You are on page 1of 22

MAKALAH

PERENCANAAN, PERAMALAN, DAN


PENGANGGARAN KEUANGAN

Diajukan sebagai salah satu syarat


untuk menyelesaikan tugas akhir mata kuliah Manajemen Keuangan

Disusun oleh :
Ajeng Herlinda (115040136)
Ade Mutiasari (115040137)
Akuntansi 3E

FAKULTAS EKONOMI
PRODI AKUNTANSI
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBON

2017
KATA PENGANTAR

Segala Puji syukur penulis sampaikan kepada Allah swt yang telah
senantiasa memberikan rahmat dan nikmat yang tiada terkira bagi kami. Sehingga
dengan nikmat dan rahmatNya kami mampu untuk menyelesaikan Tugas Makalah
dengan Judul “PERENCANAAN, PERAMALAN, DAN PENGANGGARAN
KEUANGAN”. Makalah ini disusun guna memenuhi salah satu Tugas
Manajemen Keuangan .

Semoga tugas Makalah ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan sebagai
referensi dalam belajar para mahasiswa ataupun para pembaca. Penyusun juga
meminta maaf apabila banyak kekurangan ataupun kesalahan dalam penulisan dan
pembahasan materi yang tidak lengkap ataupun kurang penjelasan.

Cirebon,Desember 2017

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 3
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Tujuan 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Peramalan Keuangan 5
2.2 Ramalan Penjualan 5
2.2.1 Meramalkan Variabel Keuangan 5
2.2.2 Peramalan Keuangan Dengan Metode Persentase Penjualan 6
2.2.3 Model Pendanaan Berdasar Diskresi Sesuai Kebutuhan
(Discretionary Financing Needed – DFN) 10
2.2.4 Menfanalisi Pengaruh Laba dan Kebijakan Deviden Pada DFN 11
2.2.5 Keterbatasan Mettode Peramalan Persentase Penjualan 12
2.3 Tingkat Pertumbuhan Berkelanjutan 14
2.4 Perencanaan dan Penganggaran Keuangan 14
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan 20
3.2 Saran 21
DAFTAR PUSTAKA 22
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perencanaan (planning) dan peramalan (forecasting) merupakan dua hal
yang selalu diperbandingkan. Perencanaan mengindikasikan apa yang seharusnya
terjadi di masa yang akan datang (normatif), sedangkan peramalan terkait dengan
apa yang akan terjadi di masa yang akan datang (positif). Agak sulit dipahami,
karena beda-beda tipis antara pengertian perencanaan di satu pihak dengan
peramalan di pihak lain.

Perencanaan dihubungkan dengan pengelolaan (how to manage):


Planning, Implementation and Evaluation. Planning adalah suatu uraian tugas
kegiatan usaha yang disusun secara logis, sistematik, terukur, dan dapat dicapai.
Tugas / kegiatan tersebut dilaksanakan, diorganisasikan, dipantau / diawasi,
dilakukan perbaikan seperlunya agar tidak menyimpang dari yang direncanakan.
Setiap tugas / kegiatan yang dilakukan dilaporkan dan dievaluasi dengan
membandingkannya dengan yang direncanakan apakah sesuai atau tidak.

Sementara peramalan kerap bertukar tempat dengan estimasi, prakiraan,


proyeksi, ekspektasi dan lain sebagainya (how to analyze). Jika how to manage
bersifat manajerial maka how to analyze bersifat akademis (scientific). Bantuan
akademik terhadap kebutuhan manajerial tidak bisa diabaikan. Karena
perencanaan yang baik sangat ditentukan hasil peramalan yang baik. Sebab,
peramalan yang baik sangat mengandalkan basis data/informasi (empiric) yang
baik.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja metode yang digunakan dalam peramalan pnjualan?


2. Bagaiman perencanaan dan peramalan dalam keuangan ?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui cara menggunakan metode persentase untuk meramalkan


kebutuhan dana suatu perusahaan
2. Menyiapkan anggaran keuangan dengan melakukan perencanaan dan
peramalan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PERAMALAN KEUANGAN

Meramalkan dalam manajemen keuangan digunakan untuk


memperkirakan kebutuhan keuangan dimasa yang akan datang. Jika manajer
keuangan tidak mencoba untuk mengantisipasi kebutuhan pembiayaan masa
depan perusahaannya, maka krisis aka terjadi setiap kali penerimaan kas lebih
kecil pengeluaran kas,peramcanaan yag baik ditunjukan untuk mengantisipasi dan
mempersiapkan perusahaan untuk menghadapi kondisi masa depan, dimana ketika
perusahaan harus membutuhkan pembiayaan tambahan, dan juga ketika
perusahaan tidak mampu menghasilkan pemasukan kas. Adanya rencana
pertumbuhan berarti manajer keuangan mampu mengantisipasi kebutuha
pembiayaan perusahaan dan dengan adanya rencana keuangan yang baik, maka
perusahaan akan mampu memenuhi kebutuhan tersebut, adanya perencanaan
lanjutan,berarti bahwa manajer keuangan dapat menyelidiki lebih banyak
alternatif dan menghasilkan perencanaan keuangan yang baik dari waktu
pembiayaan yang tersedia.

2.2 RAMALAN PENJUALAN

Unsur-unsur pokok dalam proses perencanaan perusahaan adalah meramalkan


penjualan. Perhitungan ini biasanya dihasilkan dari berbagai sumber informasi.
Setidaknya perkiraan penjualan untuk tahun depan akan mencerminkan :

(1) Kecenderungan penjualan masa lalu yang diharapkan terulang lagi pada
tahun berikutnya.
(2) Pengaruh setiap peristiwa apapun yang mungkin secara material
mempengaruhi kecenderungan itu. Contohnya, adalah kampanye
periklanan besar-besaran atas perubahan dalam kebijaksanaan harga yang
dilakukan perusahaan.

2.2.1 MERAMALKAN VARIABEL KEUANGAN

Ramalan keuangan tradisional menganggap meramalkan penjualan sebagai


variabel yang sudah pasti dan membuat proyeksi dengan melihat dampak pada
berbagai biaya, aktiva serta kewajiban perusahaan. Jumlah pendanaan seperti yang
akan kita bahas nanti sangat besar jika penjualan tumbuh 1 persen bahkan 5
persen atau bahkan 10 persen. Jumlah variasi tergantung pada pengaruh antara
variabel-variabel penting yang menentukan kebutuhan pembiayaan perusahaan.
2.2.2 PERAMALAN KEUANGAN DENGAN METODE PERSENTASE
PENJUALAN

Metode yang biasa digunakan untuk membuat perhitungan ini adalah


metode persentase penjualan. Metode persentase penjualan mencakup suatu
perkiraan tingkat biaya, aktiva, atau kewajiban periode waktu yang akan datang
sebagai persentase ramalan penjualan. Persentase yang digunakan bisa berasal dari
laporan keuangan terbaru sebagai persentase penjualan-penjualan sekarang, dari
perhitungan rata-rata beberapa tahun ini, dari pertimbangan analisis atau beberapa
kombinasi sumber-sumber tersebut.

Tabel 4-1 menyajikan contoh lengkap pengunaan metode persentase penjualan


dari peramalan keuangan. Pada contoh ini, masing-masing akun pada neraca
perusahaan, yang bervariasi terhadap penjualan, dikonversikan dalam bentuk
persentase terhadap penjualan 2003 yang sebesar $10 juta. Ramalan dan neraca baru
untuk masing-masing komponen kemudian dihitung dengan perkalian waktu persentase
ini sebesar $12 juta pada proyeksipenjualan untuk periode perencanaan tahun 2004.
Metode ramalan pembiayaan masa depan ini tidak terperinci sebagaimana metode yang
menggunakan anggaran kas yang akan diperkenalkan nanti : tetapi metode ini
menawarkan biaya yang murah dalam penggunaan perkiraan, terutama perkiraan
kebutuhan pembiayaan perusahaan untuk periode yang akan datang.

Ingatlah bahwa pada contoh di Tabel 4-1, aktiva lancar dan aktiva tetap
diasumsikan berbeda untuk tiap tingkat penjualan perusahaan. Ini berarti bahwa
perusahaan tidak mempunyai kapasitas produksi yang cukup untuk menyerap proyeksi
kenaikan penjualan. Selanjutya, jika penjualan meningkat $1 aktiva tetap akan

TABEL 4-1

Persentase
Penjualan
Sekarang Proyeksi
Aktiva (penjualan
2003 (Berdasarkan Penjualan 2004 =$12 juta)
2003 = $10
juta)
Aktiva lancar $2,0 M $2M = 20% 0,2 X $12M = $2,4M
$10M
Aktiva tetap $4,0M $4M = 40 % 0,4 X $12M = $4,8M
bersih $10M
Jumlah $6,0M $7,2M

KEWAJIBAN DAN EKUITAS PEMEGANG USAHA


$1M = 10% 0,10 X $12M = $1,2M
Hutang usaha $1,0M
$10M
Beban yang $1M = 10% 0,10 X $12M = $1,2M
$1,0M
harus dibayar $10M
Wesel bayar $0,5M NAa Tidak berubah 0,5M
Hutang jangka Tidak berubah 2,0M
$2,0M NAa
panjang
Jumlah $4,9M
$4,5M
kewajiban
Saham biasa $0,1M NAa Tidak berubah 0,1M
Modal yang Tidak berubah 0,2M
$0,2M NAa
disetor
$1,2M+[0,05 X $12M X (1- 1,5Mb
Saldo laba $1,2M
0,50)] =
Ekuitas saham $1,8M
$1,5M
biasa
Jumlah pembiayaan yang $6,7M
Jumlah $6,0M
tersedia
Tambahan pembiayaan yang 0,5Mc
dibutuhkan
Jumlah $7,2M
a Tidak dapat ditetapkan neraca-neraca ini diasumsikan tidak bervariasi dengan
penjualan

b proyeksi saldo laba sama dengan tingkat awal ($1,2M) ditambahkan proyeksi
laba bersih kurang dari dmanapun. Dalam kasus ini laba bersih diproyeksikan
sama dengan 5% dari penjualan, dan deviden diproyeksikan sama dengan separuh
dari laba bersih : 0,5 X 1,2 M X (1-0,5) = $ 300.000

c tambahan pembiayaan yang dibutuhkan dengan total aktiva yang diproyeksikan


($7,2 juta) dikurangi total kewajiban ($4,9 juta) dikurangi ekuitas saham biasa
yang diproyeksikan ($1,8 juta) atau $7,2 juta – 4,9 juta = $500.000

meningkat sebesar 4 sen, atau 40 persen dari proyeksi peningkatan penjualan,


catatan bahwa jika aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Cukup mendukung
tingkat proyeksi penjualan baru. (Seperti perusahaan menghadapi kelebihan
kapasitas), aktiva tersebut tidak boleh dibiarkan ikut berubah karena penjualan.
Bila demikian halnya, aktiva tetap tidak akan diubah ke dalam persentase
penjualan dan diproyeksikan tetap tak berubah pada saat periode peramalan.
Kita juga mencatat bahwa hutang usaha dan biaya yang harus dibayar
adalah satu-satunya hutang yang bisa berubah-rubah terhadap penjualan. Kedua
perhitungan tersebut bisa diharapkan untuk naik turun sesuai dengan tingkatan
penjualan perusahaan: maka gunakanlah persentase peramalan penjualan. Karena
kedua kategori hutang lancar ini secara normal berubah-ubah secara langsung
bersama tingkat penjualan, kedua hutang ini sering dikenal sebagai sumber
pembiayaan spontan bab 18, yang mendiskusikan manajemen modal usaha,
banyak membahas pembiayaan ini. Wesel bayar, hutang jangka panjang, saham
biasa, dan modal yang disetor diharapkan tidak berubah-ubah secara langsung
bersamaan dengan tingkat penjualan perusahaan. Sumber pembiayaan ini dikenal
dengan istilah sumber pembiayaan diskresi (discretionary financing) artinya
para manajemen harus membuat suatu keputusan yang benar untuk mencari
pembiayaan tambahan dengan menggunakan salah satu dari sumber tersebut.
Suatu contoh pembiayaan bebas adalah wesel bayar bank yang memerlukan
negosiasi untuk dijalankan dan adanya persetujuan yang ditandai dengan
pengaturan waktu dan kondisi pendanaan. Akhirnya, kita mencatat bahwa tingkat
saldo sama dengan proyeksi laba setelah pajak (proyeksi laba bersih) sama dengan
5% penjualan, atau $600.000 dikurangi dengan deviden saham biasa sebesar
$300.000

Jadi, dengan menggunakan contoh tabel 4-1, kita memproyeksikan bahwa


penjualan perusahaan akan meningkat dari $10 juta menjadi $12 juta, yang akan
menyebabkan kebutuhan perusahaan untuk total aktiva mwningkat menjadi $7,2
juta. Aktiva ini kemudian akan dibiayai dengan kewajiban yang ada ditambah
kewajiban langsung sebesar $4,9 juta, dana pemilik perusahaan $1,8 juta,
termasuk $300.000 dari saldo laba pada penjualan tahun berikutnya; dan sebesar
$500.000 dari pembiayaan bebas yang ditingkatkan dengan mengeluarkan wesel
bayar, penjualan obligasi, penawaran saham biasa, atau beberapa kombinasi dari
sumber tersebut. Sejauh ini sumber yang sering digunakan dari pembiayaan bebas
adalah pinjaman bank. Seperti yang kita akan pelajari nanti ketika belajar tentang
kebijakan keuangan, jika kebutuhan pembiayaan tetap berlaku, maka perusahaan
bisa mengeluarka saham atau obligasi untuk membayar pinjaman bank.

Secara ringkas, kita dapat memperkirakan bahwa kebutuhan perusahaan


terhadap pembiayaan bebas, dengan menggunakan metode persentase penjualan
peramalan keuangan dengan mengikuti empat prosedur dibawah ini :

Langkah 1. Ubahlah setiap pos per aktiva dan kewajiban yang bervariasi secara
langsung dengan penjualan dalam bentuk persentase terhadap penjualan tahun ini,
sebagai contoh :

𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑙𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 $ 2 𝑗𝑢𝑡𝑎


= = 0.2 atau 20%
𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 $10 𝑗𝑢𝑡𝑎

Langkah 2. Proyeksi setiap pos aktiva dan kewajiban dalam neraca dengan
persentase penjualan yang sudah dihitung dikalikan dengan proyeksi penjualan
atau tetap membiarkan saldo akan tidak berubah mengikuti perubahan tingkat
penjualan, sebagai contoh
𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑙𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
Proyeksi aktiva lancar = proyeksi penjualan x 𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
= $12 juta x 0,2 = $2,4 juta

Langkah 3. Proyeksi tambahan laba ditahan yang dapat digunakan untuk


membantu menangani kegiatan operasi perusahaan. Nilai ini sama dengan
proyeksi laba bersih perusahaan periode tersebut dikurangi pembayaran deviden
saham biasa yang direncanakan, sebagai contoh:
Proyeksi tambahan laba ditahan
𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑑𝑒𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛 𝑡𝑢𝑛𝑎𝑖
proyeksi penjualan x x (1 ̶ )
𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ

= $12 juta x 0,05 x (1-0,5) = $300.000

Langkah 4. Proyeksi tambahan dana yang dibutuhkan perusahaan yang didapat


dari total aktiva yang diproyeksikan dikurangi dengan proyeksi kewajiban dan
ekuitas pemilik, sebagai contoh

Tambahan dana yang dibutuhkan = proyeksi jumlah aktiva – proyeksi jumlah


kewajiban – proyeksi ekuitas pemilik

= $7,2 juta - $4,9 juta $1,8 juta


= $500.000

2.2.3 MODEL PENDANAAN BERDASAR DISKRESI SESUAI


KEBUTUHAN (Discretionary Financing Needed – DFN)

Dalam pembahasan sebelumnya, kita telah memperkirakan tambahan dana


yang dibutuhkan adalah selisih antara proyeksi total aktiva dan jumlah kewajiban
serta ekuitas pemilik. Kita dapat memperkirakan proyeksi tambahan dana yang
dibutuhkan, yaitu DFNt+1 yang secara langsung menggunakan proyeksi perubahan
penjualan yang diperkirakan disamakan dengan perubahan dalam aktiva,
kewajiban, dan ekuitas, pemilik sebagai berikut:

DFNt+1 = proyeksi perubahan aktivat+1 – proyeksi perubahan kewajibant+1

̶ Proyeksi perubahan ekuitas pemilik t+1

Untuk menghitung DFNt+1 kita harus memperkirakan setiap komponen


yang ditemukan pada persamaan 4-1. Sebagai contoh kita bisa memproyeksikan
kebutuhan penggunaan aktiva perusahaan dengan hubungan antara aktiva dan
penjualan tahun sekarang dikalikan dengan proyeksi perubahan penjualan untuk
tahun yang akan datang
𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 t
Proyeksi perubaha aktiva t+1 = ( ) x (penjualan t+1 – penjualan t)
𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 t

dengan cara yang sama, proyeksi perubahan kewajiban dapat dihitung dari
hasil rasio jumlah kewajiban perusahaan terhadap penjualan tahun sekarang dan
proyeksi perubahan penjualan perusahaan :
𝑘𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛 t
proyeksi perubahan kewajiban t+1 = ( 𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 ) x (penjualan t+1 – penjualan t)
t

kita dapat memproyeksikan antisipasi perubahan pada ekuitas pemegang


saham biasa perusahaan untuk tahun yang akan datang dengan memperkirakan
pendapatan bersih untuk tahun yang akan datang sebagai hasil dari marjin laba
bersih untuk tahun yang akan datang, NPM t+1, dan pryeksi tingkat penjualan
perusahaan, kemudian mengalikan proyeksi laba bersih dengan persentase laba
bersih yang ditahan dan tidak dibayarkan dalam deviden. Catatan bahwa b
merupakan persentase pendapatan bersih yang dibayarkan dalam deviden
sehingga (1-b) merupakan bagian dari pendapatan bersih yang ditahan.
Bagaimana kita membuat perkiraan NPM t+1 ? salah satu pendekatan yang dapat
digunakan adalah marjin laba bersih untuk periode sekarang NPM t, jika penjualan
yang diharapkan berubah, maka marjin laba bersih perusahaan mungkin akan
berubah jua, jadi menggunakan NPM t hanya merupakan salah satu perkiraan
kasar.

Proyeksi perubahan ekuitas pemilik t+1 = [NPM t+1 x penjualan t+1] x [1 − 𝑏]

Keterangan :

Aktiva t : aktiva dalam periode t yang diharapkan berubah secara proporsional


terhadap tingkat penjualan.

Penjualan t : tingkat penjualan untuk periode t

Kewajiban t : kewajiban dalam periode t yang diharapkan berubah secara


proporsional terhadap tingkat penjualan

NPM t+1 : marjin laba bersih yang diproyeksikan untuk periode t+1

b : rasio pembayaran deviden atau deviden sebagai persentase terhadap laba


bersih sehingga [1 − 𝑏] adalah bagian proyeksi laba bersih perusahaan yang akan
ditahan dan ditanam kembali kedalam perusahaan.

Pada contoh sebelumnya, kita telah memperkirakan bahwa semua aktiva,


hutang usaha, dan beban yang masih harus dibayar, berubah-ubah sesuai dengan
proyeksi perubahan penjualan. Wesel bayar dan hutang jangka panjang tidak
berubah dari tahun sekarang ke tahun-tahun proyeksi. Dengan menggunakan
angka-angka dari contoh kita, kita membuat perkiraan DFN2001 adalah sebagai
berikut :
$2 𝑗𝑢𝑡𝑎+4 𝑗𝑢𝑡𝑎
Proyeksi tambahan aktiva t+1 =( ) x [$12 𝑗𝑢𝑡𝑎 − 10 𝑗𝑢𝑡𝑎 ]
10 𝑗𝑢𝑡𝑎
= $1,2 juta

$1 𝑗𝑢𝑡𝑎+1 𝑗𝑢𝑡𝑎
Proyeksi perubahan kewajiban 2001 =( ) x [$12 𝑗𝑢𝑡𝑎 − 10 𝑗𝑢𝑡𝑎]
$10 𝑗𝑢𝑡𝑎

= $0,4 juta

Proyeksi perubahan ekuitas pemegang saham 2001 = [0,05 x $12 juta ] x(1 − 0,5)
= $0,3 juta

DFN2001 = $1,2 jta – 0,4 juta – 0,3 juta = $0,5 juta atau $500.000

2.2.4 MENGANALISIS PENGARUH LABA DAN KEBIJAKAN DEVIDEN


PADA DFN
Dengan menggunakan model DFN, kita dapat dengan cepat dan mudah
mengevaluasi sensitifitas proyeksi kebutuhan dana kita terhadap perubahan yang
pada variabel-variabel penting. Sebagai contoh, peggunaan informasi dari contoh
sebelumnya, kita dapat mengevaluasi pengaruh marjin laba bersih (NPM) sama
dengan 1 persen, 5 persen dan 10 persen dengan kombinasi rasio pembayarann
deviden 30%, 50%, 70% seperti dibawah ini:

DFN untuk Berbagai Marjin Laba Bersih dan Rasio Peembayaran Deviden

RASIO PEMBAYARAN DEVIDEN (deviden / laba


MARJIN LABA BERSIH
bersih
30% 50% 70%
1% $716.000 $740.000 $764.000
5% $380.000 500.000 620.000
10% (40.000) 200.000 440.000

Semakin tinggi pesentase pembayaran deviden, maka akan lebih rendah


persentase laba ditahan (1-b) . jadi, seperti yang kita liaht sebelumnya, ketika
membahas mengenai model DFN, kondisi ini menunjukan bahwa perusahaan
akan lebih sedikit berinvestasi kembali dan akan memerlukan lebih banyak dana
yang dibutuhkan. Mempertimbangkan garis yang berhubungan dengan marjin
laba bersih 5%. Jika perusahaan mengeluarkan 30% pendapatannya dalam bentuk
deviden (saldo laba 70%), kemudian tambahan kebutuhan dana bebas
diperkirakan menjadi $380.000, sedangkan 70% rasio pengeluaran deviden
memerlukan pembiayaan bebas sebesar $620.000.

DFN diperlukan merupakan suatu fungsi dari profitabilitas perusahaan.


Semakin tinggi marjin laba bersih, dengan pengandaian semua yang sama,
semakin rendah keburtuhan dana yang diperlukan. Sebagi contoh dengan 1 persen
marjin laba bersih dan 30% rasio pengeluaran deviden, perusahaan akan
membutuhkan tambahan dana sebesar $716.000. jika marjin laba bersih adalah
10% dengan rasio pengeluaran yang sama, perusahaan aka mempunyai kelebihan
dana sebesar $40.000 dengan demikian, DFN sebuah perusahaan bergeser dari
tahun ke tahun sesuai dengan profitabilitas perubahan. Perencanaan keuangan
sangat berperan pentingb bagi perusahaan untuk memperluas variabilitas
profitabilitas mereka dari tahun ke tahun.

2.2.5 KETERBATASAN METODE PERAMALAN PERSENTASE


PENJUALAN

Metode persentase penjualan dari perkiraan keuangan memberikan


perkiraan kebutuhan dana perusahaan yang wajar, hanya ketika persyaratan aktiva
dan sumber-sumber pendanaan dapat diramalkan secara akurat, sebagai persentase
penjualan tetap. Sebagai contoh peramalan persediaan dengan metode persentase
penjualan melibatkan persamaan peramalan berikut ini :

Persediaant
Persediaant+1 = x Penjualant+1
Penjualan
Bahwa model persentase perkiraan penjualan adalah suatu garis lurus
(straight line) sederhana yang melewati titik awal (yang memiliki intersep nol).
Model persentase penjualan akan sesuai jika tidak ada tingkat persediaan yang
konstan dengan mengabaikan tingkat penjualan perusahaan, dan persediaan naik
turun sesuai dengan perubahan pada tingkat penjualan.
Ada sejumlah contoh yang cukup lazim di mana tipe hubungan seperti ini
tidak berhasil menggambarkan hubungan antara kategori aktiva dan penjualan.
Dua contoh tersebut melibatkan aktiva dimana terdapat skala ekonomis serta
sejumlah aktiva yang harus dibeli dalam kuantitas diskrit (lumpy assets).

Skala ekonomi kadang-kadang direalisasikan dengan melakukan investasi


pada tipe aktiva tertentu seperti pesediaan barang jadi. Contohnya, sebuah toko
obat eceran membutuhkan sejumlah besar obat-obatan untuk bisa beroperasi.
Persediaan ini dapat dilengkapi lagi berdasarkan kegiatan sehari hari dalam
merespon penjualan perusahaan. Namun, suatu tingkat investasi yang tetap
dibutuhkan untuk lurus dengan penjualan. Ingatlah, bahwa persediaan terhadap
persentase penjualan menurun dari 120% dimana penjualan sebesar $ 100,
menjadi 30% dengan penjualan sama dengan $ 1.000. kenyataan ini
menggambarkan bahwa ada komponen persediaan tetap (dalam hal ini $ 100)
yang harus dimiliki perusahaan dengan mengabaikan tingkat penjualan, ditambah
komponen variabel (20% penjualan). Dalam hal ini, persamaan peramalan untuk
persediaan adalah sebagai berikut:

Persediaant = a + b penjualant

Dalam contoh ini, intersep a sama dengan 100 dan kemiringan b sama dengan 20.

2.3 TINGKAT PERTUMBUHAN BERKELANJUTAN

Pertumbuhan perusahaan memerlukan pembelian aktiva baru yang


menguras kemampuan perusahaan untuk mendanai pembelian dengan
menggunakan laba yang diperolehnya. Ini berarti bahwa perusahaan mencari
tambahan dana dari luar atau menerbitkan ekuitas baru. Karena menjual saham
baru membutuhkan usaha yang keras dan sulit, timbul pertanyaan seberapa cepat
suatu perusahaan dapat tumbu tanpa harus meminjam dibandingkan dengan rasio
hutang yang diinginkan perusahaan dan tanpa menjual saham lebih banyak lagi.
Laju pertumbuhan ini dikenal sebagai tingkat pertumbuhan berkelanjutan. Secara
khusus, tingkat pertumbuhan berkelanjutan (g*) tersebut menggambarkan
tingkat pertumbuhan penjualan perusahaan jika perusahaan ingin
mempertahankan rasio keuangannya sekarang dan tidak ingin menjual secara
paksa ekuitas pemegang saham.

Rumus sederhana untuk g* dapat diperoleh dimana kita mengasumsikan bahwa


aktiva dan kewajiban perusahaan semua tumbuh pada tingkat yang sama seperti
penjualannya, yaitu:

Tingkat pertumbuhan berkelanjutan (g*) = ROE (1 – b)

ROE adalah tingkat pengembalian atas ekuitas perusahaan, dengan rumus:

𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
ROE = 𝑒𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑏𝑖𝑎𝑠𝑎

𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛
Dan b adalah rasio pembayaran dividen perusahaan yaitu, 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑏𝑖𝑎𝑠𝑎 Istilah (1 –
b) kadang-kadang dikenal sebagai rasio penanaman kembali (plowback) sebab
itu menandakan adanya pecahan pendapatan yang diinvestasikan kembali pada
perusahaan. Jadi g* = ROE x rasio plowback.
ROE juga bisa ditulis sebagai berikut:

𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎


ROE = ( )×( ) × ( 𝑒𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑏𝑖𝑎𝑠𝑎 )
𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎

Konsekuensinya, tingkat pertumbuhan berkelanjutan perusahaan ditentukan oleh


ROE (misalnya marjin laba bersih, perputaran aktiva, dan struktur modal yang
telah diantisipasi), seperti halnya kebijakan dividen.

Contoh : Perhitungan tingkat pertumbuhan berkelanjutan.

Perusahaan Marjin Perputaran Leverage Rasio g*


Laba aktiva (Aktiva/Ekuitas) Penanaman
Bersih kembali
A 15% 1 1,2 50% 9,0%
B 15% 1 1,2 100% 18,0%
C 15% 1 1,5 100% 22,5%
Dengan membandingkan perusahaan A dan B di atas, kita melihat bahwa
satu-satunya perbedaan adalah bahwa A membayar separuh dari pendapatannya
dalam bentuk dividen biasa (yakni menanamkan kembali seluruh pendapatannya),
sedangkan perusahaan B menahan atau menanamkan kembali seluruh
pendapatannya. Hasil bersihnya bahwa perusahaan B, dengan tambahan sumber-
sumber keuangan internalnya dapat tumbuh dua kali lipat dibandingkan
perusahaan A (18% dibandingkan hanya dengan 9%). Dengan cara yang sama,
bandingkan perusahaan B dan C, kita mencatat perbedaannya bahwa perusahaan
B membiayai aktivanya dengan ekuitas pemegang saham sebesar 83% (yaitu 1 ÷
1,2 = 0.83), sedangkan perusahaan C membiayai aktivanya dengan ekuitas sebesar
67% (1 ÷ 1,5 = 0,67). Hasilnya adalah tingkat pertumbuhan berkelanjutan
perusahaan C adalah 22,5% karena kebutuhan perusahaan tersebut sebesar $0,67
per $1,00 aktiva yang dibiayai dari ekuitas, kebalikannya $0,83 pembiayaan
ekuitas untuk perusahaan B. ini dibandingkan hanya 18% untuk perusahaan B.
Asumsi dasar yang melatar belakangi persamaan 2-2, supaya persamaan ini
dapat dengan akurat menggambarkan pertumbuhan yang berkelanjutan sebuah
perusahaan, beberapa asumsi berikut ini seperti:
1. Aktiva perusahaan harus berubah seperti persentase penjualan konstan
(meskipun aktiva lancar diperluas dan ditutup secara langsung dengan
tingkat penjualan perusahaan).
2. Kewajiban perusahaan semuanya harus berubah secara langsung terhadap
penjualan perusahaan. Ini berarti bahwa manajemen perusahaan akan
memperluas pinjamannya (baik secara langsung ataupun diskrit) secbisara
langsung sebanding dengan penjualan untuk menjaga rasio hutangnya
terhadap aktiva.
3. Perusahaan mengeluarkan bagian tetap dari pendapatannya pada dividen
saham biasa dengan mengabaikan tingkat penjualan perusahaan.
Ketiga asumsi ini hanya merupakan perkiraan kasar menyangkut cara
sesungguhnya kegiatan perusahaan, persamaan 2-2 memberikan perkiraan kasar
tingkat pertumbuhan berkelanjutan actual perusahaan. Namun, suatu perkiraan g*
yang menggunakan persamaan 2-2 dapat menjadi langkah awal yang sangat
bermanfaat untuk proses perencanaan keuangan perusahaan.

2.4 PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN KEUANGAN

A. Kegunaan Anggaran
Anggaran merupakan suatu ramalan yang sederhana dari kejadian yang
akan datang. Anggaran menunjukan tiga fungsi dasar bagi perusahaan,
seperti:
1. Anggaran menunjukan pemilihan waktu dan jumla kebutuhan dana
perusahaan di masa yang akan datang.
2. Anggaran menjadi dasar pengambilan tindakan korektif, jika
perhitungan pengganggaran tidak sesuai dengan peritungan actual.
3. Anggaran merupakan dasar untuk evaluasi kinerja.
Suatu perencanaan dilaksanakan oleh orang-orang, dan anggaran
menjadi benchmarks yang bisa digunakan oleh manajemen untuk
mengevaluasi kinerja orang yang bertanggung jawab untuk menyelesaikan
rencana tersebut, pada gilirannya, untuk mengendalikan tindakan mereka.
Jadi anggaran merupakan bantuan berharga dalam aspek perencanaan dan
pengendalian manajemen keuangan perusahaan.

B. Anggaran Kas
Anggaran kas menggambarkan suatu rencana yang terperinci tentang
arus kas masa depan dan terdiri dari empat unsur :
1. Penerimaan kas
2. Pengeluaran kas
3. Perubahan bersih dalam kas untuk suatu periode
4. Kebutuhan dana yang baru
Untuk menunjukkan penyusunan dan penggunaan anggaran kas, lihat
Salco Furniture Company Inc., perusahaan distributor regional mebel
rumah tangga. Manajemen perusahaan tersebut, berada dalam proses
mempersiapkan anggaran kas bulanan untuk periode mendatang (januari
sampai April 2004). Penjualan Salco sangat musiman, dan mencapai
puncaknya pada bulan Februari dan Maret. Informasi berikut ini
digunakan untuk menyiapkan anggaran kas:
a. Secara kasar, 30% penjualan Salco yang dikumpulkan (berhasil
ditagih) satu bulan setelah penjualan dan sisanya 70% dikumpulkan
dua bulan setelah penjualan itu.
b. Salco mencoba untuk menjalankan pembeliannya dengan perkiraan
penjualan yang akan datang. Pembelian biasanya sama dengan 60%
dari penjualan dan dibuat satu bulan mengantisipasinya penjualan yang
diharapkan. Sebagai contoh, penjualan bulan januari diperkirakan
sebesar $60.000, jadi pembelian bulan desember sebesar $36.000 (0,60
x 60.000) dan dibayarkan pada bulan januari.
c. Upah, gaji, sewa, dan bebas kas lainnya tercatat pada tabel 2.2,
menunjukan anggaran kas saldo untuk periode 4 bulan dan berakhir
bulan April 2004.
d. Pengeluaran tambahan dicacat pada anggaran kas yang berhubungan
dengan pembelian peralatan $10.000 pada bulan Januari dan
pembayaran kembali pinjaman sebesar $80 pada dibulan maret.
e. Pada bulan Januari, Salco akan membayar bunga hutang jangka
panjangnya sebesar %4.000. beban bunga ini dicatat selama periode
bulan Januari sampai Maret.
f. Pembayaran pajak sebesar $80.000 pada dibulan Maret.
g. Saat ini, Salco mempunyai neraca sebesar $10.000 dan saldo kas
minimum sebesar $10.000 untuk menghadapi jatuhnya arus kas neto
yang tidak diharapkan.
h. Pinjaman tambahan diperlukan untuk menjaga saldo minimum yang
telah diperkirakan pada bagian akhir Tabel 2-2. Peminjaman
berlangsung pada awal bulan dimana dana diperlukan. Bunga atas
bunga pinjaman sama dengan 12% tiap tahun, atau 1% per bulan, dan
dibayar pada bulan berikutnya pada waktu dana tersebut dipinjam.
Dengan demikian, bunga atas dana yang dipinjam pada bulan Februari
dan akan dibayar pada bulan Maret sama dengan 1% dari jumlah
pinjaman yang belum dilunasi di bulan Februari.
i. Kebutuhan dana pada anggaran kas Salco menunjukan bahwa
peminjaman jangka pendek kumulatif perusahaan nantinya sebesar
$3.100 di akhir Februari dan sebesar $11.731 pada bulan Maret. Pada
bulan April, perusahaan akan mampu membayar kembali semua
hutang jangka pendek yang terjadi dibulan Februari dan Maret.
Anggaran kas menunjukan tidak hanya jumlah kebutuhan dana
sepanjang periode, tetapi juga kapan dana akan dibutuhkan.

TABEL 2-2 Anggaran kas Salco Furniture untuk 4 Bualn yang berakhir pada 30 April 2004
LEMBAR KERJA NOVEMBER DESEMBER JANUARI FEBRUARI MARET APRIL
Penjualan $ 62,000 $ 50,000 $ 60,000 $ 80,000 $ 85,000 $ 70,000
Penagihan:
Bulan pertama (30%) $ 18,600 $ 15,000 $ 18,000 $ 24,000 $ 25,500
Bulan kedua (70%) $ 38,500 $ 43,400 $ 35,000 $ 42,000 $ 56,000
Jumlah penagihan $ 57,100 $ 58,400 $ 53,000 $ 66,000 $ 81,500
Pembelian (60% dari penjualan bulan berikutnya) $ 30,000 $ 36,000 $ 48,000 $ 51,000 $ 42,000 $ 39,000
Pembayaran (selang waktu 1 bulan) $ 30,000 $ 36,000 $ 48,000 $ 51,000 $ 42,000
ANGGARAN KAS
Penerimaan kas
Penagihan (lihat lembar kerja) $ 57,100 $ 58,400 $ 53,000 $ 66,000 $ 81,500

PENGELUARAN KAS
Pembelian $ 30,000 $ 36,000 $ 48,000 $ 51,000 $ 42,000
Upah dan gaji $ 4,000 $ 5,000 $ 6,000 $ 4,000
Sewa $ 3,000 $ 3,000 $ 3,000 $ 3,000
Beban lain-lain $ 1,000 $ 500 $ 1,200 $ 1,500
Beban bunga dan hutang yang ada $ 4,000 $ 200
Pajak $ 5,200
Pembelian peralatan $ 10,000
Pembayaran kembali hutang $ 8,000
Jumlah pengeluaran $ 58,000 $ 56,500 $ 74,600 $ 50,500
Perubahan bulanan bersih $ 400 $ (3,500) $ (8,600) $ 31,000
Ditambah : Saldo permulaan $ 10,000 $ 10,400 $ 10,000 $ 10,000
Dikurangi : bunga pada pinjaman jk.pendek $ - $ - $ (31) $ (117)
Sama dengan : Saldo kas akhir sebelum
pinjaman jk.pendek $ 10,400 $ 6,900 $ 1,369 $ 40,883
Kebutuhan dana $ - $ 3,100 $ 8,631 $ (11,731)
Saldo kas akhir $ 10,400 $ 10,000 $ 10,000 $ 29,152
Akumulasi pinjaman $ - $ 3,100 $ 11,731 $ -

C. Periode Anggaran
Tidak ada aturan yang baku untuk menentukan panjangnya waktu
periode anggaran. Namun, sebagai aturan umum, periode itu harus cukup
panjang supaya dapat memperlihatkan efek dari berbagai kebijakan
manajemen, namun harus cukup pendek supaya dapat dibuat berbagai
perkiraan dengan akurasi yang cukup masuk akal. Dengan menerapkan
aturan ini pada contoh Salco di table 4-2, terlihat kalau jangka waktu
anggaran 4 bulan terlalu pendek. Alasannya adalah kita tidak bisa
mengetahui apakah operasi yang direncanakan perusahaan akan sukses
sepanjang tahun fiscal tersebut. Artinya, sebagian besar pemasukan untuk
4 bulan pertama, perusahaan beroperasi dengan arus kas deficit. Jika ini
tidak berubah selama 8 bulan berikutnya, maka rencana dan kebijaksanaan
perusahaan akan dievaluasi kembali.
Anggaran jangka panjang juga disiapkan dalam bentuk anggaran
pengeluaran modal. Anggaran ini menggambarkan rencana perusahaan
untuk membeli peralatan dan pabrik di atas 5 tahun, 10 tahun, atau bahkan
lebih lama lagi. Lagi pula, perusahaan sering mengembangkan rencana
jangka panjang yang komprehensif sampai 10 tahun mendatang. Pada
umumnya, rencana ini tidak serinci anggaran kas, tetapi hanya
mempertimbangkan komponen utama, seperti penjualan, pengeluaran
modal, pengembangan produk baru, dan tambahan modal, dan kebutuhan
ketenagakerjaan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Ramalan Penjualan

Unsur-unsur pokok dalam proses perencanaan perusahaan adalah meramalkan


penjualan. Perhitungan ini biasanya dihasilkan dari berbagai sumber informasi.
Setidaknya perkiraan penjualan untuk tahun depan akan mencerminkan :

(3) Kecenderungan penjualan masa lalu yang diharapkan terulang lagi pada
tahun berikutnya.
(4) Pengaruh setiap peristiwa apapun yang mungkin secara material
mempengaruhi kecenderungan itu. Contohnya, adalah kampanye
periklanan besar-besaran atas perubahan dalam kebijaksanaan harga yang
dilakukan perusahaan.
2. Perencanaan dan Penganggaran Keuangan
1. Kegunaan Anggaran
Anggaran merupakan suatu ramalan yang sederhana dari kejadian yang akan
datang. Anggaran menunjukan tiga fungsi dasar bagi perusahaan, seperti:
a. Anggaran menunjukan pemilihan waktu dan jumla kebutuhan dana
perusahaan di masa yang akan datang.
b. Anggaran menjadi dasar pengambilan tindakan korektif, jika perhitungan
pengganggaran tidak sesuai dengan peritungan actual.
c. Anggaran merupakan dasar untuk evaluasi kinerja.
Suatu perencanaan dilaksanakan oleh orang-orang, dan anggaran menjadi
benchmarks yang bisa digunakan oleh manajemen untuk mengevaluasi kinerja
orang yang bertanggung jawab untuk menyelesaikan rencana tersebut, pada
gilirannya, untuk mengendalikan tindakan mereka. Jadi anggaran merupakan
bantuan berharga dalam aspek perencanaan dan pengendalian manajemen
keuangan perusahaan.
2. Anggaran Kas
Anggaran kas menggambarkan suatu rencana yang terperinci tentang arus kas
masa depan dan terdiri dari empat unsur :
a. Penerimaan kas
b. Pengeluaran kas
c. Perubahan bersih dalam kas untuk suatu periode
d. Kebutuhan dana yang baru

3.2 Saran

Demikian makalah yang dapat kami sajikan. Dikarenakan pembahasan kami


terbatas,kami mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan kata dan
kalimat yang tidak jelas, mengerti, dan lugas. Kritik dan saran yang konstruktif
sangat kami harapkan demi perbaikan selanjutnya.Semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi semua. Amiiinn.
DAFTAR PUSTAKA

Arthur J Keown, John D Martin, J William Petty, David F Scott Jr. 2011.
Manajemen Keuangan: Prinsip dan Penerapan, Edisi Kesepuluh, Jilid 1.
Jakarta: Penerbit Indeks

You might also like