You are on page 1of 14

Susi Pudjiastuti yang saat ini menjabat sebagai seorang menteri dan menjadi pemilik dari 50

pesawat maskapai penerbangan, sebelumnya hanyalah sesosok perempuan biasa. Ia lahir di


Pangandaran pada tanggal 15 Januari tahun 1965.

Ketika baru memulai bisnis di bidang perikanan, Susi membeli ikan dari tempat pelelangan
dan mulai memasarkannya ke sejumlah restoran yang ada di Pangandaran. Berbekal modal
seadanya hanya 750 ribu rupiah, itupun adalah hasil dari menjual perhiasaannya berupa
cincin, Susi pun memulai bisnis ikan pertamanya. Meskipun pemasaran ke sejumlah restoran
tidak selalu berjalan mulus, namun hal tersebut tidak pernah menyurutkan niat dan tekadnya
untuk berjuang dan berusaha. Hanya membutuhkan waktu satu tahun, Susi berhasil menjadi
pebisnis yang menguasai bursa pelelangan ikan di Pangandaran. Bahkan ia sendiri langsung
meluncur ke Jakarta untuk menawarkan ikan segar jualannya untuk ditawarkan ke sejumlah
restoran sekaligus untuk di ekspor. Mengingat pada saat itu, jumlah permintaan stok lobster
dari luar negeri begitu besar, maka tak lantas kesempatan ini ia sia-siakan, ia sampai rela
memburu lobster ke segala penjuru Indonesia.

Kesuksesan dalam bidang perikanan ternyata mendatangkan hambatan baru. Stok lobster dan
ikan yang melimpah justru terhambat masalah transportasi yang kurang memadai, terutama
sulitnya menemukan transportasi udara. Sementara jika dikirim melalui jalur laut dan darat
kualitas ikan dan lobster miliknya akan menjadi tidak segar ketika sampai ke tangan
pemesan. Nah, dari hambatan inilah yang ternyata memunculkan sebuah ide baru yang brilian
untuk seorang Susi Pudjiastuti si wanita tangguh yang tak pernah menyerah, terlintaslah
dalam benaknya untuk membeli sebuah pesawat.

Meskipun sempat mengalami hambatan dengan ditolaknya pengajuan surat pinjaman dana ke
bank di tahun 2000, namun akhirnya setelah menunggu selama 5 tahun ditahun 2005 Susi
berhasil mendapatkan pinjaman dari bank sebesar 47 milyar. Dimana dana yang ia dapatkan
tersebut ia gunakan untuk membangun sebuah landasan udara di Pangandaran dan membeli 2
buah pesawat Cessna. Berkah dan hikmah datang bersamaan dengan musibah Tsunami di
Aceh pada tahun 2004 silam. Hatinya tergerak untuk menolong para korban kemudian pergi
ke aceh lewat jalur udara untuk menyebarkan bantuan.

Meski tadinya hanya berniat memberikan "jasa pengangkutan korban lewat jalur udara secara
gratis" selama kurang lebih 2 minggu, namun ternyata niat tulusnya ini berbuah lain,
beberapa LSM dalam serta luar negeri memintanya agar mau menyewakan pesawatnya. Dari
sinilah awal tonggak mulai Susi Air mengudara dan menyediakan jasa pengangkutan
penumpang serta komoditas hasil perikanan dan kelautan.
GUSTI NGURAH ANOM

Tak selamanya mereka yang nakal luar biasa saat kecil akan berakhir dalam kegagalan hidup
di masa depannya.Namun justru terkadang bila dsatang sebuah kesempatan dan kepercayaan
yang dilandasi dengan rasa sadar maka siapapun mereka dengan masa lalu kelamnya akan
dapat berubah menjadi sosok yang luar biasa yang siap menyongsong kesuksesan kehidupan
barunya.Gusti Ngurah Anom, begitu nama lengkap pria asl Buleleng 5 Maret 1971 ini lahir
dan dibesarkan di daerah Tangguwisia, sebuah desa kecil di kecamatan Seririt, kabupaten
Buleleng , Bali. Pak Anom lahir dari rahim Made Taman dan menjadi bungsu dari 7
bersaudara yang hidup sangat dekat dengan kemiskinan dalam kebersahajaan keluarga
petani.Tidak seperti kakak – kakaknya yang lainnya, Anom semenjak kecil memang terlihat
berbeda, hiperaktif, bandel, agresif, lincah dan berwatak keras, ingin agar setiap
permintaanya dikabulkan. Sikap berani dan keras kepalanya semakin menonjol, bahkan pada
saat bersekolah di SDN 1 Tangguwisia. Mengabaikan pelajaran sekolah, tidak pernah belajar
dirumah ataupun mengerjakan PR, melawan ajaran guru dan menjadi langganan mendapat
hukuman di sekolah adalah hal biasa dalam keseharian Anom. Karena perilakunya ini, Anom
kecil cenderung dianggap sebagai sumber kenakalan. Walau demikian, Anom selalu dapat
naik kelas seperti teman – temannya yang lain, dan mampu menyelesaikan pendidikan
dasarnya sehingga kemudian dapat melanjutkan sekolah di SMPN 1 Seririt.Pada saat hari
kelulusan tiba, Anom dinyatakan lulus SMP dan dapat melanjutkan studinya di SMA yang
berjarak 3 kilometer dari rumahnya.Tiba – tiba sang ayah memanggil Anom, dan mengatakan
bahwa Anom harus berhenti karena orangtua tidak mampu.
Di bebani dengan syarat itu, seketika hati Anom terluka, masa depannya seolah terberangus,
Ia marah merasa sebagaiu anak terakhir yang diperlakukan berbeda dari semua saudaranya
hingga tega untuk memutuskan kesempatannya bersekolah di SMA.

Rasa kecewa menghantamnya, akhirnya Anom pergi dari rumah naik truk menuju Denpasar.
Setiba di Denpasar, truk berhenti di sekitar terminal Ubung dan Anom juga turun disana. Ia
melanjutkan perjalanan mengikuti langkah kakinya. Berkilo – kilo berjalan di belantara kota
menelusuri jalan yang baru pertama kali dipijaknya tidak membuat gentar hati Anom untuk
terus melangkah mengawali petualangan nasib tanpa sanak keluarga.

Dalam perjalanan itu rasa haus cukup tuntas dengan hanya minum air sungai yang mengalir
di antara pematang sawah yang terlalui. Perut lapar tak dihiraukannya, Anom terus berjalan
dan berjalan semakin jauh hinnga sampai kakinya merasa teramat letih dan berhenti tepat di
depan gardu Pos SATPAM Hotel Rani di Sanur. Anom beristirahat sebentar sambil mulai
berpikir langkah selanjutnya.

Beberapa saat istirahat akhirnya Anom memutuskan untuk menetap dan menumpang
sementara di Pos SATPAM itu, matanya mencari – cari apa yang bias dilakukannya untuk
menarik perhatian karyawan, petugas atau siapa saja di Hotel Rani hingga Ia dapat
memperoleh makanan untuk mengganjal perutnya yang kosong. Dan karena alas an inilan,
Anom bangkit dari duduknya dan segera dengan tekun memunggutu sampah dan
membersihkan halaman taman di sekitar gardu pos. Tidak banyak yang diharapkan dari
Anom, Ia hanya ingin menunjukkan tekad untuk bekerja dan berusaha menujukkan
keberadaannya disana bermanfaat dan berguna, hingga bias saja nantinya akan muncul
kesempatan terbuka untuknya.

Keberuntungan menyertai Anom saat itu, aksi bersih – bersihhya dilihat langsung oleh
pemilik Hotel Rani yang kemudian langsung menghampirinya. Kesempatan ini dimanfaatkan
Anom untuk meminta izin agar diperbolehkan menumpang di Pos SATPAM sambil
sebelumnya menceritakan ikhwal kisah perantauannya dari Buleleng hingga tiba di Sanur.

Dengan janji ikut menjaga keamanan dan kebersihan di sekitar Pos SATPAM, Anom pun
diizinkan menetap di sana. Keesokan paginya, tanpa diperintah dengan sigap Anom telah
mencuci bersih mobil pemilik Hotel Rani, laluy diteruskannya pada mobil – mobil para tamu
yang ada. Dan khusus untuk mobil para tamu hotel itu, anom meminta imbalan jasa cuci
kepada pemilik mobil sebelum mereka berangkat berwisata dengan armada yang bersih. Dari
kerja mencuci tersebut Anom mulai dapat mengumpulkan uang yang lumayan, paling sedikit
Rp.2.500,00 ada dikantongnya. Jumlah yang tergolong besar kala itu mengingat sebungkus
nasi dan kopi saja tidak lebih seharga Rp.75,00. maka tak heran bila kemudian Anom merasa
betah dan giat melakoni profesi sebagai tukang cuci mobil dari hotel ke hotel di sekitar hotel
Rani di Sanur.

Hampir 2 tahun sudah kiprah mencuci kendaraan ini dijalani Anom, sampai kemudian Ia
harus rela untuk berhenti dari pekerjaan menguntungkan itu hanya karena fisiknya tak
mampu lagi bertahan dari serangan rheumatic akut akibat terlalu lama bergumul dengan air.
Sakit dan menganggur, kemudian Anom memutuskan untuk tinggal menumpang di rumah
pamannya., seorang pengusaha konfeksi kecil – kecilan yang sempat beberapa kali Ia
singgahi beberapa waktu sebelumnya semasa Anom masih tinggal di Pos SATPAM Hotel
Rani. Mondar mandirnya Anom ke konfeksi pamannya kala itu disebabkan karena rupanya
disana bekerja seorang gadis asal Buleleng teman satu SMP Anom dahulu yang membuat Ia
jatuh cinta, bernama Ketut Mastrining.

Selama tinggal bersama pamannya, Anom turut membantu segala pekerjaan konfeksi dengan
ikhlas meski tanpa upah. Dapat tinggal dan makan serta berdekatan dengan Ketut Mastrining,
seorang tukang jahit di konfeksi itu sudah membuat Anom bahagia. Namun walau begitu
besar cinta Anom kepada Mastrining, gadis ini selalu menolaknya. Ia kenal betul siapa
Anom, anak yang nakal dan keras kepala sewaktu SMP, suka membredeli buku teman –
temannya dan menjadi langganan mendapat hukuman di sekolah, Mastrining tidak yakin
bahwa Anom dapat berubah, apalagi terdengar kabar bahwa Anom adalah pemuda lontang –
lantung tanpa masa depan.

Geram direndahkan begitu, Anom kembali bertekad menunjukkan bukti pada Mastrining
bahwa Ia telah berubah dan mampu menjadi sesuatu hingga pantas mendapat cintanya.
Dengan semangat itu, Anom memberanikan diri datang menemui Pak Sidharta pemilik
Konfeksi Sidharta yang kerap memberi pekerjaan jahitan di konfeksi pamannya. Melihat
kesungguhan pemuda yang ingin sekali bekerja, Pak Sidharta memberi kesempatan kepada
Anom menjadi pegawainya dengan tugas pertama sebagai karyawan lapangan mengambil
dan mengantar keperluan jahitan. Selama mengabdi di konfeksi Sidharta, Anom diberlakukan
sangat baik, sehingga Ia berusaha keras menunjukkan kerja sebaik – baiknya dan belajar
banyak hal dari pak Sidharta yang selalu memberikan petuah – petuah untuk memotivasinya.
Berkat itulah wawasan Anom perlahan terbuka hingga jauh melampaui kedewasaan pemuda
seusianya.

Berbekal kepribadian yang matang itu, Anom mengutarakan cintanya pada Ketut Mastrining,
Ia meyakinkan bahwa cintanya kelak akan terbuka sebuah masa depan yang pasti.

Dan akhirnya Anom pun mengakhiri masa lajangnya dan menikahi Mastrining, lalu
memboyongnya di sebuah rumah kontrakan di Jalan Tukad Irawadi sambil memulai usaha
konfeksi Sidharta. Lambat laun usaha konfeksinya berkembang dan mulai menerima order
dari pabrik garment, kantor serta hotel – hotel, dimana peningkatan ini mendorongnya pindah
ke tempat yang lebih besar di Jalan Pakis Haji, Tanjung Bungkak Denpasar kisaran awal
tahun 90-an. Memasuki tahun 1992 dengan tekad untuk melebarkan pangsa pasar dan
mendekati pasar umum untuk membangun kesinambungan operasional usaha konfeksinya,
maka Anom didukukng istrinya memberanikan diri membuka toko baju kaos di Jalan Nusa
Indah Denpasar dan memberikan trade mark usaha konfeksinya dengan nama Cok
Konfeksi yang berlokasi tak ajuh dari areal Gedung Art Centre sebagai pusat kegiatan pesta
seni dan budaya Bali. Dengan hak penuh kepemilikan ini, Cok Konfeksi semakin tajam
membangun jaringan kerja dan menggali order keberbagai lini pangsa pasar, hingga dalam
kurun waktu yang tak terhitung lama, nama Cok Konfeksi telah mampu diperhitungkan
sebagai salah satu industri besar di Bali yang menjadi pembuka gerbang kesuksesan pemuda
asal Buleleng ini yang kemudian akrab dipanggil dengan sebutan Pak Cok persis seperti
nama usaha konfeksi miliknya. Mengawali keberhasilan hidupnya iti, Anom meluruskan hati
dengan mawas pada dirinya untuk menunjukkan bakti kepada orang tuanya di desa. Ia telah
menyadari bahwa sesungguhnya dahulu ayahnya bermaksud baik kepadanya dan justru
karena itulah apa yang dulu Ia anggap sebagai amarah kini telah berbalik menjadi segunung
berkah.
Sementara dalam bidang usaha, rupanya industri konfeksinya semakin maju pesat dari athun
ke tahun. Saat itulah berkat hasil terkumpul dari kerja keras, ketekunan, kesabaran, kejelian
membaca peluang dan didukung sikap dasar kreativitas dan inovasinya, Anom menggagas
sebuah ekspansi usaha yang lahir dari ide cerdas untuk memanfaatkan arus wisatawan yang
berkunjung ke Bali. Dalam benak Anom tergambar niatan membuat sebuah sentral oleh –
oleh khas Bali yang menyediakan semua pernak- pernik khas Bali. Seperti: aneka camilan,
kaos anak – anak dan dewasa, batik, tas kreasi, alat musik tradisional, aksesoris pria dan
wanita, bedcover, lukisan, kain pantai, laying – laying, kerajinan kayu, alas kaki hingga
frame foto, termasuk beragam kaos made in Cok Konfeksi.

Ide itupun kemudian berhasil terealisai dengan dibukanya sebuah pusat oleh – oleh Bali yang
bernama Krisna Oleh – Oleh Khas Bali pada tanggal 16 Mei 2007 di Jalan Nusa Indah No.
77 Denpasar – Bali. Dari sanalah lalu terpikir oleh Anom untuk mulai merintis produksi baju
kaos sendiri sebagai cenderamata khas Bali bergambar karikatur didesain unik secara khusus
melibatkan para designer terkemuka. Dan benar saja, persis seperti prediksinya, segmen oleh
– oleh khususnya berupa baju kaos khas Bali yang dibuat konfeksinya meledak diminati
pasar. Melihat banyaknya antusiasme wisatawan yang datang berkunjung dan membeli baju
khas karikatur Bali ini membuat Krisna Oleh – Oleh Khas Balisukses besar dengan
penjualan melampaui target yang ditentukan. Disamping itu beragam oleh – oleh khas Bali
lainnya yang tersedia lengkap juga tidak kalah menyedot minat para pengunjung. Karena
besarnya minat dan animo masyarakat, Anom bertekad mengembangkan jelajah dagangannya
menjadi lebih besar mengikuti perkembangan pasar.
Untuk itulah ia lalu menggandeng rekanan pemilik property di kawasan Jalan Nusa
Kambanagan Denpasar untuk bekerjasama mendirikan Krisna Oleh – Oleh Khas Bali yang ke
dua yang dirancang matang dengan areal parkir yang luas, sarana belanja yang lapang serta
berbagai fasilitas kenyamanan berbelanja berikut sebuah rumah makan dikonsep tertata.

Menyadari cukup banyaknya minat konsumen dengan produk yang dimiliki Krisna Oleh –
Oleh Khas Bali satu di Jalan Nusa Indah dan potensi pasar yang besar, maka kemudian
terealisasilah Krisna Oleh – Oleh Khas Bali di Jalan Nusa Kambangan 160 A Denpasar
pada tanggal 16 Mei 2008 yang mengawali gaung kesuksesan besar Anom.
Dalam waktu yang relatif singkat, nama Krisna Oleh – Oleh Khas Bali cepat populer,
jaringan kerjasama yang dibangun Anom dengan praktisi pariwisata dan komponen
pendukungnya seperti biro perjalanan, Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) dan juga para
pengemudi jasa angkutan wisata, taxi dan sebagainya dirasa sebagai terobosan jitu semakin
mentenarkan nama Krisna Oleh – Oleh Khas Bali sebagai pusat belanja oleh – oleh khas
Bali dengan harga murah bermutu yang tidak pernah sepi dari serbuan pengunjung.
Belum berakhir disini, keberhasilan Krisna Oleh – Oleh Khas Bali Nusa Kambangan kembali
memacu gairah wirausaha Anom untuk mempersembahkan sebuah mega areal pusat belanja
oleh – oleh terbesar di Bali.

Benar saja, bermula dari keagresifan dan semangat pantang menyerah akhirnya pada tanggal
16 Mei 2009 diresmikan sebuah imperium dagang mega outlet pusat perbelanjaan Krisna
Oleh – Oleh Khas Bali di kawasan Sunset Road Kuta, yang sengaja dibangun untuk
memudahkan dan memanjakan para wisatawan untuk berbelanja memperoleh cenderamata
khas Bali dengan nyaman, hemat di tempat yang respresentatif dengan
keindahan sunsetnya. Belum juga berakhir sampai disitu, dengan segala ketulusan hati ingin
menampung tenaga kerja dan menyalurkan hasil karya pengrajin lebih banyak lagi, Anom
memperluas lagi areal Krisna Oleh – Oleh Khas Bali Sunset Road tersebut menjadi dua kali
lipat ( seluas 1000 m2 ) sehingga semakin menguatkan gaung Krisna Oleh – Oleh Khas Bali
sebagai pusat oleh – oleh terbesar di Pulau Dewata.
Terinspirasi dari denyut kehidupan dikawasan Kuta yang tak pernah padam, muncul dinenam
Anom untuk mengikuti irama kehidupan. Tahun 2010 didirikanlah Krisna Oleh – Oleh
Khas Bali yang ke empat dengan nama Rama Krisna Oleh – Oleh Khas Bali dengan
konsep buka 24 jam non stop.
Ini menandakan kehidupan pariwisata Bali yang tidak akan pernah berhenti.

Kini di tengah kebesaran industri dagang yang berkibar itu, Anom tidak kehilangan
kearifannya, Ia semakin banyak melibatkan diri pada kegiatan sosial dan berada di balik
banyak bantuan bagi mereka yang kurang mampu, panti asuhan dan berbagai kegiatan
kemasyarakatan. Ia ingin membagi berkah yang telah dititipkan Tuhan kepadanya,
menebarkan keseimbangan hidup dengan kebaikan yang tulus sebagai wujud syukur kepada
Sang Pencipta yang telah menggariskan perjalanan hidupnya dengan mengubah amarh
menjadi limpahan berkah.
Perjalanan Karir Bob Sadino

Di Indonesia, Bob Sadino bekerja di PT. UNILEVER Indonesia. Suatu hari Om Bob
memutuskan untuk keluar dari perusahaan tempat ia bekerja, karena pola pikirnya yang ingin
maju dan sukses secara mandiri. OmBob tidak ingin kerja terikat dan terus menerus di
perintah oleh atasan. Sang istri pun turut mendukung keputusan Om Bob. Tekad Om Bob
sudah bulat, Ia kemudian membuka usaha penyewaan mobil Mercedes milik satu-satunya itu,
dan memberanikan diri untuk menjadi sopir.

Namun sayangnya usaha Bob Sadino yang pertama ini tak berjalan lancar, mobil
mercedesnya mengalami kerusakan akibat kecelakaan. Om Bob tentu saja tak dapat
membiayai kerusakannya. Jatuh bangun kehidupannya tak membuat semangatnya surut, Om
Bob kemudian mencoba cara lain untuk menafkahi keluarganya. Ia pun melakoni pekerjaan
sebagai Tukang batu yang hanya di hargai Rp.100,-.

Kondisi ini tentu saja membuat Bob Sadino sangat depresi dan sedih, kehidupan yang tadinya
dirasa aman dan masih di atas roda telah berbalik 180 derajat saat itu.Namun dari
pengalaman hidupnya yang getir itu tak lantas membuat Bob Sadino patah arang, semangat
juangnya terus membara untuk menyongsong masa depan yang lebih baik bersama anak
istrinya.

Bob Sadino Bangkit Dari Keterpurukan

Suatu hari, seorang sahabat Om Bob menyarankannya untuk beternak dan berbisnis telur
ayam negeri. karena pada waktu itu telur ayam negeri masih jarang di pasaran. Melihat
peluangbisnis yang ada Om Bob akhirnya tertarik dan setuju menggeluti bisnis itu. Bersama
istri yang mendukungnya, Om Bob memulai bisnis itu berjualan telur melalui pintu ke pintu
kepada orang-orang asing yang ada di daerah kemang.

Kebetulan Kemang adalah pusat pemukiman orang asing di Jakarta. Mereka menjual telur itu
beberapa kilogram perharinya. Berbekal pengalaman hidup di Eropa, Om Bob tidak
mengalami kesulitan dalam berbahasa inggris, ia mengerti seluk beluk budaya kehdupan
masyarakat Eropa. Ada sebuah momen yang mengilhami seorang Bob Sadino di kala sedang
beternak ayam-ayam negerinya. Iaberpikir seekor ayam saja bisa mencari makannya sendiri
dan menyambung hidup, apalagi seorang manusia seperti dirinya yang memiliki akal budi.
Lewat Ilham inilah yang kemudian membuatnya menjadi seorang pengusaha yang gigih
berjuang dan pantang menyerah.

Kerja keras telah terbukti dan Lambat laun, bisnis yang digeluti Om Bob pun semakin
meningkat dan tanpa disadarinya, Om Bob telah menjadi pelopor ayam negeri beserta
telurnya di Indonesia. Terkadang ada beberapa pelanggan asing yang mengeluhkan pelayanan
yang belum maksimal dari Om Bob. Hal ini kemudian membuat Bob semakin banyak belajar
dari pengalaman bisnisnya bahwa pelayanan yang maksimal adalah kunci utama keberhasilan
seorang pengusaha.
Selain menekuni bisnis telur, Bob Sadino juga melirik bisnis daging ayam, yang menjadi
cikal bakal berdirinya Kemchick dan Kemfood yang masih didominasi oleh orang asing dan
orang Indonesia yang tinggal di Kemang. Selain itu, bisnis hortikultural sayur-sayuran yang
menerapkan sistem hidroponik milik Bob Sadino juga berjalan sukses. Bob Sadino
merupakan sosok yang sederhana dalam kesehariannya maupun dalam bisnisnya, ia lebih
mengedepankan tindakan dalam mengubah nasib dari pada hanya teori-teori sukses yang
selama ini diajarkan.

Bob Sadino pernah membandingkan antara orang pintar dan orang goblok. Menurutnya,
orang pintar zaman sekarang terlalu banyak berpikir dan berencana mengenai hidup dan
bisnisnya. Alhasil, tak satupun dari rencana-rencana itu yang terwujud karena mereka terlalu
banyak pertimbangan dan hitung-hitungan. Berbeda dengan orang goblok yang dalam
melakukan suatu bisnis tanpa banyak perhitungan dan pertimbangan langsung melakukan
tindakan nyata, karena baginya hidup butuh makan hari ini.
“Kesuksesan itu tidak bisa diukur dengan pencapaian kepemilikan tetapi seberapa besar
saya memberikan kontribusi bagi bangsa Indonesia. Kesuksesan itu bukan pencapaian
tapi kerelaan,” tulis Anne Avantie.

Siapa yang tidak mengenal sosok Anne Avantie (62). Wanita kelahiran Semarang, 20 Mei
1954 itu kini menjadi salah satu figur pengusaha sekaligus desainer sukses dan terkenal di
Indonesia.

Anne begitu akrab disapa, dikenal sebagai trendsetter fashion kebaya Indonesia. Dari buah
pemikirannya, kebaya Indonesia yang diproduksi Anne bisa melalang buana keluar negeri
hingga menguasai pasar Indonesia. Tidak hanya itu, para public figure terkenal juga tidak
pernah menolak bila diminta memakai kebaya buatan Anne Avantie.

Namun ketika Anne bercerita, ibu bagi 3 orang anak ini ternyata hanyalah lulusan Sekolah
Menengah Pertama (SMP). Dulu, kehidupan Anne cukup sulit. Namun ia menganggap
keterbatasan pendidikan bukanlah halangan baginya untuk menggapai cita-cita yang
diimpikan sejak kecil.

“Akhirnya melalui inspirasi yang diberikan oleh ibu saya, saya bertumbuh menjadi seorang
remaja berbakat yang hanya menyelesaikan pendidikannya hingga bangku SMP,” kenang
Anne, Selasa (9/8/2016).

Sejak kecil, Anne memang dikenal sangat dekat dengan sosok sang ibu, Amie Indriati. Bagi
Anne, Amie Indriati adalah sosok ibu yang paling berpengaruh dalam hidupnya.

“Dimana ibu saya ini adalah ibu tunggal yang membesarkan saya yang dalam perjalanan
bersama dengan ayahanda itu tidak bahagia kehidupannya. Saya banyak mendapatkan
inspirasi dari ibu saya kemudian saya menerima anugerah bakat dari ibu saya,” tuturnya.
Dari sosok sang ibu, Anne mengaku mulai belajar banyak hal. Segala hal positif yang
dilakukan oleh sang ibu ia lihat dan lakukan hingga beranjak dewasa.

“Pada waktu saya kecil saya ini ditemukan embrionya oleh ibu saya sendiri dimana ibu saya
melihat bahwa ada bakat Anne Avantie. Saya banyak mendapatkan inspirasi dari ibu saya
kemudian saya menerima anugerah bakat dari ibu saya, akhirnya saya dan ibu saya ini seperti
dua wanita pejuang. Akhirnya melalui inspirasi yang diberikan oleh ibu saya, saya tumbuh
menjadi wanita yang berbakat,” papar Anne.

Kehidupan yang sulit tidak melulu membuat orang putus asa. Anne Avantie sudah
membuktikan bahwa keterbatasan bukanlah hambatan untuk maju. Ia menegaskan kariernya
yang menanjak sebagai seorang perancang busana saat ini tidak bisa diukur dari sebuah
ijazah. Anne pernah merasakan bagaimana sulitnya mengarungi hidup.

“Saya adalah seorang anak yang memiliki masa lalu kurang baik. Dalam arti kata ada sebuah
keluarga yang membuat saya tumbuh tidak sebagai mestinya,” katanya.

Anne bercerita, kariernya yang menanjak di bidang fashion sekarang tidak didapat dengan
mudah tetapi melalui kerja keras dan tidak pantang menyerah. Apalagi Anne tidak memiliki
latar belakang pendidikan yang cukup tinggi, hanya lulusan SMP.

“Saya mengarungi kehidupan yang berat tapi saya bersyukur karena memiliki anugerah
talenta yang teman-teman lain tidak memiliki. Saya melihat teman saya bisa begini bisa
begitu membuat saya sakit (sakit hati),” tambahnya.

Sejak kecil, bakat Anne di bidang fashion/mode memang sudah terlihat. Kebetulan sang ibu,
Amie Indriati mengelola sebuah salon kecantikan. Kala itu, Anne mulai menunjukkan
kreativitasnya mampu membuat berbagai variasi hiasan pita atau hiasan rambut. Hasil dari
kreativitasnya itu kemudian dijual ke teman-temannya.

Beranjak dewasa, Anne mulai belajar merancang berbagai kostum untuk penari dari
kelompok vokal di sekolahnya. Talenta itu lalu terus ia gali hingga akhirnya ia melebarkan
sayap ke bisnis kebaya, seperti yang kita kenal saat ini.

“Tuhan tidak pernah membiarkan seseorang bergulir dengan segala kekurangannya. Tuhan
menciptakan manusia tidak seperti bermain dadu. Ketepatan sangat sempurna! Sehingga
akhirnya maju melalui bidang yang non akademis. Saya bersungguh-sungguh dalam
pekerjaan saya,” tegasnya.

Anne Avantie cukup terkenal di Indonesia karena karya kebayanya yang terkesan indah,
mewah, dan menawan. Karya kebayanya yang paling terkenal saat ini ialah nuansa kebaya
tradisional dengan sentuhan modern.
Ditangan dinginnya, pakaian tradisional jenis kebaya dengan mudah diterima oleh semua
kalangan. Kebaya Anne merupakan simbol status dan kebanggaan bangsa Indonesia. Namun
ketika ditanya soal kebaya, Anne mengungkapkan kebaya bukanlah produk fashionpertama
yang dibuatnya.

“Saya tidak merasa berbisnis kebaya, 27 tahun lalu (atau tepatnya tahun 1989) awalnya saya
membuat pakaian tari kemudian saya berhasil merambah terus setapak demi setepak,
kegagalan demi kegagalan,” kata Anne.

Dari pakaian tari tersebut, Anne mencoba membuat sebuah pola rancangan baru untuk
produk fashion. Kebaya adalah salah satunya yang mulai diproduksi di tahun 1999. Anne
mengaku mencurahkan segala pikirannya untuk membuat pola rancangan kebaya yang unik
dan terkesan tradisional.

“Saya mendapatkan inspirasi itu dari mana saja. Karunia Tuhan itu sangatlah besar. Jadi tidak
ada tuh cerita mencari atau mengambil inspirasi sampai keluar negeri,” tambahnya.

Anne mengaku sangat suka kepada kebaya dan ia memiliki pandangan lain tentang kebaya
yang dibuatnya. Di saat kebanyakan desainer muda lebih memilih untuk
memproduksi fashion modern, Anne malah memilih untuk membuat kebaya tradsional
dengan sentuhan yang modis dan trendi. Tetapi justru kebaya Anne menjadi simbol status
wanita dan desainnya yang kontemporer menjadi mode bagi masyarakat kelas atas.

“Dengan kebaya, hidup saya berubah. Dengan kebaya saya bisa menjadi saluran keberkahan
dan mereka melihat saya. Saya bisa memberikan kontribusi bagi bangsa Indonesia, generasi
saya dan saya bisa dilihat, didengar, diperhatikan,” tuturnya.

Kebaya memang memiliki arti penting bagi hidup Anne. Tidak hanya memperoleh
kesuksesan, kebaya dilukiskan sebagai tongkat yang bakal menuntun hidupnya.. Kebaya juga
diartikan sebagai simbol memperjuangkan hak-hak wanita di Indonesia.

“Saat ingin membawa inspirasi perempuan dengan kebaya agar berani menjadi seorang
wirausahawan. Apapun sinarnya tapi tetap terang, itu prinsip saya,” tegasnya.

Kesuksesan yang telah diraih Anne Avantie dalam membangun bisnis fashion dan kebaya
tidak didapat dengan cara mudah. Anne mulai menekuni bisnis ini pada tahun 1989 di Solo.
Pada waktu itu ia hanya memiliki dua mesin jahit bekas dengan nama usahanya Griya Busana
Permata Sari.

Perlahan tapi pasti, Anne mulai membangun bisnisnya hingga akhirnya ia mempekerjakan 50
orang karyawan yang membantunya dalam menjalankan usaha. Tak lama berselang, ketika
terjadi kerusuhan sosial di Solo pada tahun 1998, pabrik nya juga ikut dibakar.
“Pada tahun 1998 tempat kerja saya dibakar massa pada saat ada kerusuhan di Solo. Kejadian
itu bagi saya secara pribadi memberikan sebuat nikmat untuk mencintai sesama tanpa harus
memihak pada satu ras, suku dan agama,” ucapnya.

Sebelum itu, pada tahun 1996 sang ibu, Amie Indriati juga menderita kanker. Musibah ini
membuatnya hampir kehilangan bisnisnya. Pada titik paling rendah dalam usahanya, ia hanya
menyerah, beruntung ibunya kemudian pulih setelah sesi kemoterapi.

Hambatan belum berhenti, untuk membangkitkan usahanya ia pindah ke Semarang dan


membangun usahanya mulai dari awal. Tetapi lagi-lagi ia tidak menyerah.

“Di saat saya jatuh, buat saya jatuh itu adalah sesuatu yang indah untuk belajar mengerti,
memahami dan merasakan bahwa jatuh itu bukan sesuatu yang sifatnya membuat kita
terpuruk. Tapi justru itu membuat saya merasakan bahwa saya harus berdiri dari lubang yang
sama. Itu saat-saat yang paling berkesan dalam hidup saya,” kenangnya.

Saat ini Anne Avantie tergolong desainer sukses. Ibu dari tiga anak ini, memiliki butik
“Roemah Pengantin” di Grand Indonesia Mall Jakarta. Dia juga telah mendirikan sebuah toko
lainnya yang lebih kecil untuk menjual pakaian yang dibuat bekerja sama dengan desainer
lokal.

Kecintaan Anne dengan dunia desainer benar-benar wajib diancungi jempol. Saat ini, Anne
mempekerjakan setidaknya 500 orang karyawan yang siap membantu menjalani operasional
perusahaan.

“Saya cuma memiliki satu butik di Jakarta, ya di Grand Indonesia ini. Sementara di Semarang
hanya tempat workshop saja. Karyawan yang khusus menangani kebaya itu kurang lebih ada
300 orang, tetapi kalau digabungkan Avantie Management itu ada 500 orang,” tukasnya.

Melalui Griya Busana Permata Sari, Anne Avantie kemudian mulai rutin memproduksi
produk fashion di tahun 1989. Pada saat itu, Anne juga diminta membuat kostum bagi
rombongan tarian nasional, Andromedys Dance.

Atraksi panggung luar biasa Andromedys Dance sontak mengibarkan nama Anne Avantie
sebagai sosok yang sangat berperan atas busana yang mereka kenakan. Pelanggan lain
berbondong-bondong mulai berdatangan. Kepercayaan akan keindahan busana yang Anne
hasilkan mulai terbangun.

Anne mengatakan sejak saat itu, ia mulai memberanikan diri mengikuti show kecil-kecilan.
Spanduk Griya Busana Permata Sari terpampang jelas di depan gedung Rollskate yang
menjadi arena show di Semarang waktu itu. Tidak disangka, show kecil pertama itu pun
mengantar Anne menuju ke show-show besar selanjutnya. Liputan media massa dalam ajang
show itu membuat nama Anne Avantie semakin dikenal dan ia mulai kebanjiranorder.
Saya tidak pernah memikirkan hal ini bisa menjadi sesuatu yang besar dan berada di atas.
Karena dulu yang mendongkrak saya waktu itu ya media,” katanya.

Kemudian, Anne berani mengelola bisnisnya agar lebih tertata. Ia berusaha


membangun brand image Anne Avantie secara pasti dan baik. Berbagai tuntutan, keluhan,
serta aduan klien atas produk harus didengarkan dan disikapi dengan bijak.

“Dan kemudian saya mengikuti kompas yang menuntun jalan saya menggunakan hal itu
menjadi tongkat untuk menuntun orang hingga akhirnya Anne Avantie memiliki
beberapa brand,” tambahnya.

Akhirnya brand Anne Avantie benar-benar meledak dan dikenal masyarakat di tahun 2000-
an. Kini produk fashion dengan brand Anne Avantie bisa ditemui di beberapa gerai khusus
yang dibuat oleh Anne.

“Kini Anne Avantie memiliki anneavantiemall.com sebuah e-commerce yang bertujuan


supaya karya Anne Avantie bisa dinikmati, bisa dimiliki banyak orang dengan lingkup
ekonomi yang beragam. Ada juga Anne Avantie Atelier, Anne Avantie Handcraft, Anne
Avantie Uniform dan Anne Avantie Heritage. Itu semua menggambarkan bahwa saya
mencintai budaya,” jelasnya.

Di tengah persaingan pasar produk fashion yang cukup ketat, Anne Avantie mengaku tidak
takut bersaing dengan para kompetitor. Anne menilai produk fashion termasuk kebaya yang
dibuatnya memiliki ciri khas yang tidak dimiliki produk fashion lainnya.

“Ekor tidak pernah berada di depan, pengekor selalu berada di belakang. Kebaya Anne
Avantie itu selalu menjadi trendsetter. Itu bedanya kebaya Anne Avantie dengan yang lain,
jadi saya tidak pernah khawatir,” kata Anne dengan penuh optimis.

Kemudian tidak jarang juga beberapa desainer mencoba meniru pola rancangan yang telah ia
buat. Tetapi ia sama sekali tidak khawatir brand Anne Avantie bakal kehilangan pasar.

“Sampai sekarang masih banyak orang yang men-duplicate karya saya, itu dimana-mana di
seluruh Indonesia. Baru keluar 3 menit saja sudah ada yang menduplikasi. Tapi saya tidak
khawatir, kita tidak takut miskin karena berbagi itu menambah berkat yang kita punya dan
sama sekali tidak mengganggu kepada bisnis kami,” ujarnya.

Saat ini Indonesia menjadi pasar terbesar produk fashion Anne Avantie. Anne menegaskan
bila masing-masing desainer memiliki keunikan dan perbedaan dan punya pasar yang
berbeda dari produk yang mereka hasilkan. Sehingga ia melihat hal ini bukanlah ancaman
tetapi lebih kepada melengkapi satu sama lain.
“Jadi mereka (kompetitor) pun menghormati saya, sehingga keberadaan mereka pun bukan
ancamam buat saya karena tidak ada perseteruan. Ancaman itu kalau kita melemparkan
bom,” tegasnya.

Memiliki Kepribadian Sosial

Ketika karirnya kian membumbung tinggi, Anne Avantie tidak besar kepala. Ia memiliki
prinsip kejayaan justru adalah tanggung jawab besar yang sedang dipikul. Sebagai wujud rasa
syukur, Anne gemar melakukan gerakan sosial seperti peduli dengan anak-anak yang
memiliki kekurangan fisik.

“Perjuangan paling berat adalah tetap mempertahankan kesederhanaan pola pikir dan tetap
menjadi Anne Avantie yang dulu dalam kemajuan yang kekinian. Itu yang paling berat, tidak
berubah. Semua orang juga melihat saya dari dulu sampai sekarang nggak ada yang
berubah,” tekannya.

Kemudian saat merekrut karyawan juga dilakukan Anne dengan sederhana. Anne tidak
memberikan syarat khusus terutama jenjang pendidikan kepada calon karyawan. Hal itu
dilakukan agar semua orang bisa mendapatkan hak yang sama yaitu mendapatkan pekerjaan.

“Tidak ada kriteria khusus bahkan saya pasang pengumuman menerima karyawan tanpa
ijazah,” tambahnya.

Selain itu, Anne juga membuat kebijakan merangkul para desainer dan penjahit lokal skala
UKM. Anne juga memiliki keinginan agar pemerintah juga ikut membantu memberdayakan
pelaku usaha UKM yang jumlahnya banyak, khususnya perempuan.

“Berikan lahan dan kesempatan yang luas untuk home industry supaya banyak perempuan
pulang ke rumah dan membimbing keluarga melalui kinerja yang baik melalui pelatihan
mandiri. Sehingga perempuan bisa kerja di rumah melalui home industry,” tutupnya.

You might also like