Professional Documents
Culture Documents
KERJA PRAKTEK
Disusun Oleh:
AHMAD SOFARI
113.15.00012
SERPONG
2018
ABSTRAKSI
PT. Indonesia Toray Synthetics (ITS) didirikan pada bulan oktober tahun 1971 dan mulai beroperasi
sejak agustus1973. Pada saat itu ITS merupakan perusahaan di Indonesia yang memproduksi N-FY,
P-SF, P-FY, dan Resin Compound. Pengendalian kualitas dalam industri manufaktur sangat
diperlukan agar produk yang dihasilkan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan mampu
bersaing. Pada penelitian ini saya akan menggunakan metode Statistical Process Control (SPC)
yaitu metode yang digunakan untuk mengendalikan proses agar produk sesuai standar spesifikasi.
Atau dalam pemahaman lain Statistical Process Control (SPC) adalah teknik yang memampukan
pengendali kualitas untuk memonitor, menganalisis, memprediksikan, mengontrol, dan
meningkatkan proses produksi melalui Control Chart s. Data yang digunakan adalah data variabel
yaitu data pengujian dari produk CM1016G-30B1B1 hari pertama untuk dilakukan pengujian (Pellet
Appereance, Moisture Content, Ash, dan Viscosity Number). Untuk hari kedua dilakukan
pengukuran (Tensile Strain at Break, Tensile Strenght, Charpy Imoact Strenght, Flexure, FM, dan
Density).
Kata Kunci :
Statistical Process Control, Control Chart s, N-FY, P-SF, P-FY, Resin Compound, Pellet
Appereance, Moisture Content, Ash, dan Viscosity Number, Tensile Strain at Break, Tensile
Strenght, Charpy Imoact Strenght, Flexure, FM, dan Density.
ABSTRACT
PT. Indonesia Toray Synthetics (ITS) was established in October 1971 and began operations since
August 1973. At that time ITS was a company in Indonesia that produced N-FY, P-SF, P-FY, and
Resin Compound. Quality control in the manufacturing industry is indispensable so that the
products produced are in accordance with established standards and are able to compete. In this
study I will use the Statistical Process Control (SPC) method, which is a method used to control the
process so that the product meets the specifications standards. Or in another definition Statistical
Process Control (SPC) is a technique that enables quality controllers to monitor, analyze, predict,
control, and improve production processes through Control Chart s. The data used is variable data,
that is the test data from the first day CM1016G-30B1 product to be tested (Pellet Appereance,
Moisture Content, Ash, and Viscosity Number). For the second day measurements were made
(Tensile Strains at Break, Tensile Strenght, Charpy Imoact Strength, Flexure, FM, and Density).
Keywords :
Statistical Process Control, Control Chart s, N-FY, P-SF, P-FY, Resin Compound, Pellet
Appereance, Moisture Content, Ash, dan Viscosity Number, Tensile Strain at Break, Tensile
Strenght, Charpy Imoact Strenght, Flexure, FM, dan Density.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Persaingan dunia industri saat ini semakin ketat, perusahaan-perusahaan
berlomba untuk menciptakan produk yang baik. Hal ini dikarenakan tersedianya
sumber daya yang dimiliki perusahaan baik sumber daya manusia maupun sumber
daya yang lain ditambah pula perkembangan teknologi semakin canggih. Selain itu
ada faktor eksternal yang mempengaruhi yaitu dari segi konsumen yang semakin
selektif dalam memilih suatu produk. Untuk menghadapi persaingan tersebut,
sesuai dengan visi PT. Indonesia Toray Synthetics (ITS) yaitu “Menuju Pabrik
Nomor Satu di Dunia dalam Safety, Kualitas dan Performance” berbagai cara
dilakukan oleh perusahaan untuk terus meningkatkan kualitas produk. Salah satu
caranya adalah dengan melakukan jaminan kualitas dari produk tersebut.
PT. ITS merupakan perusahaan yang memproduksi Nylon Filament Yarn
(N-FY), Polyester Polyester Fiber (P-SF), Polyester Filament Yarn (P-FY), Dan
Resin Compound. Pada produk Resin Compund terdapat 3 tipe sampel produk yang
dilakukan pengujian sebelum dipasarkan yaitu tipe PA6, PA66, dan PBT. Ketiga
tipe sampel produk tersebut diuji di departemen Quality Assurance untuk
mengetahui kualitas produk tersebut.
Jam kerja karyawan PT İTS adalah 8 jam / hari dan dibagi menjadi dua,
yaitu sistem daily dan shift. Sistem daily merupakan jam kerja bagi karyawan yang
tidak berhubungan langsung dengan bagian prodüksi, sedangkan sistem shift
merupakan jam kerja bagi karyawan yang berhubungan langsung dengan bagian
prodüksi, jam kerja shift dibagi menjadi 3 waktu yaitu :
1. Shift A (Jam 06.00 s/d jam 14.00)
2. Shift B (Jam 14.00 s/djam 22.00)
3. Shift C (Jam 22.00 s/djam 06.00)
a. Charging Raw Material adalah proses bahan baku yang digunakan pada
proses pembuatan nylon yaitu Capro lactam. Capro lactam merupakan
bahan baku berbentuk kristal/butiran padat yang bersifat toxic. kemudian
dimasukkan ke dalam mixer dan dilakukan pencampuran dengan air dan zat
additive (bahan penolong) kemudian dilanjutkan ke proses polimerisasi.
b. Polimerisasi adalah proses lepasnya senyawa-senyawa kimia dalam
pembuatan original chip (OG Chip). Proses ini menghasilkan OG chip yang
abnormal dan dapat dilelehkan kembali pada proses polimerisasi atau proses
depoly. Depoly adalah residu yang dihasilkan dari proses polimer, proses
ekstraksi, maupun drying yang diolah kembali untuk proses polimerisasi
dan juga untuk campuran bahan baku. Hal tersebut membuktikan bahwa PT
ITS telah melakukan efisiensi bahan baku untuk mengurangi biaya produksi
dan limbah yang dihasilkan.
c. Ekstraksi adalah proses pengambilan senyawa ekstrak menjadi ekstrak chip
(granule chip).
d. Drying adalah proses ekstrak chip yang sudah siap diolah masuk ke dalam
proses drying (pengeringan) untuk diturunkan kadar kelembabannya
sehingga dihasilkan chip yang kering (final drying chip). Final drying chip
siap dipasarkan dan mampu diolah menjadi benang nylon.
e. Spinning Chip adalah proses chip yang telah melewati proses drying
kemudian dileburkan pada proses spinning dengan suhu dan tekanan yang
tinggi. Pada proses spinning dihasilkan untaian serat nylon yang disebut
mother yarn.
f. DRawing adalah proses penarikan serat menjadi benang dengan ukuran
tertentu sesuai permintaan customer kemudian dikemas dan disimpan dalam
warehouse.
a. Charging Raw Material adalah proses bahan baku yang digunakan pada
proses pembuatan Polyester yaitu PTA (Pure Terephtalic Acid) dan EG
(Ethylene Glycol). PTA merupakan bahan baku berbentuk serbuk padat
sedangkan EG merupakan bahan baku berbentuk cair, keduanya bersifat
toxic. Pada tahap ini bahan baku dimasukkan ke dalam mixer dan dilakukan
pencampuran dengan air dan zat additive (bahan penolong) kemudian
membentuk monomer.
b. Esterifikasi adalah proses pemberian senyawa dengan suhu tertentu untuk
mengubah asam karboksilat dan alkohol menjadi ester dengan katalis asam
yang disebut acetic Acid.
c. Polimerisasi adalah proses pengikatan senyawa-senyawa kimia yang akan
membentuk ikatan, sehingga terjadi pembentukan kristal yang disebut
sebagai chip. Terdapat dua chip yang dihasilkan pada proses polimerisasi,
yaitu chip yang berwarna putih dan tidak berwarna. Chip berwarna putih
dihasilkan dari penambahan Ti02 sedangkan chip yang tidak berwarna
merupakan chip yang tidak diberi penambahan Ti02 dari kedua chip
tersebut akan dihasilkan benang yang berwarna putih dan tidak berwarna.
d. Drying adalah proses pengeringan chip menggunakan drying machine
kemudian chip masuk ke dalam bejana chip (dried chip stock hopper).
Kelembaban chip Polyester lebih tinggi dibandingkan chip nylon. Drying
chip dapat langsung diperjual-belikan sedangkan untuk membentuk
Polyester Fiber danfilament, chip akan masuk ke proses selanjutnya
(spinning).
e. Spinning a dalah proses peleburan chip ker ing dengan suhu dan tekanan
tinggi sehingga menghasilkan serat sintetis. Dalam proses pembuatan
Polyester Fiber serat sintetis dilakukan proses pemuntiran (twister)
kemudian dimasukkan ke dalam mesin roll dan dimasukkan ke tow can
(bejana penampungan). Dalam proses pembuatan benang Polyester
(filament yarn) serat benang akan digulung pada tabung benang (winding).
f. After Treatment adalah proses derat sintetis dalam tow can kemudian ditarik
pada proses crimping (pengeritingan) oleh mesin crimper sehingga
dihasilkan benang berbentuk gelombang berupa serat Polyester (kapas
buatan). Benang sudah dicampur dengan oil untuk menghindari ekostatis
dan dipotong dengan ukuran 44mm atau 51mm sesuai dengan permintaan
pelanggan. Kapas yang sudah jadi kemudian dikemas dan disimpan dalam
gudang. Proses pembuatan filament yarn yaitu, serat sintetis yang sudah
digulung kemudian dipindahkan terlebih dahulu ke mesin dRawing
(unwinding) dan dilakukan penarikan oleh raw twisting machine. Benang
yang dihasilkan kemudian dikemas dan disimpan dalam gudang atau
dikirim ke pihak ketiga.
a. Charging Raw Material, adalah proses bahan baku yang digunakan dalam
pembuatan chip resin, yaitu chip nylon, chip Polyester dan zat additive yang
terdiri dari carbon, antimony trioxide, melamin cyanurate, dan bromiated
flame retardants yang merupakan bahan berbentuk padatan serta
trymethylphosphate yang merupakan bahan berbentuk cair. Zat additive
yang digunakan seluruhnya bersifat toxic.
b. Extrusion adalah proses extrusi yaitu chip Polyester dan chip nylon
dicampur dalam proses mixing kemudian ditambahkan dengan zat additive
dan glass Fiber (silikat). Bahan yang sudah dicampur masuk ke dalam
mesin extrusi sehingga membentuk strand (untaian). Strand kemudian
masuk ke proses melting, yaitu pemanasan dengan suhu tinggi.
c. Pendinginan adalah proses strand yang keluar dari proses melting kemudian
didinginkan dalam bak pendingin (cooling bath) dan menuju ke mesin cutter
(pemotong).
d. Cutting adalah proses strand yang masuk ke dalam mesin cutter dipotong
sesuai dengan ukuran yang diminta pelanggan dan menjadi bentuk chip.
Chip masuk ke mesin misscutt remover untuk dipilah antara chip yang
baik/kurang baik.
e. Drying adalah proses chip y ang telah tersortir selanjtnya masuk ke proses
drying, yaitu pengeringan chip dengan menghilangkan kadar kelembaban
pada chip dan dihasilkan chip resin berwarna hitam.
f. Blending adalah proses chip yang sudah kering kemudian masuk ke mesin
blending agar homogen. Chip yang telah homogen kemudian dikemas
dengan paper bag dan siap untuk dikirim ke pelanggan atau disimpan dalam
gudang. Chip dilakukan pengujian sebelumnya oleh Departemen Quality
Assurance untuk mengecek kualitas chip tersebut.
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1. Kualitas
Setiap metode perbaikan kualitas tentu ditunjang oleh alat alat bantu yang
disebut “Alat-alat kualitas” atau “Quality Tools”.
Alat bantu ini berasal dari berbagai disiplin keilmuan (tidak hanya
engineering), ada dari ekonomi, sains dan lain sebagainya, namun kegunaanya
sangan feasible dan capable untuk digunakan ke dalam implementasi dari metode
metode kualitas.
Quality tools memiliki fungsi untuk membantu dan mempermudah untuk
menginterpretasi permasalahan seputar kualitas ke dalam tampilan visual baik table
maupun grafis, yang dari sanalah dapat dengan mudah diambil sebuah ide dan
gagasan tentang langkah peningkatan kualitas selanjutnya.
Lembar Check Sheet adalah alat untuk memastikan kualitas secara real time,
artinya adalah isian pada lembar Check Sheet akan memberikan gambaran aktual
dan terkini mengenai kualitas. Kebenaran data sangatlah tergantung kepada orang
atau petugas yang menilai kondisi di lapangan. Lembar Check Sheet memiliki 2
(dua) tipe isian yang unnum digunakan, yakni:
3.2.4. Histogram
Run Chart adalah tools yang merupakan gambar yang memetakan data
berupa angka berdasarkan periode data tersebut.
Peta kendali adalah satu dari banayk alat untuk memonitoring proses dan
pengendalian kualitas. Alat-alat tersebut merupakan pengembangan metode untuk
peningkatan dan perbaikan kualitas. Perbaikan kualitas terjadi pada dua situasi.
Situasi pertama adalah ketika peta kendali dibuat, proses dalam kondisi tidak stabil.
Kondisi yang diluar batas kendali terjadi karena sebab khusus, kemudian dicari
tindakan perbaikan shinggs proses menjadi stabil. Sehingga, hasilnya adalah adanya
perbaikan proses.
Dimana :
5. Hitung batas kendali atas dan batas kendali bawah dari peta kendali p :
6. lot data proporsi (persentase) unit cacat serta amati apakah data tersebut
berada dalam pengendalian atau di luar pengendalian (Hendra Poerwanto
G).
3.3.1.2. Peta Kendali np
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa bila sampel yang diambil
setiap kali melakukan observasi jumlahnya sama maka kita dapat menggunakan
peta pengendali proporsi kesalahan (p-Chart) maupun banyaknya kesalahan (np-
Chart). Bila peta kendali p digunakan untuk memetakan proses secara proporsional,
maka peta kendali np merupakan peta kendali yang digunakan untuk mengukur
banyaknya produk cacat per item.
Peta kendali np biasa digunakan untuk memetakan jumlah item cacat atau
banyaknya cacat dari sebuah sampel yang diambil. Berbeda dengan peta kendali p
yang dapat memetakan proses dengan jumlah sampel tiap observasi sama maupun
tidak sama, peta kendali np hanya biasa digunakan apabila sampel yg diambil tiap
observasi jumlahnya sama. Adapun rumus batas pengendali np adalah sebagai
berikut:
Peta kendali c adalah jenis Control Chart (Peta Kendali) yang berfungsi
untuk mengukur banyaknya jumlah defect atau ketidaksesuaian yang terdapat
dalam unit yang diproduksi. c-Chart digunakan apabila jumlah kesempatan yang
defect adalah konstan atau tetap.
4. Plot data jumlah cacat dari setiap subgrup yang diperiksa dan amati apakah
data tersebut berada dalam pengendalian atau diluar kendali.
Peta kendali rata-rata dan range adalah Peta kendali untuk mengendalikan
proses berdasarkan Rata-rata (𝑋̅) dan Range (R). 𝑋̅ – R Chart digunakan apabila
ukuran sampel yang dikumpulkan berjumlah lebih dari 2 dan kurang dari atau
sama dengan 5 (2 < n ≤ 5) pada setiap set sampel data, Jumlah set sampel yang
ideal adalah 20 – 25 set sampel.
Langkah dalam pembuatan Peta Kendali 𝑋̅ Chart
1. Tentukan ukuran subgrup atau subgroup size atau sampel pada subgroup
atau jumlah produk yang diobservasi setiap kali melakukan observasi (n)
antara 2 sampai 10.
2. Tentukan banyaknya subgrup (k atau N)
3. Hitung nilai rata-rata dari setiap subgrup, yaitu X.
4. Hitung nilai rata-rata seluruh 𝑋̅yang merupakan garis tengah atau center
line (CL), Batas Kendali Atas (UCL) dan Batas Kendali Bawah (LCL)
untuk peta kendali X bar.
5. Plot data 𝑋̅pada peta kendali 𝑋̅ serta amati apakah data tersebut berada
dalam pengendalian atau tidak.
6. Hitung Indeks Kapabilitas Proses (Cp).
4. Hitung nilai rata-rata dari seluruh x, yaitu x yang merupakan garis tengah
(center line) dari peta kendali x,
6. Hitung nilai rata-rata dari seluruh s, yaitu S yang merupakan garis tengah
dari peta kendali S,
7. Hitung batas kendali atas dan bawah (UCL dan LCL) dari peta kendali x :
8. Hitung batas kendali atas dan bawah (UCL dan LCL) untuk peta kendali S
9. Hitung batas kendali atas dan bawah (UCL dan LCL) untuk peta kendali S
10. Plot data x dan S pada peta kendali x dan S serta amati apakah data tersebut
berada dalam pengendalian atau diluar pengendalian. (Hendra Poerwanto
G).
Peta kendali individual dan moving range digunakan apabila data sampel
yang dikumpulkan hanya berjumlah 1 unit. Chart jenis ini sering digunakan jika
sampel yang diperiksa tersebut harus dimusnahkan (tidak dapat dipakai kedua
kalinya) atau pada produk yang berharga tinggi.
Langkah-langkah membuat peta kendali Peta Kendali Individual dan Moving range
adalah sebagai berikut :
3. Menghitung garis pusat, UCL, dan LCL untuk peta kendali individu.
Peta kendali EWMA merupakan peta kendali untuk data variable (data yang
bersifat kuantitatif dan kuntinu dalam pengukuran, sepetyi dimensi diukur atau
waktu) yang digunakan untuk mendeteksi terjadinya pergesersn dalam rata-rata
proses.
Peta kendali CUSUM adalah analisis data teknik analisis untuk menentukan
apakah proses pengukuran telah keluar dari kendali statistic.
3.3.2.6. Peta Kendali Multivariat T-Square
Jika CPU ≥ 1, maka proses disebut baim (capable), dan jika CPL <1, maka
proses kurang baik (not capable). Nilai Cpk ini menunjukan kemampuan
sesungguhnya dari proses dengan nilai-nilai parameter yang ada. Apabila nilai rata-
rata yang sesungguhnya sama dengan nilai tengah, makasebenarnya nilai Cpk =
nilai Cp. Semakin tinggi indeks kemampuan proses maka semakin sedikit produk
yang berada diluar batas batas spesifikasi.
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
Identifikasi Masalah :
Studi Pustaka :
Pengendalian kualitas pada produk Studi Lapangan :
1. Pengendalian kualitas CM1016G-30B1 di PT. Indonesia
Toray Synthetics Pada Departemen Quality
2. Metode Statistical Proces Assurance di PT. Indonesia
Control Toray Synthetics
Pembatasan Masalah :
Analisa :
1. Pengendalian Rata-Rata Proses Uji
2. Kapabilitas Proses Produksi Produk CM1016G-30B1
Kesimpulan
Selesai
4.2. Keterangan Diagram Alir
1. Mulai
2. Identifikasi Masalah
3. Studi Lapangan
Pada tahapan studi lapangan, penulis diarahkan untuk melihat masalah apa
yang terjadi ataupun yang terdapat dilapangan. Hal ini dilakukan sebagai bahan
pertimbangan dalam memilih masalah apa yang akan diselesaikan. Tempat studi
lapangan adalah Departemen Quality Assurance di PT. Indonesia Toray Synthetics.
4. Studi Pustaka
Pada tahapan studi pustaka diarahkan untuk menemukan teori, referensi dan
literatur yang berhubungan dengan kegiatan penelitian. Studi pustaka dilakukan
untuk dijadikan landasan berpikir dalam melakukan kerja praktek untuk
menyelesaikan permasalahan yang telah diidentifikasi disertai dengan landasan
teori kuat yang didukung oleh referensi dan literatur untuk mendapatkan solusi yang
terbaik bagi perusahaan. Studi pustaka yang dicari adalah pengendalian kualitas dan
Metode Statistical Proces Control (SPC).
1. Peta kendali
2. Mencari nilai USL dan LSL
3. Mencari nilai CPU dan CPL
4. Mencari nilai Cp
5. Mencari nilai Cpk
9. Analisa
11. Selesai
Setelah semua langkah tersebut diatas selesai dilakukan, maka selesai sudah
langkah – langkah dalam penyusunan laporan kerja praktek ini.
MOISTURE CHARPY (NOTCHED)
Nama Produk Tahun Bulan LOT ASH (%) TS (Mpa) TE (%) FS (Mpa) FM (Mpa) DENSITY (Kg/m2) VN (ml/g)
No (%) (Kj/m2)
Warehouse Spec 0,15 ≥ 29,5-32,5 180 ≤ 2.0 ≤ 9.0 ≤ 1320-1420 135.0-155.0
1 CM1016G-30 B1 2018 Mei 8E 101 0,08 30,3 193 3,6 297 9032 15,7 1356 144,90
2018.
2 CM1016G-30 B1 2018 Mei 8E 102 0,06 30,3 194 3,6 296 8735 15,4 1354 146,10
3 CM1016G-30 B1 2018 Mei 8E 103 0,07 30,6 195 3,6 291 8574 16 1355 145,10
4 CM1016G-30 B1 2018 Mei 8E 104 0,05 30,4 196 3,6 295 8791 15,4 1355 145,10
5 CM1016G-30 B1 2018 Mei 8E 105 0,05 30,3 195 3,6 289 8752 15,7 1354 145,20
6 CM1016G-30 B1 2018 Mei 8E 106 0,07 30,9 196 3,6 294 8746 15,8 1360 144,80
7 CM1016G-30 B1 2018 Mei 8E 107 0,06 31 196 3,6 294 8826 15,6 1362 145,00
8 CM1016G-30 B1 2018 Mei 8E 108 0,11 30,7 195 3,4 286 8983 15,69 1357 142,20
9 CM1016G-30 B1 2018 Mei 8E 109 0,09 30,3 195 3,4 289 8971 15,4 1352 143,40
10 CM1016G-30 B1 2018 Mei 8E 110 0,07 30,9 195 3,4 289 8880 15,4 1360 142,80
11 CM1016G-30 B1 2018 Mei 8E 111 0,08 30,3 193 3,5 293 8856 15,5 1353 143,20
12 CM1016G-30 B1 2018 Mei 8E 112 0,07 30,9 193 3,5 294 9126 15,8 1357 143,20
13 CM1016G-30 B1 2018 Mei 8E 113 0,06 30,4 191 3,5 295 8867 15,6 1354 142,80
14 CM1016G-30 B1 2018 Mei 8E 114 0,07 30,5 190 3,5 290 8736 15,6 1354 142,90
15 CM1016G-30 B1 2018 Mei 8E 115 0,08 30,9 193 3,5 290 8966 15,9 1361 141,40
16 CM1016G-30 B1 2018 Juni 8F 101 0,07 30,9 193 3,5 294 8775 15,9 1359 142,90
5.1. Pengumpulan data
17 CM1016G-30 B1 2018 Juni 8F 102 0,05 30,9 195 3,7 296 8943 16,1 1360 144,00
18 CM1016G-30 B1 2018 Juni 8F 103 0,05 30,4 196 3,6 297 8798 16,1 1356 144,50
19 CM1016G-30 B1 2018 Juni 8F 104 0,05 30,4 194 3,7 294 8725 16,3 1355 143,70
20 CM1016G-30 B1 2018 Juli 8G 101 0,05 30,9 194 3,5 290 9047 16,1 1360 143,50
21 CM1016G-30 B1 2018 Juli 8G 102 0,06 30,4 193 3,4 291 8988 15,5 1356 143,20
22 CM1016G-30 B1 2018 Juli 8G 103 0,09 30,3 191 3,4 288 8916 15,2 1355 142,60
23 CM1016G-30 B1 2018 Juli 8G 104 0,06 30,4 192 3,5 291 9011 12,3 1357 143,50
24 CM1016G-30 B1 2018 Juli 8G 105 0,05 30,9 192 3,4 296 9249 15,7 1361 145,00
25 CM1016G-30 B1 2018 Juli 8G 106 0,06 30,5 192 3,5 293 9054 15,7 1357 143,20
26 CM1016G-30 B1 2018 Juli 8G 107 0,05 30,4 191 3,6 292 9017 15,9 1356 142,50
27 CM1016G-30 B1 2018 Juli 8G 108 0,05 30,4 190 3,5 290 8965 15,3 1357 143,80
28 CM1016G-30 B1 2018 Juli 8G 109 0,04 31 195 3,6 291 9026 16,1 1363 147,10
BAB V
5.2.1. Rata-rata
∑𝑛𝑖=1 𝑋𝑖
𝑥̅ =
𝑛
No Variabel Rata-rata
MOISTURE (%)
1 0,0643
2 ASH (%) 30,59
3 TS (Mpa) 193,5
4 TE (%) 3,53
5 FLEXURE (Mpa) 292,32
6 FM (Mpa) 8905,54
7 CHARPY (NOTCHED) (Kj/m2) 15,6
8 DENSITY (Kg/m2) 1357
9 VN (ml/g) 143,84
Tabel-2. Rata-Rata
∑𝑛𝑖=1(𝑋𝑖 − ̅̅̅
𝑋)
𝑆= √
𝑛
∑𝑛 (𝑋𝑖 − 𝑋̅)2
𝑆 2 = √ 𝑖=1
𝑛−1
No Variabel Variansi
1 MOISTURE (%) 0,000255
2 ASH (%) 0,1
3 TS (Mpa) 3,4
4 TE (%) 0,008
5 FLEXURE (Mpa) 8,67
6 FM (Mpa) 21869,15
7 CHARPY (NOTCHED) (Kj/m2) 0,495
8 DENSITY (Kg/m2) 8,52
9 VN (ml/g) 1,6277
Tabel-4. Variansi
Tabel-7. Upper 4S, Upper 3S, Upper 2S, Upper 1S, Lower 1S, Lower 2S, Lower
3S, Lower 4S
5.2.7. Peta Kendali
Tabel-13. Uji FM
Tabel-17. Upper Specification Limit (USL) dan Lower Specification Limit (LSL)
1.2.9. Upper Process Capability (CpL) dan Lower Proses Capability
(CpL)
𝑈𝑆𝐿 − 𝑋̅
𝐶𝑝𝑈 =
3𝑆
𝑋̅ − 𝐿𝑆𝐿
𝐶𝑝𝐿 =
3𝑆
Tabel-18. Upper Process Capability (CpL) dan Lower Proses Capability (CpL)
1.2.10. Process Capability (Cp)
(𝑈𝑆𝐿 − 𝐿𝑆𝐿)
𝐶𝑝 =
6𝜎
No Variabel Cp
1 MOISTURE (%) -
2 ASH (%) 1,9
3 TS (Mpa) -
4 TE (%) -
5 FLEXURE (Mpa) -
6 FM (Mpa) -
7 CHARPY (NOTCHED) (Kj/m2) -
8 DENSITY (Kg/m2) 6
9 VN (ml/g) 3
No Variabel Cpk
1 MOISTURE (%) 1,789
2 ASH (%) 1,359
3 TS (Mpa) 2,425
4 TE (%) 5,682
5 FLEXURE (Mpa) -
6 FM (Mpa) -
7 CHARPY (NOTCHED) (Kj/m2) 3,125
8 DENSITY (Kg/m2) 4,226
9 VN (ml/g) 2,310
5.3. Analisa
5.3.1. Pengendalian Rata-Rata Proses Uji
KESIMPULAN