You are on page 1of 7

LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR PERKEMBANGAN HEWAN

PERCOBAAN V

SIKLUS ESTRUS DAN APUSAN VAGINA

OLEH :

NAMA : WAHYUNI S.

STAMBUK : F1D117034

KELOMPOK : II (DUA)

ASISTEN PEMBIMBING : M. RIDHO ALFALAHI

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PRNGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HALU OLEH

KENDARI

2018
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Estrus merupakan periode seksual yang sangat jelas yang disebabkan

oleh tingginya level estradiol, folikel de Graaf membesar dan menjadi matang,

uterus berkontraksi dan ovum mengalami perubahan kearah pematangan.

Metestrus adalah periode dimana korpus luteum bertambah cepat dari sel-sel

graulose folikel yang telah pecah dibawah pengaruh Luteinizing hormone (LH)

dari adenohyphophysa. Diestrus adalah periode terlama dalam siklus estrus

dimana korpus luteum menjadi matang dan pengaruh progesterone terhadap

saluran reproduksi menjadi nyata.

Estrus yang dikenal dengan istilah birahi yaitu suatu periode secara

psikologis maupun fisiologis pada hewan betina yang bersedia menerima

pejantan untuk kopulasi. Hewan betina menjadi birahi pada interval waktu

yang teratur, namun berbeda dari spesies satu ke spesies yang lainnya. Interval

antara timbulnya satu periode birahi ke permulaan periode berikutnya disebut

sebagai suatu siklus estrus. Siklus estrus pada dasarnya dibagi menjadi 4 fase

atau periode yaitu ; proestrus, estrus, meteestrus, dan diestrus.

Siklus birahi merupakan interval antara timbulnya satu periode birahi

ke permulaan periode birahi berikutnya. Saluran reproduksi hewan betina akan

mengalami perubahan-perubahan pada interval-interval tersebut. Siklus estrus

dikontrol secara langsung oleh hormon-hormon ovarium dan secara tidak

langsung oleh hormon-hormon adenohipofise. Berdasarkan frekuensi

terjadinya siklus estrus, hewan dibedakan menjadi tiga golongan. Golongan


pertama,hewan monoestrus yaitu hewan yang hanya satu kali mengalami

periode estrus per tahun, golongan kedua, hewan poliestrus yaitu hewan-hewan

yang memperlihatkan estrus secara periodik sepanjang tahun, golongan ketiga,

hewan poliestrus bermusim yaitu hewan-hewan yang menampakkan siklus

estrus periodik hanya selama musim tertentu dalam satu tahun.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana menentukan tahap siklus estrus pada hewan betina?

2. Bagaimana cara mengawinkan hewan jantan dan betina pada saat yang tepat

sehingga memungkinkan hewan betina bunting?

C. Tujuan Praktikum

Tujuan yang ingin dicapai pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menentukan tahap siklus estrus pada hewan betina.

2. Untuk menegtahui cara mengawinkan hewan jantan dan betina pada saat

yang tepat sehingga memunginkan hewan betina bunting.

D. Manfaat Praktikum

Manfaat yang ingin diperoleh pada praktikum ini adalah sebagai

berikut:

1. Dapat menentukan tahap siklus estrus pada hewan betina.

2. Dapat mengetahui cara mengawinkan hewan jantan dan betina pada saat

yang tepat sehingga memungkinkan hewan betina bunting.


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Siklus Estrus

Estrus atau birahi adalah periode atau waktu hewan betina siap

menerima pejantan untuk melakukan perkawinan. Interval waktu antara

timbulnya satu periode estrus kepermulaan periode estrus berikutnya disebut

siklus estrus. Saluran reproduksi hewan betina akan mengalami perubahan-

perubahan pada interval-interval tersebut. Periode estrus pada hewan terjadi

secara berulang dan membentuk suatu siklus yang disebut siklus estrus. Siklus

estrus merupakan salah satu aspek reproduksi yang menggambarkan perubahan

kandungan hormone reproduksi yang disebabkan oleh aktivitas ovarium

dibawah pengaruh hormon gonadotrophin. Perubahan kandungan hormon

reproduksi selanjutnya menyebabkan perubahan struktur pada jaringan

penyusun saluran reproduksi (Narulita, 2017).

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Siklus Estrus

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap estrus adalah menyusui,

produksi susu, kondisi, nutrisi, histologi dan fungsi hipotalamus serta hipofisis

dalam kaitannya dengan proses reproduksi, terjadinya pubertas pada hewan

betina termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi siklus estrus serta proses

pembentukan sel kelamin (gametogenesis). Selain itu terdapat faktor-faktor

lain yang lebih berpengaruh yaitu hormon. Hormon progesteron dipersiapkan

uterus untuk implantasi blatosis, memelihara dan mengatur organ-organ

reproduksi. Corpus luteum pada tikus merupakan sumber progesteron utama,


sehingga kadar hormon progesteron sangat erat kaitannya dengan tingkat

ovulasi. Semakin tinggi ovulasi, maka kadar hormon progesteron akan

meningkat (Wicaksono. dkk., 2013).

C. Tahap-tahap Siklus Estrus

Siklus berahi pada dasarnya dibagi menjadi 4 fase atau periode yaitu,

proestrus, estrus, metestrus, dan diestrus. Proestrus adalah fase sebelum estrus

yaitu periode pada saat folikel de graaf tumbuh di bawah pengaruh FSH dan

menghasilkan sejumlah estradiol yang semakin bertambah. Estrus adalah

periode yang ditandai dengan penerimaan pejantan oleh hewan betina untuk

berkopulasi. Metestrus ditandai dengan berhentinya puncak estrus dan bekas

folikel setelah ovulasi mengecil dan berhentinya pengeluaran lender. Diestrus

adalah periode terakhir dan terlama pada siklus berahi, korpus luteum menjadi

matang dan pengaruh progesteron terhadap saluran reproduksi menjadi nyata

(Sutasurya dan Sitasiwi, 2001).

D. Hormon yang Berperan dalam Siklus Estrus

Mekanisme hormon pada hewan betina hormon akan mempengaruhi

tingkah laku reproduksi, siklus estrus ovulasi, fertilisasi, dan kemampuan

memelihara kebuntingan hingga terjadinya kelahiran. Aktivitas ovarium

mempengaruhi produksi hormon estrogen dan progesteron dibawah kontrol

hormon gonadotropin dan hipofisis anterior. Hormon progesteron mulai

meningkat pada akhir estrus dengan terbentuknya korpus luteum(CL). Korpus

luteum memproduksi hormon progesterone dan akan bertahan beberapa waktu,


dimana hal tersebut menandakan bahwa hewan berada dalam fase luteal.

Perubahan hormon progesteron, akan mempengaruhi perkembangan sel-sel

epitel pada vagina (Nalley, dkk., 2011).

Hormon estrogen merupakan hormon yang bertanggung jawab

terhadp manifestasi munculnya gejala estrus. Lapisan sel terluar adalah sel teka

sedangkan sel pada bagian dalam granulosa. Kedua sel tersebut bersama-sama

menghasilkan estrogen. Sel teka mengikuti liteinizing hormone (LH) dan

menghasilkan androgen yang dikonversi menjadi estrogen oleh sel granulose

yang telah distimulasi oleh FSH. Ketika jumlah estrogen meningkat dan

dilepaskan ke dalam pembuluh darah dan mencapai pituitary anterior, estrogen

akan bereaksi feedback positive, menstimulasi pelepasan LH. Estrogen juga

mempengaruhi system saraf yang menyebabkan gelisah, dan mau dinaiki oleh

hewan lain. Estrogen menyebabkan uterus berkontraksi, yang memungkinkan

sperma distransportsikan pada saluran reproduksi betina setelah inseminasi.

Efek lain dari tingginya konsetrasi estrogen adalah peningkatan airan darah ke

organ genital dan menghasilkan mucus oleh glandula serviks dan vagina

(Ramli, dkk., 2016).


DAFTAR PUSTAKA

Narulita, E., Jekti P., Khoirul A., dan Fikri A. R. H. O., 2017, Perubahan Kadar
Estradiol dan Histologi Uterus Mencit (Mus musculus) Betina dengan
Induksi Progesteron Sintetik, Biosfera, XXXIV(3):118.
Nalley, W. M. M., dkk., 2011, Penetuan Siklus Estrus Berdasarkan Gambaran
Sitologi Vagina dan Profil Hormon pada Rusa Timo, Jurnal Veteriner.
XII(2):99.
Ramli, R., Tongku N. S., Cut N. T., Dasrul, Sri W., dan Arman S., 2016,
Hubungan Antara Intensitas Estrus dengan Konsentrasi Estradiol pada
Sapi Aceh pada Saat Inseminasi, Jurnal Medika Veterinaria, X(1):29.
Sytasurya, L. A., dan Agung J. S., 2001, Penentuan Kandungan Estradiol (E) dan
Luteinizing Hormone (LH) pada Petaurus Breviceps Papuannus
(Marsupialia) Selama Satu Siklus Estrus, Jurnal Sains dan Teknologi
Nuklir Indonesia, XI(2):27.
Wicaksono, A. W., I Gusti N. B. T., dan Desak N. D. I. L., 2013, Pemberian
Kemangi (Ocimum basilicum) Terhadap Lama Siklus Estrus pada
Mencit, Indonesia Medicus Veterinus, II(4):370.

You might also like