lihat obat-obat mana
yang sudah kadaluarsa atau yang mendekati kadaluarsa, biasanya ini dilakukan
3 bulan sekali. terus ada buku defekta, kalau apotek butuh obat kita tulis di buku
sekali, terus kartu stok setiap pemberian ke apotik selalu dipotong stoknya, terus
ada juga buku defekta, dari defekta itu kita siapkan obatnya terus ada
pencatatannya, ada pemotongan stok, dari situ kita juga bisa mengetahui berapa
yang keluar dan kalau sudah habis baru harus dilakukan pemesanan lagi.”
di kartu stock, terus disini juga ada stock opname, disini stock opnamenya juga
stock opname, pencatatan pada kartu stok dan buku defekta. Hal ini sesuai
“Metodenya tidak ada, hanya berdasarkan itu saja, stock opname, kartu
stock.”
persediaan obat di RS Zahirah. Jumlah obat yang sangat banyak menjadi salah
waktu yang lama untuk melakukan stock opname, kurang disiplin dalam
mencatat kartu stok dan selain itu belum adanya sistem komputerisasi juga
menjadi kendala yang dirasakan. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara berikut:
“Kendalanya karena obat disini banyak sekali jadi agak susah dan butuh
waktu yang lama untuk melakukan pengendalian atau pengawasan. Seperti stock
obat”
tiba-tiba pas lagi besoknya yang mau dipakai lagi eeh barangnya kosong tapi
“Kalau disini banyak ya mbak, terutama karena disini masih manual jadi
dan sulit untuk menentukan waktu pemesanan karena tidak mengetahui jumlah
kekosongan obat (stock out), bahkan hampir setiap hari, terutama pada obat
paten. Stock out ini biasanya disebabkan karena adanya permintaan obat dari
dokter yang tidak sesuai dengan obat yang biasa digunakan. Selain itu kosongnya
“Stock out di sini sering sekali ya hampir setiap hari ada kekurangan obat,
distributornya memang kosong obat juga, terus untuk kekosongan yang lain itu,
dokternya yang biasanya pakai dengan dosis atau merk tertentu tiba-tiba
memakai dosis atau merk yang lain lagi jadi membuat kita harus mencari
Stok obat yang sedang kosong, namun ada permintaan dari apotek, unit
obat dengan merk yang berbeda namun fungsi kandungan yang sama. Jika tidak
terdapat obat yang sama atau dokter tetap ingin menggunakan obat tersebut unit
gudang farmasi mengusahakan membeli ke rumah sakit lain atau ke apotek luar.
“Biasanya kita telepon dokter yang bersangkutan dulu untuk memakai obat
lain yang fungsinya sama yang ada di Zahirah, kalau dokternya mau kita pakai
obat lain tersebut, tetapi kalau tidak mau kita harus cari ke rumah sakit atau
apotek lain.”
“…atau bisa juga kita cari ke apotek lain kalau dua-duanya memang lagi
kosong.”
55
reagen. Dalam penelitian ini, jenis persediaan yang diteliti adalah obat-obatan
khususnya obat paten dengan kemasan tablet dan kapsul. Berdasarkan telaah
dokumen terdapat 133 jenis obat paten dengan kemasan tablet dan kapsul
(lampiran 2). Berikut merupakan sebagian data obat paten dengan kemasan tablet
dan kapsul yang digunakan oleh RS Zahirah, data harga obat paten dan jumlah
Tabel 5.2
Pemakaian Total
Nama Obat Satuan Harga Obat
Januari Februari Maret Pemakaian
Argesid Tablet 856 199 160 1215 Rp 1.645
Ascardia Tablet 283 412 463 1158 Rp 1.073
Aspar-K Tablet 7 0 0 7 Rp 2.922
Azomax Tablet 281 158 141 580 Rp 40.755
Berry Vision Tablet 0 0 0 0 Rp 3.257
Betaserc 24 Tablet 86 167 298 551 Rp 10.078
Buscopan Tablet 10 0 8 18 Rp 2.979
Buscopan
plus Tablet 40 0 0 40 Rp 4.117
Cal-95 Tablet 0 0 0 0 Rp 4.224
Cataflam 25 Tablet 10 0 0 10 Rp 3.081
Cataflam 50 Tablet 20 0 0 20 Rp 5.880
dst.
Sumber: Hasil Pengolahan Data Sekunder
56
berdasarkan formularium yang sudah ada. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara
dengan informan:
“Kalau disini berdasarkan formularium, yang saya stock yang sudah masuk
dalam formularium”
metode konsumsi. Kelompok obat yang tergolong fast moving akan disediakan
dengan jumlah yang lebih banyak begitupun sebaliknya, obat yang tergolong
patokan”
obat dengan menggunakan data riil obat, baik itu pengelompokkan berdasarkan
informan:
57
“Analisis ABC itu seperti sistem pareto ya? Kita belum menggunakan sistem
itu di sini. Kalau fast moving, slow moving tidak ada pengelompokan khusus, tapi
anak-anak apotek disini sudah tau mana obat yang kira-kira sering dipakai dan
“Kalau untuk yang fast moving, slow moving kita belum dipisahkan cuma ya
anak apotek dan kita anak logistik memang sudah mengetahui mana yang kira-
kira slow moving atau fast moving. Belum pernah sih kalau ABC itu”
“Belum ada pengelompokkan khusus tapi kita mengetahuhi mana yang slow
moving, mana yang fast moving, jadi ketika order kita tidak mengorder sebanyak
sedangkan obat slow moving merupakan obat yang jarang digunakan. Metode
penggunaan dan nilai investasi yang cukup besar yang mencakup lebih daripada
investasinya. Berikut adalah hasil analisis ABC obat paten berdasarkan nilai
Tabel 5.3
Persentase Persentase
Kelompok Jumlah Jenis Nilai Investasi
Jumlah Jenis Nilai
Obat Obat (RP)
Obat Investasi
Kelompok A 13 9,77% 398.978.004 70,12%
Kelompok B 21 15,79% 117.682.889 20,68%
Kelompok C 99 74,44% 52.308.200 9.19%
Total 133 100% 568.969.093 100%
Sumber: Hasil Pengolahan Data Sekunder
(lampiran 3). Obat paten yang tergolong kelompok A adalah sebanyak 13 jenis
obat atau 9,77% dari seluruh obat paten dengan nilai investasi sebesar Rp
398.978.004,00 atau 70,12% dari total investasi obat paten di Gudang Farmasi
RS Zahirah.
Obat paten yang tergolong kelompok B adalah sebanyak 21 jenis obat atau
15,79% dari seluruh obat paten dengan nilai investasi sebesar Rp 117.682.889,00
atau 20,68% dari total investasi obat paten di Gudang Farmasi RS Zahirah.
Sedangkan obat paten yang tergolong kelompok C adalah sebanyak 99 jenis obat
atau 74,44% dari seluruh obat paten dengan nilai investasi sebesar Rp
52.308.200,00 atau 9,19% dari total investasi obat paten di Gudang Farmasi RS
Zahirah.
farmasi adalah adanya permintaan obat di luar formularium yang dilakukan oleh
59
“Biasanya ada dokter yang meminta obat di luar formularium, jadi kita
“Ada dokter yang minta obat tetapi tidak ada di formularium, jadi kita
berdasarkan hal tersebut kita bisa memperkirakan jumlah pesanan untuk bulan
sebelumnya besar atau tidak, kalau memang besar untuk obat jenis tertentu ya di
bulan berikutnya kita harus pesan lebih banyak tetapi kalau pemakaian di bulan
kemarin sedikit barati kita jangan terlalu banyak pesan di bulan berikutnya”
60
berapa, yasudah kita pesan segitu, kecuali kalau pasien lagi banyak ya kita
banyak.
Keterangan:
biaya telepon Menurut Kepala Instalasi Farmasi biaya pesan yang dikeluarkan
optimum dalam setiap kali pemesanan (lampiran 4). Berikut merupakan contoh
Jadi, jumlah pemesanan yang optimal dalam setiap kali memesan obat
jumlah pemesanan adalah belum didukung oleh sistem informasi yang memadai
obat setiap bulannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari informan:
“…karena kita belum pernah menghitung juga, jadi tidak ada patokan yang
disini kita masih manual jadi agak susah juga dalam menghitung pemakaian
kendala, karena kalau sudah berjalan jadi bisa melakukan perhitungan stock-
kan”
“Jumlah pasiennya yang tidak bisa diprediksi, jumlah obat yang kita pesan
segini kira-kira cukup atau tidak kalau tiba-tiba pasiennya banyak, itu saja yang
tidak ada jadwal pasti kapan akan dilakukan pemesanan. Pemesanan akan
dilakukan berdasarkan kebutuhan saja, yaitu dilihat dari jumlah stok yang masih
tersedia di gudang farmasi. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan
informan:
“Jadwal pemesanan obat itu sebenarnya awal bulan dan akhir atau bisa
sebelumnya, kalau memang obat tersebut banyak keluar kita lakukan lagi
pemesanan tapi kalau tidak ada yang keluar kita tidak pesan lagi”
“Oh kita tidak ada jadwal, yang penting sebulan sekali saja. Pokoknya
kalau diliat stock sudah kosong atau hampir kosong baru kita order lagi”
Untuk menentukan waktu pemesanan yang ideal untuk setiap jenis obat
Keterangan:
d : permintaan harian
kembali secara langsung berdasarkan pada pemakaian normal dan yang kedua
tingkat pelayanan yang diminta (John dan Harding, 2001). Oleh sebab itu
dengan informan:
saja, jumlahnya kira-kira saja, tidak ada hitung-hitungan yang pakai rumus
khusus”
diperkirakan saja, belum ada hitungan mati untuk buffer stock, jadi masih
belum ada, paling kalau untuk buffer stock itu berdasarkan pengalaman, ya
kira-kira saja”
stock/safety stock dengan service level 98% (Z = 2,05) dan standar lead time
Keterangan:
Z : Service level
d : Rata-rata pemakaian
L : Lead time
“Waktunya tidak lama, paling sehari dua hari lah paling lama”
Dexyclav Tab:
Z (98%) = 2,05
= 2,05 x 54 x 2
ROP = (d x L) + SS
= (54 x 2) + 222
= 330 tablet
Jadi, Reorder Point (ROP) untuk obat Dexyclav Tab adalah 330
tablet.
tunggu selama 2 hari dengan pemakaian rata-rata 54, obat Dexyclav Tab
dapat dilakukan pemesanan kembali ketika stok obat sudah mencapai 330
tablet.
“Karena masih manual kita jadi harus sering-sering cek kartu stock,
dilihat obatnya sudah limit atau belum, kalau limit berarti kita harus pesan”
66
PEMBAHASAN
data terkait obat paten selama periode triwulan I (Januari-Maret) tahun 2014 di
Rumah Sakit Zahirah. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah komponen biaya
penyimpanan (biaya gedung, biaya penanganan bahan, biaya pekerja dan biaya
investasi) tidak dihitung secara rinci karena data tidak tersedia sehingga
ketersediaan obat dan alat kesehatan di RS Zahirah. Agar ketersediaan obat dapat
berjalan dengan baik, yaitu dengan jumlah yang tepat, disediakan pada waktu
yang dibutuhkan dan dengan biaya yang terendah-rendahnya maka unit gudang
Zahirah adalah dengan melakukan stock opname, pencatatan pada kartu stok dan
bulan sekali untuk mengecek dan mencocokan kondisi fisik barang dengan kartu
67
68
stok. Selain itu melalui stock opname juga dapat diketahui obat yang mendekati
agar digunakan terlebih dahulu atau dikembalikan kepada distributor. Hal ini
(2010), yaitu stock opname diperlukan untuk kebutuhan audit dan perencanaan
mengenai permintaan dan pengiriman obat dari gudang farmasi ke apotek. Obat
yang diminta oleh apotek dicatat dalam buku tersebut, selanjutnya staf gudang
farmasi memeriksa stok yang ada apakah cukup untuk memenuhi permintaan,
setelah itu jumlah obat yang dikirim dan sisa stok yang ada di gudang farmasi
dicatat dalam buku tersebut. Hal ini sesuai dengan Dirjend Binakefarmasian dan
sering tidak sesuai dengan kebutuhan/permintaan. Hal ini disebabkan karena stok
obat yang tidak cukup (stock out) untuk memenuhui permintaan tersebut.
atau RS lain. Kondisi ini dapat mengakibatkan pemborosan, karena obat yang
dibeli ke apotek luar atau RS lain tentunya mengeluarkan biaya yang lebih besar
tersedia dalam jumlah, kualitas, dan pada waktu yang tepat (sesuai dengan
direncanakan dapat tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan tersedia pada saat
dibutuhkan.
yaitu: metode konsumsi (data konsumsi perbekalan farmasi periode yang lalu),
ada). Hal ini menunjukkan bahwa RS Zahirah menggunakan salah satu metode
Kemenkes RI (2010).
70
kecepatan pergerakan obat, yaitu fast moving dan slow moving. Namun dalam
menentukan obat yang tergolong fast moving atau slow moving tidak pernah
jumlah obat yang dipesan oleh RS Zahirah juga belum dibuat perencanaannya
berdasarkan EOQ dan ROP. Sehingga dalam menentukan jumlah obat yang
dipesan dan waktu pemesanan obat hanya berdasarkan perkiraan saja, akibatnya
dapat terjadi kelebihan atau kekurangan obat yang dapat menyebabkan kerugian
dengan data riil kebutuhan pasien mengenai jumlah pemesanan dan waktu
pemesanan yang tepat agar obat dapat tersedia dalam jumlah yang tepat dan pada
waktu yang dibutuhkan serta diperoleh dengan harga yang serendah mungkin.
Namun sebelum menentukan jumlah dan waktu pemesanan, perlu diketahui obat
efektif harus dapat menjawab tiga pertanyaan dasar, yaitu obat apa yang akan
menjadi prioritas untuk dikendalikan, berapa banyak yang harus dipesan dan
spesifik (obat, alkes, film, rontgen, dan lain-lain), harga yang variatif, dan jumlah
yang tersedia terdiri dari obat-obatan, alat kesehatan dan reagen. Setiap
perbekalan farmasi tersebut memiliki harga dan jumlah pemakaian yang berbeda
per itemnya. Obat yang digunakan di RS Zahirah terdiri dari obat generik dan
obat paten, keduanya memiliki tingkat pemakaian yang tinggi. Namun tingkat
pemakaian obat paten yang tinggi tidak diimbangi dengan jumlah persediaan
Berdasarkan hasil telaah dokumen terdapat 133 jenis obat paten dengan
kemasan tablet dan kapsul di RS Zahirah. Setiap jenis obat tersebut memiliki
karakteristik yang berbeda baik dari jumlah pemakaian maupun harga, yang
berbeda terhadap setiap jenis obat terutama pada obat dengan nilai investasi
tinggi. Hal ini sesuai menurut Heizer dan Reider (2010), apabila bahan
perusahaan karena terdapat perbedaan nilai mata uang dari bahan yang
prioritas persediaan cara yang paling umum digunakan adalah dengan analisis
ABC.
kebutuhan obat. Namun permintaan obat di luar formularium masih terjadi. Hal
ini disebabkan adanya kasus penyakit baru yang diderita pasien, sehingga
obatnya belum terdapat pada daftar formularium rumah sakit. Menurut Seto
daftar obat essensial, formularium rumah sakit, standar terapi dan jenis penyakit
penentuan kebutuhan dilakukan sesuai dengan teori menurut Seto (2004), yaitu
terlaksanan dengan baik, karena masih adanya kasus permintaan obat di luar
jumlah pemakaian pada periode sebelumnya. Kelompok obat yang tergolong fast
moving akan disediakan dengan jumlah yang lebih banyak, begitupun sebaliknya,
obat yang tergolong slow moving akan disediakan lebih sedikit. Namun dalam
pelaksanaannya untuk menentukan obat yang fast moving atau slow moving dan
obat dengan nilai investasi tinggi atau nilai investasi rendah tidak ditentukan
yang cukup besar yang mencakup lebih daripada 60% dari seluruh bahan yang
Hasil analisis ABC investasi yang disajikan pada tabel 5.3, bahwa obat paten
yang termasuk kelompok A hanya 9,77% dari seluruh jenis obat paten yang
diminta oleh apotek, namun obat ini menyerap anggaran rumah sakit paling
banyak dibandingkan obat paten lainnya, yaitu sebesar 70,12% dari total
seluruh jenis obat paten yang diminta oleh apotek dan menyerap anggaran lebih
jenis obat yang paling banyak, yaitu 74,44% dari seluruh jenis obat paten yang
diminta apotek, namun menyerap anggaran paling sedikit, yaitu 9,19% dari total
penentuan jenis barang yang paling penting dan perlu diprioritaskan dalam
persediaan. Tidaklah realistis jika memantau barang yang tidak mahal dengan
intensitas yang sama dengan barang yang sangat mahal (Heizer dan Render,
2010). Oleh sebab itu pengendalian yang dapat dilakukan untuk masing-masing
1. Kelompok A
fisik kecil dengan nilai investasi yang besar, sehingga obat tersebut
fisik dapat dilakukan lebih ketat dan secara periodik setiap satu
bulan.
74
2. Kelompok B
jumlah fisik dan nilai investasi yang sedang, sehingga obat yang
3. Kelompok C
Obat dengan kelompok A dan B menyerap biaya investasi sebesar 90% dari
dari apotek. Hal ini dapat mengakibatkan pemborosan karena akan berisiko
banyak.
Oleh sebab itu diperlukan perhitungan yang tepat untuk mengetahui jumlah
dipesan pada suatu periode untuk tujuan meminimalkan biaya dari persediaan
dalam model EOQ adalah biaya penyimpanan dan biaya pemesanan (Mardiyanto,
barang yang dipesan, maka jumlah pemesanan pertahunnya akan menurun namun
biaya penyimpanan akan meningkat karena jumlah persediaan yang harus diurus
lebih banyak. Untuk itu jumlah pemesanan harus dapat meminimalkan biaya
berdasarkan perhitungan, jumlah pemesanan yang paling ekonomis untuk obat ini
adalah sebanyak 70 tablet setiap kali pemesanan. Jumlah ini akan menggunakan
jumlah pemesanan yang optimum tentunya harus didukung oleh sistem informasi
yang dapat mengetahui jumlah pemakaian setiap obat setiap periode. Sistem
memberikan informasi mengenai jumlah pemakaian setiap obat tersebut. Hal ini
menggunakan perhitungan khusus. Obat akan dipesan jika jumlah stok di gudang
farmasi sudah hampir habis. Sehingga sering terjadi kekosongan obat ketika obat
77
tersebut dibutuhkan. Obat harus selalu tersedia setiap saat dibutuhkan agar
pelayanan kepada pasien tetap berjalan dengan lancar. Oleh sebab itu sebelum
persediaan habis maka pemesanan barang harus dilakukan. Hal ini sesuai dengan
diciptakan agar kemampuan pelayanan pada pasien dapat berlanjut. Untuk itu
perlu dicari waktu yang tepat, pada saat dimana pembelian harus dilakukan
yang ekonomis.
lead time adalah waktu tunggu yang diperlukan mulai pemesanan sampai obat
dilakukan waktu tunggu yang dibutuhkan oleh RS Zahirah dari waktu pemesanan
pemesanan kembali terletak pada dua faktor, yaitu yang pertama pertimbangan
ketidakpastian dan tingkat pelayanan yang diminta. Oleh sebab itu perlu
perkiraan, tidak ada perhitungan khusus. Menurut Rangkuty (1996), buffer stock
buffer stock, perlu mempertimbangkan target pencapaian kerja (service level) dan
standar lead time yang diketahui. Menurut Assauri (2004), service level untuk
menghitung buffer stock adalah 98% dengan nilai Z sebesar 2,05. Sedangkan
Pada lampiran 5 diketahui besar buffer stock dan ROP untuk masing-masing
obat paten. Sebagai contoh obat Dexyclav Tab, berdasarkan perhitungan besar
buffer stock obat Dexyclav Tab adalah 222 tablet dan Reorder Point-nya adalah
330 tablet. Artinya, pemesanan obat Dexyclav Tab akan dilakukan jika stok obat
pemesanan kembali adalah tidak adanya perhitungan buffer stock karena belum
7.1. Simpulan
farmasi RS Zahirah yaitu melalui stock opname, kartu stok dan buku
anggaran obat paten dan 99 jenis (74,44%) obat paten yang tergolong
79
80
7.2. Saran
pengawasan/pengendalian obat-obatan.
yang berbeda terhadap setiap kelompok obat karena obat dengan nilai
Assauri, Sofjan. 2004. Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi Revisi. Jakarta:
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Fadhila, Rahmi. 2013. Studi Pengendalian Persediaan Obat Generik Melalui Metode
Analisis ABC, EOQ dan ROP di Gudang Farmasi RS Islam Asshobirin Tahun
2013. Jakarta: Skripsi UIN
Heizer, Jay dan Render, Barry. 2010. Manajemen Operasi. Jakarta: Salemba Empat
Johns, DT dan Harding, HA. 2001. Manajemen Operasi untuk Meraih Keunggulan
Kompetitif. Jakarta: PPM
Minarsih, Mike. 2011. Hubungan Beban Kerja Perawat dengan Produktifitas Krja
Perawat di IRNA Non Bedan (Penyakit Dalam) RSUP DR.M.Djamil Padang
Tahun 2011. Padang: Skripsi Universitas Andalas
Siregar. 2004. Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan. Jakarta: EGC
Suciati, Susi. 2006. Analisis Perencanaan Obat Berdasarkan ABC Indeks Kritis di
Instalasi Farmasi. Depok: Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan Volume 9
Nomor 1
Tjay, Tan Han dan Raharjo, Kirana. 2007. Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan
dan Efek-Efek Sampingnya. Edisi Keenam. Jakarta: PT Gramedia
PEDOMAN WAWANCARA
Identitas Responden
Pertanyaan
Identitas Responden
Pertanyaan
Identitas Responden
Pertanyaan
Jawaban
NO Pertanyaan
Informan 1 Informan 2 Informan 3
1 Bagaimana Penentuan persediaan obat itu Kalau perencanaan obat itu.. karena Kalau perencanaannya biasanya
perencanaan/penentuan sesuai dengan obat yang sering disini masih manual ya, kita liat kita ngeliat rata-rata stock,
persediaan obat yang digunakan atau yang sering catatan stok yang keluar per bulan kebetulan kan saya yang ngorder
diterapkan di RS Zahirah? diresepkan oleh dokter. untuk apotik di dalam buku defekta. jadi udah tau berapa stock rata-rata
Misalnya apotik minta obat 50 dan yang harus di pesan setiap bulan,
di gudang juga ada 50, yaudah kita kalau misalnya pasien lagi banyak
kasih ke apotik 50, berati stok di nanti bisa ketauan dari jumlah
gudang habis kan, nah kalau sudah penjualan di apotik. Yaa
begitu kita harus order. berdasarkan permintaan dari apotik
Berdasarkan kebutuhan dari apotik itu yang kita jadiin acuan sebagai
itu yang biasanya kita jadikan perencanaan pemesanan sebagai
patokan untuk perencanaan. Jadi persediaan.
obat yang biasa dapakai aja.
Kemudian setelah dibuat
perencanaan tersebut, baru kita ke
apoteker, ke komisaris sama
manajer penunjang medis untuk
dicek setelah itu baru dipesan
obatnya.
2 Siapa saja yang terlibat Apoteker, logistik, manajer Kalau yang terlibat tadi sih kaya Yang terlibat itu orang-orang
dalam penunjang medis dan keuangan. orang logistiknya jelas, terus abis logistik, apoteker, manajer
perencanaan/penentuan itu apotekernya terus manajer penunjang medis, selanjutnya sih
kebutuhan obat di gudang penunjang medis dengan komisaris ke manajer keuangan.
farmasi RS Zahirah? dan bagian keuangan.
3 Metode apa yang Kalau perencanaan itu Metodenya ada cuma kita belum Metodenya apa yaa? Ga ada sih
digunakan dalam berdasarkan yang sering dapakai gunain itu, masih pake manual, metodenya. Ya itu pokonya kita
perencanaan/penentuan aja, eemm.. metode konsumsi karena sistem disini juga belum melakukan pemesanan berdasarkan
kebutuhan obat di gudang berarti. terkomputerisasi, jadi agak ribet. kebutuhan dari apotek aja.
farmasi RS Zahirah? Dulu sih sempet pernah dikasih tau
metodenya, tapi memang belum
dijalanin. Nama metodenya waktu
itu apa yaa.. ada hitung-
hitungannya gitu tapi saya lupa tuh.
4 Bagaimana pengendalian Pengendalian disini ada kartu Kalau pengendalian disini yaa Kalau di gudang sih dilakukan
persediaan obat yang stock, biasanya obat yang sudah paling dengan stock opname yang pengecekkan setiap hari, dilakukan
diterapkan di gudang dapakai dilakukan pemotongan dilakukan 3 bulan sekali, terus pencatatan di kartu stock,
farmasi RS Zahirah? stock di kartunya biar ketauan kartu stok setiap pemberian ke pencatatan di kartu stock itu kan
obat mana yang sudah mau habis apotik selalu dipotong stoknya, nah juga bisa jadi acuan juga sih, terus
atau yang belum, kemudian kita dari kartu stok itu kita bisa melihat disini juga ada stock opname,
disini juga ada yang namanya barang yang keluar, terus ada juga disini stock opnamenya juga masih
stock opname, stock opname itu buku defekta, defekta itu dijalanin berjalan setiap 3 bulan sekali.
kaya semacam pengawasan obat, untuk apotik seminggu dua kali
kita liat obat-obat mana yang eemm.. tapi terserah apotik juga sih
sudah kadaluarsa atau yang bisa sehari sekali kalau mau
mendekati kadaluarsa, biasanya defekta, dari defekta itu kita siapin
ini dilakukan 3 bulan sekali. terus obatnya terus ada pencatatannya,
ada buku defekta, kalau apotek ada pemotongan stok, dari situ kita
butuh obat kita tulis di buku juga bisa tau berapa yang keluar
defekta itu untuk minta ke dan kalau sudah habis baru harus
gudang. dilakukan pemesanan lagi.
5 Siapa saja yang terlibat Semuanya terlibat, mulai dari Kalau dalam pengendalaian yaa Kalau stock opname itu semuanya
dalam pengendalian saya sebagai kepala farmasi, semuanya terlibat, bagian logistik ya, terus kalau buat defekta itu
persediaan obat di gudang sampai anak-anak apotek yang dan apotik juga ikut terlibat. anak apotek, soalnya kita kan
farmasi RS Zahirah? lain dan anak-anak gudang juga cuma ngasih obat aja ke apotek.
ikut terlibat.
6 Ada metode khusus yang Yaa itu stock opname itu yang Metodenyaa… eemm.. ga ada sih, Heeemm.. ga ada tuh disini
digunakan dalam kita lakukan setiap 3 bulan sekali. ya paling berdasarkan itu aja, stock
melakukan pengendalian opname, kartu stock. Oiya
persediaan di gudang pengambilan obat ke setiap depo itu
farmasi RS Zahirah? juga ada pencatatan buktinya, jadi
kita selalu input untuk data. Ya
berdasarkan itu aja sih
pengendaliannya.
7 Dalam pengendalian Disini sih kita nyediain buffer Buffer stocknya ada tapi selama ini Ga ada sih, harusnya ada
persediaan apakah ada stock tapi ya berdasarkan buffer stocknya hanya diperkirakan perhitungannya kan ya, tapi disini
kebijakan mengenai besar pengalaman aja, jumlahnya kira- aja sih, belum ada hittungan mati belum ada tuh yang kaya gitu,
stok minimum, kira aja, ga ada hitung-hitungan untuk buffer stock, jadi masih paling kalau untuk buffer stock itu
maksimum dan buffer yang pakai rumus khusus. Kalau berdasarkan perkiraan aja. Kalau berdasarkan pengalaman, ya kira-
stock? stock minimum dan maksimum untuk besar minimun maksimum kira aja gitu.
kita ga ada tapi ya kalau di dalam kita ga ada.
kartu stock sudah terlihat obat
mau habis yaa itu yang dijadiin
patokan untuk melakukan
pemesanan.
8 Apakah pernah Stock out disini sering sekali ya Kalau untuk stock over kebetulan Stock over iya pernah dulu. Kalau
mengalami stock out/over hampir setiap hari ada itu, eem.. itu terjadi kalau misalnya kekosongan juga pernah, disini sih
stock di gudang farmasi kekurangan obat, terutama pada tiba-tiba dokternya resign atau apa lumayan sering ya kalau
RS Zahirah? obat patennya. Kalau sudah jadi otomatis obatnya sudah tidak kekosongan obat, biasanya karena
kosong gitu ya kita harus usaha dipakai oleh dokter itu atau ngga distributornya juga lagi kosong.
mencarinya, bisa dari rumah sakit obatnya expired di depo lain baru
lain atau apotek lain di luar rs ketahuan pas lagi adain stock
zahirah. opname ruangan setiap 3 bulan
sekali itu aja sih.
Kekosongan obat sering terjadi di
sini, biasanya sih karena dari
distributornya memang kosong obat
juga, mulai dari bahan bakunya
yang susah atau ada pergantian
distributor, nah itu yang kadang-
kadang infonya kita belum dapat,
terus untuk kekosongan yang lain
itu, dokternya yang biasanya pakai
dengan dosis atau merk tertentu
tiba-tiba pakai dosis atau merk
yang lain lagi jadi membuat kita
harus cari alternatifnya, itu sih yang
kadang-kadang bikin stock kosong.
9 Solusi apa yang dilakukan Yaa itu kita cari ke rumah sakit Biasanya sih kita telepon dokter Kita cari di pedagang keduanya,
jika terjadi stock out/over atau apotek lain di luar rs zahirah. yang bersangkutan dulu buat pakai kan kalau PBF itu kan resmi dari
stock di gudang farmasi obat lain yang fungsinya sama yang pabrik ditunjuk PBF ini sebagai
RS Zahirah? ada di zahirah, kalau dokternya penyalur obatnya, nah kalau
mau yaudah kita pakai obat lain pedagang kedua ini kaya reseller
tapi kalau ga mau yaa kita harus dari PBFnya itu, atau bisa juga kita
cari ke rumah sakit atau apotek cari ke apotek lain kalau dua-
lain. duanya memang lagi kosong.
10 Kendala apa saja yang Kendalanya sih karena obat disini Kendalanyaa… oiya kadang- Kalau disini sih banyak ya mbak
ditemui dalam banyak sekali jadi agak susah dan kadang untuk obat keluar itu karena ya, terutama karena disini masih
pengendalian persediaan butuh waktu yang lama buat disini ngga 24 jam jadi anak apotek manual jadi sistemnya yang masih
obat di gudang farmasi RS melakukan pengendalian atau masih ngambil tuh kadang-kadang jadi kendala.
Zahirah? pengawasan. Kaya misalnya lupa motong stock jadi stock
stock opname, kita biasanya otomatis ngga kepotong, tiba-tiba
melakukannya selama seminggu pas lagi besoknya yang mau
lebih karena banyaknya obat itu. dipakai lagi eeh barangnya kosong
tapi stocknya masih ada di
komputer, gitu aja sih.
11 Bagaimana menentukan Buat menentukkan jenis obat Itu berdasarkan formularium, jadi Kalau disini berdasarkan
jenis obat yang harus disini kita menggunakan rumah sakit ini sudah mempunyai formularium, yang saya stock ya
disediakan di gudang formularium. formularium obat sendiri, kaya yang udah masuk dalam
farmasi RS Zahirah? sekarang lagi dibikin formularium formularium.
yang baru, jadi nanti angket-angket
obat diserahkan sama dokter nanti
dokter maunya make mana dan
dokternya juga harus konsisten
untuk make obat itu terus jadi kita
ngorder pun sesuai dengan yang
dokter pakai.
12 Apakah ada Analisis ABC itu kaya sistem Kalau untuk yang fast moving, Belum ada pengelompokkan
pengelompokkan jenis pareto ya? Hmmm kita belum slow moving kita belum dipisahin khusus tapi kita tau mana yang
obat di gudang farmasi RS menggunakan sistem itu disini. Cuma ya anak apotek dan kita anak slow moving, mana yang fast
Zahirah? Pernah Kalau fast moving, slow moving logistik memang sudah tau mana moving, jadi begitu order kita ga
dilakukan analisis ABC? ga ada pengelompokan khusus, yang kira-kira slow moving atau mengorder sebanyak yang fast
tapi anak-anak apotek disini fast moving. moving.
sudah tau mana obat yang kira- Belum pernah sih kalau ABC itu Oh ga pernah disini.
kira sering dipakai dan mana
yang jarang dipakai.
13 Bagaimana kendala dalam Biasanya ada dokter yang minta Karena masih proses formularium Ya paling itu, ada dokter yang
menentukan jenis obat di luar formularium, jadi kita yang baru di sini, karena emang minta obat tapi ga ada di
persediaan di gudang harus cari ke apotek lain. kan formularium kita setahun formularium, jadi kita harus
farmasi RS Zahirah? Apa sekali, jadi kadang-kadang dokter ngorder obat yang diminta itu.
solusi yang dilakukan? masih make di luar obat yang
terdaftar di formularium, itu sih
kendalanya jadi kita harus nyari
obat yang dokter mau pakai dan
melakukan pengadaan di luar
formularium.
14 Bagaimana menentukan Jumlah pesanan sih diliat dari Ya itu seperti yang tadi saya bilang, Kita melihat rata-rata dari bulan-
jumlah pemesanan obat di pemakaian bulan-bulan sebenrnya di sini ada bulan sebelumnya, nanti kan
gudang farmasi RS sebelumnya, dari situ kita bisa perhitungannya cuma masih belum katauan tuh hasilnya berapa,
Zahirah? Apakah ada memperkirakan jumlah pesanan dijalanin perhitungan itu, jadi yaudah kita pesan segitu, kecuali
perhitungan khusus? untuk bulan berikutnya, biasanya sifatnya masih melihat berdasarkan kalau pasien lagi banyak ya kita
antara bulan sebelumnya tidak bulan sebelumnya, jadi pemakaian tambahin jumlah pesanannya.
jauh berbeda jumlahnya. kita itu bulan sebelumnya besar ga, Kalau perhitungan khusus sih ga
Oh kalau disini berdasarkan kalau memang besar untuk obat ada, kita cuma liat dari bulan
perkiraan aja, ga ada hitung- jenis tertentu ya di bulan berikutnya sebelumnya aja.
hitungannya. kita harus pesan lebih banyak tapi
kalu misalnya pemakaian di bulan
kemarin sedikit barati kita jangan
terlalu banyak pesan di bulan
berikutnya.
15 Apa saja yang Jumlah pasien sama resep dokter. Yaa paling dari jumlah permintaan Biasanya ya pasiennya mbak,
mempengaruhi jumlah apotik sih yang paling pengaruh kalau pasiennya lagi banyak berati
pemesanan obat di gudang banget. jumlah pesanannya harus
farmasi RS Zahirah? ditambah.
16 Pemesanan dilakukan Biasanya sih anak logistik Pemesanan obat sih biasanya lewat Lewat telepon, kalau berapa
lewat apa? Berapa waktu mesennya lewat telepon. Kalau telepon ya, paling yaa sekitar 15 lamanya itu tergantung sih ya
yang diperlukan dalam waktunya berapa lama ya? Yaa ga menitan lah kalau melakukan mbak, biasanya kalau telepon itu
pemesanan? lama-lama sih, 10 menit ada lah, pemesanan ke setiap distributor. ya lumayan sih ya 10-15 menitan,
kurang lebihnya sih sekitar segitu. soalnya kan kita juga harus cros
check apa yang kita pesan, jadinya
sekitar 15 menitan lah.
17 Bagaimana kendala dalam Kendalanya karena kita belum Sebenarnya karena disini belum Jumlah pasiennya yang ga bisa
menentukan jumlah pernah menghitung juga, jadi terkomputerisasi itu juga menjadi diprediksi, jumlah obat yang kita
pemesanan di gudang tidak ada patokan yang benar- kendala, karena kan kalau misalnya pesan segini kira-kira cukup ga ya
farmasi RS Zahirah? Apa benar jelas tentang berapa sudah berjalan jadi bisa ngadain tuh kalau tiba-tiba pasiennya banyak,
solusi yang dilakukan? banyaknya jumlah pemesanan yang namanya perhitungan stock- itu aja sih yang suka bikin kita
dan karena disini kita masih kan. was-was.
manual jadi agak susah juga mau
menghitung pemakaian obat
bulanan yang segitu banyaknya.
18 Kapan jadwal Jadwalnya sebulan sekali pasti Jadwal pemesanan obat itu Oh kita sih ga ada jadwal, yang
pemesanan/pembelian kita melakukan pemesanan. sebenarnya awal bulan sama akhir penting sebulan sekali aja.
obat dilakukan? atau bisa juga pertengahan bulan, Pokonya kalau diliat stock udah
Bagaimana menentukan tergantung kebutuhan sih ya. kosong atau hampir kosong baru
waktu pemesanan untuk Kita melihat dari pengeluaran kita order lagi.
setiap jenis obat? sebelumnya, kalau emang obat
tersebut banyak keluar kita lakukan
lagi pemesanan tapi kalau tidak ada
yang keluar ya kita ga usah pesan
lagi.
19 Berapa lead time/waktu Waktu tunggunya paling lama Waktunya ga lama sih ya, paling Dua hari paling lama.
tunggu pemesanan obat di dua hari. yaa sehari dua hari lah paling lama.
gudang farmasi RS
Zahirah?
20 Bagaimana kendala dalam Yaa itu karena masih manual kita Kalau kendala waktu pemesanan Ngga sih, biasanya sih kendala dari
menentukan waktu jadi harus sering-sering cek kartu obat ga ada sih kayaknya. distributornya, kaya misalkan
pemesanan/pembelian stock, diliat obatnya sudah limit banjir, otomatis semuanya jadi
obat? atau belum, kalau limit ya berati ngaret.
kita harus pesan.
Lampiran 3
Tabel Kelompok Obat Paten berdasarkan Analisis ABC Investasi Tahun 2014
Jumlah
No Nama Obat Pemakaian Biaya Pemesanan Biaya Penyimpanan EOQ
1 Starcef 200 mg 2296 Rp 2,000 Rp 9,667 31
2 Dexyclav 4866 Rp 2,000 Rp 3,935 70
3 Starcef 100 mg 2399 Rp 2,000 Rp 6,507 38
4 Wlaflox 1953 Rp 2,000 Rp 4,276 43
5 Pantozol 40 mg 1282 Rp 2,000 Rp 6,374 28
6 Azomax 580 Rp 2,000 Rp 10,596 15
7 Volequin 486 Rp 2,000 Rp 9,659 14
8 Lycoxy 3210 Rp 2,000 Rp 1,414 95
9 Narfoz 4 729 Rp 2,000 Rp 5,105 24
10 Vectrin 2282 Rp 2,000 Rp 1,432 80
11 Plavix 321 Rp 2,000 Rp 8,756 12
12 Folamil Genio 2641 Rp 2,000 Rp 1,020 102
13 Vometa 2571 Rp 2,000 Rp 930 105
Tabel Perhitungan EOQ Obat Paten Kelompok B Tahun 2014
Jumlah
NO Nama Obat Pemakaian Biaya Pemesanan Biaya Penyimpanan EOQ
1 Zaldiar 829 Rp 2,000 Rp 2,807 34
2 Livercare 1195 Rp 2,000 Rp 1,798 52
3 Ezygard 1240 Rp 2,000 Rp 1,710 54
4 Natavit 2151 Rp 2,000 Rp 905 98
5 Glucophage XR 2334 Rp 2,000 Rp 803 108
6 Metrison 2301 Rp 2,000 Rp 762 110
7 Narfoz 8 184 Rp 2,000 Rp 8,180 9
8 Eazycall 1511 Rp 2,000 Rp 987 78
9 Betaserc 24 551 Rp 2,000 Rp 2,620 29
10 Amobiotik 1477 Rp 2,000 Rp 930 80
11 Mefinter 500 1179 Rp 2,000 Rp 1,167 64
12 Mucosta 903 Rp 2,000 Rp 1,480 49
13 Zeufor 500 mg 345 Rp 2,000 Rp 3,774 19
14 Hp-Pro 1055 Rp 2,000 Rp 1,213 59
15 Nomesis 980 Rp 2,000 Rp 1,227 57
16 Rimstar 4 FDC 562 Rp 2,000 Rp 2,089 33
17 Dexaflox 119 Rp 2,000 Rp 9,295 7
18 Dexacef 372 Rp 2,000 Rp 2,789 23
19 Radin 1493 Rp 2,000 Rp 651 96
20 Flagyl 498 Rp 2,000 Rp 1,872 33
21 Moloco B12 870 Rp 2,000 Rp 1,030 58
Tabel Perhitungan EOQ Obat Paten Kelompok C Tahun 2014
Jumlah
No Nama Obat Pemakaian Biaya Pemesanana Biaya Penyimpanan EOQ
1 Methycobal 500 mg 872 Rp 2,000 Rp 987 59
2 Ritez 702 Rp 2,000 Rp 1,208 48
3 Dextamin 1347 Rp 2,000 Rp 603 95
4 Gluvas 2mg 550 Rp 2,000 Rp 1,450 39
5 Urdafalk 233 Rp 2,000 Rp 3,367 17
6 Inhipraz 15 252 Rp 2,000 Rp 2,974 18
7 Gluvas 3mg 320 Rp 2,000 Rp 1,896 26
8 Inbion 1577 Rp 2,000 Rp 362 132
9 Imboost forte 671 Rp 2,000 Rp 822 57
10 Lasix 40 432 Rp 2,000 Rp 1,264 37
11 Zemyc 50 mg 71 Rp 2,000 Rp 7,436 6
12 Argesid 1215 Rp 2,000 Rp 428 107
13 Lifezar 211 Rp 2,000 Rp 2,277 19
14 Omz 109 Rp 2,000 Rp 4,090 10
15 Curcuma 1985 Rp 2,000 Rp 217 191
16 Ozen 240 Rp 2,000 Rp 1,611 24
17 Proris 1083 Rp 2,000 Rp 327 115
18 Quidex 96 Rp 2,000 Rp 3,768 10
19 Ascardia 1158 Rp 2,000 Rp 279 129
20 Gluvas 1 mg 420 Rp 2,000 Rp 762 47
21 Fg Troches 884 Rp 2,000 Rp 302 108
22 Stomacer 20 mg 97 Rp 2,000 Rp 2,727 12
23 Imodium 596 Rp 2,000 Rp 376 80
24 KSR 223 Rp 2,000 Rp 906 31
25 Glucophage 500 440 Rp 2,000 Rp 397 67
26 Lanfix 100 849 Rp 2,000 Rp 195 132
27 Simarc 2 mg 323 Rp 2,000 Rp 483 52
28 Rimactazid Paed 200 Rp 2,000 Rp 740 33
29 Urinter 111 Rp 2,000 Rp 1,143 20
30 Pharflox 400 mg 20 Rp 2,000 Rp 5,112 4
31 Folamil 225 Rp 2,000 Rp 313 54
32 Harnal Ocas 15 Rp 2,000 Rp 4,380 4
33 Buscopan plus 40 Rp 2,000 Rp 1,070 12
34 INH 300 952 Rp 2,000 Rp 43 298
35 Voltadex 25 mg 393 Rp 2,000 Rp 102 124
36 Cataflam 50 20 Rp 2,000 Rp 1,529 7
37 Pharflox 200 mg 8 Rp 2,000 Rp 3,086 3
38 Reotal 10 Rp 2,000 Rp 2,776 4
39 Voltadex 50 mg 141 Rp 2,000 Rp 167 58
40 Arcoxia 120 mg 4 Rp 2,000 Rp 4,499 2
41 Buscopan 18 Rp 2,000 Rp 775 10
42 Cataflam 25 10 Rp 2,000 Rp 801 7
43 Ferofort 30 Rp 2,000 Rp 510 15
44 INH Ciba 300 35 Rp 2,000 Rp 220 25
45 INH Ciba 400 40 Rp 2,000 Rp 286 24
46 ISDN 559 Rp 2,000 Rp 30 275
47 Ossoral 200 40 Rp 2,000 Rp 372 21
48 Stimuno 11 Rp 2,000 Rp 674 8
49 Aspar-K 7 Rp 2,000 Rp 760 6
50 Rimcure Paed 6 Rp 2,000 Rp 892 5
51 Adalat 10 mg 0 Rp 2,000 Rp 828 0
52 Adalat oros 30 0 Rp 2,000 Rp 2,469 0
53 Amaryl 1 0 Rp 2,000 Rp 899 0
54 Amaryl 2 0 Rp 2,000 Rp 1,639 0
55 Anvomer B6 0 Rp 2,000 Rp 725 0
56 Arcoxia 60 mg 0 Rp 2,000 Rp 3,197 0
57 Berry Vision 0 Rp 2,000 Rp 847 0
58 Cal-95 0 Rp 2,000 Rp 1,098 0
59 Catapres 0 Rp 2,000 Rp 1,212 0
60 Cedocard 5 0 Rp 2,000 Rp 384 0
61 Celestamin 0 Rp 2,000 Rp 1,312 0
62 Cobazim 1000 0 Rp 2,000 Rp 820 0
63 Depakote Er 250 0 Rp 2,000 Rp 2,125 0
64 Dopamet 0 Rp 2,000 Rp 595 0
65 Duvaldilan 0 Rp 2,000 Rp 1,710 0
66 Gluvas 4mg 0 Rp 2,000 Rp 2,212 0
67 Harnal D 0 Rp 2,000 Rp 3,528 0
68 Hi-Bone 0 Rp 2,000 Rp 921 0
69 Imunos 0 Rp 2,000 Rp 1,645 0
70 Ilos 0 Rp 2,000 Rp 2,965 0
71 Inhipraz 30 0 Rp 2,000 Rp 4,562 0
72 Interhistin 0 Rp 2,000 Rp 205 0
73 Lesichol 175 mg 0 Rp 2,000 Rp 1,395 0
74 Methycobal 250 mg 0 Rp 2,000 Rp 880 0
75 Nislev 0 Rp 2,000 Rp 11,531 0
76 Ossoral 800 0 Rp 2,000 Rp 1,450 0
77 Pantocer 20 mg 0 Rp 2,000 Rp 3,614 0
78 Primolut-N 0 Rp 2,000 Rp 1,334 0
79 Primperan 0 Rp 2,000 Rp 409 0
80 Pronicy 0 Rp 2,000 Rp 74 0
81 Provital plus 0 Rp 2,000 Rp 739 0
82 Retivit 0 Rp 2,000 Rp 1,046 0
83 Retivit plus 0 Rp 2,000 Rp 1,046 0
84 Rimcure 3 FDC 0 Rp 2,000 Rp 1,785 0
85 Abilify 0 Rp 2,000 Rp 17,658 0
86 Sporacid 0 Rp 2,000 Rp 7,324 0
87 Tensivask 10 mg 0 Rp 2,000 Rp 3,532 0
88 Tensivask 5 mg 0 Rp 2,000 Rp 1,822 0
89 Thiamycin 500 mg 0 Rp 2,000 Rp 1,115 0
90 Thromboaspilet 0 Rp 2,000 Rp 227 0
91 Tramal 0 Rp 2,000 Rp 1,859 0
92 Transamin 250 mg 0 Rp 2,000 Rp 513 0
93 Vitamam 1 0 Rp 2,000 Rp 493 0
94 Vitamam 2 0 Rp 2,000 Rp 587 0
95 Zolter 400 mg 0 Rp 2,000 Rp 2,789 0
96 Zoter 200 mg 0 Rp 2,000 Rp 1,599 0
97 Fluimucyl 0 Rp 2,000 Rp 1,493 0
98 Folas 0 Rp 2,000 Rp 214 0
99 Gcm forte 0 Rp 2,000 Rp 4,161 0
Lampiran 5
Tabel Perhitungan ROP dan Buffer Stock Obat Paten Kelompok A Tahun 2014
Pemakaian Total
No Nama Obat Satuan Harga Obat
Januari Februari Maret Pemakaian
1 Abilify tablet 0 0 0 0 Rp 67,915
2 Adalat 10 mg tablet 0 0 0 0 Rp 3,183
3 Adalat oros 30 tablet 0 0 0 0 Rp 9,498
4 Amaryl 1 tablet 0 0 0 0 Rp 3,458
5 Amaryl 2 tablet 0 0 0 0 Rp 6,304
6 Amobiotik tablet 719 496 262 1477 Rp 3,575
7 Anvomer B6 tablet 0 0 0 0 Rp 2,789
8 Arcoxia 120 mg tablet 4 0 0 4 Rp 17,303
9 Arcoxia 60 mg tablet 0 0 0 0 Rp 12,296
10 Argesid tablet 856 199 160 1215 Rp 1,645
11 Ascardia tablet 283 412 463 1158 Rp 1,073
12 Aspar-K tablet 7 0 0 7 Rp 2,922
13 Azomax tablet 281 158 141 580 Rp 40,755
14 Berry Vision tablet 0 0 0 0 Rp 3,257
15 Betaserc 24 tablet 86 167 298 551 Rp 10,078
16 Buscopan tablet 10 0 8 18 Rp 2,979
17 Buscopan plus tablet 40 0 0 40 Rp 4,117
18 Cal-95 tablet 0 0 0 0 Rp 4,224
19 Cataflam 25 tablet 10 0 0 10 Rp 3,081
20 Cataflam 50 tablet 20 0 0 20 Rp 5,880
21 Catapres tablet 0 0 0 0 Rp 4,660
22 Cedocard 5 tablet 0 0 0 0 Rp 1,478
23 Celestamin tablet 0 0 0 0 Rp 5,045
24 Cobazim 1000 tablet 0 0 0 0 Rp 3,153
25 Curcuma tablet 0 195 1790 1985 Rp 835
26 Depakote Er 250 tablet 0 0 0 0 Rp 8,173
27 Dexacef tablet 82 132 158 372 Rp 10,725
28 Dexaflox tablet 37 30 52 119 Rp 35,750
29 Dextamin tablet 896 176 275 1347 Rp 2,320
30 Dexyclav tablet 1471 1518 1877 4866 Rp 15,134
31 Dopamet tablet 0 0 0 0 Rp 2,288
32 Duvaldilan tablet 0 0 0 0 Rp 6,578
33 Eazycall tablet 502 467 542 1511 Rp 3,795
34 Ezygard tablet 428 282 530 1240 Rp 6,578
35 Ferofort tablet 0 30 0 30 Rp 1,961
36 Fg Troches tablet 148 398 338 884 Rp 1,162
37 Flagyl tablet 143 193 162 498 Rp 7,201
38 Fluimucyl kapsul 0 0 0 0 Rp 5,744
39 Folamil tablet 0 145 80 225 Rp 1,202
40 Folamil Genio tablet 810 585 1246 2641 Rp 3,922
41 Folas tablet 0 0 0 0 Rp 824
42 Gcm forte tablet 0 0 0 0 Rp 16,002
43 Glucophage 500 tablet 130 30 280 440 Rp 1,526
44 Glucophage XR tablet 819 690 825 2334 Rp 3,089
45 Gluvas 1 mg tablet 190 98 132 420 Rp 2,932
46 Gluvas 2mg tablet 176 144 230 550 Rp 5,577
47 Gluvas 3mg tablet 145 115 60 320 Rp 7,293
48 Gluvas 4mg tablet 0 0 0 0 Rp 8,509
49 Harnal D tablet 0 0 0 0 Rp 13,571
50 Harnal Ocas tablet 15 0 0 15 Rp 16,848
51 Hi-Bone tablet 0 0 0 0 Rp 3,542
52 Hp-Pro tablet 0 252 803 1055 Rp 4,667
53 Ilos tablet 0 0 0 0 Rp 11,404
54 Imboost forte tablet 206 188 277 671 Rp 3,163
55 Imodium tablet 336 151 109 596 Rp 1,445
56 Imunos tablet 0 0 0 0 Rp 6,325
57 Inbion kapsul 517 475 585 1577 Rp 1,392
58 INH 300 tablet 317 329 306 952 Rp 165
59 INH Ciba 300 tablet 0 0 35 35 Rp 845
60 INH Ciba 400 tablet 0 0 40 40 Rp 1,101
61 Inhipraz 15 tablet 112 75 65 252 Rp 11,440
62 Inhipraz 30 tablet 0 0 0 0 Rp 17,545
63 Interhistin tablet 0 0 0 0 Rp 787
64 ISDN tablet 75 176 308 559 Rp 114
65 KSR tablet 63 104 56 223 Rp 3,484
66 Lanfix 100 kapsul 295 305 249 849 Rp 750
67 Lasix 40 tablet 156 144 132 432 Rp 4,860
68 Lesichol 175 mg tablet 0 0 0 0 Rp 5,364
69 Lifezar tablet 20 85 106 211 Rp 8,756
70 Livercare tablet 275 300 620 1195 Rp 6,915
71 Lycoxy tablet 1285 1027 898 3210 Rp 5,440
72 Mefinter 500 tablet 348 693 138 1179 Rp 4,490
73 Methycobal 250 mg tablet 0 0 0 0 Rp 3,385
74 Methycobal 500 mg tablet 225 316 331 872 Rp 3,796
75 Metrison tablet 641 721 939 2301 Rp 2,932
76 Moloco B12 kapsul 225 240 405 870 Rp 3,961
77 Mucosta tablet 265 289 349 903 Rp 5,691
78 Narfoz 4 tablet 167 340 222 729 Rp 19,633
79 Narfoz 8 tablet 23 80 81 184 Rp 31,460
80 Natavit kapsul 760 695 696 2151 Rp 3,479
81 Nislev tablet 0 0 0 0 Rp 44,350
82 Nomesis tablet 339 271 370 980 Rp 4,719
83 Omz tablet 36 55 18 109 Rp 15,730
84 Ossoral 200 tablet 30 10 0 40 Rp 1,430
85 Ossoral 800 tablet 0 0 0 0 Rp 5,577
86 Ozen tablet 25 60 155 240 Rp 6,197
87 Pantocer 20 mg tablet 0 0 0 0 Rp 13,900
88 Pantozol 40 mg tablet 255 463 564 1282 Rp 24,514
89 Pharflox 200 mg tablet 8 0 0 8 Rp 11,869
90 Pharflox 400 mg tablet 10 10 0 20 Rp 19,663
91 Plavix tablet 79 76 166 321 Rp 33,676
92 Primolut-N tablet 0 0 0 0 Rp 5,129
93 Primperan tablet 0 0 0 0 Rp 1,573
94 Pronicy tablet 0 0 0 0 Rp 283
95 Proris tablet 359 415 309 1083 Rp 1,258
96 Provital plus tablet 0 0 0 0 Rp 2,842
97 Quidex tablet 96 0 0 96 Rp 14,491
98 Radin tablet 372 538 583 1493 Rp 2,503
99 Reotal tablet 10 0 0 10 Rp 10,677
100 Retivit tablet 0 0 0 0 Rp 4,023
101 Retivit plus tablet 0 0 0 0 Rp 4,023
102 Rimactazid Paed tablet 120 0 80 200 Rp 2,846
103 Rimcure 3 FDC tablet 0 0 0 0 Rp 6,864
104 Rimcure Paed tablet 0 0 6 6 Rp 3,432
105 Rimstar 4 FDC tablet 45 269 248 562 Rp 8,033
106 Ritez tablet 367 222 113 702 Rp 4,648
107 Simarc 2 mg tablet 74 47 202 323 Rp 1,859
108 Sporacid kapsul 0 0 0 0 Rp 28,171
109 Starcef 100 mg tablet 819 767 813 2399 Rp 25,025
110 Starcef 200 mg tablet 661 724 911 2296 Rp 37,180
111 Stimuno tablet 0 1 10 11 Rp 2,593
112 Stomacer 20 mg tablet 76 21 0 97 Rp 10,487
113 Tensivask 10 mg tablet 0 0 0 0 Rp 13,585
114 Tensivask 5 mg tablet 0 0 0 0 Rp 7,007
115 Thiamycin 500 mg tablet 0 0 0 0 Rp 4,290
116 Thromboaspilet tablet 0 0 0 0 Rp 872
117 Tramal tablet 0 0 0 0 Rp 7,150
118 Transamin 250 mg tablet 0 0 0 0 Rp 1,973
119 Urdafalk tablet 26 87 120 233 Rp 12,951
120 Urinter kapsul 36 25 50 111 Rp 4,397
121 Vectrin tablet 437 620 1225 2282 Rp 5,506
122 Vitamam 1 tablet 0 0 0 0 Rp 1,898
123 Vitamam 2 tablet 0 0 0 0 Rp 2,259
124 Volequin tablet 207 150 129 486 Rp 37,150
125 Voltadex 25 mg tablet 250 106 37 393 Rp 393
126 Voltadex 50 mg tablet 10 10 121 141 Rp 644
127 Vometa tablet 780 774 1017 2571 Rp 3,575
128 Wlaflox tablet 577 737 639 1953 Rp 16,445
129 Zaldiar tablet 111 283 435 829 Rp 10,797
130 Zemyc 50 mg tablet 25 25 21 71 Rp 28,600
131 Zeufor 500 mg tablet 61 80 204 345 Rp 14,515
132 Zolter 400 mg tablet 0 0 0 0 Rp 10,725
133 Zoter 200 mg tablet 0 0 0 0 Rp 6,149