Professional Documents
Culture Documents
ANEMIA
PEMBIMBING
DR. ANDREAS, SP.PD
DISUSUN OLEH :
Bagus Syahbuddin 1710221060
Isman Setiawan 1710221010
Sendy Widyadiandini 1710221011
Fadhil Wiryawan 1810221014
ANEMIA
DE FI NI SI
MI K ROSI T IK
Mikrositik Hipokrom
H I P OK ROM
Mormositik normokrom Makrositik
K E H I LANGAN DA R A H
• Dapat diakibatkan oleh :
• Trauma
• Ulkus
• Perdarahan kronis karena polip di kolon, keganasan, hemoroid, atau menstruasi
KLASIFIKASI BERDASARKAN ETIOLOGI
G E J A L A A N E M I A D I S E B A B K A N O L E H 2 FA K TO R
I NDE K S E R I T ROSI T
• Merupakan klasifikasi yang paling bermanfaat.
• Membagi anemia menjadi mikrositik, normositik, dan makrositik.
H I T UNG R E T I K ULOSIT
• Jumlah normal 0,5-2,5%
• Jumlah ini seharusnya meningkat pada anemia karena terjadinya peningkatan
eritopoietin dan makin tinggi jika anemia berat.
SE DI AN AP US DAR AH
• Sangat penting dilakukan.
• Morfologi eritrosit abnormal atau inklusi eritrosit dapat mengarah pada
diagnosis tertentu.
TEMUAN LABORATORIUM
E R I T ROP OE SIS I NE FE KT IF
• Tidak seluruhnya efisien karena sekitar 10-15% dari eritroblas yang sedang
berkembang, mati di dalam sumsum tanpa menghasilkan sel matur
eritopoiesis inefektif.
• Keadaan ini sangat meningkat pada beberapa anemia kronik.
ANEMIA DEFISIENSI BESI
DE FI NI SI
• Anemia defisiensi besi (ADB) adalah anemia yang timbul akibat berkurangnya
penyediaan besi untuk eritropoiesis, karena cadangan besi kosong (depleted iron
store) yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan hemoglobin berkurang.
PR E VAL ENSI
DE PL E SI B E SI
• Cadangan besi menurun tetapi penyediaan besi untuk eritropoiesis belum
terganggu.
ANE MI A DE FI SI ENSI B E SI
K E H I L A N G A N B E S I S E B AG A I A K I B AT P E R DA R A H A N M E N A H U N
• Saluran cerna: akibat tukak peptic, pemakaian salisilat atau NSAID, kanker
lambung, kanker kolon, diverticulosis, hemoroid dan infeksi cacing tambang.
• Saluran genitalian perempuan: menorrhagia atau metrorhagia.
• Saluran kemih: hematuria.
• Saluran napas: hemoptoe.
• Akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan, atau kualitas besi
(bioavailabilitas) besi yang tidak baik (makanan banyak serat, rendah vit C dan
rendah daging).
ETIOLOGI
K E B UT UHAN B E SI ME NI NGK AT
• Seperti pada prematuritas, anak dalam masa pertumbuhan dan kehamilan.
G E J ALA K H AS ADB
• Koilonychia: kuku sendok (spoon nail), kuku menjadi rapuh, bergaris-garis vertical
dan menjadi cekung sehingga mirip sendok.
• Atrofi papil lidah: permukaan lidah mengkilap dan licin, karena papil lidah
menghilang.
• Stomatitis angularis (cheilosis): adanya keradangan pada sudut mulut sehingga tampak
sebagai bercak berwarna pucat keputihan.
• Disfagia: nyeri menelan karena kerusakan epitel hipofaring.
• Atrofi mukosa gaster sehingga menimbulkan akhloridia.
• Pica: keinginan untuk memakan bahan yang tidak lazim, seperti: tanah liat, es, lem, dll.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
• Anemia hipokromik mikrositer pada hapusan darah tepi, atau MCV <80fl dan MCHC <31%
dengan salah satu dari :
• Dua dari tiga parameter dibawah ini:
• Besi serum <50 mg/dl
• TIBC >350 mg/dl
• Saturasi transferrin <15%, atau
• Feritin serum <20 mg/l, atau
• Pengecatan besi sumsum tulang dengan biru prusia (Perl’s stain)menunjukkan cadangan besi yang
negative (butir hemosiderin negative), atau
• Dengan pemberian sulfas ferosus 3x200mg/hari (atau preparat besi yang setara) selama 4 minggu
disertai kenaikan kadar hemoglobin >2g/dl
DIAGNOSIS DIFERENSIAL
PE MB E R IAN P R E PAR AT B E SI
PE MB E R IAN P R E PAR AT B E SI
• Besi parenteral: efek samping lebih berbahaya, harga lebih mahal. Indikasi:
• Intoleransi obat berat
• Kepatuhan berobat kurang
• Colitis ulserativa
• Perlu peningkatan Hb dengan cepat(missal: preoperasi, hamil trimester akhir)
• Preparat: iron dextron complex, iron sorbitol citric acid complex. (i.m atau i.v)
• Efek samping: reaksi anafilaksis, flebitis, sakit kepala, flushing, mual, muntah, nyeri
perut, dan sinkop.
• Dosis : Kebutuhan besi (mg) = (15-Hb sekarang) x BB x 3
TERAPI
PE NG OB ATAN L AI N
• Diet: makanan bergizi tinggi protein terutama yg berasal dari protein hewani
• Vitamin c: 3x100 mg/hari untuk meningkatkan absorbs besi
TERAPI
PE NG OB ATAN L AI N
• Transfuse darah: jarang. Indikasi pada ADB:
• Adanya penyakit jantung anermik dengna ancaman payah jantung
• Anemia yg sangat simtomatik
• Penderita memerlukan peningkatan kadar Hb yg cepat
• Jenis darah yg diberikan adalah PRC (packed red cell).
• Anemia penyakit kronis (Anemia of Chronic Disease, ACD) sering dijumpai pada
pasien dengan infeksi atau inflamasi kronis maupun keganasan. Anemia ini
umumnya ringan atau sedang, disertai oleh rasa lemah dan penurunan berat
badan dan disebut sebagai anemia pada penyakit kronis. Pada umumnya anemia
pada penyakit kronis ditandai oleh kadar Hb berkisar 7-11 g/dl, kadar Fe serum
menurun disertai TIBC (Total Iron Binding Capacity) yang rendah, cadangan Fe
yang tinggi di jaringan serta produksi sel darah merah berkurang. Selain itu,
indeks dan morfologi eritrosit yang normositik normokromik atau hipokrom
ringan (MCV jarang <75 fL)
EPIDEMIOLOGI
• Karena anemia yang terjadi umumnya derajat ringan dan sedang, sering kali
gejalanya tertutup oleh gejala penyakit dasarnya, karena kadar Hb sekitar 7-11
gr/dl umumnya asimptomatik. Meskipun demikian apabila demam atau debilitas
fisik meningkat, pengurangan kapasitas transpor O2 jaringan akan memperjelas
gejala anemianya atau memperberat keluhan sebelumnya.
• Pada pemeriksaan fisik umumnya hanya dijumpai konjungtiva yang pucat tanpa
kelainan yang khas dari anemia jenis ini, dan diagnosis biasanya tergantung dari
hasil pemeriksaan laboratorium.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
• Penurunan kadar transferin setelah suatu jejas • Penurunan Fe serum (hipoferemia) merupakan kondisi sine qua non untuk
terjadi lebih lambat dari pada penurunan Fe diagnosa penyakit anemia karena penyakit kronis. Keadaan ini timbul segera
serum, disebabkan karena waktu paruh setelah timbul onset suatu infeksi atau inflamasi dan mendahului terjadinya
transferin lebih lama (8-12 hari) dibandingkan anemia. Konsentrasi protein pengikat Fe (transferin) menurun menyebabkan
dengan Fe (90 menit) dan karena fungsi saturasi Fe lebih tinggi dari pada anemia defisiensi besi. Produksi Fe ini relatif
metabolik yang berbeda. mungkin mencukupi dengan meningkatkan transfer Fe dari suatu persediaan
yang kurang dari Fe dalam sirkulasi kepada sel eritroid imatur.
PENGOBATAN
T R ANSFUSI
• Merupakan pilihan kasus-kasus yang disertai gangguan hemodinamika. Tidak ada
batasan yang pasti pada kadar Hb berapa kita harus memberi transfusi.
Beberapa literatur disebutkan bahwa pasien anemia penyakit kronik yang
terkena infak miokard, transfusi dapat menurunkan angka kematian secara
bermakna. Demikian juga dengan pasien anemia akibat kanker, sebaiknya kadar
Hb dipertahankan 10-11 g/dl.
PENGOBATAN
PR E PAR AT B E SI
• Pemberian preparat besi pada anemia panyakit kronik masih dalam perdebatan.
Sebagian pakar masih memberikan preparat besi dengan alasan besi adapat
mencegah pembentukan TNF-a. Alasan lain, pada penyakit inflamasi usus dan
gagal ginjal, preparat terbukti dapat meningkatkan kadar Hb. Terlepas dari
adanya pro dan kontra, sampai saat ini pemberian preparat besi belum
direkomendsikan untuk diberikan pada pasien anemia penyakit kronik.
PENGOBATAN
E R I T ROP OE T IN
• Data penelitian menunjukkan bahwa pemberian eritropoetin bermanfaat dan
sudah disepakati untuk diberikan pada pasien anemia akibat kanker, gagal ginjal,
myeloma multiple, artritis reumathoid dan pasien HIV. Selain dapat menghindari
transfusi beserta efeknya, pemberian eritropoetin memberikan keuntungan
yaitu : mempunyai efek anti inflamasi dengan cara menekan produksi TNF-a dan
interferon gamma. Dilain pihak pemberian eritropoetin akan menambah
proliferasi sel-sel kanker ginjal serta meningkatkan rekurensi pada kanker
kepala dan leher.
ANEMIA MEGALOBLASTIK
DE FI NI SI
Anemia Karena Kekurangan Vitamin B12 (anemia pernisiosa) adalah anemia
megaloblastik yang disebabkan oleh kekurangan vitamin B12. Selain zat besi,
sumsum tulang memerlukan vitamin B12 dan asam folat untuk menghasilkan sel
darah merah. Jika kekurangan salah satu darinya, bisa terjadi anemia megaloblastik.
E T I OL OGI
Penyerapan yang tidak adekuat dari vitamin B12 (kobalamin) menyebabkan anemia
pernisiosa.
MANIFESTASI KLINIK
Selain mengurangai pembentukan sel darah merah, kekurangan vitamin B12 juga
mempengaruhi sistem saraf dan menyebabkan:
• Kesemutan di tangan dan kaki
• Hilangnya rasa di tungkai, kaki dan tangan
• Pergerakan yang kaku.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
• Pemeriksaan kadar vitamin B12 serum, folat serum, dan folat eritrosit.
• Kadar B12 serum rendah
• Folat eritrosit turun
TERAPI
Rute IM Oral
Dosis awal 6x 1000 mikro gr slama 2-3minggu Tiap hari selama 4 bulan
DE FI NI SI
Anemia aplastik adalah suatu sindroma kegagalan sumsum tulang yang ditandai
dengan pansitopenia perifer dan hipoplasia sumsum tulang. Pada anemia aplastik
terjadi penurunan produksi sel darah dari sumsum tulang sehingga menyebabkan
retikulositopenia, anemia, granulositopenia, monositopenia dan trombositopenia
E PI DE MIOLOGI
Anemia aplastik jarang ditemukan. Insidensi bervariasi di seluruh dunia, berkisar
antara 2 sampai 6 kasus persejuta penduduk pertahun.
KLASIFIKASI BERDASARKAN DERAJAT
Anemia aplastik berat - Seluraritas sumsum tulang <25% atau 25-50% dengan <30% sel hematopoietik
residu, dan
- Dua dari tiga kriteria berikut :
netrofil < 0,5x109/l
trombosit <20x109 /l
retikulosit < 20x109 /l
Anemia aplastik sangat berat Sama seperti anemia aplastik berat kecuali netrofil <0,2x109/l
Pasien yang tidak memenuhi kriteria anemia aplastik berat atau sangat berat;
Anemia aplastik bukan berat dengan sumsum tulang yang hiposelular dan memenuhi dua dari tiga kriteria
berikut :
- netrofil < 1,5x109/l
- trombosit < 100x109/l
- hemoglobin <10 g/dl
KLASIFIKASI BERDASARKAN ETIOLOGI
Jenis Keluhan %
Pendarahan 83
Lemah badan 80
Pusing 69
Jantung berdebar 36
Demam 33
Nafsu makan berkurang 29
Pucat 26
Sesak nafas 23
Penglihatan kabur 19
Telinga berdengung 13
PEMERIKSAAN FISIK
Penyebab Pansitopenia
• Menghentikan semua obat-obat atau penggunaan agen kimia yang diduga menjadi
penyebab anemia aplastik.
• Anemia : transfusi PRC bila terdapat anemia berat sesuai yang dibutuhkan.
• Pendarahan hebat akibat trombositopenia : transfusi trombosit sesuai yang
dibutuhkan.
• Tindakan pencegahan terhadap infeksi bila terdapat neutropenia berat.
• Infeksi : kultur mikroorganisme, antibiotik spektrum luas bila organisme spesifik
tidak dapat diidentifikasi, G-CSF pada kasus yang menakutkan; bila berat badan
kurang dan infeksi ada (misalnya oleh bakteri gram negatif dan jamur)
pertimbangkan transfusi granulosit dari donor yang belum mendapat terapi G-CSF.
• Assessment untuk transplantasi stem sel allogenik : pemeriksaan histocompatibilitas
pasien, orang tua dan saudara kandung pasien.
ANEMIA HEMOLITIK
DE FI NI SI
Anemia Hemolitik adalah anemia yang disebabkan oleh proses hemolisis.
Hemolisis adalah pemecahan eritrosit dalam pembuluh darah sebelum waktunya
(sebelum masa hidup rata-rata eritrosit yaitu 120 hari).
E T I OL OGI
Etiologi pasti dari penyakit autoimun memang belum jelas, kemungkinan terjadi
karena gangguan central tolerance, dan gangguan pada proses pembatasan limfosit
autoreaktif residual.
KLASIFIKASI
DE FI NI SI
Sekitar 70% kasus AIHA memiliki tipe hangat, di mana autoantibodi bereaksi
secara optimal pada suhu 37°C. Kurang lebih 50% pasien AIHA tipe hangat
disertai penyakit lain.
G E J ALA K L I NIS
Awitan penyakit tersamar, gejala anemia terjadi perlahan-lahan, ikterik, dan
demam. Pada beberapa kasus dijumpai perjalanan penyakit mendadak, disertai
nyeri abdomen, dan anemia berat. Urin berwarna gelap karena terjadi
hemoglobinuria. Ikterik terjadi pada 40% pasien. Pada AIHA idiopatik splenomegali
terjadi pada 50-60%, Hepatomegali terjadi pada 30%, dan limfadenopati terjadi
pada 25% pasien. Hanya 25% pasien tidak disertai pembesaran organ dan
limfonodi.
AIHA TIPE HANGAT
L AB OR ATOR I U M
Khas pada anemia hemolitik ekstravaskular dengan sferositosis yang menonjol
dalam darah tepi. Hemoglobin sering dijumpai di bawah 7 g/dl. Pemeriksaan
Coomb direk biasanya positif. Autoantibodi tipe hangat biasanya ditemukan dalam
serum dan dapat dipisahkan dari sel-sel eritrosit.
T E R AP I
• Kortikosteroid: 1-1.5 mg/kgBB/hari.
• Splenektomi.
• Imunosupresi. Azatioprin 50-200 mg/hari, siklofosfamid 50-150 mg/hari.
• Terapi transfusi.
AIHA TIPE DINGIN
DE FI NI SI
Pada tipe ini, autoantibodi, baik monoklonal (seperti pada sindrom hemaglutinin
dingin idiopatik atau yang terkait dengan penyakit limfoproliferatif) atau poliklonal
(seperti sesudah infeksi) melekat pada eritrosit terutama di sirkulasi perifer
dengan suhu darah yang mendingin. Antibodi biasanya adalah IgM dan paling baik
berikatan dengan eritrosit pada suhu 4°C.
G E J ALA K L I NIS
Dapat terjadi ikterus ringan dan splenomegali. Pasien dapat menderita
akrosianosis di ujung hidung, telinga, jari-jari tangan dan kaki yang disebabkan oleh
aglutinasi eritrosit dalam pembuluh darah kecil. Hemolisis berjalan kronik. Anemia
biasanya ringan dengan Hb 9-12 g/dl.
AIHA TIPE DINGIN
L AB OR ATOR I U M
Anemia ringan, sferositosis, polikromatosia, tes Coombs langsung memperlihatkan
komplemen (C3d) saja pada permukaan eritrosit, eritrosit beraglutinasi dalam
suhu dingin.
T E R API
Menghindari udara dingin yang dapat memicu hemolisis, prednisone dan
splenektomi tidak banyak membantu, klorambusil 2-4 mg/hari, plasmaferesis untuk
mengurangi antibodi IgM secara teoritis bisa mengurangi hemolisis, namun secara
praktik hal ini sukar dilakukan.
ANEMIA HEMOLITIK IMUN DIINDUKSI
OBAT
DE FI NI SI
Banyak obat menginduksi pembentukan autoantibodi terhadap eritrosit autolog,
seperti contoh metildopa. Metildopa yang bersirkulasi dalam plasma akan
menginduksi autoantibodi spesifik terhadap antigen Rh pada permukaan sel darah
merah. Jadi yang melekat pada permukaan sel darah merah adalah autoantibodi,
sedangkan obat tidak melekat.
G E J ALA K L I NIS
Adanya riwayat pemakaian obat tertentu. Pasien yang timbul hemolisis melalui
mekanisme hapten atau autoantibodi biasanya bermanifestasi sebagai hemolisis
ringan sampai sedang. Bila kompleks ternary yang berperan maka hemolisis akan
terjadi secara berat, mendadak, dan disertai gagal ginjal. Bila pasien sudah pernah
terpapar obat tersebut, maka hemolisis sudah dapat terjadi pada pemajanan
dengan dosis tunggal.
AIHA TIPE DINGIN
L AB OR ATOR I U M
Anemia, retikulositosis, MCV tinggi, tes coombs positif, leukopenia,
trombositopenia, hemoglobinemia, hemoglobinuria sering terjadi pada hemolisis
yang diperantarai kompleks ternary.
T E R API
Dengan menghentikan pemakaian obat yang menjadi pemicu, hemolisis dapat
dikurangi. Kortikosteroid dan tranfusi darah dapat diberikan pada kondisi berat.
ANEMIA HEMOLITIK ALOIMUN KARENA
TRANSFUSI
• Hemolisis aloimun yang paling berat adalah reaksi transfusi akut yang
disebabkan karena ketidaksesuaian ABO eritrosit.
• Sebagai contoh transfusi PRC golongan A pada pasien golongan darah O yang
memiliki antibodi IgM anti-A pada serum yang akan memicu aktivasi
komplemen dan terjadi hemolisis intravaskular yang akan menimbulkan DIC
dan infark ginjal.
• Dalam beberapa menit pasien akan sesak nafas, demam, nyeri pinggang,
menggigil, mual, muntah, dan syok. Reaksi transfusi tipe lambat terjadi 3-10 hari
setelah transfusi, biasanya disebabkan karena adanya antibodi dalam kadar
rendah terhadap antigen minor eritrosit
• Setelah terpapar dengan sel-sel antigenik, antibodi tersebut meningkat pesat
kadarnya dan menyebabkan hemolisis ekstravaskular.