Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Ketika berbicara tentang “cardiac arrest, ingatan kita tidak
bisa lepas dari penyakit jantung dan pembuluh darah, karena
penyebab tersering dari cardiac arrest adalah penyakit jantung
koroner. Setiap tahun terdapat kurang lebih 295.000 kasus
cardiac arrest yang ditangani baik di rumah sakit maupun diluar
rumah sakit di Unites State (American Heart Asociation, 2012).
1
tiap menit yang berjalan tanpa cardiopulmonary resuscitation
dan defibrilasi (American Heart Assosiacion,2010).
2
rumah sakit. Untuk membentuk suatu tim yang terlatih lengkap
dengan perlatan medis darurat yang dapat digunakan dengan
cepat.
3
BAB II
GAMBARAN UMUM
2. Definisi
a) Code Blue
Code Blue adalah Kode Informasi atau pertanda untuk
melihat stabilisasi kondisi darurat medis yang terjadi di
dalam area rumah sakit. Kondisi darurat medis ini
membutuhkan perhatian segera. Sebuah code blue harus
segera dimulai setiap kali seseorang ditemukan dalam
kondisi cardiac arrest atau respiratory arrest (tidak
responsif, nadi tidak teraba, atau tidak bernapas) misalnya
pasien yang membutuhkan resusitasi kardiopulmoner
(CPR).
4
peralatan intubasi, suction, oksigen, ambubag, obat-
obatan resusitasi (adrenalin, atropin, lignocaine) dan IV set
untuk menstabilkan pasien.
5
c) 1 orang, Assisten Petugas Medis dan 1 perawat atau 2
perawat (perawat pelaksana dan tim resusitasi)
d) 1 orang, Kelompok Pendukung (jika diperlukan)
6
Code Blue Response Team
Anggota tim ini pun juga wajib untuk dilatih BLS dan ACLS.
Tim Code Blue terdiri dari 4 sampai 5 anggota dengan 1
orang sebagai Koordinator Tim.
Setiap anggota tim Code Blue akan memiliki
tanggung jawab yang ditunjuk seperti pemimpin tim, manajer
airway, kompresi dada, pemasangan IV line, persiapan obat
dan defibrilasi. Setiap anggota tim yang ditunjuk harus
membawa HT dan mengaktifkannya saat bekerja.
7
BAB III
RUANG LINGKUP
8
9
BAB IV
TATA LAKSANA
10
1. Alert System
Harus ada sistem yang baik dan terkoordinasi di tempat yang
digunakan untuk mengaktifkan peringatan terjadinya keadaan
darurat medis dalam lingkup rumah sakit kepada anggota tim
code blue. Sistem handy talky yang ada akan digunakan. Jika
terjadi keadaan darurat medis, personil rumah sakit di mana saja
dalam lingkup rumah sakit tersebut dapat mengaktifkan respon
dari code blue lewat handy talky untuk bantuan dan
pengaktifan :
Local Alert : Tergantung pada mekanisme yang dibuat oleh Zone
Coordinator, contoh:
Pengumuman melalui sistem PA
Menampilkan nama-nama tim code blue primer di lokasi strategis
di zona mereka
Setelah kasus code blue terjadi, Tim Primer harus meninggalkan
pekerjaannya dan mengambil tas code blue dan bergegas ke
lokasi dan memulai CPR / BLS.
Prioritas 1:
Untuk mengaktifkan team code blue
Prioritas 2:
Untuk memeriksa (sebagai jaring pengaman kedua) pengaktifan
team code blue primer.
Anggota tim respon code blue primer yang telah ditentukan di
sekitar tempat terjadinya kegawatdaruatan medis akan
menanggapi situasi code blue sesegera mungkin. Anggota tim
akan memobilisasi alat resusitasi mereka dan bergegas kelokasi
darurat medis. Tim code blue juga akan menanggapi situasi code
blue. Jika semua tim tidak yakin apakah lokasi darurat medis
tersebut tercakup di daerah cakupan mereka,mereka tetap
harus merespon alarm 'code blue'. Standar layanan untuk
11
durasi waktu yang dibutuhkan antara menerima pesan 'code
blue' (code blue - aktivasi) dan kedatangan tim code blue di
lokasi kejadian adalah 5 sampai 10 menit. Standar layanan
akan diberi batas waktu & dikaji kinerja dan pemeriksaan
jaminan kualitas untuk menentukan ‘perangkap’ dalam sistem
peringatan dan menjaga efisiensi dan penyebaran cepat dari tim
code blue.
Tanggung jawab dari Medical Emergency Call Center (MECC)
terhadap Code Blue line:
Anggap setiap panggilan di code blue line adalah code blue
kasus yang sebenarnya (sampai bisa dibuktikan).
12
tanggungjawab untuk meminta bantuan lebih lanjut, memulai
resusitasi menggunakan pedoman Basic Life Support (BLS) dan
keterampilan ALS dan peralatan jika cukup terlatih dan lengkap..
Jika tidak ada tim yang terlatih BLS, tim yang ditempat kejadian
harus menunggu bantuan yang berpengalaman dan menjaga
lokasi dari kerumunan orang. Jika monitor jantung, defibrillator
manual atau defibrillator eksternal otomatis (AED) tersedia,
peralatan ini harus melekat kepada pasien untuk menentukan
kebutuhan defibrilasi; fase ini dilakukan oleh tim yang
berpengalaman atau tim terlatih dalam Alert Cardiac Life
Support (ACLS).
13
Setiap departemen, divisi, atau unit bangsal harus berusaha
untuk memastikan bahwa tim mereka dilatih dalam setidaknya
keterampilan BLS dan mereka dilengkapi dengan resusitasi kit
atau troli emergency, setidaknya peralatan resusitasi dasar dan
ditempatkan di lokasi strategis. Tim dari masing-masing ruangan
akan bertanggung jawab untuk pemeliharaan resusitasi kit
mereka.
Akan ada saat ketika tim code blue adalah penundaan karena
berbagai alasan, sehingga kebutuhan untuk tim Code blue untuk
tidak hanya terdiri dari tim code blue tetapi juga tim dari
departemen yang lebih strategis atau dekat. Selanjutnya, sangat
penting bahwa setiap tenaga medis di lokasi kejadian mulai
melakukan langkah BLS.
14
Jika korban masih dalam cardiac atau respiratory arrest ketika
tim respon code blue tiba di lokasi, tim akan mengambil alih
tugas resusitasi; tim di lokasi kejadian harus tinggal di sekitar
untuk memberikan bantuan tambahan jika diperlukan.
Setiap kasus code blue akan kirim ke ICU terlepas kondisi pasien
baik untuk mempertahankan kembalinya sirkulasi spontan
(ROSC) atau tidak.
Perawatan Definitif
Keadaan darurat medis yang terjadi di setiap daerah baik klinis
atau non-klinis dan baik melibatkan rawat inap atau rawat jalan
(umum) akan dihadiri oleh para tim tanggap code blue, pasien ini
akan dikirim ke ICU untuk resusitasi lanjutan dan perawatan
definitif dimana tempat-tempat ini biasanya tidak memiliki
infrastruktur yang memadai dan peralatan untuk perawatan
lanjutan.
15
sakit dan mudah diakses bagi tenaga medis dan tim Code Blue
untuk digunakan.
16
Ketika muncul code blue, tim dokter dan perawat yang ditunjuk sebagai
"code-team", bergegas ke pasien untuk melakukan tindakan
penyelamatan. Tim ini menggunakan crash-cart, kursi roda /tandu, yang
berisi alat - alat penting seperti defibrilator, peralatan intubasi, suction,
oksigen, ambubag, obat-obatan resusitasi (adrenalin,atropin, lignocaine)
dan IV set untuk menstabilkan pasien.
4.2 Komunikasi
Tersedia Medical Emergency Call Centre (MECC) yaitu panggilan
khusus yang mengaktifkan tim Code Blue Respon Primer.
17
Ditemukan korban/pasien dengan cardiopulmonary arrest
By Stander
18
Setelah tim code blue datang, mereka akanmengambil alih
resusitasi
BLS dilanjutkan dan lakukan AED
Dokumentasikan semua tindakan yang dilakukan oleh tim code
blue
19
BAB V
PENUTUP
Direktur,
20
dr. H. Abdul Khoja, MARS
21