Professional Documents
Culture Documents
Berdasarkan kegunaannya bagi tubuh, zat gizi dibagi ke dalam tiga kelompok
besar, yaitu:
Kebutuhan unsur gizi tertentu pada lansia mengalami peningkatan, hal ini
disebabkan oleh terjadinya proses degradasi (perusakan) yang berlangsung sangat
cepat. Misalnya sebagian besar lansia wanita membutuhkan asupan mineral kalsium
sedikit lebih tinggi. Tujuannya untuk memperlambat proses kerusakan tulang. Di lain
pihak, kebutuhan kalori justru mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya
usia. Penurunan ini berhubungan dengan rendahnya aktivitas fisik dan metabolisme
basal tubuh (Metabolisme: proses kimiawi dalam tubuh untuk melaksanakan
berbagai fungsi pentingnya). Sehingga jika bertambahnya usia tidak diimbangi
dengan penurunan asupan kalori maka terjadinya obesitas atau kegemukan,
kemungkinan besar tidak dapat dihindari. Secara prinsip kebutuhan gizi setiap
individu berbeda-beda. Hal ini tergantung pada kondisi kesehatan, berat badan
aktual, dan tinggi rendahnya tingkat aktivitas fisik seseorang. Di samping itu, angka
kecukupan gizi untuk pria dan wanita sedikit berbeda karena adanya perbedaan
dalam ukuran dan komposisi tubuh.
Menu yang disajikan untuk lansia harus mengandung gizi yang seimbang
yakni mengandung sumber zat energi, sumber zat pembangun dan sumber zat
pengatur. Dalam hal ini kita bisa mengacu pada makanan empat sehat lima
sempurna.
Makanan yang kurang baik bagi lansia adalah makanan berlemak tinggi
seperti seperti jerohan (usus, hati, ampela, otal dll), lemak hewan, kulit hewan (misal
kulit ayam, kulit sapi, kulit babi dll), goreng-gorengan, santan kental. Karena seperti
prinsip yang disebutkan tadi bahwa kebutuhan lemak lansia berkurang dan pada
lansia mengalami perubahan proporsi jaringan lemak. Hal ini bukan berarti lansia
tidak boleh mengkonsumsi lemak. Lansia harus mengkonsumsi lemak namun dengan
catatan sesuai dengan kebutuhannya. Sebagai contoh misalnya bila menu hari ini
lauknya sudah digoreng, maka sayurannya lebih baik sayur yang tidak bersantan
seperti sayur bening, sayur asam atau tumis. Bila hari ini sayurnya bersantan maka
lauknya dipanggang, dikukus, dibakar atau ditim.
Lansia harus memperbanyak makan buah dan sayuran, karena sayur dan
buah banyak mengandung vitamin, mineral dan serat. Lansia sering mengeluhkan
tentang konstipasi/susah buang air besar, nah dengan mengkonsumsi sayur dan buah
yang kaya akan serat maka akan melancarkan buang air besar. Untuk buah,
utamakan buah yang bisa dimakan dengan kulitnya karena seratnya lebih banyak.
Dengan mengkonsumsi sayuran dan buah sebenarnya lansia tidak perlu lagi
mengkonsumsi suplemen makanan.
Selain konsumsi sayur dan buah, Lansia harus banyak minun air putih.
Kebutuhan air yakni 1500 – 2000 ml atau 6 -8 gelas perhari. Air ini sangat besar
artinya karena air menjalankan fungsi tubuh, mencegah timbulnya penyakit di
saluran kemih seperti kencing batu, batu ginjal dan lain-lain. Air juga sebagai
pelumas bagi fungsi tulang dan engselnya, jadi bila tubuh kekurangan cairan maka
fungsi, daya tahan dan kelenturan tulang juga berkurang. Air juga berguna untuk
mencegah sembelit, karena untuk penyerapan makanan dalam usus memerlukan air.
Kecukupan makanan sehat sangat penting bagi para usia lanjut. Orang yang
berusia 70 tahun, kebutuhan gizinya sama dengan saat berumur 50-an. Sayangnya,
nafsu makan mereka cenderung terus menurun. Karena itu, harus terus diupayakan
konsumsi makanan penuh gizi.
Berikut ini adalah beberapa tips perencanaan makanan untuk usia lanjut :
2. Nutrisi dan Mineral Yang Dapat Meningkatkan Sistem Imun Orang Tua
Nutrisi dan mineral-mineral yang dapat meningkatkan sistem imun orang tua
antara lain (Dickinson A, 2002) :
a. Beta-glucan.
Adalah sejenis gula kompleks (polisakarida) yang diperoleh dari dinding sel
ragi roti, gandum, jamur (maitake). Hasil beberapa studi menunjukkan bahwa
beta glucan dapat mengaktifkan sel darah putih (makrofag dan neutrofil).
b. Hormon DHEA.
Studi menggambarkan hubungan signifikan antara DHEA dengan aktivasi
fungsi imun pada kelompok orang tua yang diberikan DHEA level tinggi dan
rendah. Juga wanita menopause mengalami peningkatan fungsi imun dalam
waktu 3 minggu setelah diberikan DHEA.
c. Protein: arginin dan glutamin.
Lebih efektif dalam memelihara fungsi imun tubuh dan penurunan infeksi
pasca-pembedahan. Arginin mempengaruhi fungsi sel T, penyembuhan luka,
pertumbuhan tumor, dans ekresi hormon prolaktin, insulin, growth hormon.
Glutamin, asam amino semi esensial berfungsi sebagai bahan bakar dalam
merangsang limfosit dan makrofag, meningkatkan fungsi sel T dan neutrofil.
d. Lemak
Defisiensi asam linoleat (asam lemak omega 6) menekan respons antibodi,
dan kelebihan intake asam linoleat menghilangkan fungsi sel T. Konsumsi
tinggi asam lemak omega 3 dapat menurunkan sel helper, produksi cytokine.
e. Yoghurt yang mengandung Lactobacillus acidophilus dan probiotik lain.
Meningkatkan aktivitas sel darah putih sehingga menurunkan penyakit
kanker, infeksi usus dan lambung, dan beberapa reaksi alergi.
f. Mikronutrien (vitamin dan mineral).
Vitamin yang berperan penting dalam memelihara sistem imun tubuh orang
tua adalah vitamin A, C, D, E, B6, dan B12. Mineral yang mempengaruhi
kekebalan tubuh adalah Zn, Fe, Cu, asam folat, dan Se.
g. Zinc.
Menurunkan gejala dan lama penyakit influenza. Secara tidak langsung
mempengaruhi fungsi imun melalui peran sebagai faktor dalam pembentukan
DNA, RNA, dan protein sehingga meningkatkan pembelahan sellular.
Defisiensi Zn secara langsung menurunkan produksi limfosit T, respons
limfosit T untuk stimulasi atau rangsangan, dan produksi IL-2.
h. Lycopene.
Meningkatkan konsentrasi sel Natural Killer (NK).
i. Asam Folat
Meningkatkan sistem imun pada kelompok lansia. Studi di Canada pada
sekelompok hewan tikus melalui pemberian asam folate dapat meningkatkan
distribusi sel T dan respons mitogen (pembelahan sel untuk meningkatkan
respons imun). Studi terbaru menunjukkan intake asam folat yang tinggi
mungkin meningkatkan memori populasi lansia (Daniels S, 2002).
j. Vitamin E
Melindungi sel dari degenerasi yang terjadi pada proses penuaan. Studi yang
dilakukan di Boston menyimpulkan bahwa vitamin E dapat membantu
peningkatan respons imun pada penduduk lanjut usia. Vitamin E adalah
antioksidan yang melindungi sel dan jaringan dari kerusakan secara bertahap
akibat oksidasi yang berlebihan. Akibat penuaan pada respons imun adalah
oksidatif secara alamiah sehingga harus dimodulasi oleh vitamin E (Murray
F, 1991).
k. Vitamin C.
Meningkatkan level interferon dan aktivitas sel imun pada orang tua,
meningkatkan aktivitas limfosit dan makrofag, serta memperbaiki migrasi dan
mobilitas leukosit dari serangan infeksi virus, contohnya virus influenzae.
l. Vitamin A.
Berperan penting dalam imunitas nonspesifik melalui proses pematangan sel-
sel T dan merangsang fungsi sel T untuk melawan antigen asing, menolong
mukosa membran termasuk paruparu dari invasi mikroorganisme,
menghasilkan mukus sebagai antibodi tertentu seperti: leukosit, air, epitel,
dan garam organik, serta menurunkan mortalitas campak dan diare. Beta
karoten (prekursor vitamin A) meningkatkan jumlah monosit, dan mungkin
berkontribusi terhadap sitotoksik sel T, sel B, monosit, dan makrofag.
Gabungan/kombinasi vitamin A, C, dan E secara signifikan memperbaiki
jumlah dan aktivitas sel imun pada orang tua. Hal itu didukung oleh studi
yang dilakukan di Perancis terhadap penghuni panti wreda tahun 1997.
Mereka yang diberikan suplementasi multivitamin (A, C, dan E) memiliki
infeksi pernapasan dan urogenital lebih rendah daripada kelompok yang
hanya diberikan plasebo.
m. Vitamin D.
Menghambat respons limfosit Th-1.
n. Kelompok Vitamin B.
Terlibat dengan enzim yang membuat konstituen sistem imun. Pada penderita
anemia defisiensi vitamin B12 mengalami penurunan sel darah putih
dikaitkan dengan fungsi imun. Setelah diberikan suplementasi vitamin B12,
terdapat peningkatan jumlah sel darah putih. Defisiensi vitamin B12 pada
orang tua disebabkan oleh menurunnya produksi sel parietal yang penting
bagi absorpsi vitamin B12. Pemberian vitamin B6 (koenzim) pada orang tua
dapat memperbaiki respons limfosit yang menyerang sistem imun, berperan
penting dalam produksi protein dan asam nukleat. Defisiensi vitamin B6
menimbulkan atrofi pada jaringan limfoid sehingga merusak fungsi limfoid
dan merusak sintesis asam nukleat, serta menurunnya pembentukan antibodi
dan imunitas sellular.
Angka kecukupan energi dan zat gizi yang dianjurkan untuk Lansia dalam sehari :
Selain dari makanan untuk menjaga kesehatan, lansia juga perlu beberapa kegiatan
yang harus dilakukan seperti: