Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
Desak Made Dwi Januari (1506305026)
Ketut Memi Wulandari (1506305032)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Ida Sang Hyang Widhi
Wasa karena atas segala anugerahnya sehingga kami sebagai penulis dapat menyelesaikan
penyusunan dan penulisan makalah ini dalam bentuk dan juga isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun
pedoman bagi pembacanya.
Makalah ini berjudul “Hukum Kontrak/Hukum Perjanjian” dimana dalam makalah ini
terkandung beberapa materi yang juga bersumber dari buku dan media-media lainnya.
Makalah ini menjelaskan dan memaparkan secara ringkas apa saja materi pokok dan
pembahasan dari Hukum Kontrak/Hukum Perjanjian. Dalam pembuatan makalah ini, penulis
bermaksud untuk menyusun makalah tentang materi-materi mengenai Pasar Monopoli yang
penting dan signifikan sehingga pengetahuan atau ilmu yang didapat dari makalah ini
nantinya akan berguna pagi penulis maupun pembaca.
Penulis mengakui bahwa masih banyak kekurangan karena pengalaman yang dimiliki
oleh penulis masih sangat kurang. Oleh kerena itu penulis berharap agar para pembaca dapat
memberikan masukan-masukan serta kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1. Untuk mengetahui pengertian kontrak dan perjanjian.
1.3.2. Untuk mengetahui syarat sahnya suatu kontrak.
1.3.3. Untuk mengetahui penyebab batal dan pembatalan suatu kontrak.
1.3.4. Untuk mengetahui anatomi kontrak.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
perjanjian maupun kontrak mengandung pengertian yang sama, yaitu suatu perbuatan
hukum untuk saling mengikatkan para pihak kedalam suatu hubungan hukum perikatan.
Istilah kontrak lebih sering digunakan dalam praktek bisnis. Karena jarang sekali orang
menjalankan bisnis mereka secara asal-asalan, maka kontrak-kontrak bisnis biasanya dibuat
secara tertulis, sehingga kontrak dapat juga disebut sebagai perjanjian yang dibuat secara
tertulis
4
b. Penipuan (Bedrog)
Penipuan (fraud) adalah tindakan tipu muslihat. Menurut Pasal 1328
KUH Perdata dengan tegas menyatakan bahwa penipuan merupakan alasan
pembatalan perjanjian. Dalam hal ada penipuan, pihak yang ditipu, memang
memberikan pernyataan yang sesuai dengan kehendaknya, tetapi kehendaknya
itu, karena adanya daya tipu, sengaja diarahkan ke suatu yang bertentangan
dengan kehendak yang sebenarnya, yang seandainya tidak ada penipuan,
merupakan tindakan yang benar. Dalam hal penipuan gambaran yang keliru
sengaja ditanamkan oleh pihak yang satu kepada pihak yang lain. Jadi, elemen
penipuan tidak hanya pernyataan yang bohong, melainkan harus ada
serangkaian kebohongan (samenweefsel van verdichtselen), serangkaian cerita
yang tidak benar, dan setiap tindakan/sikap yang bersifat menipu.
Dengan kata lain, penipuan adalah tindakan yang bermaksud jahat
yang dilakukan oleh satu pihak sebelum perjanjian itu dibuat. Perjanjian
tersebut mempunyai maksud untuk menipu pihak lain dan membuat mereka
menandatangani perjanjian itu. Pernyataan yang salah itu sendiri bukan
merupakan penipuan, tetapi hal ini harus disertai dengan tindakan yang
menipu. Tindakan penipuan tersebut harus dilakukan oleh atau atas nama
pihak dalam kontrak, seseorang yang melakukan tindakan tersebut haruslah
mempunyai maksud atau niat untuk menipu, dan tindakan itu harus merupakan
tindakan yang mempunyai maksud jahat. Contohnya, merubah nomor seri
pada sebuah mesin (kelalaian untuk menginformasikan pelanggan atas adanya
cacat tersembunyi pada suatu benda bukan merupakan penipuan karena hal ini
tidak mempunyai maksud jahat dan hanya merupakan kelalaian belaka). Selain
itu tindakan tersebut haruslah berjalan secara alami bahwa pihak yang ditipu
tidak akan membuat perjanjian melainkan karena adanya unsur penipuan.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa penipuan terdiri dari
4 (empat) unsur yaitu: (1) merupakan tindakan yang bermaksud jahat, kecuali
untuk kasus kelalaian dalam menginformasikan cacat tersembunyi pada suatu
benda; (2) sebelum perjanjian tersebut dibuat; (3) dengan niat atau maksud
agar pihak lain menandatangani perjanjian; (4) tindakan yang dilakukan
semata-mata hanya dengan maksud jahat.
Kontrak yang mempunyai unsur penipuan di dalamnya tidak membuat
kontrak tersebut batal demi hukum (null and void) melainkan kontrak tersebut
5
hanya dapat dibatalkan (voidable). Hal ini berarti selama pihak yang dirugikan
tidak menuntut ke pengadilan yang berwenang maka kontrak tersebut masih
tetap sah.
6
Secara umum ada dua macam penyalahgunaan keadaan yaitu: Pertama,
di mana seseorang menggunakan posisi psikologis dominannya yang
digunakan secara tidak adil untuk menekan pihak yang lemah supaya mereka
menyetujui sebuah perjanjian di mana sebenarnya mereka tidak ingin
menyetujuinya. Kedua, di mana seseorang menggunakan wewenang
kedudukan dan kepercayaannya yang digunakan secara tidak adil untuk
membujuk pihak lain untuk melakukan suatu transaksi.
Menurut doktrin dan yurisprudensi, ternyata perjanjian-perjanjian yang
mengandung cacat seperti itu tetap mengikat para pihak, hanya saja, pihak
yang merasakan telah memberikan pernyataan yang mengandung cacat
tersebut dapat memintakan pembatalan perjanjian. Sehubungan dengan ini,
1321 KUH Perdata menyatakan bahwa jika di dalam suatu perjanjian terdapat
kekhilafan, paksaan atau penipuan, maka berarti di dalam perjanjian itu
terdapat cacat pada kesepakatan antar para pihak dan karenanya perjanjian itu
dapat dibatalkan.
Persyaratan adanya kata sepakat dalam perjanjian tersebut di dalam
sistem hukum Common Law dikenal dengan istilah agreement atau assent.
Section 23 American Restatement (second) menyatakan bahwa hal yang
penting dalam suatu transaksi adalah bahwa masing-masing pihak
menyatakan persetujuannya sesuai dengan pernyataan pihak lawannya.
8
4. Suatu Sebab yang Halal
Syarat sahnya perjanjian yang keempat adalah adanya suatu sebab yang
halal. Jika objek dalam perjanjian itu illegal, atau bertentangan dengan kesusilaan
atau ketertiban umum, maka perjanjian tersebut menjadi batal. Sebagai contohnya,
perjanjian untuk membunuh seseorang mempunyai objek tujuan yang illegal,
maka kontrak ini tidak sah.
Keempat syarat tersebut biasa juga disingkat dengan sepakat, cakap, hal
tertentu, dan sebab yang halal.
9
dari Kontrak
Akibat bagi Dalam hal kontrak 1. Pembeli harus Pembeli tidak perlu
Pengguna dibatalkan atau batal melakukan melakukan
demi hukum pembayaran atas pembayaran jika
1. Jika barang/jasa barang/jasa yang barang/jasa yang
akan dimanfaatkan diterimanya diatur dalam Kontrak
oleh Pengguna, 2. Pembeli harus tidak diterima 100%,.
maka memberikan ganti
Penggunahanya rugi finansial atas
boleh membayar keterlambatan
sebatas biaya yang pembayaran
dikeluarkan oleh
Penyedia tanpa perlu
memberikan
keuntungan.
2. Jika barang/jasa
tdk dimanfaatkan
oleh Pengguna,
maka barang/jasa
dikembalikan
10
2.4 Anatomi Kontrak
Dalam menyusun sebuah kontrak atau perjanjian, adalah menjadi keharusan bagi para
pihak untuk menyedari sepenuhnya dan mengetahui dengan jelas apa yang sebenarnya
mereka kehendaki dan syarat-syarat apa yang disepakati untuk dituangkan dalam kontrak
atau perjanjian. Kelihatannya sederhana dan memang seharusnya begitu apabila orang mau
membuat kontrak. Namun demikian, kadang kita melupakan hal-hal yang dalam pandangan
kita nampak tidak penting, tapi ternyata kemudian menimbulkan masalah yang cukup
membuat rumit.
Untuk menyusun sebuah kontrak, kita harus tahu “konstruksi” kontrak tersebut. Berikut
ini adalah susunan kontrak secara umum:
I. JUDUL
II. PENDAHULUAN Pembuka
Komparisi (Identitas pihak-pihak)
Penjelasan/latar belakang kontrak (premis)
III. ISI Definisi /Pengertian (Apabila diperlukan)
Transaksi
Ketentuan yg sifatnya spesifik
Ketentuan yg sifatnya umum
IV. PENUTUP
V. LAMPIRAN (Apabila ada)
Penjelasan untuk masing – masing hal tersebut di atas, adalah sebagaimana diuraikan
berikut di bawah ini.
1. Judul
Suatu judul perjanjian harus mencerminkan apa yang menjadi obyek
perjanjian. Judul perjanjian haruslah disusun dalam kalimat yang lugas, jelas dan
singkat.
2. Pendahuluan
Pendahuluan terbagi atas kalimat pembuka, identitas dan penjelasan, sebagai
berikut :.
11
a. Pembuka berisi pembukaan perjanjian, yang biasanya berbunyi, seperti
sebagai berikut: “Pada hari ini…tanggal.., yang bertandatangan di
bawah ini :..”.
b. Komparisi / Identitas Para Pihak merupakan hal yang sangat penting untuk
diperhatikan, namun sering kurang mendapatkan porsi sebagaimana yang
seharusnya. Pada bagian ini dituliskan identitas para pihak. Apabila
perorangan, maka yang wajib ditulis disini minimal adalah : nama,
pekerjaan, alamat yang bersangkutan. Apabila sebuah badan hukum,
misalnya Perseroan Tebatas (PT), maka yang berhak tanda tangan disini,
adalah adalah yang berhak mewakili, bertindak untuk dan atas nama PT
yang besangkutan. Apabila yang hendak menandatangani kontrak adalah
direkturnya, maka harus dicantumkan dasar kewenangan direktur,
sebagaimana terdapat dalam akta pendirian/anggaan dasar PT yang
bersangkuan, dalam hal ini perlu dituliskan nomor dan tanggal akta
pendirian/anggaran dasar PT tersebut. Apabila yang akan menandatangani
kontrak adalah salah seorang manajer atau pejabat di PT tersebut, maka
harus ada kuasa. Mengapa ini penting? Ini penting sebagai antisipasi
apabila terjadi hal hal-hal yang tidak kita inginkan di kemudian hari dan
kita mengetahui dengan siapa kita bertransaksi, apakah perorangan atau
badan hukum.
c. Premis (Penjelasan/Latar Belakang Kontrak) dijelaskan mengenai latar
belakang atau alasan mengapa kontrak tersebut dibuat. Biasanya dituliskan
sebagai berikut: “Para Pihak menerangkan terlebih dahulu, hal-hal
sebagai berikut :” a. Bahwa… dst“. Bagian ini juga merupakan bagian
penting dari sebuah kontrak. Bagian ini memberikan informasi hal-hal
yang melatarbelakangi dibuatnya suatu kontrak. Dibagian ini silahkan
tulisakan secara garis besar kronolgis yang melatarbelakngi perjanjian.
3. Isi
Selanjutnya, marilah kita masuk pada bagian isi, yang dapat dibagi menjadi
definisi/pengertian, transaksi, spesifik dan umum, sebagai berikut di bawah ini.
a. Definisi/Pengertian. Pasal ini mengatur tentang berbagai definisi, istilah,
interprestasi dalam kontrak. Memang klausula ini tidak harus ada pada setiap
kontrak, tergantung keperluannya. Klausula ini diperlukan apabila dalam
materi pasal-pasal dalam kontrak terdapat berbagai terminologi yang harus
12
dijelaskan, agar tidak mengulang-ulang penulisan pengertian dan istilah
tersebut pada pasal-pasal berikutnya.
b. Transaksi. Pasal ini mengatur tentang transaksi atau obyek dari kontrak atau
perjanjian tersebut. Bagian ini harus kita cermati benar, karena mengenai
pokok atau obyek yang diperjanjikan, apakah itu perjanjian jual – beli barang
atau jasa, juga kerjasama lainnya. Sebagai contoh adalah, sebagai
berikut: “PIHAK KEDUA bersedia untuk membeli dari PIHAK PERTAMA,
PIHAK PERTAMA bersedia untuk menjual kepada pihak KEDUA, barang
berupa….dst..“
c. Ketetuan yang Spesifik. Pasal ini mengatur hal-hal yang secara khusus hanya
dikenal pada transaksi yang bersangkutan. Contoh klausula spesifik, misalnya
dalam transaksi jual beli barang yang kondisinya sedemikian rupa sehingga
memerlukan penanganan khusus dalam pengirimannya, maka proses
pengirimannya perlu diatur dalam perjanjian tersebut, seperti: “Penjual wajib
menyerahkan barang obyek jual beli sebagaimaa dimaksud pada pasal 1
Perjanjian ini dalam keadaan terbungkus rapat dengan bahan aluminium foil
dan …..“
d. Ketentuan yang Sifatnya Umum. Pasal-pasal yang mengatur hal-hal yang
sifatnya antisipatif dan pada umumnya klausula ini terdapat pada hampir
semua kontrak. Yang termasuk dalam klausula umum, misalnya antara lain,
pasal yang mengatur mengenai penyelesaian sengketa, penyampingan Pasal
1266 dan 1267 KUHPerd, Pemutusan Perjanjian (Termination), force
majeure/sebab kahar, perubahan-perubahan/amandemen, kerahasiaan,
larangan pengalihan pekerjaan, pekerjaan tambah kurang dan lain-lain.
Dari beberapa klausula umum tersebut di atas, terdapat beberapa hal yang
perlu dijelaskan sedikit disini,, antara lain adalah pasal yang mengatur
mengenai penyelesaian sengketa, penyampingan Pasal 1266 / 1267 dan
pemutusan perjanjian (termination).
13
pihak (Choice Of Forum) dapat meliputi, pengadilan (dalam/luar negeri),
arbitrase (dalam Luar negeri), mediasi, dan lain-lain.
14
BAB III
PENUTUP
Perjanjian adalah suatu perbuatan satu orang atau lebih yang mengikat dirinya dengan
orang lain dengan tujuan tertentu atau untuk melaksanakan sesuatu hal. Perjanjian ini juga
memiliki syarat sah yakni, adanya kesepakatan, kecakapan, hal-hal tertentu, dan sebab yang
halal. Dalam kontrak/perjanjian juga terdapat batal/pembatalan suatu kontrak yang biasanya
disebabkan oleh tidak terpenuhinya syarat sahnya suatu kontrak. Selain itu, anatomi kontrak
juga sangat berperan penting dalam kontrak/perjanjian itu sendiri, hal ini melibatkan judul,
pembukaan, komparisi, premis, isi perjanjian, & penutup.
Jadi, dapat disimpulkan tidak akan ada perikatan yang mengikat seseorang jika tidak
ada kesepakatan yang disepakati oleh masing-masing pihak. Sehingga perikatan merupakan
konsekuensi logis dari pada perjanjian dan secara garis besar hukum perjanjian akan sah di
depan hukum jika memenuhi syarat sah perjanjian.
15
DAFTAR PUSTAKA
16