You are on page 1of 15

B.

Kebutuhan Nutrisi Pada Lansia

Setiap mahkluk hidup membutuhkan makanan untuk mempertahankan


kehidupannya, karena didalam makanan terdapat zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh
untuk melakukan kegiatan metabolismenya. Bagi lansia pemenuhan kebutuhan gizi yang
diberikan dengan baik dapat membantu dalam proses beradaptasi atau menyesuaikan
diri dengan perubahan-perubahan yang dialaminya selain itu dapat menjaga
kelangsungan pergantian sel-sel tubuh sehingga dapat memperpanjang usia. Kebutuhan
kalori pada lansia berkurang karena berkurangnya kalori dasar dari kebutuhan fisik.
Kalori dasar adalah kalori yang dibutuhkan untuk malakukan kegiatan tubuh dalam
keadaan istirahat, misalnya : untuk jantung, usus, pernafasan dan ginjal.

Berdasarkan kegunaannya bagi tubuh, zat gizi dibagi ke dalam tiga kelompok
besar, yaitu:

1. Kelompok zat energi, termasuk ke dalam kelompok ini adalah :


a. Bahan makanan yang mengandung karbohidrat seperti beras, jagung, gandum,
ubi, roti, singkong, selain itu dalam bentuk gula seperti gula, sirup, madu dan
lain-lain.
b. Bahan makanan yang mengandung lemak seperti minyak, santan, mentega,
margarine, susu dan hasil olahannya.
2. Kelompok zat pembangun
Kelompok ini meliputi makanan – makanan yang banyak mengandung protein, baik
protein hewani maupun nabati, seperti daging, ikan, susu, telur, kacangkacangan dan
olahannya.
3. Kelompok zat pengatur
Kelompok ini meliputi bahan-bahan yang banyak mengandung vitamin dan mineral,
seperti buah-buahan dan sayuran.

a. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Gizi Pada Lansia


 Berkurangnya kemampuan mencerna makanan akibat kerusakan gigi atau
ompong.
 Berkurangnya indera pengecapan mengakibatkan penurunan terhadap cita rasa
manis, asin, asam, dan pahit.
 Esophagus/kerongkongan mengalami pelebaran.
 Rasa lapar menurun, asam lambung menurun.
 Gerakan usus atau gerak peristaltic lemah dan biasanya menimbulkan konstipasi.
 Penyerapan makanan di usus menurun.

b. Gizi Tepat Untuk Lansia

Kebutuhan unsur gizi tertentu pada lansia mengalami peningkatan, hal ini
disebabkan oleh terjadinya proses degradasi (perusakan) yang berlangsung sangat
cepat. Misalnya sebagian besar lansia wanita membutuhkan asupan mineral kalsium
sedikit lebih tinggi. Tujuannya untuk memperlambat proses kerusakan tulang. Di lain
pihak, kebutuhan kalori justru mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya
usia. Penurunan ini berhubungan dengan rendahnya aktivitas fisik dan metabolisme
basal tubuh (Metabolisme: proses kimiawi dalam tubuh untuk melaksanakan
berbagai fungsi pentingnya). Sehingga jika bertambahnya usia tidak diimbangi
dengan penurunan asupan kalori maka terjadinya obesitas atau kegemukan,
kemungkinan besar tidak dapat dihindari. Secara prinsip kebutuhan gizi setiap
individu berbeda-beda. Hal ini tergantung pada kondisi kesehatan, berat badan
aktual, dan tinggi rendahnya tingkat aktivitas fisik seseorang. Di samping itu, angka
kecukupan gizi untuk pria dan wanita sedikit berbeda karena adanya perbedaan
dalam ukuran dan komposisi tubuh.

Cara mengatur makanan bagi lansia adalah :

Dengan memperhatikan prinsip-prinsip kebutuhan gizinya yaitu kebutuhan


energi memang lebih rendah dari pada usia dewasa muda (turun sekitar 5-10%),
kebutuhan protein sebesar 1 gr/kg BB, kebutuhan lemak berkurang, kebutuhan
karbohidrat cukup (sekitar 50%), kebutuhan vitamin dan mineral sama dengan usia
dewasa muda. Atau dengan cara praktis melihat di DKGA (Daftar Kecukupan Gizi
yang Dianjurkan).

Menu yang disajikan untuk lansia harus mengandung gizi yang seimbang
yakni mengandung sumber zat energi, sumber zat pembangun dan sumber zat
pengatur. Dalam hal ini kita bisa mengacu pada makanan empat sehat lima
sempurna.

Karena lansia mengalami kemunduran dan keterbatasan maka konsistensi


dan tekstur atau bentuk makanan harus disesuaikan. Sebagai contoh : gangguan
pada gigi (gigi tanggal/ompong), maka bentuk makanannya harus lunak, misal nasi
ditim, lauk pauk dicincang (ayam disuwir, daging sapi dicincang/digiling).

Makanan yang kurang baik bagi lansia adalah makanan berlemak tinggi
seperti seperti jerohan (usus, hati, ampela, otal dll), lemak hewan, kulit hewan (misal
kulit ayam, kulit sapi, kulit babi dll), goreng-gorengan, santan kental. Karena seperti
prinsip yang disebutkan tadi bahwa kebutuhan lemak lansia berkurang dan pada
lansia mengalami perubahan proporsi jaringan lemak. Hal ini bukan berarti lansia
tidak boleh mengkonsumsi lemak. Lansia harus mengkonsumsi lemak namun dengan
catatan sesuai dengan kebutuhannya. Sebagai contoh misalnya bila menu hari ini
lauknya sudah digoreng, maka sayurannya lebih baik sayur yang tidak bersantan
seperti sayur bening, sayur asam atau tumis. Bila hari ini sayurnya bersantan maka
lauknya dipanggang, dikukus, dibakar atau ditim.

Lansia harus diberi pengertian untuk mengurangi atau kalau bisa


menghindari makanan yang mengandung garam natrium yang tinggi. Contoh bahan
makanan yang mengandung garam natrium yang tinggi adalah garam dapur, vetsin,
daging kambing, jerohan, atau makanan yang banyak mengandung garam dapur
misalnya ikan asin, telur asin, ikan pindang. Mengapa lansia harus menghindari
makanan yang mengandung garam natrium yang tinggi ? Hal ini dikarenakan pada
lansia mudah mengalami hipertensi. Hal ini, seperti yang dijelaskan bahwa
elastisitas pembuluh darah telah menurun dan terjadi penebalan di dinding pembuluh
darah yang mengakibatkan mudahnya terkena hipertensi. Selain itu indera
pengecapan pada lansia mulai berkurang, terutama untuk rasa asin, sehingga rasa
asin yang cukup-pun terasa masih kurang bagi mereka, lalu makanan ditambah
garam yang banyak, hal ini akan meningkatkan tekanan darah pada lansia. Jadi kita
memang perlu sampaikan kepada lansia bahwa panduan rasa asinnya tidak bisa lagi
dipakai sebagai ukuran, karena bila dengan panduan asin dari lansia, untuk kita
yang belum lansia akan terasa asin sekali.

Lansia harus memperbanyak makan buah dan sayuran, karena sayur dan
buah banyak mengandung vitamin, mineral dan serat. Lansia sering mengeluhkan
tentang konstipasi/susah buang air besar, nah dengan mengkonsumsi sayur dan buah
yang kaya akan serat maka akan melancarkan buang air besar. Untuk buah,
utamakan buah yang bisa dimakan dengan kulitnya karena seratnya lebih banyak.
Dengan mengkonsumsi sayuran dan buah sebenarnya lansia tidak perlu lagi
mengkonsumsi suplemen makanan.

Selain konsumsi sayur dan buah, Lansia harus banyak minun air putih.
Kebutuhan air yakni 1500 – 2000 ml atau 6 -8 gelas perhari. Air ini sangat besar
artinya karena air menjalankan fungsi tubuh, mencegah timbulnya penyakit di
saluran kemih seperti kencing batu, batu ginjal dan lain-lain. Air juga sebagai
pelumas bagi fungsi tulang dan engselnya, jadi bila tubuh kekurangan cairan maka
fungsi, daya tahan dan kelenturan tulang juga berkurang. Air juga berguna untuk
mencegah sembelit, karena untuk penyerapan makanan dalam usus memerlukan air.

c. Sajian Lengkap Gizi Bagi Lansia

Kecukupan makanan sehat sangat penting bagi para usia lanjut. Orang yang
berusia 70 tahun, kebutuhan gizinya sama dengan saat berumur 50-an. Sayangnya,
nafsu makan mereka cenderung terus menurun. Karena itu, harus terus diupayakan
konsumsi makanan penuh gizi.

Bertambahnya usia menyebabkan indra rasa menurun. Sebagai kompensasi,


banyak orang lanjut usia (lansia) memilih makanan yang rasanya sangat manis atau
asin. Padahal, penambahan gula hanya memberikan kalori kosong (tidak ada nilai
gizinya), sedangkan garam dapat meningkatkan tekanan darah.

Indra pencium dan penglihatan juga terganggu, sehingga mengakibatkan


pemilihan makanan yang berbau tajam atau minat terhadap makanan menurun.
Perubahan emosi karena depresi dan kesepian juga membuat nafsu makan menurun.
Masalah gigi sering dialami lansia, seperti gigi tanggal, gigi berlubang, dan gigi
palsu yang tidak nyaman. Semuanya ini berisiko menimbulkan kurang gizi.

d. Menu Sehat Bagi Lansia


1. Perencanaan Makanan untuk Lansia
a. Makanan harus mengandung zat gizi dari makanan yang beraneka ragam,
yang terdiri dari : zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.
Perlu diperhatikan porsi makanan, jangan terlalu kenyang. Porsi makan
hendaknya diatur merata dalam satu hari sehingga dapat makan lebih sering
dengan porsi yang kecil.
Banyak minum dan kurangi garam, dengan banyak minum dapat
memperlancar pengeluaran sisa makanan, dan menghindari makanan yang
terlalu asin akan memperingan kerja ginjal serta mencegah kemungkinan
terjadinya darah tinggi.
Batasi makanan yang manis-manis atau gula, minyak dan makanan yang
berlemak seperti santan, mentega dan lain-lain.
Bagi pasien lansia yang proses penuaannya sudah lebih lanjut perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut : Memakan makanan yang mudah
dicerna, menghindari makanan yang terlalu manis, gurih, dan goring-
gorengan, bila kesulitan mengunyah karena gigi rusak atau gigi palsu kurang
baik, makanan harus lunak/lembek atau dicincang, makan dalam porsi kecil
tetapi sering, makanan selingan atau snack, susu, buah, dan sari buah
sebaiknya diberikan.
Batasi minum kopi atau teh, boleh diberikan tetapi harus diencerkan sebab
berguna pula untuk merangsang gerakan usus dan menambah nafsu makan.
Makanan mengandung zat besi seperti : kacang-kacangan, hati, telur, daging
rendah lemak, bayam, dan sayuran hijau.
Lebih dianjurkan untuk mengolah makanan dengan cara dikukus, direbus,
atau dipanggang, kurangi makanan yang digoreng.

Berikut ini adalah beberapa tips perencanaan makanan untuk usia lanjut :

 Kebutuhan kalori usia lanjut relatif lebih rendah dibandingkan ketika


masih muda karena tingkat aktivitas tubuh yang berkurang. Angka
kecukupan gizi yang dianjurkan untuk usia lanjut di Indonesia adalah
1850 kalori untuk wanita dan 2000 kalori untuk pria.
Kurangi konsumsi makanan tinggi kalori untuk menjaga agar berat badan
tetap ideal.
 Konsumsi karbohidrat sehari sekitar 60% dari total kalori. Makanan
sumber karbohidrat adalah nasi, roti, mie, jagung, tepung terigu, kentang
pasta, ubi, singkong, dan lain-lain.
 Batasi konsumsi karbohidrat sederhana seperti gula pasir, sirup, dan lain-
lain.
 Dianjurkan untuk mengkonsumsi sumber protein berkualitas baik seperti
susu, telur, ayam tanpa kulit, tempe, dan tahu. Protein yang dikonsumsi
sebaiknya berjumlah 15-20% dari total kalori atau sekitar 40-74 gram
sehari.
 Kebutuhan lemak dalam sehari tidak lebih dari 25% dari total kalori atau
sekitar 50 gram sehari. Hindari makanan yang mengandung lemak jenuh
dan kolesterol tinggi seperti otak, kuning telur, jerohan, daging berlemak,
susu penuh (full cream), keju dan mentega.
 Dianjurkan untuk lebih banyak mengkonsumsi makanan yang
mengandung lemak nabati atau lemak tidak jenuh, seperti tempe, tahu,
minyak jagung, alpukat, dan lain-lain.
 Minum air putih 1500-2000 cc (6-8 gelas) sehari
 Kurangi konsumsi garam, vetsin, dan makanan yang menggunakan
pengawet.
 Tingkatkan konsumsi makanan yang mengandung serat. Kebutuhan serat
sehari untuk usia lanjut adalah 25-30 gram. Serat banyak diperoleh dari
sayuran dan buah-buahan, serta biji-bijian seperti kacang.
 Konsumsi cukup makanan yang mengandung kalsium, seperti susu, tempe,
yogurt, dan lain-lain. Kalsium penting untuk kesehatan tulang.
 Usahakan waktu makan teratur. Jadwal makan dapat dibuat lebih sering
namun porsi kecil.
 Pilihlah makanan yang mudah dikunyah dan mudah dicerna serta hindari
makanan yang terlalu gurih dan manis.
 Batasi minum kopi atau teh.
 Hindari rokok dan alkohol.

2. Nutrisi dan Mineral Yang Dapat Meningkatkan Sistem Imun Orang Tua
Nutrisi dan mineral-mineral yang dapat meningkatkan sistem imun orang tua
antara lain (Dickinson A, 2002) :
a. Beta-glucan.
Adalah sejenis gula kompleks (polisakarida) yang diperoleh dari dinding sel
ragi roti, gandum, jamur (maitake). Hasil beberapa studi menunjukkan bahwa
beta glucan dapat mengaktifkan sel darah putih (makrofag dan neutrofil).
b. Hormon DHEA.
Studi menggambarkan hubungan signifikan antara DHEA dengan aktivasi
fungsi imun pada kelompok orang tua yang diberikan DHEA level tinggi dan
rendah. Juga wanita menopause mengalami peningkatan fungsi imun dalam
waktu 3 minggu setelah diberikan DHEA.
c. Protein: arginin dan glutamin.
Lebih efektif dalam memelihara fungsi imun tubuh dan penurunan infeksi
pasca-pembedahan. Arginin mempengaruhi fungsi sel T, penyembuhan luka,
pertumbuhan tumor, dans ekresi hormon prolaktin, insulin, growth hormon.
Glutamin, asam amino semi esensial berfungsi sebagai bahan bakar dalam
merangsang limfosit dan makrofag, meningkatkan fungsi sel T dan neutrofil.
d. Lemak
Defisiensi asam linoleat (asam lemak omega 6) menekan respons antibodi,
dan kelebihan intake asam linoleat menghilangkan fungsi sel T. Konsumsi
tinggi asam lemak omega 3 dapat menurunkan sel helper, produksi cytokine.
e. Yoghurt yang mengandung Lactobacillus acidophilus dan probiotik lain.
Meningkatkan aktivitas sel darah putih sehingga menurunkan penyakit
kanker, infeksi usus dan lambung, dan beberapa reaksi alergi.
f. Mikronutrien (vitamin dan mineral).
Vitamin yang berperan penting dalam memelihara sistem imun tubuh orang
tua adalah vitamin A, C, D, E, B6, dan B12. Mineral yang mempengaruhi
kekebalan tubuh adalah Zn, Fe, Cu, asam folat, dan Se.
g. Zinc.
Menurunkan gejala dan lama penyakit influenza. Secara tidak langsung
mempengaruhi fungsi imun melalui peran sebagai faktor dalam pembentukan
DNA, RNA, dan protein sehingga meningkatkan pembelahan sellular.
Defisiensi Zn secara langsung menurunkan produksi limfosit T, respons
limfosit T untuk stimulasi atau rangsangan, dan produksi IL-2.

h. Lycopene.
Meningkatkan konsentrasi sel Natural Killer (NK).
i. Asam Folat
Meningkatkan sistem imun pada kelompok lansia. Studi di Canada pada
sekelompok hewan tikus melalui pemberian asam folate dapat meningkatkan
distribusi sel T dan respons mitogen (pembelahan sel untuk meningkatkan
respons imun). Studi terbaru menunjukkan intake asam folat yang tinggi
mungkin meningkatkan memori populasi lansia (Daniels S, 2002).
j. Vitamin E
Melindungi sel dari degenerasi yang terjadi pada proses penuaan. Studi yang
dilakukan di Boston menyimpulkan bahwa vitamin E dapat membantu
peningkatan respons imun pada penduduk lanjut usia. Vitamin E adalah
antioksidan yang melindungi sel dan jaringan dari kerusakan secara bertahap
akibat oksidasi yang berlebihan. Akibat penuaan pada respons imun adalah
oksidatif secara alamiah sehingga harus dimodulasi oleh vitamin E (Murray
F, 1991).
k. Vitamin C.
Meningkatkan level interferon dan aktivitas sel imun pada orang tua,
meningkatkan aktivitas limfosit dan makrofag, serta memperbaiki migrasi dan
mobilitas leukosit dari serangan infeksi virus, contohnya virus influenzae.
l. Vitamin A.
Berperan penting dalam imunitas nonspesifik melalui proses pematangan sel-
sel T dan merangsang fungsi sel T untuk melawan antigen asing, menolong
mukosa membran termasuk paruparu dari invasi mikroorganisme,
menghasilkan mukus sebagai antibodi tertentu seperti: leukosit, air, epitel,
dan garam organik, serta menurunkan mortalitas campak dan diare. Beta
karoten (prekursor vitamin A) meningkatkan jumlah monosit, dan mungkin
berkontribusi terhadap sitotoksik sel T, sel B, monosit, dan makrofag.
Gabungan/kombinasi vitamin A, C, dan E secara signifikan memperbaiki
jumlah dan aktivitas sel imun pada orang tua. Hal itu didukung oleh studi
yang dilakukan di Perancis terhadap penghuni panti wreda tahun 1997.
Mereka yang diberikan suplementasi multivitamin (A, C, dan E) memiliki
infeksi pernapasan dan urogenital lebih rendah daripada kelompok yang
hanya diberikan plasebo.
m. Vitamin D.
Menghambat respons limfosit Th-1.
n. Kelompok Vitamin B.
Terlibat dengan enzim yang membuat konstituen sistem imun. Pada penderita
anemia defisiensi vitamin B12 mengalami penurunan sel darah putih
dikaitkan dengan fungsi imun. Setelah diberikan suplementasi vitamin B12,
terdapat peningkatan jumlah sel darah putih. Defisiensi vitamin B12 pada
orang tua disebabkan oleh menurunnya produksi sel parietal yang penting
bagi absorpsi vitamin B12. Pemberian vitamin B6 (koenzim) pada orang tua
dapat memperbaiki respons limfosit yang menyerang sistem imun, berperan
penting dalam produksi protein dan asam nukleat. Defisiensi vitamin B6
menimbulkan atrofi pada jaringan limfoid sehingga merusak fungsi limfoid
dan merusak sintesis asam nukleat, serta menurunnya pembentukan antibodi
dan imunitas sellular.

Angka kecukupan energi dan zat gizi yang dianjurkan untuk Lansia dalam sehari :

 Menciptakan pola makan yang baik, kemudian bersahabat dengannya. Cobalah


menciptakan suasana yang menyenangkan di meja makan semenarik mungkin
sehingga dapat menimbulkan selera.
 Memperkuat daya tahan tubuh. Makanlah makanan yang mengandung zat gizi
yang mengandung zat gizi yang penting untuk kekebalan, seperti: biji-bijian utuh,
sayuran berdaun hijau, makanan laut.
 Mencegah tulang agar tidak menjadi keropos dan mengerut. Santaplah makanan
yang mengandung vitamin D. Pada usia diatas 60 tahun kemampuan penyerapan
kalsium menurun, vitamin D membantu penyerapan kalsium dalam tubuh, contoh
makanan sumber vitamin D adalah susu.
 Memastikan agar saluran pencernaan tetap sehat, aktif dan teratur. Karena itu
harus makan sedikitnya 20 gram makanan yang mengandung serat, seperti biji-
bijian, jeruk dan sayuran yang berdaun hijau tua.
 Menyelamatkan penglihatan dan mencegah terjadinya katarak .Santaplah
makanan yang mengandung vitamin C, E dan B karoten (antioksidan), seperti:
sayuran berwarna kuning dan hijau, jeruk sitrun dan buah lain.
 Mengurangi resiko penyakit jantung yaitu dengan membatasi makanan berlemak
yang banyak mengandung kolesterol dan natrium dan harus banyak makan
makanan yang kaya vitamin B6, B12, asam folat, serat yang larut, kalsium dan
aklium, seperti biji-bijian utuh, susu tanpa lemak, kacang kering daging tidak
berlemak, buah, termasuk nanas dan sayuran.
 Agar ingatan tetap baik dan sistem syaraf tetap bagus, harus banyak makan
vitamin B6, B 12 dan asam folat
 Mempertahankan berat badan ideal dengan jalan tetap aktif secara fisik, makan
rendah lemak dan kaya akan karbohidrat kompleks. Menjaga agar nafsu makan
tetap baik dan otot tetap lentur
 Dengan jalan melakukan olah raga aerobik (berjalan atau berenang). Olah raga
dilakukan menurut porsi masing-masing usia serta tingkat kebugaran setiap
orang.
 Tetaplah berlatih setiap harinya.

Selain dari makanan untuk menjaga kesehatan, lansia juga perlu beberapa kegiatan
yang harus dilakukan seperti:

 Olah raga yang teratur dan sesuai


Olah raga usia lanjut tidak perlu berlebihan, patokan olah raga lansia yaitu
beban ringan atau sedang, waktu relatif lama, bersifat aerobik dan atau
kalistenik, tidak kompetitif atau bertanding. Beberapa contoh olah raga yang
sesuai dengan batasan tadi adalah jalan kaki, dengan segala bentuk permainan
yang ada unsur jalan kaki misalnya golf, lintas alam, mendaki bukit, senam
dengan faktor kesulitan kecil dan olah raga yang bersifat rekreatif dapat
diberikan.
 Istirahat, tidur yang cukup
Tidur ini bermanfaat untuk menyimpan energi, meningkatkan immunitas atau
kekebalan tubuh, mempercepat proses penyembuhan penyakit, juga pada saat
tidur tubuh memperbaiki jaringan tubuh yang mengalami kerusakan. Oleh karena
itu orang pada umumnya akan merasa segar setelah istirahat.
 Menjaga kebersihan
Lansia harus menjaga kebersihan tubuh, kebersihan lingkungan, kebersihan
ruangan dan juga pakaian dimana dia tinggal. Yang termasuk kebersihan tubuh
adalah mandi dua kali sehari, mencuci tangan sebelum makan atau sesudah
mengerjakan sesuatu, sikat gigi setelah selesai makan, membersihkan kuku dan
lubang-lubang (hidung, telinga, pusar, anus dan organ intim), memakai alas kaki
jika keluar rumah dan menggunakan pakaian yang bersih.
Sedangkan kebersihan lingkungan yakni di halaman rumah, jauh dari sampah
dan genangan air. Di dalam ruangan atau rumah bersih dari debu dan kotoran
setiap hari, tutupi selalu makanan di meja makan. Pakaian, sprei, gorden, karpet,
seisi rumah termasuk kamar mandi dan WC harus dibersihkan secara periodik.
Tentu saja hal ini memerlukan bantuan dari keluarga atau orang yang tinggal
bersama Lansia.
 Memeriksakan kesehatan secara teratur
Pemeriksaan kesehatan berkala dan
konsultasi kesehatan merupakan kunci
keberhasilan dari upaya pemeliharaan
kesehatan lansia. Walaupun tidak sedang
sakit, lansia dianjurkan untuk memeriksakan
kesehatannya secara berkala, agar bila ada
penyakit dapat diketahui lebih dini sehingga
pengobatannya lebih mudah dan cepat dan
jika ada faktor beresiko yang menyebabkan
penyakit dapat dicegah.
 Mental dan batin tenang dan seimbang
Yakni dengan lebih dekat kepada Tuhan, menyerahkan diri sepenuhnya kepada
Tuhan, hal ini akan membuat lebih tenang. Lalu hindari stress, hidup yang penuh
dengan tekanan yang akan merusak kesehatan. Stress juga dapat menyebabkan
stroke, penyakit jantung dan sebagainya. Senyum dan ketawa akan membuat
penampilan lebih menarik dan disukai semua orang. Tertawa membantu
memandang hidup dengan positif dan juga terbukti memiliki kemampuan untuk
menyembuhkan. Tertawa juga ampuh untuk mengendalikan emosi yang tinggi dan
untuk melemaskan otak dari kelelahan.
 Rekreasi
Rekreasi untuk menghilangkan kelelahan setelah beraktifitas selama seminggu,
bisa di pantai, ditaman, atau bersantai bersama keluarga, anak dan cucu, atau
teman dan tetangga.
e. Pemantauan Status Nutrisi
1. Penimbangan Berat Badan
a. Penimbangan BB dilakukan secara teratur minimal 1 minggu sekali,
waspadai peningkatan BB atau penurunan BB lebih dari 0.5 Kg/minggu.
Peningkatan BB lebih dari 0.5 Kg dalam 1 minggu beresiko terhadap
kelebihan berat badan dan penurunan berat badan lebih dari 0.5 Kg
/minggu menunjukkan kekurangan berat badan.
b. Menghitung berat badan ideal pada dewasa :
Rumus : Berat badan ideal = 0.9 x (TB dalam cm – 100)
Catatan untuk wanita dengan TB kurang dari 150 cm dan pria dengan TB
kurang dari 160 cm, digunakan rumus :
Berat badan ideal = TB dalam cm – 100
Jika BB lebih dari ideal artinya gizi berlebih Jika BB kurang dari ideal
artinya gizi kurang
2. Kekurangan kalori protein
Waspadai lansia dengan riwayat : Pendapatan yang kurang, kurang
bersosialisasi, hidup sendirian, kehilangan pasangan hidup atau teman, kesulitan
mengunyah, pemasangan gigi palsu yang kurang tepat, sulit untuk menyiapkan
makanan, sering mangkonsumsi obat-obatan yang mangganggu nafsu makan,
nafsu makan berkurang, makanan yang ditawarkan tidak mengundang selera.
Karena hal ini dapat menurunkan asupan protein bagi lansia, akibatnya lansia
menjadi lebih mudah sakit dan tidak bersemangat.
3. Kekurangan vitamin D
Biasanya terjadi pada lansia yang kurang mendapatkan paparan sinar
matahari, jarang atau tidak pernah minum susu, dan kurang mengkonsumsi
vitamin D yang banyak terkandung pada ikan, hati, susu dan produk olahannya.
f. Faktor-faktor yang terkait dengan kebutuhan gizi lansia yaitu :
1. Aktivitas Fisik
Pada umumnya, para lansia akan mengalami penurunan aktivitas fisik. Salah
satu faktor penyebabnya adalah pertambahan usia yang dapat menyebabkan
terjadinya kemunduran biologis. Kondisi ini setidaknya akan membatasi aktivitas
yang menuntut ketangkasan fisik. Penurunan aktivitas fisik pada lansia harus
diimbangi dengan penurunan asupan kalori, hal tersebut dilakukan untuk
mencegah timbulnya penyakit degeneratif.
2. Kemunduran Biologis
Seperti yang sudah diuraikan tadi bahwa memasuki usia senja, sesorang akan
mengalami beberapa perubahan, baik secara fisik maupun biologis, misalnya
tanggalnya gigi, kulit keriput, penglihatan berkurang, keropos tulang, rambut
beruban, pikun, depresi, sensitivitas indera berkurang, metabolisme basal tubuh
berkurang, dan kurang lancarnya proses pencernaan. Oleh karena itu asupan gizi
untuk lansia harus disesuaikan dengan perubahan kemampuan organ-organ
tubuh lansia sehingga dapat mencapai kecukupan gizi lansia yang optimal.
3. Pengobatan
Bertambahnya usia identik dengan ketergantungan obat. Pada dasarnya,
pengobatan dapat memperbaiki kondisi kesehatan dan meningkatkan kualitas
hidup, tetapi di lain pihak pengobatan pun dapat mempengaruhi asupan
kebutuhan gizi lansia, efek ini timbul karena obat-obatan tertentu dapat
mempengaruhi proses penyerapan zat gizi. Oleh karena itu bagi lansia yang
harus menggunakan beberapa jenis obat dianjurkan untuk selalu
mengkonsultasikan kepada dokter mengenai kemungkinan terjadinya efek
samping obat yang sedang dan akan digunakan selain itu pasien juga dianjurkan
untuk meminta saran dari dokter atau ahli gizi tentang pilihan makanan yang
sebaiknya dikonsumsi.
4. Depresi dan Kondisi Mental
Depresi hampir dialami 12 – 14% populasi lansia. Perubahan lingkungan sosial,
kondisi yang terisolasi, kesepian, dan berkurangnya aktivitas menjadikan para
lansia mengalami rasa frustasi dan kurang bersemangat. Akibatnya, selera
makan terganggu sehingga secara tidak langsung dapat memicu terjadinya status
gizi buruk.
5. Penyakit
Meningkatnya usia menyebabkan seseorang menjadi rentan terserang penyakit.
Penyakit-penyakit tertentu sering menyebabkan keadaan gizi buruk misalnya
penderita diabetes mellitus umumnya mempunyai berat badan dibawah normal,
hal tersebut disebabkan karena karena defisiensi insulin kondisi ini akan
menyebabkan sedikitnya glukosa yang dapat diserap tubuh untuk diubah menjadi
glukogen (energi), dengan demikian untuk memenuhi kebutuhan energi, tubuh
akan merombak lemak (lipolisis) dan protein (proteolisis) untuk dijadikan sumber
energi. Jika kondisi ini terjadi secara terus menerus akan menyebabkan
cadangan lemak dan protein di dalam tubuh berkurang. Akibatnya berat badan
akan menurun.

You might also like