You are on page 1of 15

Antenatal Care, Intranatal Care, Postnatal Care

Diposkan oleh ZhieyZone's on Kamis, 04 Maret 2010

ANTENATAL CARE (ANC)

Pemeriksaan fisik pada ibu dilakukan setelah dilakukannya anamnesa. Sebelum memulai
pemeriksaan, perawat harus menjelaskan pada ibu dan kelurga apa yang akan dilakukan. Berikan
mereka waktu untuk mengajukan pertanyaan sehingga mereka dapat memahami pentingnya
pemeriksaan tersebut.
Pemeriksaan fisik berguna untuk mengetahui keadaan kesehatan ibu dan janin serta perubahan
yang terjadi pada suatu pemeriksaan ke pemeriksaan berikutnya.
Pada pemeriksaan pertama perlu ditentukan apakah ibu sedang hamil, dan bila hamil maka perlu
ditentukan umur kehamilannya. Pada setiap pemeriksaan kehamilan dengan melihat dan meraba
ditentukan apakah ibu sehat dan janin tumbuh dengan baik. Tinggi fundus uteri sesuai dengan
perhitungan umur kehamilan dan pada umur kehamilan lebih lanjut ditentukan letak janin.
Banyak ibu merasa malu membuka bajunya dan memperlihatkan bagian tubuhnya, hal ini perlu
diperhatikan oleh perawat untuk menjaga privasi pasien tutuplah bagian tubuhnya ibu dengan
kain, sehingga hanya bagian tubuh yang diperiksa saja yang terbuka. Ibu hendaknya diperiksa
dengan sentuhan yang hati-hati dengan sikap bersahabat sambil menjelaskan apa yang akan
dilakukan dan alas an melakukannya.

1. ALAT DAN KOMPONEN PEMERIKSAAN KEHAMILAN


A. PERALATAN PEMERIKSAAN

Alat yang dipakai bervariasi namun yang terpenting adalah bagaimana seorang perawat
memanfaatkan mata, telinga, hidung dan tangannya untukk mengetahui hamper semua hal
penting tentang ibu hamil yang diperiksanya. Peralatan hanyalah penunjang bila ada dapat
membantu pemeriksaan bila tidak semua tersedia, pemeriksaan kehamilan dapat dilakukan
dengan baik dengan ketrampilan memanfaatkan inderanya dan mempunyai kemampuan untuk
menilai serta menangkap hal-hal yang perlu diperhatikan pada ibu hamil. Peralatan yang
dipergunakan harus dalam keadaan bersih dan siap pakai.

Adapun alat – alat yang dibutuhkan untuk pemeriksaan ibu hamil diantaranya adalah: timbangan
berat badan, pengukur tinggi badan, tensi meter, stetoskop monokuler atau linec, meteran atau
midlen, hamer reflek, jangka panggul serta peralatan untuk pemeriksaan laboratorium kehamilan
yaitu pemeriksaan kadar hemoglobin, protein urin, urin reduksi dll (bila diperlukan).

B. KOMPONEN PEMERIKSAAN FISIK PADA KUNJUNGAN ANTENATAL PERTAMA


1. Pemeriksaan fisik umum
a. Tinggi Badan
b. Berat badan
c. Tanda – tanda vital : tekanan darah, denyut nadi, suhu
2. Kepala dan leher
a. Edema diwajah
b. Ikterus pada mata
c. Mulut pucat
d. Leher meliputi pembengkakan saluran limfe atau pembengkakan kelenjar thyroid
3. Tangan dan kaki
a. Edema di jari tangan
b. Kuku jari pucat
c. Varices vena
d. Reflek – reflek
4. Payudara
a. Ukuran simetris
b. Putting menonjol / masuk
c. Keluarnya kolostrom atau cairan lain
d. Retraksi
e. Massa
f. Nodul axilla
5. Abdomen
a. Luka bekas operasi
b. Tinggi fundus uteri (jika>12 minggu)
c. Letak, presentasi, posisi dan penurunan kepala (jika>36 minggu)
d. Denyut jantung janin (jika>18 minggu)
6. Genetalia luar (externa)
a. varises
b. perdarahan
c. luka
d. cairan yang keluar
e. pengeluaran dari uretra dan skene
f. kelenjar bartholini : bengkak (massa), ciaran yang keluar
7. Genetalia dalam (interna)
a. servik meliputi cairan yang keluar, luka (lesi), kelunakan, posisi, mobilitas, tertutup atau
terbuka
b. vagina meliputi cairan yang keluar, luka, darah
c. ukuran adneksa, bentuk, posisi, nyeri, kelunakan, massa (pada trimester pertama)
d. uterus meliputi : ukuran, bentuk, mobilitas, kelunakan, massa pada trimester petama.

2. PELAKSANAAN PEMERIKSAAN KEHAMILAN

Dalam pemeriksaan kehamilan meliputi beberapa langkah antara lain :


1. Perhatikan tanda – tanda tubuh yang sehat
Pemeriksaan pandang dimulai semenjak bertemu dengan pasien. Perhatikan bagaimana sikap
tubuh, keadaan punggung dan cara berjalannya. Apakah cenderung membungkuk, terdapat
lordosis, kifosis, scoliosis atau pincang dsb. Lihat dan nilai kekuatan ibu ketika berjalan, apakah
ia tampak nyaman dan gembira, apakah ibu tampak lemah.

2. Pengukuran tinggi badan dan berat badan


Timbanglah berat badan ibu pada setiap pemeriksaan kehamilan. Bila tidak tersedia timbangan,
perhatikan apakah ibu bertambah berat badannya. Berat badan ibu hamil biasanya naik sekitar 9-
12 kg selama kehamilan. Yang sebagian besar diperoleh terutama pada trimester kedua dan ketiga
kehamilan. Kenaikan berat badan menunjukkan bahwa ibu mendapat cukup makanan. Jelaskan
bahwa berat badan ibu naik secara normal yang menunjukkan janinnya tumbuh dengan baik bila
kenaikan berat badan ibu kurang dari 5 kg pada kehamilan 28 minggu maka ia perlu dirujuk.
Tinggi berat badan hanya diukur pada kunjungan pertama. Bila tidak tersedia alat ukur tinggu
badan maka bagian dari dinding dapat ditandai dengan ukuran centi meter. Pada ibu yang pendek
perlu diperhatikan kemungkinan mempunyai panggul yang sempit sehingga menyulitkan dalam
pemeriksaan. Bila tinggu badan ibu kurang dari 145 atau tampak pendek dibandingkan dengan
rata-rata ibu, maka persalinan perlu diwaspadai.
3. Pemeriksaan tekanan darah
Tekanan darah pada ibu hamil bisanya tetap normal, kecuali bila ada kelainan. Bila tekanan darah
mencapai 140/90 mmhg atau lebih mintalah ibu berbaring miring ke sebelah kiri dan mintalah ibu
bersantai sampai terkantuk. Setelah 20 menit beristirahat, ukurlah tekanan darahnya. Bila tekanan
darah tetap tinggi, maka hal ini menunjukkan ibu menderita pre eklamsia dan harus dirujuk ke
dokter serta perlu diperiksa kehamilannya. Khususnya tekanan darahnya lebih sering (setiap
minggu). Ibu dipantau secara ketat dan anjurkan ibu persalinannya direncanakan di rumah sakit.
4. Pemeriksaan dari ujung rambut sampai ke ujung kaki
Pemeriksaan fisik pada kehamilan dilakukan melalui pemeriksaan pandang (inspeksi),
pemeriksaan raba (palpasi), periksa dengar (auskultasi),periksa ketuk (perkusi). Pemeriksaan
dilakukan dari ujung rambut sampai ke ujung kaki, yang dalam pelaksanaannya dilakukan secara
sistematis atau berurutan.
Pada saat melakukan pemeriksaan daerah dada dan perut, pemeriksaan inspeksi, palpasi,
auskultasi dilakukan secara berurutan dan bersamaan sehingga tidak adanya kesan membuka
tutup baju pasien yang mengakibatkan rasa malu pasien.
Dibawah ini akan diuraikan pemeriksaan obstetric yaitu dengan melakukan inspeksi, palpasi,
auskultasi, perkusi terhadap ibu hamil dari kepala sampai kaki.
- Lihatlah wajah atau muka pasien
Adakah cloasma gravidarum, pucat pada wajah adalah pembengkakan pada wajah. Bila terdapat
pucat pada wajah periksalah konjungtiva dan kuku pucat menandakan bahwa ibu menderita
anemia, sehingga memerlukan tindakan lebih lanjut. Jelaskan bahwa ibu sedang diperiksa apakah
kurang darah atau tidak. Sebutkan bahwa bila ibu tidak kurang darah ia akan lebih kuat selama
kehamilan dan persalinan. Jelaskan pula bahwa tablet tambah darah mencegah kurang darah.
Bila terdapat bengkak diwajah, periksalah adanya bengkak pada tangan dan kaki. Sedikit bengkak
pada mata kaku dapat terjadi pada kehamilan normal, namun bengkak pada tangn dan atau wajah
tanda preeklamsi. Perhatikan wajah ibu apakah bengkak dan tanyakan pada ibu apakah ia sulit
melepaskan cincin atau gelang yang dipakainya. Mata kaki yang bengkak dan menimbulkan
cekungan yang tak cepat hilang bila ditekan, maka ibu harus dirujuk ke dokter, dipantau ketat
kehamilannya dan tekanan darahnya, serta direncanakan persalinannya dirumah sakit. Selain
memeriksa ada tidaknya pucat pada konjungtiva, lihatlah sclera mata adakah sclera kuning atau
ikterik
- Lihatlah mulut pasien. Adakah tampak bibir pucat, bibir kering pecah-pecah adakah stomatitis,
gingivitis, adakah gigi yang tanggal, adakah gigi yang berlobang, caries gigi. Selain dilihat
dicium adanya bau mulut yang menyengat.
- Lihatlah kelenjar gondok, adakah pembesaran kelenjar thyroid, pembengkakan saluran limfe
- Lihat dan raba payudara, pada kunjungan pertama pemeriksaan payudara terhadap kemungkinan
adanya benjolan yang tidak normal. Lihatlah apakah payudara simetris atau tidak, putting susu
menonjol atau datar atau bahkan masuk. Putting susu yang datar atau masuk akan mengganggu
proses menyusui nantinya. Apakah asinya sudah keluar atau belum. Lihatlah kebersihan areola
mammae adakah hiperpigmentasi areola mammae.
- Lakukan pemeriksaan inspeksi, palpasi dan auskultasi pada perut ibu.
Tujuan pemeriksaan abdomen adalah untuk menentukan letak dan presentasi janin, turunnya
bagian janin yang terbawah, tinggi fundus uteri dan denyut jantung janin.

Sebelum memulai pemeriksaan abdomen, penting untuk dilakukan hal– hal sebagai berikut :

• Mintalah ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya bila perlu


• bantulah ia untuk santai. Letakkan sebuah bantal dibawah kepala dan bahunya. Fleksikan tangan
dan lutut. Jika ia gelisah bantulah ia untuk santai dengan memintanya menarik nafas panjang.
• cucilah tangan anda sebelum mulai memeriksa, keringkan dan usahakan agar tangan perawat
cukup hangat.
Lihatlah bentuk pembesaran perut (melintang, memanjang, asimetris) adakah linea alba nigra,
adakah striae gravidarum, adakah bekas luka operasi, adakah tampak gerakan janin, rasakan juga
dengan pemeriksaan raba adanya pergerakan janin. Tentukan apakah pembesaran perut sesuai
dengan umur kehamilannya. Pertumbuhan janin dinilai dari tingginya fundus uteri. Semakin tua
umur kehamilan, maka semakin tinggi fundus uteri. Namun pada umur kehamilan 9 bulan fundus
uteri akan turun kembali karena kepala telah turun atau masuk ke panggul. Pada kehamilan 12
minggu, tinggi fundus uteri biasanya sedikit diatas tulang panggul. Pada kehamilan 24 minggu
fundus berada di pusat. Secara kasar dapat dipakai pegangan bahwa setiap bulannya fundus naik
2 jari tetapi perhitungan tersebut sering kurang tepat karena ukuran jari pemeriksa sangat
bervariasi. Agar lebih tepat dianjurkan memakai ukuran tinggi fundus uteri dri simfisis pubis
dalam sentimeter dengan pedoman sebagai berikut:
Umur kehamilan Tinggi fundus uteri
20 minggu 20 cm
24 minggu 24 cm
28 minggu 28 cm
32 minggu 32 cm
36 minggu 34- 46 cm
Jelaskan pada ibu bahwa perutnya akan semakin membesar karena pertumbuhan janin. Pada
kunjungan pertama, tingginya fundus dicocokkan dengan perhitungan umur kehamilan hanya
dapat diperkirakan dari hari pertama haid (HPHT). Bila HPHT tidak diketahui maka umur
kehamilan hanya dapat diperkirakan dari tingginya fundus uteri. Pada setiap kunjungan, tingginya
fundus uteri perlu diperiksa untuk melihat pertumbuhan janin normal, terlalu kecil atau terlalu
besar.

5. Pemeriksaan leopold I, untuk menentukan bagian janin yang berada dalam fundus uteri.
Petunjuk cara pemeriksaan :
Pemeriksa berdiri disebelah kanan pasien, menghadap kearah kepala pasien. Kedua tangan
diletakkan pada bagian atas uterus dengan mengikuti bentuk uterus. Lakukan palpasi secara
lembut untuk menentukan bentuk, ukuran konsistensi dan gerakan janin.
Tentukan bagian janin mana yang terletak di fundus. jika kepala janin yang nerada di fundus,
maka palpasi akan teraba bagian bulat, keras dan dapat digerakkan (balotemen). Jika bokong
yang terletak di fundus,maka pemeriksa akan meraba suatu bentuk yang tidak spesifik, lebih
besar dan lebih lunak dari kepala, tidak dapat digerakkan, serta fundus terasa penuh. Pada letak
lintang palpasi didaerah fundus akan terasa kosong.

6. Pemeriksaan Leopold II, untuk menentukan bagian janin yang berada pada kedua sisi uterus.
Petunjuk pemeriksaan :
Pemeriksa berdiri disebelah kanan pasien, menghadap kepala pasien. Kedua telapak tangan
diletakkan pada kedua sisi perut, dan lakukan tekanan yang lembut tetapi cukup dalam untuk
meraba dari kedua sisi. Secara perlahan geser jari-jari dari satu sisi ke sisi lain untuk menentukan
pada sisi mana terletak pada sisi mana terletak punggung, lengan dan kaki.
Hasil : bagian bokong janin akan teraba sebagai suatu benda yang keras pada beberapa bagian
lunak dengan bentuk teratur,sedangkan bila teraba adanya bagian – bagian kecil yang tidak teratur
mempunyai banyak tonjolan serta dapat bergerak dan menendang, maka bagian tersebut adalah
kaki, lengan atau lutut. Bila punggung janin tidak teraba di kedua sisi mungkin punggung janin
berada pada sisi yang sama dengan punggung ibu (posisi posterior) atau janin dapat pula berada
pada posisi dengan punggung teraba disalah satu sisi.

7. Pemeriksaan Leopold III, untuk menentukan bagian janin apa yang berada pada bagian bawah.
Petunjuk cara memeriksa:
Dengan lutut ibu dalam posisi fleksi, raba dengan hati-hati bagian bawah abdomen pasien tepat
diatas simfisis pubis. Coba untuk menilai bagian janin apa yang berada disana. Bandingkan
dengan hasil pemeriksaan Leopold.
Hasil : bila bagian janin dapat digerakkan kearah cranial ibu, maka bagian terbawah dari janin
belum melewati pintu atas panggul. Bila kepala yang berada diabagian terbawah, coba untuk
menggerakkan kepala. Bila kepala tidak dapat digerakkan lagi, maka kepala sudah “engaged” bila
tidak dapat diraba adanya kepala atau bokong, maka letak janin adalah melintang.

8. Pemeriksaan Leopold IV, untuk menentukan presentasi dan “engangement”.


Petunjuk dan cara memeriksa :
Pemeriksa menghadap kearah kaki ibu. Kedua lutut ibu masih pada posisi fleksi. Letakkan kedua
telapak tangan pada bagian bawah abdomen dan coba untuk menekan kearah pintu atas panggul
Hasil: pada dasarnya sama dengan pemeriksaan Leopold III, menilai bagian janin terbawah yang
berada didalam panggul dan menilai seberapa jauh bagian tersebut masuk melalui pintu atas
panggul.

9. Pemeriksaan denyut jantung janin.


Denyut jantung janin menunjukkan kesehatan dan posisi janin terhadap ibu. Dengarkan denyut
jantung janin (DJJ) sejak kehamilan 20 minggu. Jantung janin biasanya berdenyut 120-160 kali
permenit. Tanyakan kepada ibu apakah janin sering bergerak, katakana pada ibu bahwa DJJ telah
dapat didengar. Mintalah ibu segera bila janinnya berhenti bergerak. Bila sampai umur kehamilan
28 minggu denyut jantung janin tidak dapat didengar atau denyutnya lebih dari 160 atau kurang
dari 120 kali permenit atau janinnya berkurang gerakannya atau tidak bergerak, maka ibu perlu
segera dirujuk.

10. pemeriksaan punggung dibagian ginjal.


Tepuk punggung di bagian ginjal dengan bagian sisi tangan yang dikepalkan. Bila ibu merasa
nyeri, mungkin terdapat gangguan pada ginjal atau salurannya.

11. Pemeriksaan genetalia


Cucilah tangan, kemudian kenakan sarung tangan sebelum memeriksa vulva. Pada vulva terlihat
adanya sedikit cairan jernih atau berwarna putih yang tidak berbau. Pada kehamilan normal, tak
ada rasa gatal, luka atau perdarahan. Rabalah kulit didaerah selangkangan, pada keadaan normal
tidak teraba adanya benjolan kelenjar. Setelah selesai cucilah tangan dengan sarung tangan yang
masih terpasang, kemudian lepaskan sarung tangan dan sekali lagi cucilah tangan dengan sabun

12. Distansia tuberan yaitu ukuran melintang dari pintu bawah panggul atau jarak antara tuber
iskhiadikum kanan dan kiri dengan ukuran normal 10,5-11cm

13. Konjugata eksterna (Boudeloge) yaitu jarak antar tepi atas simfisis dan prosesus spinosus
lumbal V, dengan ukuran normal sekitar 18-20 cm. bila diameter bouldelogue kurang dari 16 cm,
kemungkinan besar terdapat kesempitan panggul.

14. Pemeriksaan panggul pada ibu hamil terutama primigravida perlu dilakukan pemeriksaan
untuk menilai keadaan dan bentuk panggul apakah terdapat kelainan atau keadaan yang dapat
menimbulkan penyulit persalinan. Ada empat cara melakukan pemeriksaan panggul yaitu dengan
pemeriksaan pangdang (inspeksi) dilihat apakah terdapat dugaan kesempitan panggul atau
kelainan panggul, misalnya pasien sangat pendek, bejalan pincang, terdapat kelainan seperti
kifosis atau lordosis, belah ketupat michaelis tidah simetris. Dengan pemeriksaan raba, pasien
dapat diduga mempunyai kelainan atau kesempitan panggul bial pada pemeriksaan raba pasien
didapatkan: primigravida pada kehmilan aterm terdapat kelainan letak. Perasat Osborn positif
fengan melakukan pengukuran ukuran-ukuran panggul luar.
Alat untuk menukur luar panggul yang paling sering digunakan adalah jangka panggul dari
martin. Ukuran – ukuran panggul yang sering digunakan untuk menilai keadaan panggul adalah:
a. Distansia spinarum Yaitu jarak antara spina iliaka anterior superior kanan dan kiri, dengan
ukuran normal 23-26 cm
b. Distansia kristarum Yaitu jarak antara Krista iliaka terjauh kanan dan kiri dengan ukuran
sekitar 26-29 cm. bila selisih antara distansi kristarum dan distansia spinarum kurang dari 16 cm,
kemungkinan besar adanya kesempitan panggul.

15. Pemeriksaan ektremitas bawah memeriksa adanya oedema yang paling mudah dilakukan
didaerah pretibia dan mata kaki dengan cara menekan jari beberapa detik. Apabila terjadi cekung
yang tidak lekas pulih kembali berarti oedem positif. Oedem positif pada tungkai kaki dapat
menendakan adanya pre eklampsia. Daerah lain yang dapat diperiksa adalah kelopak mata.
Namun apabila kelopak mata sudah oedem biasanya keadaan pre eklamsi sudah lebih berat.

16. Pemeriksaan reflek lutut (patella) mintalah ibu duduk dengan tungkainya tergantung bebas
dan jelaskan apa yang akan dilakukan. Rabalah tendon dibawah lutut/ patella. Dengan
menggunakan hammer ketuklan rendon pada lutut bagian depan. Tungkai bawah akan bergerak
sedikit ketika tendon diketuk. Bila reflek lutut negative kemungkinan pasien mengalami
kekurangan vitamin B1. bila gerakannya berlebihan dan capat maka hal ini mungkin merupakan
tanda pre eklamsi.

 INTRANATAL CARE (INC)

Persalinan adalah suatu proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu.
Persalinan dianggap normal bila prosesnya usia kehamilan cukup bulan tanpa di sertai
komplikasi.
Persalinan dimulai sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks dan
berakhir pada saat plasenta lepas secara lengkap.

1. Tanda dan Gejala Persalinan.


a. Penipisan dan pembukaan serviks
b. Kontraksi uterus yang menyebabkan perubahan pada serviks.
c. Cairan lender bercampur darah (“Bloody show”) melalui vagina.
d. Perasaan distensi abdomen berkuran (lightening).
e. Ketuban pecah dini.
f. Lonjakan energy.
g. Gangguan saluran cerna.

2. Fase-Fase dalam Kala Satu


Kala satu persalinan dibagi didalam dua urutan fase : laten dan aktif.
Setiap fase persalinan ditandai oleh perubahan fisik dan perubahan psikologis yang dapat diukur.
Perubahan fisik digunakan untuk mengevaluasi kemajuan persalinan. Sedangkan perubahan
psikologis digunakan untuk menentukan fase persalinan yang dicapai wanita tanpa melakukan
pemeriksaan dalam dan untuk mengarahkan bidan untuk member dukungan dan mengambil
tindakan yang tepat untuk meningkatkan kenyamanan.
Fase Laten
1) Merupakan periode waktu dari awal persalinan hingga ke titik ketika pembukaan mulai
berjalan secara progesif.
2) Dimulai sejak kontraksi mulai muncul hingga sampai pembukaan tiga atau empat.
3) Kontraksi menjadi lebih stabil seiring dengan peningkatan frekuensi. Antara 20-30 detik.
4) Pada umumnya fase berlangsung hamper atau hingga 8 jam.
Fase Aktif
1) Merupakan periode waktu dari awal kemajuan aktif pembukaan hingga pembukaan menjadi
kmoplet dan mencakup fase transisi.
2) Dimulai dari pembukaan tiga atau empat sampai pembukaan sepuluh.
3) Kontraksi selama masa aktif menjadi lebih sering dengan durasi yang lebih panjang dan
intensitas lebih panjang, lebih dari 40 detik.
4) Dari pembukaan 4 – 10 akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1cm per jam untuk primigavida
dan 2cm per jam untuk multigravida.
5) Terjadi penurunan bagian terbawah janin.

3. Anamnesis dan Pemeriksaaan Fisik Ibu Bersalin


Anamnesis dan pemeriksaan fisik merupakan bagian dari asuhan saying ibu yang baik dan aman
selama persalinan. Sambil melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik, perhatikan adanya tanda-
tanda penyulit atau kondisi gawat darurat dan segera lakukan tindakan yang sesuai apabila
diperlukan untuk memastikan proses persalinanakan berlangsung secara aman. Catat semua
temuan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik secara seksama dan lengkap. Jelaskan makna dan
kesimpulan pada ibu dan keluarganya.
Anamnesis
Tujuan : mengumpulkan informasi tentang riwayat kesehatan, kehamilan dan persalinan.
Informasi ini digunakan dalam membuat keputusan klinik untuk menentukan diagnose dan
mengembangkan rencana asuhan.
Tanyakan pada ibu :
1. Nama, umur, alamat.
2. Gravida dan para.
3. Hari pertama haid terakhir.
4. Kapan bayi akan lahir.
5. Riwayat alergi obat-obatan tertentu.
6. Riwayat kehamilan sekarang.
7. Riwayat kehamilan sebelumnya.
8. Riwayat medis.
9. Masalah medis saat ini.
10. Pertanyaan tentang hal-hal yang belum jelas bentuk kekhawatiran lainnya.
Pemeriksaan Fisik
Tujuan : menilai kondisi kesehatan ibu dan bayinya serta tingkat kenyamanan fisik ibu bersalin.
Informasi ini digunakan untuk membuat keputusan klinik, menegakkan diagnosis dan
mengembangkan rencana asuhan sesuai dengan kondisi ibu.
A. Pemeriksaaan Abdomen
a) Menentukan Tinggi Fundus Uteri
Dilakukan saat uterus tidak berkontraksi.
Ukur dengan menggunakan pita pengukur.
Mulai dari tepi atas simfisis pubis kemudian rentangkan pita hingga kepuncak fundus mengikuti
linea medialis dinding abdomen.
b) Memantau Kontraksi Uterus
Gunakan jarum detik jam tangan atau jam dinding untuk memantau kontraksi uterus.
Letakan tangan diatas uterus dan palpasi jumlah kontraksi yang terjadi dalam 10 menit.
Tentukan durasi stiap kontraksi yang terjadi.
c) Memantau Denyut Jantung Janin
Gunakan fetoskop Pinnards atau Doppler untuk mendengar denyut jantung janin dan menghitung
jumlah denyut jantung janin per menit
Gunakan jarum detik jam tangan atau jam dinding.
Tentukan titik DJJ.
Dengarkan DJJ salama 60 detik.
Lakukan penilaian DJJ lebih dari satu kontraksi.
Nilai kembali DJJdari pemeriksaan sebelmnya.
d) Menentukan Prsentasi
Berdiri disamping ibu dan menghadap kearah kepala ibu.
Minta ibu mengangkat tungkai atas dan lutut ibu.
Dengan ibu jari dan jari tengah dari satu tangan pegang bagian terbawah janin yang mengisi
bagian bawah abdomen ibu.
Bagian yang berada diantara ibu jari dan jari tengah penolong adalah petunjuk presentasi bayi.
Jika bagian terbawah janin belum masuk ke dalam rongga panggul, bagian itu masih dapat
digerakkan, dan jika bagian terbawah janin sudah masuk ke dalam rongga panggul maka bagian
itu tidak dapat digerakan.
Untuk menentukan presentasi kepala atau bokong maka pertimbangkan bentuk, ukuran dan
kepadatan bagian tersebut.
Bagian berbentuk bulat, teraba keras berbatas tegas dan mudah digerakan bila belum memasuki
rongga panggul biasanya adalah kepala.
Jika berbentuk kurang tegas, teraba kenyal, relative lebih besar dan sulit terpegang secara mantap
maka bagian tersebut biasanya bokong.
e) Menentukan Penurunan Bagian Terbawah Janin
Dilakukan dengan menghitung proporsi bagian terbawah janin yang masih berada diatas tepi atas
simpisis dan dapat diukur dengan lima jari tangan pemeriksa.
Metode 5 jari adalah :
1. 5/5 jika bagian terbawah janin seluruhnya teraba diatas simpisis pubis.
2. 4/5 jika sebagian (1/5) bagian terbawah janin telah memasuki pintu atas panggul.
3. 3/5 jika sebagian (2/5) bagian terbawah janin telah memasuki rongga panggul.
4. 2/5 jika haya sebagian dari bagian terbawah janin masih berada diatas simpisis dan 3/5 bagian
telah turun ke rongga panggul.
5. 1/5 jika hanya 1 dari 5 jari masih dapat teraba bagian terbawah janin yang berada diatas
simpiss dan 4/5 bagian telah masuk ke rongga panggul
6. 0/5 jika bagian terbawah janin sudah tidak dapat diraba dari pemeriksaan luar dan seluruh
bagian terbawah janin telah masuk ke rongga panggul.

B. Pemeriksaan Dalam
Langah-langkah :
a) Tutupi badan ibu.
b) Minta ibu berbaring terlentang dan lutut ditekuk dan paha dibentangkan.
c) Pakailah sarung tangan steril.
d) Bersihkan vulva dengan larutan antiseptic.
e) Periksa genetalia eksterna apakah ada luka atau massa, termasuk kondiloma, varikositas vulva
atau rectum, luka parut perineum.
f) Nilai cairan vagina dan tentukan apakah ada bercak darah, perdarahan pervaginam, mekonium.
g) Dengan hati-hati pisahkan labium mayus dengan ibu jari manis dan ibu jari.
h) Masukan jari telunjuk, di ikuti jari tengah.
i) Nilai vagina, adanya luka parut.
j) Nilai pembukaan dan penipisan serviks.
k) Periksa adanya tali pusat atau bagian terkecil janin.
l) Nilai penurunan bagian terbawah janin dan tentuka apakah sudah masuk kedalam rongga
panggul.
m) Jika bagian trebawah janin adalah kepala, pastikan petunjuknya dan celah sagitalis untuk
menilai derajat penyusupan.
n) Jika pemeriksaan sudah lengkap keluarkan jari secara hati-hati.
o) Lepas sarung tangan dan celupkan kedalam larutan klorin.
p) Cuci tangan.
q) Catat semua pemeriksaan dalam pendokumentasian.
4. Pengenalan Dini Terhadap Masalah dan Penyulit
Pada saat memberikan asuhan bagi ibu bersalin, penolong harus selalu waspada terhadap
kemungkinan timbulnya masalah atau penyulit. Menunda pemberian asuhan kegawat daruratan
akan meningkatkan resiko kematian dan kesakitan ibu dan bayi baru lahir. Selama anamnesis dan
pemeriksaan fisik tetap waspada terhadap indikasi dan segera lakukan tindakan yang diperlukan.
5. Persiapan Asuhan Persalinan
a. Persiapan Ruangan
Ruangan yang hangat dan bersih dan memiliki sirkulasi udara.
Memiliki sumber air bersih dan mengalir.
Kamar mandi yang bersih.
Tempat yang lapang bagi ibu untuk berjalan-jalan sebelum ibu melahairkan.
Penerangan yang cukup.
Tempat tidur yang bersih.
Tempat yang bersih, ntuk menyipan barang-barang.
b. Persiapan Perlengkapan, Bahan-Bahan dan Obat-Obatan
Pastikan kelengkapan jenis dan jumlah bahan-bahan yang dipelukan serta dalam keadaan siap
pakai.
Periksa semua obat dan bahan sebelum dan sesudah menolong persalinan.
Pastikan bahwa perlengkapan dan bahan-bahan sudah bersih dan siap pakai, seperti partus set,
heating set dan alat-alat resusitasi bayi.
c. Persiapan Rjukan
Jika terjadi penyulit, segara rujuk ke fasilitas yang lebih sesuai.
Sertakan dokumen tertulis semua asuhan yang telah diberikan, termasuk partograf

d. Memberikan Asuhan Sayang Ibu


Prinsip umum asuhan saying ibu
1) Menyapa ibu dengan ramah dan sopan.
2) Jawab semua pertanyaan yang diajukan oleh ibu dan keluarga.
3) Anjurkan suami dan anggota keluarga ibu untuk hadir dan memberikan dukungan.
4) Waspadai gejala dan tanda penyulit selama proses persalinan.
5) Siap dengan rencana rujukan.
Asuhan sayang ibu yaitu :
1) Memberikan dukungan emosional.
2) Membantu pengaturan posisi ibu.
3) Memberika cairan dan nutrisi.
4) Keleluasan menggunakan kamar mandi secara teratur.
5) Pencegahan infeksi.
6. Partograf
Tujuan :
Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan.
Mendeteksi proses persalinan berjalan normal atau tidak.
Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, bayi, grafik keajuan proses
persalinan.
Pencatatan Selama Fase Laten
Pembukaan serviks kurang dari 4 cm.
Denyut jantung janin.
Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus.
Nadi.
Pembukaan serviks.
Tekanan darah dan temperature tubuh.
Produksi urine, aseton dan protein.
Pencatatan Selama Fase Aktif
Informasi tentang ibu.
a. Nama, umur.
b. Gravida, para, abortus.
c. Nomor catatan medis.
d. Tanggal dan waktu.
e. Waktu pecahnya ketuban.

Kondisi janin.
a. DJJ.
b. Warna dan adanya air ketuban.
c. Molase.
Kemajuan persalinan.
a. Pembukaan serviks.
b. Presentasi janin.
c. Garis waspada atau garis bertindak.
Jam dan waktu.
a. Waktu mulainya fase aktif.
b. Waktu actual saat pemeriksaan.
Kontraksi uterus
a. Frekuensi dan lamanya.
b. Lama kontraksi.
Obat-obatan dan cairan yang diberikan.
a. Oksitosin.
b. Obat-obatan lainnya.
Kondisi ibu.
a. Nadi, tekanan darah, suhu.
b. Urin

POST NATAL CARE (PNC)


Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6
minggu (Abdul Bari. S, dkk, 2002)
• INTI POST PARTUMINTI POST PARTUM
1. INVOLUSI (LOKEA)
2. LAKTASI
3. MOBILISASI
Pembagian Masa Nifas
• Puerperium dini, yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. •
Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalis yang lamanya 6 – 8
minggu.
• Remote puerperium, waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila
selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi.
Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas
» Uterus
• Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali seperti
sebelum hamil
» Bayi lahir fundus uteri setinggi pusat dengan berat uterus 1000 gr
» Akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari bawah pusat dengan berata
uterus 750 gr.
» Satu minggu post partum tinggi fundus uteri teraba pertengan pusat simpisis dengan berat
uterus 500 gr
» Dua minggu post partum tinggi fundus uteri tidak teraba diatas simpisis dengan berat
uterus 350 gr
» Enam minggu postpartum fundus uteri bertambah kecil dengan berat uterus 50 gr
Lochea
• Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina dalam masa nifas
• Macam – macam Lochea
» Lochea rubra (Cruenta ): berisi darah segar dan sisa – sisa selaput ketuban, sel-sel desidua,
verniks kaseosa, lanugo, dam mekonium,selama 2 hari post partum.
» Lochea Sanguinolenta : berwarna kuning berisi darah dan lendir, hari 3 – 7 post partum.
» Lochea serosa : berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7 - 14 post partum
» Lochea alba : cairan putih, setelah 2 minggu
» Lochea purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk
» Lochea stasis : lochia tidak lancar keluarnya.
Serviks
• Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah persalinan, ostium eksterna dapat
dimasuki oleh 2 hingga 3 jari tangan, setelah 6 minggu persalinan serviks menutup
Vulva dan Vagina
• Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses
melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap
berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak
hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia
manjadi lebih menonjol.
Perineum
• Segera setelah melahirkan,perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan
kepala bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke 5, perineum sudah mendapatkan kembali
sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur dari pada keadaan sebelum melahirkan.
Payudara
• Perubahan pada payudara dapat meliputi :
» Penurunan kadar progesteron secara cepat dengan peningkatan hormon prolaktin setelah
persalinan.
» Kolostrum sudah ada saat persalinan produksi Asi terjadi pada hari ke-2 atau hari ke-3 setelah
persalinan.
» Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya proses laktasi
Sistem Perkemihan
• Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama, kemungkinan terdapat spasme sfingter dan
edema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang
pubis selama persalinan.
• Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12 – 36 jam sesudah melahirkan.
Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen yang bersifat menahan air akan memgalami
penurunan yang mencolok. Keadaan ini menyebabkan diuresis. Ureter yangberdilatasi akan
kembali normal dalam tempo 6 minggu
Sistem Gastrointestinal
• Seringkali diperlukan waktu 3 – 4 hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipun kadar
progesteron menurun setelah melahirkan, namun asupan makanan juga mengalami penurunan
selama satu atau dua hari, gerak tubuh berkurang dan usus bagian bawah sering kosong jika
sebelum melahirkan diberikan enema. Rasa sakit didaerah perineum dapat menghalangi
keinginan ke belakang
Sistem Kardiovaskuler
• Setelah terjadi diuresis yang mencolok akibat penurunan kadar estrogen, volume darah kembali
kepada keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah merah dan hemoglobin kembali normal pada hari
ke-5.
• Meskipun kadar estrogen mengalami penurunan yang sangat besar selama masa nifas, namun
kadarnya masih tetap lebih tinggi daripada normal. Plasma darah tidak begitu mengandung cairan
dan dengan demikian daya koagulasi meningkat. Pembekuan darah harus dicegah dengan
penanganan yang cermat dan penekanan pada ambulasi dini.
Sistem Endokrin
• Kadar estrogen menurun 10% dalam waktu sekitar 3 jam post partum. Progesteron turun pada
hari ke 3 post partum.
Sistem muskuloskletal
• Ambulasi pada umumnya dimulai 4 – 8 jam post partum. Ambulasi dini sangat membantu untuk
mencegah komplikasi dan mempercepat proses involusi.
Sistem integumen
• Penurunan melanin umumnya setelah persalinan menyebabkan berkurangnya hyperpigmentasi
kulit
• Perubahan pembuluh darah yang tampak pada kulit karena kehamilan dan akan menghilang
pada saat estrogen menurun.
Perawatan Pasca Persalinan
• Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang selama 8 jam pasca persalinan.
Kemudian boleh miring-miringkekanan dan kekiri untuk mencegah terjadinya trombosis dan
tromboemboli. Pada hari ke 2 diperbolehkan duduk, hari ke 3 jalan-jalan, dan hari ke 4 atau 5
sudah diperbolehkan pulang. Mobilisasi diatas mempunyai variasi, bergantung pada komplikasi
persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka.
Diet
• Makanan harus bermutu, bergizi, dan cukup kalori. Sebaiknya makan makanan yang
mengandong protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-buahan.
Miksi
• Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya. Kadang-kadang wanita mengalami sulit
kencing, karena sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi m.sphincer ani
selama persalinan. Bila kandungan kemih penuh dan wanita sulit kencing, sebaiknya dilakukan
kateterisasi.
Defekasi
• Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila masih sulit buang air besar dan
terjadi obstipasi apalagi berak keras dapat diberikan obat laksans per oral atau per rektal. Jika
masih belum bisa dilakukan klisma. Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan.
Bila masih sulit buang air besar dan terjadi obstipasi apalagi berak keras dapat diberikan obat
laksans per oral atau per rektal. Jika masih belum bisa dilakukan klisma.

Perawatan payudara (mamma)


• Perawatan mamma telah dimulai sejak wanita hamil supaya putting susu lemas, tidak keras dan
kering sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Bila bayi meninggal, laktasi harus dihentikan
dengan cara :
» Pembalutan mamma sampai tertekan.
Pemberian obat estrogen untuk supresi LH seperti tablet lynoral dan parlodel
• Dianjurkan sekali supaya ibu menyusukan bayinya karena sangat baik untuk kesehatan bayinya.
• (Inisiasi Menyusui 1 jam pertama)
• Dianjurkan sekali supaya ibu menyusukan bayinya karena sangat baik untuk kesehatan bayinya.
• (Inisiasi Menyusui 1 jam pertama) Laktasi
• Proliferasi jaringan pada kelenjar-kelenjar,alveoli dan jaringan lemak bertambah.
• Keluaran cairan susu jolong dari duktus laktiferus disebut colostrum, berwarna kuning putih
susu.
• Hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam, dimana vena-vena berdilatasi sehingga
tampak jelas.
• Setelah persalinan, pengaruh supresi strogen dan progesteron hilang. Maka timbul pengaruh
hormon laktogenik (LH) atau prolaktin yangakan merangsang air susu. Disamping itu,pengaruh
oksitosin menyebabkan mio-epitel kelenjar susu berkontraksi sehingga air susu keluar. Produksi
akan banyak sesudah 2-3 hari pasca persalinan.
Adaptasi Psikologis Pada Masa Nifas
• Periode masa nifas merupakan waktu untuk terjadi stres, terutama ibu primipara.
• Fungsi yang mempengaruhi untuk sukses dan lancarnya masa transisi menjadi orang tua.
• Respon dan support dari keluarga dan teman dekat.
• Riwayat pengalaman hamil dan melahirklan yang lalu. Periode ini diexpresikan oleh reva rubin
yang terjadi 3 tahap yaitu :
1. Talking In period
• Terjadi pada hari 1-2 setelah persalinan, ibu masih pasif dan sangat tergantung, fokus perhatian
terhadap tubuhnya, ibu lebih mengingat pengalaman melahirkan dan persalinan yang dialami,
kebutuhan tidur meningkat, nafsu makan meningkat.

2. Taking Hold Period


• Berlangsung 3-4 hari post partum, ibu lebih berkonsentrasi pada kemampuannya menerima
tanggungjawab sepenuhnya terhadap perawatan bayi. Pada masa ini ibu menjadi sangat sensitif
sehingga membutuhkan bimbingan dan dorongan perawat untuk mengatasi kritikan yang dialami
ibu.
3. Letting Go Period
• Dialami setelah tiba dirumah secara penuh merupakan pengaturan bersama keluarga, ibu
menerima tanggung jawab sebagai ibu dan ibu menyadari atau merasa kebutuhan bayi yang
sangat tergantung dari kesehatan sebagai ibu. Dialami setelah tiba dirumah secara penuh
merupakan pengaturan bersama keluarga, ibu menerima tanggung jawab sebagai ibu dan ibu
menyadari atau merasa kebutuhan bayi yang sangat tergantung dari kesehatan sebagai ibu.

PENGKAJIAN POST PARTUM


• A. BIODATA KLIEN
Biodata klien berisi tentang :
Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku, Agama, Alamat, No. Medical Record,
Nama Suami, Umur, Pendidikan, Pekerjaan , Suku, Agama, Alamat, Tanggal Pengkajian.
PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum : Tingkat energi, self esteem, tingkat kesadaran.
2. BB, TB, LLA, Tanda Vital normal (RR konsisten, Nadi cenderung bradi cardy, suhu 36,2-38,
Respirasi 16-24)
3. Kepala : Rambut, Wajah, Mata (conjunctiva), hidung, Mulut, Fungsi pengecapan; pendengaran,
dan leher.
4. Breast : Pembesaran, simetris, pigmentasi, warna kulit, keadaan areola dan puting susu,
stimulation puting susu. Kepenuhan atau pembengkakan, benjolan,nyeri, produksi
laktasi/kolostrum. Perabaan pembesaran kelenjar getah bening diketiak.
5. Abdomen : teraba lembut , tekstur Doughy (kenyal), musculus rectus abdominal utuh (intact)
atau terdapat diastasis, distensi, striae. Tinggi fundus uterus, konsistensi (keras, lunak, boggy),
lokasi, kontraksi uterus, nyeri, perabaan distensi blas.
6. Anogenital Lihat struktur, regangan, udema vagina, keadaan liang vagina (licin, kendur/lemah)
adakah hematom, nyeri, tegang. Perineum : Keadaan luka episiotomy,echimosis, edema,
kemerahan, eritema, drainage. Lochia (warna, jumlah, bau, bekuan darah atau konsistensi , 1-3 hr
rubra, 4-10 hr serosa, > 10 hr alba), Anus : hemoroid dan trombosis pada anus.
7. Muskoloskeletal : Tanda Homan, edema, tekstur kulit, nyeri bila dipalpasi, kekuatan otot.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1. Darah : Hemoglobin dan Hematokrit 1224 jam post partum (jika Hb < 10 g% dibutuhkan
suplemen FE), eritrosit, leukosit, Trombosit.
2. Klien dengan Dower Kateter diperlukan culture urine.
KONSEP DIRI
• Sikap penerimaan ibu terhadap tubuhnya, keinginan ibu menyusui, persepsi ibu tentang
tubuhnya terutama perubahan-perubahan selama kehamilan, perasaan klien bila mengalami opresi
SC karena CPD atau karena bentuk tubuh yang pendek.

SEXUAL
• Bagaimana pola interaksi dan hubungan dengan pasangan meliputi freguensi koitus atau
hubungan intim, pengetahuan pasangan tentang seks, keyakinan, kesulitan melakukan seks,
continuitas hubungan seksual. Pengetahuan pasangan kapan dimulai hubungan intercourse pasca
partum (dapat dilakukan setelah luka episiotomy membaik dan lochia terhenti, biasanya pada
akhir minggu ke 3).

KEBIASAAN SEHARI-HARI
a. Pola nutrisi : pola menu makanan yang dikonsumsi, jumlah, jenis makanan (Kalori,protein,
vitamin, tinggi serat), freguensi, konsumsi snack (makanan ringan), nafsu makan, pola minum,
jumlah, freguensi,.
b. Pola istirahat dan tidur : Lamanya, kapan (malam, siang), rasa tidak nyaman yang mengganggu
istirahat, penggunaan selimut, lampu atau remang-remang atau gelap, apakah mudah terganggu
dengan suarasuara, posisi saat tidur (penekanan pada perineum).
c. Pola eliminasi : Apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan, adakah inkontinensia (hilangnya
infolunter pengeluaran urin), hilangnya kontrol blas, terjadi over distensi blass atau tidak atau
retensi urine karena rasa talut luka episiotomi, apakah perlu bantuan saat BAK. Pola BAB,
freguensi, konsistensi, rasa takut BAB karena luka perineum, kebiasaan penggunaan toilet.
d. Personal Hygiene : Pola mandi, kebersihan Personal Hygiene : Pola mandi, kebersihan mulut
dan gigi, penggunaan pembalut dan kebersihan genitalia, pola berpakaian,tatarias rambut dan
wajah
e. Aktifitas : Kemampuan mobilisasi beberapa saat setelah melahirkan,kemampuan merawat diri
dan melakukan eliminasi, kemampuan bekerja dan menyusui.
f. Rekreasi dan hiburan : Situasi atau tempat yang menyenangkan, kegiatan yang membuat fresh
dan relaks.
PROFIL KELUARGA

• Kebutuhan informasi pada keluarga, dukungan orang terdekat, sibling, type rumah, community
seeting, penghasilan keluarga, hubungan social dan keterlibatan dalam kegiatan
masyarakat.
RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

• Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang diturunkan secara genetic, menular,
kelainan congenital atau gangguan kejiwaan yang pernah diderita oleh keluarga.
RIWAYAT PSIKOSOSIAL-KULTURAL

a). Blues : Perasaan sedih, kelelahan, kecemasan, bingung dan mudah menangis.
b). Depresi : Konsentrasi, minat, perasaan kesepian, ketidakamanan, berpikir obsesif, rendahnya
emosi yang positif, perasaan tidak berguna.

You might also like