You are on page 1of 28

Oleh:

Hendra Ardianto 17710177


Putri Rachmawati 17710208
Putu Mirah Karsita Sari 17710203
HIV/AIDS Robbi Tri Atmaja
Sang Gede Sidan Ega W
17710230
17710204
Widya Ramadhanti 17710220

KSM ILMU KESEHATAN ANAK


RSUD IBNU SINA KABUPATEN GRESIK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITASWIJAYA KUSUMA
SURABAYA
2018
HIV dan AIDS...
 HIV: Human Immunodeficiency
Virus, adalah virus yang
menyerang dan bertahap
merusak sistem kekebalan
tubuh dan berkembang menjadi
AIDS.

 AIDS: Acquired Immune


Deficiency Syndrome adalah
sekumpulan tanda atau gejala
berat dan kompleks yang
disebabkan oleh penurunan
respon immunitas tubuh.

 “HIV tidak sama dengan AIDS”


Asal-usul AIDS
 Tidak diketahui persis darimana dan kapan tepatnya
HIV/AIDS muncul.
 Berdasarkan pemeriksaan, darah tertua yang
terinfeksi HIV di Amerika adalah darah tahun 1969.
 Di Afrika, darah tahun 1959.
 Akhir 1970-an, diperkirakan HIV sudah berkembang
dan meluas di daerah Sub Sahara Afrika.
 Semua ilmuwan setuju bahwa kasus pertama AIDS
adalah laporan Gottlietb dkk di Los Angeles pada 5
Juni 1981.
HIV/AIDS di Indonesia
 Menurut Depkes, tahun 2017 dari bulan januari sampai
dengan maret 2017 jumlah infeksi HIV yang dilaporkan
sebanyak 10.376 orang. Persentase infeksi HIV tertinggi
dilaporkan pada kelompok umur 25-49 tahun (69,6%), diikuti
kelompok umur 20-24 tahun (17,6%),dan kelompok umur ≥ 50
tahun (6,7%). Rasio HIV antara laki-laki dan perempuan
adalah 2:1. Persentase faktor risiko HIV tertinggi adalah
hubungan seks berisiko pada LSL (Lelaki seks lelaki) (28%),
heteroseksual (24%), lain-lain (9%) dan penggunaan jarum
suntik tidak steril pada penasun (2%). Sedangkan jumlah AIDS
dilaporkan sebanyak 673 orang. Persentase AIDS tertinggi
pada kelompok umur 30-39 tahun (38,6%), diikuti kelompok
umur 20-29 tahun (29,3%) dan kelompok umur 40-49 tahun
(16,5%). Rasio AIDS antara laki-laki dan perempuan adalah
2:1. Persentase faktor risiko AIDS tertinggi adalah hubungan
seks berisiko pada heteroseksual (67%), homoseksual (23%),
perianal (2%), dan penggunaan jarum suntik tidak steril pada
penasun (2%).
Prinsip penularan HIV

Prinsip Three Ones

 Ada orang yang positif HIV


 Ada kegiatan yang memungkinkan terjadinya pertukaran cairan tubuh
 Ada orang yang belum terinfeksi atau orang yang juga sudah terinfeksi HIV
Bagaimana HIV ditularkan?

 Secara horizontal
• Hubungan seksual (vagina, anal, atau
orogenital)
• Kontak darah atau cairan tubuh
(penggunaan jarum suntik, alat tindik, alat
tato/alat peluka lain, transfusi darah)
 Secara vertikal
• Kehamilan, persalinan dan menyusui
Faktor terkait dengan penularan
secara seksual
 Ada atau tidaknya infeksi alat kelamin
 Jenis aktivitas seks
 Risiko aktivitas seks yang memungkinkan
terjadi perlukaan atau pendarahan
 Ada atau tidaknya darah
Faktor terkait dengan penularan
melalui kontak darah
 Penggunaan kembali jarum suntik yang telah
terkontaminasi
 Darah atau produk darah yang terinfeksi
Faktor terkait dengan penularan
dari Ibu ke Anak
 Jumlah virus dari Ibu yang positif
 Pemberian ASI
 Kelahiran melalui vagina
HIV tidak menular melalui …
HIV hidup dalam ….

 Darah
 Cairan vagina
 Cairan mani dan cairan pre-cum/getah penis
 Air susu ibu yang tertular HIV
 Cairan infeksi penderitanya
Bagaimana tanda orang yang
terkena HIV ?
Bagaimana tanda orang yang
terkena HIV ?
 Tidak ada tandanya
 Tampak sehat seperti orang lain yang tidak
tertular HIV selama masa inkubasi (sebelum
HIV berubah jadi AIDS), masa inkubasi kisaran
1-24 bulan untuk penularan HIV secara
horizontal, dan masa inkubasi kisaran 7-10
tahun untuk penularan HIV secara vertikal
Bagaimana HIV menjadi AIDS?
Tahapan infeksi HIV

 Tahap Serokonversi : infeksi awal, belum ada


antibodi
 Tahap Asimtomatik : belum ada gejala yang
dirasakan
 Tahap Simtomatik : Mulai merasakan gejala :
Infeksi Oportunistik
 Tahap AIDS
Tes HIV

 Tes HIV adalah satu-satunya cara untuk


mengetahui status seseorang. Jenis tes HIV
antara lain :

• Rapid test
• Elisa
• Western Blood
IMS (Infeksi Menular Seksual)

 Merupakan penyakit yang salah satu


penularannya melalui hubungan seksual.
 IMS = pintu masuk HIV
 Dengan adanya IMS, HIV dapat lebih mudah
menular karena adanya cairan tubuh atau
darah pada luka IMS.
HIV dapat dicegah melalui

 Menggunakan kondom untuk seks yang


penetratif
 Tidak berbagi jarum suntik dan perlengkapan
menyuntik
 Perawatan HIV bagi ibu yang positif,
mengganti ASI dengan susu formula jika
memungkinkan.
 Meneliti darah dan produk darah
Dinamika Penularan
Tidak boleh dilupakan…
FAKTOR PENYEBAB AKSELERASI
PENYEBARAN HIV/AIDS:
 Industri seks yang berkembang sangat cepat
 Adanya prevalensi penyakit kelamin yang sangat
tinggi
 Frekuensi penggunaan kondom yang rendah
 Urbanisasi dan migrasi penduduk yang tinggi
 Perubahan perilaku seksual yang cenderung lebih
bebas
 Pemakaian injeksi dan jarum suntik yang tidak steril
 Meningkatnya industri pariwisata dan lalu lintas ke
luar negeri
DAMPAK SOSIAL EKONOMI
EPIDEMI HIV/ AIDS :
 Pertama; fase penyebaran virus.
 Kedua; fase penyakit dan kematian
 Ketiga; fase dampak terhadap keluarga yang
ditinggalkan
 Keempat; fase dampak sosial ekonomi
 Kelima; fase jangka panjang (termasuk muncul rasa
takut yang berlebihan)
 dan memunculkan epidemi yang lain yakni
penolakan, prasangka, stigmatisasi, diskriminasi, dan
pengucilan  tantangan terhadap rasa solidaritas,
keadilan dan rasa kemanusiaan
KOMPLIKASI

 Terjadinya infeksi Oportunistik yang berkaitan


dengan penurunan jumlah sel T CD4, pada
anak dapat timbul manifestasi klinis
keterlambatan perkembangan, limfadenopati,
hepatosplenomegali, diare kronik atau
berulang, pneumonia interstisial, atau oral
thush
PENANGANAN
 Pemberian ARV
 Tujuan:
 Memulihkan kekebalan tubuh dan mencegah penularan Panduan Pelaksanaan.
 Pastikan status HIV pasien.
 Pasien dengan IO berat yang tidak dapat ditangani di FKTP dirujuk ke FKRTL/RS
agar penyulit ditangani dan ARV diberikan di FKRTL/RS pada saat penanganan IO.
 Pastikan ketersediaan logistik ARV.
 Pasien perlu diberikan informasi tentang cara minum obat dengan bahasa yang
mudah dimengerti, sesuai dengan latar belakang pendidikan dan budaya setempat.
 Petugas mendukung pasien untuk minum obat secara patuh dan teratur dengan
melakukan analisis faktor pendukung dan penghambat.
 Pemberian informasi efek samping obat diberikan tanpa membuat pasien takut minum
obat.
 Obat ARV diminum seumur hidup.
 Obat ARV perlu diberikan sedini mungkin setelah memenuhi persyaratan terapi untuk
mencegah pasien masuk ke stadium lebih lanjut.
 Terapi ARV pada kekebalan tubuh yang rendah meningkatkan kemungkinan
timbulnya Sindroma Pulih Imun (SPI).
 Pemberian ARV, khususnya pada daerah dengan epidemi meluas, dapat dilakukan
di tingkat puskesmas oleh perawat/bidan terlatih di bawah tanggung jawab dokter
terdekat.
 ARV diberikan kepada pasien sebulan sekali untuk mengontrol kepatuhan minum
obat. Pemberian obat ARV dapat diberikan sampai tiga bulan bila pasien sudah
stabil dengan riwayat kepatuhan minum obat yang tinggi.
 Sebisa mungkin gunakan rejimen ARV yang mudah untuk pasien seperti kombinasi
dosis tetap (KDT : Tenofovir-Lamivudin-Efavirenz atau Tenofovir-Emtricitabine-
Efavirenz).
 Puskesmas dapat melatih tenaga kader kesehatan, kelompok agama dan lembaga
masyarakat lainnya untuk menjadi pengingat minum obat.
 Bila tersedia pemeriksaan laboratorium maka dapat dilakukan pemeriksaan untuk
menjadi dasar memulai ARV, namun bila tidak tersedia, jangan menunda terapi
ARV. Untuk obat-obat ARV dengan efek samping rendah seperti KDT maka
pemeriksaan pra-ARV tidak menjadi syarat dan dapat dilakukan kemudian.
 Informasi lebih lengkap tentang penggunaan ARV dapat dilihat pada Pedoman
Nasional Tatalaksana klinis infeksi HIV dan terapi Antiretroviral
 Indikasi untuk memulai terapi ARV
• Semua pasien dengan stadium 3 dan 4, berapapun jumlah CD4 atau
• Semua pasien dengan CD4 < 350 sel/ml, apapun stadium klinisnya
• Semua pasien dibawah ini apapun stadium klinisnya dan berapapun jumlah
CD4
- Semua pasien ko-infeksi TB
- Semua pasien ko-infeksi HBV
- Semua ibu hamil
- ODHA yang memiliki pasangan dengan status HIV negatif (sero
discordant)
- Populasi kunci (penasun, waria, LSL,WPS)
- Pasien HIV (+) yang tinggal pada daerah epidemi meluas seperti Papua
dan Papua Barat
 Faktor yang memerlukan rujukan ke FKRTL/RS
• Sakit berat atau stadium 4 kecuali kandidiasis esofagus dan
ulkus herpes simpleks
• Demam yang tidak diketahui penyebabnya
• Faktor penyulit lainnya seperti sakit ginjal, jantung, DM dll
• Riwayat pernah menggunakan obat ARV dan putus obat
berulang sebelumnya untuk melihat kemungkinan adanya
kegagalan atau resistensi obat lini pertama
 Obat ARV lini pertama yang tersedia di Indonesia
• Tenofovir (TDF) 300 mg
• Lamivudin (3TC) 150 mg
• Zidovudin (ZDV/AZT) 100 mg
• Efavirenz (EFV) 200 mg dan 600 mg
• Nevirapine (NVP) 200 mg
• Kombinasi dosis tetap (KDT):
- TDF+FTC 300mg/200mg
- TDF+3TC+EFV 300mg/150mg/600mg
 Rejimen yang digunakan di tingkat FKTP adalah rejimen lini pertama dengan
pilihan
• TDF + 3TC (atau FTC) + EFV
• TDF + 3TC (atau FTC) + NVP
• AZT + 3TC + EFV
• AZT + 3TC + NVP

You might also like