You are on page 1of 55

PROPOSAL PENELITIAN

PENGUKURAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWI


PUTRI KELAS VIII SMPN 2 SUMENEP

(Proposal Penelitian Ilmiah untuk Memenuhi Tugas Akhir Penelitian Ilmiah)

Oleh:
SAKINATUL FARIDHO
NPM. 111.85201.1.A.000634

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
(STKIP PGRI) SUMENEP
TAHUN 2018
PROPOSAL PENELITIAN
PENGUKURAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWI
PUTRI KELAS VIII SMPN 2 SUMENEP

(Proposal Penelitian Ilmiah untuk Memenuhi Tugas Akhir Penelitian Ilmiah)

Oleh:
SAKINATUL FARIDHO
NPM. 111.85201.1.A.000634

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
(STKIP PGRI) SUMENEP
TAHUN 2018

ii
PROPOSAL SKRIPSI

PENGUKURAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWI


PUTRI KELAS VIII SMPN 2 SUMENEP

Oleh:

SAKINATUL FARIDHO
NPM. 111.85201.1.A.000634

Telah diseminarkan pada tanggal 13 April 2018

Tim Pengarah

Penguji I Penguji II

SHALLY NORDIANSYAH, M.Pd ANA NAIMATUL JANNAH, M.Pd


NIDN. 0724028703

Sumenep, Mei 2018


Ketua Program Studi
Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

TAUFIK RAHMAN, M.Pd.


NIDN. 0713018701

iii
KATA PENGANTAR

Atas berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa. Penulis panjatkan syukur

kepada Allah SWT, atas limpahan kasih dan berkat-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan proposal skripsi dengan judul PENGUKURAN TINGKAT

KEBUGARAN JASMANI SISWI PUTRI KELAS VIII SMPN 2 SUMENEP.

Kebugaran Jasmani adalah salah satu komponen penting yang

mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Program peningkatan aktivitas fisik dengan

melakukan latihan fisik dan olahraga secara baik, benar, terukur dan teratur di

sekolah dapat menurunkan angka ketidakhadiran atau kemalasan siswa, sehingga

perlu untuk melakukan penelitian terkait hal tersebut.

Penulis menyadari bahwa proposal skripsi ini tidak akan mungkin

terselesaikan tanpa adanya dorongan terus-menerus, bantuan, dan kritik

membangun dari banyak pihak, sehingga penulis ingin menghaturkan terima kasih

yang setinggi-tingginya kepada:

1. Dr. Asmuni, M.Pd. selaku ketua STKIP PGRI Sumenep.

2. Taufik Rahman, M.Pd. selaku Ketua Prodi Pendidikan Jasmani Kesehatan

dan Rekreasi Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

3. Moh. Hasan Basri, M.Pd selaku Sekretaris Prodi Pendidikan Jasmani

Kesehatan dan Rekreasi Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

4. Shally Nordiansyah, M.Pd. dan Nugroho Agung S., M.Or., selaku

pembimbing, yang telah sabar mereview dan memotivasi penulis untuk

menyelesaikan proposal skripsi ini.

iv
5. Seluruh dosen pengajar Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan

Rekreasi Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah

memberikan bekal ilmu yang bermanfaat.

6. Nanik Mujiati S.Pd selaku Kepala SMPN 2 Sumenep yang telah memberikan

ijin untuk melakukan penelitian di tempat pengabdian

7. Amin Jakfar selaku guru Penjasorkes SMPN 2 Sumenep yang telah

berpartisipasi, memberikan masukan dan saran membangun dalam penelitian

ini.

8. Seluruh teman-teman seperjuangan di Program Studi Pendidikan Jasmani

Kesehatan dan Rekreasi Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan atas

kerjasama dan bantuannya serta kenangan yang tak terlupakan. Sukses buat

kalian semua dan teramat bangga penulis ada di antara kalian semua.

9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah berkenan

memberikan bantuan kepada penulis.

Penulis berharap semoga proposal skripsi ini bermanfaat kepada seluruh

pembaca. Semoga Allah selalu memberikan taufik dan hidayahNya kepada kita

semua. Amin.

Sumenep, Mei 2018

Penulis

SAKINATUL FARIDHO

v
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN SAMPUL .................................................................................. i


HALAMAN JUDUL ..................................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ......................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ....................................................................... 6
C. Batasan Masalah ............................................................................. 7
D. Rumusan Masalah .......................................................................... 7
E. Tujuan Penelitian ............................................................................ 7
F. Manfaat Penelitian .......................................................................... 7
G. Definisi Operasional ....................................................................... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori .................................................................................... 10
B. Penelitian yang Relevan ................................................................. 31
C. Kerangka Berpikir .......................................................................... 33
D. Hipotesis ......................................................................................... 34
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ............................................................................ 36
B. Variabel Penelitian ......................................................................... 36
C. Populasi dan Sampel ....................................................................... 37
D. Instrumen Penelitian ....................................................................... 38
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 43
F. Teknik Analisis Data ...................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA

vi
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Jumlah Siswi Putri Kelas VIII SMPN 2 Sumenep .......................... 37

Tabel 3.2 Acuan Nilai Tes Lari 50 Meter (Putri Umur 13-15 Tahun) ............ 39

Tabel 3.3 Acuan Nilai Tes Gantung Angkat Tubuh (Putri Umur 13-15

Tahun) .. ........................................................................................... 39

Tabel 3.4 Acuan Nilai Tes Baring Duduk 60 Detik (Putri Umur 13-15

Tahun) ............................................................................................. 40

Tabel 3.5 Acuan Nilai Tes Loncat Tegak (Putri Umur 13-15 Tahun) ............ 42

Tabel 3.6 Acuan Nilai Tes Lari 800 Meter (Putri Umur 13-15 Tahun) .......... 42

Tabel 3.7 Norma Klasifikasi Tingkat Kebugaran Total .................................. 44

vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman

Gambar 2.1 Gerakan Lari Cepat ..................................................................... 24

Gambar 2.2 Gerakan Gantung Siku Tekuk ..................................................... 25

Gambar 2.3 Gerakan Baring Duduk ................................................................ 26

Gambar 2.4 Gerakan Loncat Tegak ................................................................ 27

Gambar 2.5 Gerakan Lari Sedang ................................................................... 28

Gambar 2.6 Kerangka Berpikir ....................................................................... 34

viii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju

pasti akan membawa dampak pada kehidupan seseorang. Ilmu pengetahuan

dan teknologi yang semakin canggih menjadi salah satu penyebab peralihan

aktivitas dinamis menjadi statis dan dimungkinkan akan menjadi penyebab

menurunnya tingkat kebugaran jasmani seseorang (Junaidi dalam Alamsyah,

dkk; 2017). Faktanya, seseorang pada masa saat ini sudah semakin enggan

mengerakkan tubuhnya, dalam kehidupan sehari-hari manusia telah

dipermudah dengan alat bantu yang diciptakannya sehingga aktivitas gerak

tubuh semakin menurun dan mengakibatkan disfungsi alat gerak tubuh,

akibatnya tentu organ-organ tubuh akan mengalami kemunduran.

Kemunduran fungsi jasmani akan menjadi sangat berpengaruh

terhadap lancarnya kebugaran jasmani bahkan dapat membatasi segala gerak

tubuh, kesenangan seseorang, dan yang lebih parah akan mempengaruhi daya

kreativitas. Kemunduran fisik yang mungkin akan dialami yakni perut buncit,

perut cepat membesar, bagian lengan, bahu, dan punggung, serta kedua

tangan sering pegal-pegal dan kurang mampu membawa beban yang berat,

selain itu juga bagian kaki yang sering kesemutan (Harisenjaya, 1993:11).

Bertitik tolak pada pandangan tersebut, maka mengetahui tingkat kebugaran

jasmani sangat diperlukan dan dapat dijadikan ukuran utama dimana setiap

1
2

orang sangat memerlukan bahkan harus memiliki tingkat kebugaran jasmani

yang fit.

Berkaitan dengan pentingnya memiliki tingkat kebugaran jasmani

yang baik, maka kebugaran jasmani yang berhubungan dengan siswa juga

merupakan aspek penting yang harus dijaga, sebab dapat diindikasikan bahwa

kemunduran fisik yang terjadi adalah akibat dari aktivitas jasmani pada saat

masa remaja kurang dikembangkan secara optimal. Sebagaimana Rickert dan

Meredith (dalam Alamsyah, dkk; 2017) mengemukakan bahwa masa remaja

merupakan masa pertumbuhan cepat dan terjadi perubahan dramatis pada

komposisi tubuh yang mempengaruhi aktivitas fisik dan respon terhadap

latihan, sehingga apabila tidak dikembangkan secara optimal tentu akan

sangat mempengaruhi kehidupannya di masa mendatang.

Upaya dalam mempertahankan kebugaran jasmaninya, siswa dituntut

untuk dapat menjaga kebugarannya dengan teratur berolahraga dan

memperoleh makanan yang cukup kualitas dan kuantitas. Dengan begitu,

siswa akan memiliki tingkat kebugaran jasmani yang tinggi serta dapat

menggunakan pikiran dan tenaganya untuk semangat beraktivitas di sekolah.

Tingkat kebugaran jasmani yang baik sangat dibutuhkan oleh setiap siswa,

untuk dapat mengetahui tingkat kebugaran jasmani siswa apakah telah

memenuhi standar, maka perlu diadakan tes yaitu dengan menggunakan

metode Tes Kebugaran Jasmani Indonesia yang selanjutnya disebut TKJI

(Nurcahyo & Nasution, 2014).


3

Pembinaan kondisi fisik melalui olahraga merupakan pondasi untuk

meningkatkan kebugaran jasmani, sehingga dapat beraktivitas dengan baik.

Seseorang yang memiliki kebugaran jasmani yang baik akan terhindar dari

kemungkinan cedera pada saat melakukan aktivitas fisik atau olahraga yang

lebih berat. Selain itu, akan sangat membantu siswa dalam menjalani aktivitas

sehari-hari baik di sekolah maupun kegiatan lainnya. Siswa tidak akan mudah

mengantuk, lesu dan lemas, pola pikirnya dapat berkembang dengan baik dan

dapat merangsang otak dengan baik pula, karena syaraf motoriknya berfungsi

secara maksimal. Hal ini didasarkan pada pendapat Trowbridge, dkk (dalam

Alamsyah, dkk; 2017) yang mengemukakan kebugaran jasmani sangat

bermanfaat untuk menunjang kapasitas kerja fisik anak yang pada akhirnya

diharapkan dapat meningkatkan prestasinya. Daya tahan kardiovaskular yang

baik akan meningkatkan kemampuan kerja anak dengan intensitas lebih besar

dan waktu yang lebih lama tanpa kelelahan. Daya tahan otot akan

memungkinkan anak membangun ketahanan yang lebih besar terhadap

kelelahan otot sehinggga mereka dapat belajar dan bermain untuk jangka

waktu lebih lama.

Sebagaimana pandangan dan pendapat di atas, maka aktivitas belajar

siswa sangat menuntut tingkat kebugaran jasmani yang prima. Tanpa

kebugaran tersebut, aktivitas belajar ataupun lainnya akan menjadi kurang

maksimal. Mungkin inilah mengapa pendidikan jasmani olahraga dan

kesehatan dikatakan bagian tidak terpisahkan dari pendidikan secara

keseluruhan. Mengingat pentingnya mengetahui tingkat kebugaran jasmani


4

tersebut maka peneliti menjadi tertarik untuk mensurvei tingkat kebugaran

jasmani siswa terutama di daerah kota yang lebih banyak mengutamakan

kecerdasan otak daripada kesehatan fisik mereka. Faktanya terlihat jelas

bahwa siswa di daerah kota dalam kesehariannya lebih banyak tidak memiliki

waktu untuk melakukan olahraga ataupun aktifitas fisik seperti melakukan

pekerjaan rumah atau membantu orang tua, mereka lebih mengutamakan

untuk mengikuti les atau tambahan pelajaran di luar jam sekolah, sehingga

anak mengalami kelelahan dalam berfikir dan mempengaruhi fisik mereka.

Hasil kajian terkait tingkat kebugaran jasmani siswa secara umum

menunjukkan nilai yang rendah. Penelitian Akbar dan Wisnu (2015)

menunjukkan bahwa tingkat kebugaran jasmani siswa kelas X, XI, dan XII

SMAN 3 Nganjuk Kabupaten Nganjuk menunjukkan kategori kurang. Seralas

dengan penelitian Prakoso dan Hartoto (2015) yang mendapatkan hasil bahwa

tingkat kebugaran jasmani siswa yang mengikuti ekstrakurikuler bolavoli di

SMA Dr. Soetomo Surabaya juga tergolong rendah. Perbedaan tingkat

kebugaran siswa di perkotaan dan di pedesaan juga tidak begitu terlihat jelas,

sebab berdasarkan hasil penelitian Sadly (2014) didapatkan bahwa kebugaran

jasmani siswa perempuan di SMP yang berada di pedesaan daerah Lampung

lebih baik dari kebugaran siswa perempuan di SMP yang berada di perkotaan,

namun perbedaan tersebut tidak terlalu terlihat jelas karena siswa perempuan

di pedesaan sudah mulai meninggalkan tradisi di pedesaan, mereka lebih

banyak menghabiskan waktu untuk belajar/les sehingga waktu untuk bekerja

dan membantu orang tua sedikit berkurang.


5

SMPN 2 Sumenep merupakan salah satu sekolah yang banyak

diminati oleh masyarakat khususnya di kota Sumenep. Hasil observasi dan

wawancara dengan guru penjasorkes terkait tingkat kebugaran jasmani siswa,

didapatkan hasil bahwa di sekolah tersebut belum pernah diadakan TKJI.

Guru penjasorkes mengemukakan bahwa terkait tingkat kebugaran jasmani

siswa tentu memiliki perbedaan setiap masing-masing siswa, namun tingkat

kebugaran jasmani siswa tersebut dimungkinkan tergolong rendah, hal ini

didasarkan pada fakta bahwa akibat dari teknologi yang semakin maju

membuat siswa semakin bermalas-malasan untuk gerak karena dengan

adanya internet dan alat-alat elektronik yang canggih seperti telepon genggam

yang sekarang ini menjadi kebutuhan pokok membuat pekerjaan siswa lebih

praktis tanpa melakukan banyak gerak.

Siswa kelas VIII khususnya siswi putri masih banyak yang merasa

mudah lelah dalam mengikuti olahraga juga berkontribusi terhadap

identifikasi permasalahan penelitian ini. Beberapa siswa kelas VIII masih

terdapat yang kurang peduli dan kurang paham akan pentingnya kebugaran

jasmani yang dimiliki setiap orang atau individu, sehingga siswa tidak

mengetahui manfaat besar dari menjaga dan mempertahankan kebugaran

jasmani seseorang. Padahal siswa di kelas VIII SMPN 2 Sumenep bukan lagi

siswa yang menghadapi masa peralihan dan penyesuaian dengan sekolah,

sehingga faktanya justru kelas VII di SMPN 2 Sumenep lebih antusias dalam

mengikuti pembelajaran penjasorkes. Hasil wawancara dengan guru

didapatkan bahwa guru beranggapan tingkat kebugaran jasmani siswa akan


6

tergolong rendah mengingat beberapa fakta dan permasalahan yang terjadi di

lapangan yakni siswa kelas VIII SMPN 2 Sumenep yang mudah lelah dan

kurang menikmati kegiatan penjasorkes di sekolah.

Berdasarkan uraian permasalahan dan beberapa pandangan di atas,

maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui seberapa besar tingkat

kebugaran jasmani siswa putri kelas VIII di SMPN 2 Sumenep, sehingga

penelitian ini berjudul “Pengukuran Tingkat Kebugaran Jasmani Siswi Putri

Kelas VIII SMPN 2 Sumenep”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi

masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Ada beberapa siswa yang masih mudah kelelahan saat mengikuti

pembelajaran penjasorkes ataupun pada saat pembelajaran lainnya di

dalam kelas.

2. Belum pernah diadakan pengukuran tingkat kebugaran jasmani siswa

menggunakan TKJI di SMPN 2 Sumenep.

3. Kurangnya pengetahuan siswa tentang kebugaran jasmani, sehingga

siswa belum mengetahui cara untuk meningkatkan kebugaran jasmani

dan manfaat dari kebugaran jasmani pada saat mengikuti pembelajaran di

kelas.
7

C. Batasan masalah

Batasan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Tingkat kebugaran jasmani hanya dilakukan pada siswa putri kelas VIII

SMPN 2 Sumenep.

2. Instrumen tes untuk mengetahui tingkat kebugaran jasmani menggunakan

TKJI untuk Putri umur 13-15 tahun.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan batasan masalah di atas,

maka rumusan masalah penelitian ini adalah seberapa tinggi tingkat

kebugaran jasmani siswa putri kelas VIII di SMPN 2 Sumenep.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai

dalam penelitian ini untuk mengetahui tingkat kebugaran jasmani siswa putri

kelas VIII di SMPN 2 Sumenep.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Secara Teoritis

a. Memperkaya ilmu pengetahuan, persepsi, dan referensi bagi guru-

guru terutama guru mata pelajaran penjasorkes mengenai tingkat

kebugaran jasmani siswa.


8

b. Sebagai kontribusi dan acuan bagi pihak sekolah atau mahasiswa

untuk melaksanakan penelitian sejenis yakni survei tingkat kebugaran

jasmani siswa.

2. Manfaat Secara Praktis

a. Bagi Guru

Memberikan gambaran dan informasi kepada guru dalam

melaksanakan TKJI tingkat usia 13-15 tahun serta menjadikan

penelitian ini sebagai sarana evaluasi diri terhadap keberhasilan dalam

mengajar penjasorkes, sehingga guru akan selalu memperhatikan dan

berupaya untuk meningkatkan kebugaran jasmani para siswa.

b. Bagi Siswa

Setelah mengetahui tingkat kebugaran yang dimiliki masing-

masing siswa, maka siswa dapat termotivasi untuk melakukan

aktivitas jasmani dalam mencapai kehidupan yang sehat dan baik.

c. Bagi pihak sekolah

Memberikan kontribusi bagi sekolah dalam rangka perbaikan

dan pertimbangan-pertimbangan dalam proses pembelajaran untuk

meningkatkan kebugaran jasmani siswa.

G. Definisi Operasional

Definisi operasional penelitian ini adalah istilah-istilah penting dalam

penelitian yang perlu ditegaskan pengertiannya berdasarkan variabel yang

diamati, yaitu sebagai berikut.


9

1. Aktifitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot

rangka yang memerlukan pengeluaran energi.

2. Tingkat kebugaran jasmani adalah kemampuan seseorang untuk

melakukan aktivitas sehari-hari dengan mudah tanpa merasa lelah dan

masih memiliki sisa/cadangan energi untuk waktu luangnya.

3. Tes kebugaran jasmani adalah cara mengukur kemampuan fungsional

maksimal yang dimiliki seseorang pada saat dilakukan pengukuran.

Kemampuan fungsional diukur dari besaran kemampuan gerak yang

dapat dilakukan.

4. TKJI merupakan serangkaian tes lapangan yang telah disepakati dan

ditetapkan menjadi instrumen/alat tes yang berlaku di seluruh wilayah

Indonesia, karena TKJI disusun dan disesuaikan dengan kondisi anak

Indonesia.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pengertian Kebugaran Jasmani

Kebugaran jasmani merupakan kemampuan seseorang untuk

melakukan pekerjaan berat sehari-hari dengan mudah tanpa merasakan

cepat lelah dan masih mempunyai cadangan tenaga untuk menikmati

waktu senggang atau untuk keperluan yang sewaktu-waktu dapat

digunakan (Harisenjaya, 1993:1). Kebugaran jasmani dapat

menggambarkan kondisi fisik seseorang untuk melakukan aktivitas

sehari-hari, artinya seseorang mampu melakukan tugas atau pekerjaan

fisik dan tidak mudah merasa lelah saat melakukan pekerjaan atau tugas

tersebut. Kebugaran jasmani tidak sama dengan kesehatan. Anak yang

sehat belum tentu bugar, tetapi anak yang bugar pasti sehat. Anak yang

bugar tidak mudah lelah, sehingga dapat mengerjakan tugas atau

pekerjaan di sekolah lebih lama dan lebih baik. Makin tinggi tingkat

kebugaran jasmani seorang anak, makin baik kemampuan fisik yang

diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajarnya, misalnya peserta

didik setelah pulang dari sekolah masih mampu melakukan kegiatan lain

seperti bermain, bersosialisasi dengan teman sebaya, menambah

keterampilan mengikuti kursus-kursus tambahan dan kegiatan lain

10
11

sesuai kesenangannya tanpa merasa kelelahan yang berlebihan

(Direktorat Bina Kesja dan OR, 2013:7).

Selain itu, Permana (2016) mengemukakan bahwa kebugaran

Jasmani adalah kondisi jasmani yang bersangkutan dengan kemampuan

dan kesanggupannya berfungsi dalam pekerjaan secara optimal dan

efisien. Kebugaran Jasmani erat kaitannya dengan kebutuhan hidup

manusia untuk bergerak dan melakukan pekerjaan atau kegiatan sehari-

hari. Menurut Giriwijoyo dan Sidik (2012:234) sehat dinamis atau

dikenal dengan kebugaran jasmani hanya dapat diperoleh bila ada

kemauan mendinamiskan diri sendiri khususnya melalui kegiatan

olahraga (kesehatan). Sutarman (dalam Mubarok, dkk; 2015) menyatakan

bahwa Physical fitness (kebugaran jasmani) yaitu badan yang sehat dan

segar. Kebugaran jasmani sebagai suatu konsep yang mempunyai ruang

lingkup yang cukup luas yang salah satunya merupakan kemampuan

tubuh dalam beradaptasi terhadap beban fisik yang diberikan kepada

tubuh saat melakukan aktifitas berlebih tanpa merasakan kelelahan.

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dikatakan bahwa

kebugaran ataupun dikenal dengan kebugaran jasmani merupakan suatu

kondisi individu yang mampu melaksanakan tugas fisik/aktivitas tertentu

dengan hasil yang baik tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan

dan masih memiliki tenaga cadangan untuk melaksanakan aktivitas yang

sifatnya mendadak.
12

2. Komponen Kebugaran Jasmani

Kebugaran jasmani terkait dengan kegiatan manusia dalam

bergerak dan melakukan pekerjaan. Kebugaran jasmani yang dibutuhkan

sesuai dengan gerak dan pekerjaan yang dilakukan. Hal ini

mengindikasikan bahwa kebugaran jasmani pada anak-anak tentu tidak

akan sama dengan orang dewasa. Untuk mengetahui tingkat kebugaran

jasmani dapat dilakukan pengukuran komponennya.

Komponen kebugaran jasmani dalam buku Pedoman Pembinaan

Kebugaran Jasmani Peserta Didik melalui Upaya Kesehatan Sekolah

(Direktorat Bina Kerja dan OR, 2013:8-9) terdiri dari 2 kelompok, yaitu:

a. Kebugaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan (Health

related physical fitness), terdiri dari daya tahan jantung paru, daya

tahan otot, kekuatan otot, fleksibilitas, dan komposisi tubuh.

Komponen ini sangat dominan dibutuhkan dalam olahraga

masyarakat/olahraga non kompetisi.

b. Kebugaran jasmani yang berhubungan dengan keterampilan (Skill

related physical fitness), terdiri dari komponen kecepatan gerak,

kelincahan, keseimbangan, waktu reaksi, koordinasi, dan daya ledak

otot. Komponen ini ditambah komponen yang berhubungan dengan

kesehatan, sangat dibutuhkan dalam olahraga prestasi/olahraga

kompetisi. Komponen daya tahan jantung paru merupakan komponen

dasar dan utama dari kebugaran jasmani, sehingga tes daya tahan
13

jantung paru merupakan tes minimal harus dilakukan dalam

melakukan tes kebugaran jasmani.

Kebugaran jasmani merupakan satu kesatuan yang utuh dari

beberapa komponen-komponen yang tidak dapat dipisahkan begitu saja,

baik peningkatan maupun pemeliharaannya. Pendapat ini dikemukakan

oleh Sajoto (dalam Annas, 2014) bahwa ada sepuluh komponen yang

mempengaruhi kebugaran jasmani yaitu kekuatan, daya tahan, daya

ledak, kecepatan, daya lentur, kelincahan, koordinasi, keseimbangan,

ketepatan dan reaksi. Giriwijoyo dan Sidik (2013:22) menyatakan

komponen kebugaran jasmani secara anatomis terdiri dari: 1) ergosistema

(ES) I meliputi kerangka dengan persendiannya, otot, dan saraf, dan 2)

ergosistema (ES) II meliputi darah dan cairan darah, perangkat

pernapasan, dan perangkat kardiovaskular. Komponen kebugaran

jasmani secara fisiologis merupakan fungsi dasar dari komponen

anatomis yaitu fungsi dasar ES I meliputi fleksibilitas, kekuatan dan daya

tahan otot, serta fungsi koordinasi gerak, dan fungsi dasar ES II meliputi

daya tahan umum, sering juga disebut sebagai daya tahan kardio-

respirasi. Sedangkan komponen secara fungsional, ES I mewujudkan

kapasitas anaerobik yang merupakan faktor pembatas kemampuan

maksimal primer. Sedangkan ES II mewujudkan kapasitas aerobik

(VO2max) yang merupakan faktor pembatas kemampuan maksimal

sekunder.
14

Menurut Depdiknas (dalam Susanto, 2013:8-9), komponen

kebugaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan, yaitu:

a. Daya tahan jantung, yaitu kemampuan untuk terus-menerus dengan

menjalani kerja fisik yang mencakup sejumlah besar otot dalam waktu

tertentu.

b. Daya tahan otot, yaitu kemampuan otot untuk menjalani kontraksi

dengan beban submaksimal secara berulang atau mempertahankan

kontraksi otot dalam periode waktu tertentu.

c. Kekuatan otot, yaitu kekuatan kontraksi maksimal otot atau

sekelompok yang dapat dikeluarkan terhadap tahanan tertentu.

d. Tenaga ledak otot, yaitu kemampuan otot atau sekelompok otot

melakukan kerja secara eksplosif.

e. Kelentukan, yaitu menyatakan kemampuan gerak maksimal yang

dapat dilakukan oleh sesuatu persendian, meliputi hubungan antar

bentuk persendian (tulang yang membentuk sendi), otot, ligamen di

sekitar sendi.

Giriwijoyo dan Sidik (2012:71) menyatakan bahwa komponen

penting dalam kebugaran jasmani yaitu mencakup tiga hal, 1) daya tahan

paru-paru (kebugaran kardio-vaskulo-respiratoir), 2) kelentukan dan

kekuatan (kebugaran skeleto-muskular), dan 3) rasio lemak tubuh

terhadap berat badan tanpa lemak yang tepat (kebugaran nutrisional).

Selanjutnya Giriwijoyo dan Sidik (2012:71-72) menjelaskan bahwa

ketiga komponen tersebut diperlukan untuk kesehatan jangka pendek dan


15

panjang. Anak yang berolahraga secara teratur akan mempunyai jantung

yang lebih besar dan kuat, massa otot yang lebih banyak dan kuat, serta

jaringan lemak yang lebih sedikit, tulang-tulang yang lebih kuat dan

sendi yang lebih fleksibel, sehingga akan membantu anak menangkal

kejadian penyakit noninfeksi di kemudian hari.

Komponen lainnya berdasarkan pendapat Harisenjaya (1993:1)

yaitu:

a. Ketahanan jantung dan peredaran darah. Hal ini diukur berdasarkan

kemampuan melakukan tugas berat secara terus-menerus dengan

mengikutsertakan bagian otot-otot dalam jangka aktu lama, dengan

dibantu oleh penyediaaan oksigen yang cukup bagi otot agar berfungsi

sebagaimana mestinya.

b. Kekuatan. Yang diperoleh karena banyaknya atau kegiatan berlatih,

sehingga seseorang dapat memiliki kemampuan maksimal, selama

berlatih seluruh otot harus diikutsertakan.

c. Kelenturan tubuh. Keadaan ini didapatkan melalui pemeliharaan dan

cara menggerak-gerakkan seluruh persendiran pada daerah gerakan

maksimal secara teratur. Bagian otot harus sanggup melakukan

kegiatan berulang-ulang tanpa cepat merasa lelah yang berlebihan.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka komponen

kebugaran jasmani merupakan semua unsur yang dimiliki oleh jasmani

dan dapat berfungsi dengan baik untuk kondisi jasmani yang baik pula.

Komponen-komponen tersebut bersifat saling melengkapi dan terdapat


16

empat komponen penting yang minimal dapat meningkatkan kebugaran

jasmani yaitu daya tahan kardiorespirasi, daya tahan otot, kekuatan otot

dan fleksibilitas.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebugaran Jasmani

Menurut Sajoto (dalam Annas, 2014) faktor-faktor yang

mempengaruhi kebugaran jasmani yaitu faktor latihan, prinsip-prinsip

beban lebih, faktor istirahat, faktor kebiasaan hidup sehat, faktor

lingkungan, dan juga faktor makanan dan gizi. Alamsyah, dkk (2017)

mengemukakan berdasarkan hasil penelitiannya bahwa faktor yang

mempengaruhi kebugaran jasmani yaitu 1) aktivitas fisik, dimana

terdapat hubungan cukup kuat dengan korelasi positif antara tingkat

aktivitas fisik dan tingkat kebugaran jasmani. 2) tingkat kecemasan,

dimana terdapat hubungan cukup kuat dengan korelasi negatif antara

tingkat kecemasan dan tingkat kebugaran jasmani, dan 3) indeks massa

tubuh, dimana terdapat hubungan cukup kuat dengan korelasi negatif

antara indeks massa tubuh dan tingkat kebugaran jasmani.

Menurut Howard (dalam Nugroho, 2015:17-19) faktor yang

mempengaruhi kebugaran jasmanai antara lain yaitu:

a. Umur

Setiap tingkatan umur mempunyai keuntungan tersendiri. Daya

kecepatan biasanya mencapai puncaknya pada permulaan masa

dewasa, puncak tenaga dicapai menjelang akhir umur dua puluh dan
17

puncak daya tahan pada umur setengah baya. Semua daya ini dapat

ditingkatkan pada hampir semua tingkatan umur.

b. Jenis kelamin

Secara hukum dasar pria memiliki potensi tingkat kebugaran

jasmani yang lebih tinggi dari pada wanita. Dalam keadaan normal

mereka mampu menahan perubahan suhu yang lebih besar. Kaum

laki-laki cenderung memiliki kebugaran jasmani dalam arti potensi

mereka untuk tenaga dan kecapatan lebih tinggi dari pada wanita

sehingga dalam tes kebugaran jasmani dibedakan antara pria dan

wanita.

c. Bentuk badan

Orang yang tinggi semampai dan orang yang pendek kekar

tidak mempunyai daya tahan yang sama dalam mencapai kebugaran

jasmani. Kebugaran jasmani yang baik dapat dicapai dengan bentuk

badan apapun dengan potensinya.

d. Keadaan kesehatan

Kebugaran jasmani tidak dapat dipertahankan apabila

kesehatan badan tidak baik atau sakit. Maka dari itu, untuk

mengetahui tingkat kebugaran jasmani seseorang harus dalam keadaan

yang baik atau sehat.

e. Gizi

Makanan sangat diperlukan oleh setiap manusia jika hendak

mencapai dan mempertahankan kebugaran jasmani dan kesehatan


18

badan. Makanan yang seimbang (15% protein, 60% karbohidrat, 25%

lemak) akan mengisi kebutuhan gizi tubuh.

f. Berat badan

Jika berat badan melebihi berat yang sewajarnya, maka badan

bekerja dengan beban yang ekstra. Jika berat badan di bawah ideal

jaringan-jaringan badan tidak berdaya untuk berfungsi pada tingkat

yang maksimal.

g. Tidur dan istirahat

Tubuh membutuhkan istirahat untuk membangun kembali

otot-otot setelah latihan sebanyak kebutuhan latihan yang merangsang

pertumbuhan otot, istirahat yang cukup perlu bagi badan dan pikiran.

h. Kegiatan jasmaniah

Kebugaran jasmani dan fisik yang dilakukan sesuai dengan

prinsip, takaran, dan metode latihan yang benar akan membuat hasil

yang baik.

4. Manfaat Kebugaran Jasmani

Manfaat kebugaran jasmani dengan melakukan latihan fisik dan

olahraga yang baik, benar, terukur, dan teratur dapat dilihat dari berbagai

aspek (dalam Direktorat Bina Kerja dan OR, 2013:9) yaitu aspek fisik

dan psikologis sebagai berikut:

a. Manfaat Aspek Fisik

Manfaat aspek fisik yang dapat diterima oleh seseorang yang

melakukan latihan untuk menjaga kebugaran jasmaninya adalah 1)


19

memperlancar aliran darah, 2) memperkuat otot jantung, 3)

meningkatkan kapasitas jantung, 4) memperbaiki fleksibilitas otot dan

sendi, 5) memperbaiki postur tubuh, 6) menurunkan risiko tekanan

darah tinggi, 7) menurunkan risiko kolesterol tinggi, 8) menurunkan

risiko kegemukan, 9) menurunkan risiko diabetes tipe 2, 10)

menurunkan risiko osteoporosis pada saat tua, 11) menurunkan risiko

penyakit menular (misalnya influenza).

b. Manfaat Aspek Psikologis

Manfaat yang bisa didapatkan dari kebugaran jasmani

berdasarkan aspek psikologis adalah 1) meningkatkan rasa percaya

diri, 2) membangun rasa sportivitas, 3) memupuk tanggung jawab, 4)

membantu mengendalikan stres, 5) meningkatkan kemampuan untuk

beradaptasi dan mengkontrol kecemasan dan depresi.

Manfaat psikologis ini dapat terlihat khususnya pada kegiatan

yang dilakukan secara berkelompok. Bagi anak-anak selain manfaat

tersebut, aktivitas fisik yang teratur juga sangat bermanfaat bagi proses

tumbuh kembangnya antara lain:

a. Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan sistem muskulo-

skeletal.

b. Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan sistem kardio-

respirasi.

c. Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan neuromuskuler

(koordinasi dan kontrol gerak).


20

d. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan tubuh.

e. Meningkatkan proses pemadatan tulang pada anak.

f. Mempertahankan dan mengkontrol berat badan.

g. Membantu dalam perkembangan kehidupan sosial anak-anak seperti

meningkatkan kepercayaan diri, interaksi sosial dan integrasi.

h. Menjauhkan anak dari tingkah laku yang tidak baik bagi kesehatan

seperti merokok, alkohol dan penggunaan obat terlarang.

i. Meningkatkan pengetahuan dan kecerdasan.

j. Meningkatkan kreativitas, produktivitas dan prestasi akademik

(Direktorat Bina Kerja dan OR, 2013:9-10).

5. Pengukuran Kebugaran Jasmani

Tingkat kebugaran jasmani peserta didik merupakan bagian dari

penjaringan dini kesehatan yang dapat melihat sejauh mana tingkat

pencapaian kebugaran jasmani melalui pendidikan jasmani, olahraga dan

kesehatan baik yang bersifat intrakurikuler maupun ekstrakurikuler. Tes

kebugaran jasmani dapat digunakan sebagai tes penjaringan/data awal

peserta didik pada awal maupun pertengahan tahun ajaran sebagai data

pencapaian kegiatan pendidikan jasmani (monitoring). Pihak sekolah

dapat menjadikan tes kebugaran jasmani sebagai pendukung keberhasilan

peserta didik dan menjadi dasar penghargaan (reward) bagi peserta didik

yang terbaik di sekolah, serta memotivasi peserta didik agar mau

meningkatkan aktivitas fisik melalui latihan fisik dan olahraga

(Direktorat Bina Kerja dan OR, 2013:11).


21

Pengukuran kebugaran jasmani peserta didik menggunakan

instrumen TKJI yang telah disepakati dan ditetapkan menjadi suatu

instrumen yang sesuai dengan kondisi anak Indonesia dan berlaku di

Indonesia. TKJI merupakan suatu perangkat tes lapangan untuk anak usia

6-19 tahun, yang dibagi ke dalam empat kelompok usia yaitu kelompok

usia 6-9 tahun, kelompok usia 10-12 tahun, kelompok usia 13-15 tahun,

dan kelompok usia 16-19 tahun. Setiap kelompok usia berdasarkan jenis

kelamin merupakan rangkaian tes yang masing-masing terdiri dari 5

(lima) butir tes yang harus dilakukan secara berurutan (Direktorat Bina

Kerja dan OR, 2013:11).

6. Tes Kebugaran Jasmani Indonesia (TKJI) Kelompok Umur 13-15

Tahun

TKJI dalam Lokakarya Kebugaran Jasmani tahun 1984

disepakati dan ditetapkan sebagai suatu instrumen untuk pengukuran

kebugaran jasmani yang berlaku di seluruh wilayah Indonesia.

Pelaksanaan butir tes dalam rangkaian TKJI yang disusun sesuai dengan

kondisi anak Indonesia menurut kelompok umur berdasarkan jenis

kelamin berbeda pada tiap kelompok umur, sehingga perlu

memperhatikan butir tes per kelompok umur dan jenis kelamin.

Penelitian ini menggunakan TKJI kelompok putri umur 13-15

tahun, sehingga TKJI yang digunakan yaitu Lari cepat 50 meter, gantung

siku tekuk, baring duduk 60 detik, loncat tegak, lari jarak sedang 800
22

meter. Petunjuk umum berlaku pada peserta didik dan petugas pelaksana

yaitu sebagai berikut.

a. Peserta didik

1) Tes ini mengeluarkan banyak energi, sehingga peserta didik harus

dalam kondisi sehat dan siap untuk melaksanakan tes.

2) Sudah makan minimal 2 jam sebelum melaksanakan tes.

3) Memakai pakaian dan sepatu olahraga.

4) Mengerti dan memahami cara pelaksanaan tes.

5) Melakukan latihan pemanasan (warming up) dipimpin petugas

pelaksana sebelum melaksanakan tes.

6) Bila tidak melaksanakan ≥ 1 butir tes dinyatakan gagal.

b. Petugas Pelaksana

1) Menjelaskan cara pelaksanaan tes.

2) Memimpin latihan pemanasan (warming up).

3) Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mencoba

gerakan tes.

4) Memperhatikan perpindahan pelaksanaan butir tes satu ke butir

tes berikutnya secepat mungkin.

5) Memberi nomor dada yang jelas dan mudah dilihat oleh petugas

pelaksana.

6) Peserta didik yang tidak mampu melakukan gerakan tes diberi

nilai 0 (nol).
23

7) Mencatat hasil tes dengan menggunakan formulir perorangan atau

gabungan.

Alat dan fasilitas yang dipersiapkan dalam melaksakan tes

kebugaran jasmani siswa adalah sebagai berikut.

a. Lapangan olahraga atau sarana lain yang memiliki fasilitas sebagai

berikut: 1) Lintasan lari yang lurus, datar dan tidak licin sepanjang

minimum 70 meter, 2) Lintasan lari yang datar dan tidak licin untuk

lari 1200 meter (lintasan lari yang ideal adalah lintasan atletik yang

kelilingnya 400 meter), 3) Tiang/palang tunggal untuk bergantung

setinggi minimal 180 cm, 4) Dinding/papan berskala untuk loncat

tegak (vertical jump) dengan landasan yang datar dan tidak licin.

b. Tiang pancang untuk rambu lintasan lari.

c. Papan skala loncat tegak.

d. Bendera start (1 buah).

e. Nomor dada.

f. Matras/alas untuk baring duduk.

g. Format TKJI dalam Formulir Penjaringan Kesehatan Peserta Didik.

h. Stopwatch.

i. Peluit.

j. Alat tulis (untuk setiap petugas pengambil data).

k. Papan jalan (untuk setiap petugas pengambil data).

l. Serbuk kapur/bedak bubuk/magnesium bikarbonat warna putih.

m. Penghapus papan loncat tegak.


24

Ketentuan Pelaksanaan TKJI adalah sebagai berikut.

a. TKJI ini merupakan satu rangkaian tes (baterei test), oleh karena itu

semua butir tes harus dilaksanakan secara berurutan dan tidak

terputus-putus.

b. Urutan pelaksanaan sesuai dengan kelompok usia dan jenis kelamin

sebagai berikut:

1) Pertama : Lari cepat (30, 40, 50 atau 60 meter)

2) Kedua : Gantung siku tekuk atau gantung angkat tubuh

3) Ketiga : Baring duduk 30 atau 60 detik

4) Keempat : Loncat tegak

5) Kelima : Lari jarak menengah 600, 800, 1000 atau 1200 meter

Pelaksanaan Tes dari TKJI adalah sebagai berikut.

a. Lari cepat (30, 40, 50 atau 60 meter)

Gambar 2.1
Gerakan Lari Cepat

Sumber: Direktorat Bina Kerja dan OR (2013:16)

Tujuannya yaitu untuk mengukur kecepatan. Sikap permulaan

yang perlu disiapkan yaitu peserta berdiri di belakang garis start.

Pelaksanaan gerakan yaitu 1) pada aba-aba “siap” peserta mengambil


25

sikap start berdiri, siap untuk lari, 2) pada aba-aba “ya” peserta lari

secepat mungkin menuju garis finish, menempuh jarak 30, 40, 50 atau

60 meter sesuai kelompok usia dan jenis kelamin. Lari dapat diulang

apabila ada pelari yang mencuri start, pelari tidak melewati garis

finish, pelari terganggu dengan pelari lain. Pengukuran waktu tempuh

dilakukan dari saat bendera diangkat sampai pelari tepat melintasi

garis finish. Hasil yang dicatat adalah waktu yang dicapai oleh pelari

untuk menempuh jarak yang ditentukan. Waktu tempuh dicatat dalam

satuan waktu detik. Waktu tempuh dicatat satu angka di belakang

koma.

b. Gantung Siku Tekuk

Gambar 2.2
Gerakan Gantung Siku Tekuk

Sumber: http://latarbelakang.com (2016)

Tujuannya yaitu untuk mengukur kekuatan dan ketahanan otot

lengan dan otot bahu. Sikap permulaan yang dilakukan siswa yaitu

peserta berdiri di bawah palang tunggal, kedua tangan berpegangan

pada palang tunggal selebar bahu. Pegangan telapak tangan

menghadap ke wajah. Dengan bantuan tolakan kaki atau naik bangku,

peserta meraih palang sampai mencapai sikap bergantung siku tekuk.


26

Dagu berada di atas palang tunggal. Hasil yang dicatat adalah lamanya

waktu yang dicapai oleh peserta untuk mempertahankan sikap tersebut

di atas. Waktu yang dicapai dihitung dalam satuan detik. Peserta yang

tidak dapat melakukan gerakan di atas secara sempurna, dinyatakan

tidak mampu atau gagal, dan hasilnya ditulis dengan angka 0 (nol).

c. Baring Duduk (30 atau 60 detik)

Gambar 2.3
Gerakan Baring Duduk

Sumber: Direktorat Bina Kerja dan OR (2013:18)

Tujuannya yaitu untuk mengukur kekuatan dan ketahanan otot

perut. Sikap permulaan yang dilakukan yaitu Peserta berbaring

telentang dengan belakang bahu menyentuh lantai atau rumput, kedua

lutut ditekuk dengan sudut ± 900, telapak kaki menapak lantai, lengan

ditekuk di atas bahu dan telapak tangan diletakkan pada telinga (jari

hanya menempel telinga). Petugas/peserta lain memegang atau

menahan kedua pergelangan kaki agar kaki tidak terangkat.

Pelaksanaan gerakan dimulai dari aba-aba “ya” peserta bergerak

mengambil sikap duduk sehingga kedua sikunya menyentuh kedua

paha, kemudian kembali ke sikap permulaan sampai belakang bahu

menyentuh lantai. Gerakan ini dilakukan berulang-ulang dengan cepat


27

tanpa istirahat selama 30 atau 60 detik sesuai kelompok usia. Hasil

yang dihitung dan dicatat adalah jumlah gerakan baring yang dapat

dilakukan dengan sempurna selama 30 atau 60 detik. Peserta yang

tidak mampu melakukan tes baring duduk ini, hasilnya ditulis dengan

angka 0 (nol). Gerakan tidak dihitung, apabila tangan terlepas dari

telinga, kedua siku tidak sampai menyentuh paha, saat kembali

berbaring bahu tidak menyentuh lantai, dan mempergunakan siku

untuk membantu menolak tubuh.

d. Loncat Tegak

Gambar 2.4
Gerakan Loncat Tegak

Sumber: Direktorat Bina Kerja dan OR (2013:19)

Tujuannya yaitu untuk mengukur tenaga eksplosif. Sikap

permulaan yang perlu dilakukan yaitu terlebih dahulu taburi/bubuhi

ujung jari tangan kanan (tangan kiri bagi yang kidal) dengan serbuk

kapur atau bedak bubuk atau magnesium bikabonat berwarna putih.

Peserta berdiri tegak dekat dinding, kaki rapat, lengan kanan (lengan

kiri bagi yang kidal) merapat ke dinding, papan skala berada di

samping kanan atau kiri atasnya. Kemudian tangan yang dekat dinding
28

diangkat lurus keatas, telapak tangan dengan jari-jari tegak lurus

ditempelkan pada papan berskala, sehingga meninggalkan bekas

raihan ujung jari tangannya. Pelaksanaan gerakan dimulai dari peserta

mengambil awalan dengan sikap menekukkan lutut dan kedua lengan

diayun ke belakang. Kemudian peserta meloncat setinggi mungkin

sambil menepuk papan dengan jari tangan yang berkapur sehingga

meninggalkan bekas raihan. Ulangi loncatan ini sampai 3 kali dengan

selang istirahat sekitar 5-10 detik. Hasil yang dicatat yaitu jangkauan

raihan tertinggi (sebelum meloncat) = X, tinggi rata-rata ketiga raihan

hasil loncatan = Y, dan hasil loncatan = selisih hasil tinggi raihan

loncatan dikurangi hasil raihan sebelum meloncat (Y - X), kemudian

ambil hasil selisih raihan yang tertinggi, catat dalam satuan sentimeter

tanpa angka di belakang koma.

e. Lari jarak sedang (600, 800, 1000 atau 1200 meter)

Gambar 2.5

Gerakan Lari Sedang

Sumber: Direktorat Bina Kerja dan OR (2013:20)


29

Tujuannya yaitu untuk mengukur daya tahan jantung,

peredaran darah, dan paru-paru. Sikap permulaan yang perlu

dilakukan yaitu peserta berdiri di belakang garis start. Gerakan tes

dimulai pada aba-aba “siap” peserta mengambil sikap berdiri, siap

untuk lari. Pada aba-aba “ya” peserta lari dengan kesecepatan konstan

menuju garis finish, menempuh jarak 600, 800, 1000 atau 1200 meter

sesuai kelompok usia dan jenis kelamin. Lari diulang bila ada pelari

yang mencuri start, pelari tidak melewati garis finish. Pengambilan

waktu dilakukan dari saat bendera diangkat sampai pelari tepat

melintasi garis finish. Hasil yang dicatat adalah waktu yang dicapai

oleh peserta menempuh jarak yang telah ditentukan. Waktu dicatat

dalam satuan menit dan detik.

7. Karakteristik Siswa SMP/MTs

Masa usia ini bertepatan dengan masa remaja. Masa ini banyak

menarik perhatian karena memiliki sifat-sifat khas dan peranannya yang

menentukan dalam kehidupan individu di masyarakat. Yusuf (2004:26-

27) memperinci lagi masa ini menjadi beberapa masa, yaitu sebagai

berikut.

a. Masa praremaja

Masa ini terjadi dalam selang waktu yang relatif singkat dan

ditandai oleh sifat negatif pada remaja. Sifat negatif yang muncul

dapat meliputi: 1) negatif dalam prestasi (prestasi jasmani atau


30

mental); 2) negatif dalam sikap sosial (menghindar dari kehidupan

sosial atau agresif terhadap masyarakat).

b. Masa remaja

Masa ini terdapat dorongan hidup diri remaja, dan kebutuhan

akan adanya teman. Pada masa ini, gejala-gejala remaja sudah mulai

terlihat dengan adanya suatu proses penemuan nilai-nilai kehidupan

yang dipandang bernilai dan diidolakan. Proses tersebut dikarenakan

remaja hanya mengetahui dia menginginkan sesuatu tetapi tidak

mengetahui apa yang dinginkannya dan ketika objek yang bernilai

tersebut telah menjadi lebih jelas, maka anak laki-laki akan sering

aktif meniru dan perempuan kebanyakan pasif dan memujanya dalam

khayalan.

c. Masa remaja akhir

Remaja sudah dapat menentukan pendirian hidupnya, dalam

hal ini remaja telah mencapai remaja akhir untuk kemudian menuju

kedewasaan.

Proses pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia 13-15

tahun terus berlanjut sesuai tahapan perkembangan yang akan didapatkan

dikemudian hari. Pada masa ini terjadi pertumbuhan fisik secara drastis

pada siswa. Yusuf (2004: 193) menyebutkan masa remaja merupakan

salah satu di antara dua masa rentangan kehidupan manusia dimana

terjadi pertumbuhan fisik secara pesat. Masa pertama dialami pada saat

fase pranatal dan bayi. Bagian-bagian tubuh tertentu secara proporsional


31

akan menjadi besar. Pertumbuhan fisik meliputi perubahan-perubahan

dalam tubuh seperti: pertumbuhan otak, system saraf, organ-organ

indrawi, pertambahan tinggi dan berat badan, hormon dan lain-lain.

Berdasarkan pesatnya perkembangan fisik siswa usia SMP, maka

dapat diterjemahkan bahwa pertumbuhsn fisik yang baik sangat

berpengaruh terhadap kehidupan baik secara langsung maupun tidak

langsung. Secara langsung pertumbuhan akan berpengaruh terhadap

keterampilan gerak. Secara tidak langsung pertumbuhan fisik akan

mempengaruhi cara pandang siswa terhadap dirinya sendiri dan orang

lain.

B. Penelitian yang Relevan

1. Penelitian Mubarok, dkk (2015)

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kebugaran

jasmani pada pemain futsal Anker FC. Penelitian ini menggunakan

analisis statistik dengan analisis deskriptif persentase. Metode survey

test, yaitu alat tes pengukuran kebugaran jasmani usia 16-19 tahun

dengan panduan TKJI untuk mengetahui hasil tes tingkat kebugaran

jasmani meliputi : lari cepat (sprint) 60 meter, angkat tubuh (pull up) 60

detik, sit-up 60 detik, loncat tegak (vertical jump), dan lari 1000 meter.

Populasi adalah pemain futsal Anker FC usia 16-19 tahun. Dalam

penelitian ini menggunakan Purposife Sampling atau sampel

pertimbangan yaitu pemain futsal Anker FC sesuai dengan kriteria usia


32

16-19 tahun jumlahnya 15 orang yang tergabung dalam team Anker FC.

Variabel terikat adalah kebugaran jasmani. Hasil persentase tes

kebugaran jasmani keseluruhan anggota Anker FC usia 16-19 tahun,

53,3% kategori kurang, 40% kategori sedang dan 6,7% dalam kategori

baik. Kesimpulan hasil penelitian adalah tingkat kebugaran jasmani

pemain futsal Anker fc usia 16-19 tahun termasuk dalam kategori kurang

dan Analisis hasil tes yaitu kemampuan lari 60 meter rata-rata 9,7320

kategori “sedang”. Hasil tes pull up 60 detik rata-rata 7,4667 kategori

“kurang”. Hasil tes sit up 60 detik rata-rata 29,6667 kategori “baik”.

Hasil tes vertikal jump rata-rata 58,3334 kategori “sedang”. Hasil tes lari

1200 meter rata-rata 5,8880 kategori “kurang”. Saran untuk Anker FC

latihan dengan teratur, jangan terlalu memaksakan tubuh untuk bekerja

lebih setelah menjalani rutinitas melakukan kegiatan belajar sebagai

siswa yang sangat menguras banyak tenaga dan perlu menyusun program

yang lebih efektif dan tepat untuk meningkatkan kemampuan motorik

pemain futsal Anker Fc dengan lebih fokus pada peningkatan kebugaran

jasmani meliputi: (a) kekuatan, (b) kecepatan, (c) power, (d) kelincahan,

dan (e) daya tahan.

2. Penelitian Nurcahyo dan Nasution (2014)

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kebugaran

jasmani siswa kelas XI (sebelas) SMA Muhammadiyah 1 Babat

Kabupaten Lamongan. Jenis penelitian yang digunakan yakni penelitian

survei. Lokasi penelitian ini di SMA Muhammadiyah 1 Babat Kabupaten


33

Lamongan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI

yang seluruhnya terdiri dari 4 kelas dengan siswa sejumlah 176 orang.

Teknik pengambilan sampel adalah menggunakan cluster sampling.

Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 2 sejumlah 29

siswa yang terdiri dari 15 siswa putra dan 14 siswa putri. Sampel tersebut

diambil dari kelompok usia 16-19 tahun. Data diambil menggunakan

TKJI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa putra sebanyak 67%

memiliki tingkat kebugaran jasmani baik dan sebanyak 33% memiliki

kebugaran jasmani sedang. Sementara itu siswa putri sebanyak 50%

memiliki tingkat kebugaran jasmani baik, sebanyak 36% memiliki

kebugaran jasmani sedang, sebanyak 14% memiliki tingkat kebugaran

jasmani kurang.

C. Kerangka Berpikir

Siswa yang memiliki kebugaran jasmani yang baik terlihat lebih gesit,

lincah, semangat dalam berlatih, rasa percaya diri yang tinggi, dan akan

mudah beradaptasi dengan bentuk permainan yang dilakukan, karena

memiliki kecepatan, kekuatan otot, kelentukan, serta daya tahan jantung dan

paru-paru yang baik, sehingga berpeluang untuk mendapatkan prestasi. Disisi

lain aktifitas fisik remaja kini semakin dipermudah dengan IPTEK yang serba

modern seperti saat ini, transportasi dengan menggunakan kendaraan,

pemakaian alat-alat yang menghemat tenaga kerja, dan aktivitas kurang gerak

demi kenyamanan hidup seperti menonton televisi sampai ketingkat yang


34

jauh lebih rendah, demikian itu kita tidak heran jika ketidakaktifan fisik

dapat menjadi permasalahan kesehatan yang utama. Aktifitas di era modern

ini dengan perkembangan IPTEK yang semakin maju, maka aktivitas yang

seharusnya membutuhkan aktivitas fisik yang besar kini dapat dilakukan

dengan mudah dan sedikit gerak. Berbagai sarana menyebabkan gerak dan

aktivitas menjadi semakin terbatas dan hidup semakin santai karena segalanya

sudah tersedia. Fenomena ini menggambarkan bahwa adanya gap antara

harapan dan kenyataan yang ada, namun mengingat pentingnya pencapaian

kebugaran jasmani yang baik untuk menunjang berlangsungnya proses

pembelajaran, perlu diadakan tes kebugaran jasmani agar diketahui seberapa

besar pencapaian tujuan tersebut.

Perkembangan Fisik Siswa


Komponen Kebugaran Jasmani
SMP yang Pesat

Tes Kebugaran Jasmani

Hasil: Tingkat Kebugaran


Jasmani Siswa SMP

Gambar 2.6
Kerangka Berpikir

D. Hipotesis

Sugiyono (2012:66-67) menyebutkan bentuk hipotesis penelitian sangat

terkait dengan rumusan masalah penelitian. Jenis penelitian yang digunakan

penelitian ini adalah penelitian deskriptif (eksplanatori) sehingga termasuk


35

pada hipotesis deskriptif. Sugiyono (2012:66-67) menambahkan bahwa

hipotesis deskriptif merupakan jawaban sementara terhadap masalah

deksriptif yaitu yang berkenaan dengan variabel mandiri. Hipotesis yang

diambil dan dipilih tergantung dari teori dan pengamatan pendahuluan yang

dilakukan pada objek.

Berdasarkan penjelasan terkait hipotesis di atas, maka penulis

mengajukan hipotesis penelitian ini yaitu Tingkat kebugaran jasmani yang

dimiliki oleh siswa putri di SMPN 2 Sumenep paling sedikit 75% sesuai

dengan kriteria baik.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian penelitian ini menggunakan desain riset exploratori.

Desain ini digunakan untuk menjelaskan dan mendeskripsikan obyek yang

diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa

melakukan analisis dan kesimpulan yang berlaku untuk umum (Sarwono,

2006: 81).

Metode penelitian yang digunakan yakni metode survei dengan teknik

tes dan pengukuran. Sebagaimana Sarwono (2006: 82) mengemukakan

bahwa metode survei digunakan untuk mengungkap masalah yang banyak

dari objek penelitian atau meneliti perilaku suatu individu atau kelompok,

maka dalam penelitian ini nantinya akan berupa kumpulan data yang

kemudian dituangkan dalam bentuk laporan dan uraian untuk mengetahui

tingkat kebugaran jasmani siswa putri kelas VIII di SMPN 2 Sumenep.

B. Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini menggunakan satu variabel tunggal yaitu

tingkat kebugaran jasmani, artinya kemampuan tubuh dalam melakukan

aktivitas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan masih

mempunyai cadangan tenaga untuk melakukan aktivitas selanjutnya, yang

diukur dengan serangkaian tes berdasarkan TKJI.

36
37

C. Populasi dan Sampel

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa

putri kelas VIII SMPN 2 Sumenep yang terbagi menjadi 10 kelas yaitu

sebagai berikut.

Tabel 3.1
Jumlah Siswi Putri Kelas VIII SMPN 2 Sumenep

Kelas Perempuan
Kelas VIII-1 29
Kelas VIII-2 10
Kelas VIII-3 12
Kelas VIII-4 15
Kelas VIII-5 12
Kelas VIII-6 13
Kelas VIII-7 12
Kelas VIII-8 16
Kelas VIII-9 17
Kelas VIII-10 10
TOTAL 146
Sumber: Dokumen SMPN 2 Sumenep, 2017

Berdasarkan tabel 3.1 dapat diketahui bahwa jumlah total populasi

siswa putri di SMPN 2 Sumenep adalah 146 siswa.

Teknik pengambilan sampel penelitian ini menggunakan cluster

random sampling. Cluster random sampling digunakan apabila populasi

dapat dibagi dalam kelompok-kelompok dan setiap karakteristik yang

dipelajari ada dalam setiap kelompok (Sarwono, 2006: 116), sehingga sampel

penelitian ini ditentukan secara acak dari cluster/kelompok yang ada yaitu

menggunakan kelas VIII-1 dan VIII-5 yakni sebanyak 41 siswa.


38

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur tingkat

kebugaran jasmani siswa adalah TKJI tahun 2013 untuk putri usia 13-15

tahun yang sudah dibakukan menggunakan lembar penilaian. Rangkaian tes

yang dilakukan yaitu sebagai berikut.

1. Lari 50 meter

Tes bertujuan untuk mengukur kecepatan. Sikap permulaan yang

perlu disiapkan yaitu peserta berdiri di belakang garis start. Pelaksanaan

gerakan yaitu 1) pada aba-aba “siap” peserta mengambil sikap start

berdiri, siap untuk lari, 2) pada aba-aba “ya” peserta lari secepat mungkin

menuju garis finish, menempuh jarak 30, 40, 50 atau 60 meter sesuai

kelompok usia dan jenis kelamin. Lari dapat diulang apabila ada pelari

yang mencuri start, pelari tidak melewati garis finish, pelari terganggu

dengan pelari lain. Pengukuran waktu tempuh dilakukan dari saat

bendera diangkat sampai pelari tepat melintasi garis finish. Hasil yang

dicatat adalah waktu yang dicapai oleh pelari untuk menempuh jarak

yang ditentukan. Waktu tempuh dicatat dalam satuan waktu detik. Waktu

tempuh dicatat satu angka di belakang koma.


39

Tabel 3.2
Acuan Nilai Tes Lari 50 Meter (Putri Umur 13-15 Tahun)

Nilai Acuan Tes Lari 50 m


5 ≤ 7.7”
4 7.8 – 8.7”
3 8.8 – 9.9”
2 10.0 – 11.9”
1 ≥ 12.0”
Sumber: Direktorat Bina Kesja dan OR, 2013

2. Gantung siku tekuk

Tes bertujuan untuk mengukur kekuatan dan ketahanan otot

lengan dan otot bahu. Sikap permulaan yang dilakukan siswa yaitu

peserta berdiri di bawah palang tunggal, kedua tangan berpegangan pada

palang tunggal selebar bahu. Pegangan telapak tangan menghadap ke

wajah. Dengan bantuan tolakan kaki atau naik bangku, peserta meraih

palang sampai mencapai sikap bergantung siku tekuk. Hasil yang dicatat

adalah lamanya waktu yang dicapai oleh peserta untuk mempertahankan

sikap tersebut. Waktu yang dicapai dihitung dalam satuan detik. Peserta

yang tidak dapat melakukan gerakan di atas secara sempurna, dinyatakan

tidak mampu atau gagal, dan hasilnya ditulis dengan angka 0 (nol).

Tabel 3.3
Acuan Nilai Tes Gantung Siku Tekuk (Putri Umur 13-15 Tahun)
Nilai Acuan Gantung Siku Tekuk
5 ≥ 41”
4 22 – 40”
3 10 -21”
2 3 – 9”
1 0 -2”
Sumber: Direktorat Bina Kesja dan OR, 2013
40

3. Baring duduk 60 detik

Tes bertujuan untuk mengukur kekuatan dan ketahanan otot perut.

Sikap permulaan yang dilakukan yaitu peserta berbaring telentang

dengan belakang bahu menyentuh lantai atau rumput, kedua lutut ditekuk

dengan sudut ± 900, telapak kaki menapak lantai, lengan ditekuk di atas

bahu dan telapak tangan diletakkan pada telinga. Petugas memegang

kedua pergelangan kaki agar kaki tidak terangkat. Pelaksanaan gerakan

dimulai dari aba-aba “ya” peserta bergerak mengambil sikap duduk

sehingga kedua sikunya menyentuh kedua paha, kemudian kembali ke

sikap permulaan sampai belakang bahu menyentuh lantai. Gerakan ini

dilakukan berulang-ulang dengan cepat tanpa istirahat selama 60 detik.

Hasil yang dihitung dan dicatat adalah jumlah gerakan baring yang dapat

dilakukan dengan sempurna selama 60 detik. Peserta yang tidak mampu

melakukan tes hasilnya ditulis dengan angka 0. Gerakan tidak dihitung,

apabila tangan terlepas dari telinga, kedua siku tidak sampai menyentuh

paha, saat kembali berbaring bahu tidak menyentuh lantai, dan

mempergunakan siku untuk membantu menolak tubuh.

Tabel 3.4
Acuan Nilai Tes Baring Duduk 60 Detik (Putri Umur 13-15 Tahun)
Nilai Acuan Baring Duduk
5 ≥ 28
4 19 – 27
3 9 -18
2 3–8
1 0–2
Sumber: Direktorat Bina Kesja dan OR, 2013
41

4. Loncat tegak

Tes bertujuan untuk mengukur tenaga eksplosif. Sikap permulaan yang

perlu dilakukan yaitu terlebih dahulu taburi/bubuhi ujung jari tangan

kanan (tangan kiri bagi yang kidal) dengan serbuk kapur atau bedak

bubuk atau magnesium bikabonat berwarna putih. Peserta berdiri tegak

dekat dinding, kaki rapat, lengan kanan (lengan kiri bagi yang kidal)

merapat ke dinding, papan skala berada di samping kanan atau kiri

atasnya. Kemudian tangan yang dekat dinding diangkat lurus keatas,

telapak tangan dengan jari-jari tegak lurus ditempelkan pada papan

berskala, sehingga meninggalkan bekas raihan ujung jari tangannya.

Pelaksanaan gerakan dimulai dari peserta mengambil awalan dengan

sikap menekukkan lutut dan kedua lengan diayun ke belakang. Kemudian

peserta meloncat setinggi mungkin sambil menepuk papan dengan jari

tangan yang berkapur sehingga meninggalkan bekas raihan. Ulangi

loncatan ini sampai 3 kali dengan selang istirahat sekitar 5-10 detik.

Hasil yang dicatat yaitu jangkauan raihan tertinggi (sebelum meloncat) =

X, tinggi rata-rata ketiga raihan hasil loncatan = Y, dan hasil loncatan =

selisih hasil tinggi raihan loncatan dikurangi hasil raihan sebelum

meloncat (Y - X), kemudian ambil hasil selisih raihan yang tertinggi,

catat dalam satuan sentimeter tanpa angka di belakang koma.


42

Tabel 3.5
Acuan Nilai Tes Loncat Tegak (Putri Umur 13-15 Tahun)
Nilai Acuan Loncat Tegak
5 ≥ 50
4 39 – 49
3 30 – 38
2 21 – 29
1 ≤ 20
Sumber: Direktorat Bina Kesja dan OR, 2013

5. Lari jarak sedang 800 meter

Tujuannya yaitu untuk mengukur daya tahan jantung, peredaran

darah, dan paru-paru. Sikap permulaan yang perlu dilakukan yaitu

peserta berdiri di belakang garis start. Gerakan tes dimulai pada aba-aba

“siap” peserta mengambil sikap berdiri, siap untuk lari. Pada aba-aba

“ya” peserta lari dengan kecepatan konstan menuju garis finish,

menempuh jarak 800 meter. Lari diulang bila ada pelari yang mencuri

start, pelari tidak melewati garis finish. Pengambilan waktu dilakukan

dari saat bendera diangkat sampai pelari tepat melintasi garis finish. Hasil

yang dicatat adalah waktu yang dicapai oleh peserta menempuh jarak

yang telah ditentukan. Waktu dicatat dalam satuan menit dan detik.

Tabel 3.6
Acuan Nilai Tes Lari Sedang 800 m (Putri Umur 13-15 Tahun)
Nilai Acuan Lari Sedang 800 m
5 ≤ 3’06”
4 3’07”- 3’55”
3 3’56”- 4’58”
2 4’59”- 6’40”
1 ≥ 6’41”
Sumber: Direktorat Bina Kesja dan OR, 2013
43

Hasil penelitian dapat dikatakan valid apabila instrumen yang

digunakan dalam pengambilan data tersebut valid dan reliabel, sehingga

instrumen yang valid dan reliabel menjadi syarat mutlak untuk mendapatkan

hasil penelitian yang valid (Sugiyono, 2012: 122). Instrumen tes TKJI melalui

serangkaian tes untuk anak putri umur 13-15 tahun mempunyai nilai

reliabilitas sebesar 0,804 sedangkan nilai validitasnya yaitu 0,923.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data penelitian ini menggunakan serangkaian tes

yang dilengkapi alat-alat untuk mengukur tingkat kebugaran jasmani siswa

yaitu sebagai berikut.

1. Lapangan olahraga atau sarana lain yang memiliki fasilitas sebagai

berikut: a) Lintasan lari yang lurus, datar dan tidak licin sepanjang

minimum 70 meter, b) Lintasan lari yang datar dan tidak licin untuk lari

1200 meter (lintasan lari yang ideal adalah lintasan atletik yang

kelilingnya 400 meter), c) Tiang/palang tunggal untuk bergantung

setinggi minimal 180 cm, d) Dinding/papan berskala untuk loncat tegak

(vertical jump) dengan landasan yang datar dan tidak licin.

2. Tiang pancang untuk rambu lintasan lari.

3. Papan skala loncat tegak.

4. Bendera start (1 buah).

5. Nomor dada.

6. Matras/alas untuk baring duduk.


44

7. Format TKJI dalam Formulir Penjaringan Kesehatan Peserta Didik.

8. Stopwatch.

9. Peluit.

10. Alat tulis (untuk setiap petugas pengambil data).

11. Papan jalan (untuk setiap petugas pengambil data).

12. Serbuk kapur/bedak bubuk/magnesium bikarbonat warna putih.

13. Penghapus papan loncat tegak.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

deksriptif kuantitatif dan persentase. Deskriptif kuantitatif yang digunakan

yakni hasil perhitungan dari nilai yang didapatkan siswa pada saat tes,

kemudian di nilai berdasarkan nilai acuan dan dijumlah kemudian dikonversi

menjadi kategori-kategori sesuai tabel norma tingkat kebugaran total sebagai

berikut.

Tabel 3.6
Norma Klasifikasi Tingkat Kebugaran Total
Jumlah Nilai Klasifikasi
22 – 25 Baik Sekali (BS)
18 – 21 Baik (B)
14 – 17 Sedang (S)
10 – 13 Kurang (K)
5–9 Kurang Sekali (KS)
Sumber: Direktorat Bina Kesja dan OR, 2013

Setelah diketahui tingkat kebugaran jasmani siswa dalam bentuk

kategori baik sekali atau bahkan kurang sekali, maka akan dapat diketahui
45

berapa persentase dari masing-masing kategori untuk menggambarkan secara

keseluruhan tingkat kebugaran jasmani siswa putri di SMPN 2 Sumenep.

Rumus yang digunakan untuk menghitung persentase adalah sebagai berikut.

Frekuensi Masing-masing Individu


Persentase  %   x100%
Jumlah Frekuensi

(Sarwono, 2006: 139)


DAFTAR PUSTAKA

Akbar dan Wisnu. 2015. Survei Tingkat Kebugaran Jasmani Siswa Kelas X, XI
dan XII SMAN 3 Nganjuk. Jurnal Pendidikan Olahraga dan Kesehatan,
03 (3), 702 – 708.

Alamsyah, dkk; 2017. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kebugaran


Jasmani pada Remaja Siswa Kelas XI SMK Negeri 11 Semarang. Jurnal
Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 5 (3), 77-86.

Annas, Mohamad. 2014. Profil Tingkat Kebugaran Jasmani Mahasiswa PJKR


Jalur Undangan Tahun 2012/2013. Jurnal Olahraga Pendidikan, 1 (1), 1-
7.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: Rineka Cipta.

Direktorat Bina Kesja dan OR. 2013. Pedoman Pembinaan Kebugaran Jasmani
Peserta Didik melalui Upaya Kesehatan Sekolah. Jakarta: Direktorat Bina
Kesehatan Jasmani dan Olahraga.

Giriwijoyo dan Sidik. 2012. Ilmu Kesehatan Olahraga. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.

Giriwijoyo dan Sidik. 2013. Ilmu Faal Olahraga (Fisiologi Olahraga). Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.

Harisenjaya. 1993. Penuntun Test Kebugaran Jasmani. Bandung: Refika


Aditama.

Mubarok, dkk. 2015. Analisis Profil Tingkat Kebugaran Jasmani Pemain Futsal
Anker FC Tahun 2014. Journal of Sport Sciences and Fitness, 4 (3), 48-
52.

Nugroho, Sakti Agung. 2015. Perbedaan Tingkat Kebugaran Jasmani Siswa


Kelas VII, VIII, dan IX SMP Negeri 1 Kota Mungkid Kabupaten Magelang
Tahun 2014/2015. Skripsi. Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan
dan Rekreasi, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri
Yogyakarta.

Nurcahyo & Nasution. 2014. Survei Tingkat Kebugaran Jasmani Siswa Kelas XI
(Sebelas) SMA Muhammadiyah 1 Babat Kabupaten Lamongan. Jurnal
Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, 2(1), 88-93.

46
47

Palupi, Ratna. 2013. Tingkat Kebugaran Jasmani Menurut Tes Kebugaran


Jasmani Indonesia Atlet Putri Usia 13-15 Tahun Klub Bola Voli Ganevo
Yogyakarta. Skripsi. Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga,
Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Yogyakarta.

Permana, Ahmat. 2016. Penguasaan Rangkaian Tes Kebugaran Jasmani Indonesia


(TKJI) melalui Diskusi dan Simulasi (Kajian Pustaka Pemahaman Teori
dan Praktek TKJI Terhadap Mahasiswa PGSD UMTAS). Jurnal Refleksi
Edukatika, 6 (2), 119-129.

Prakoso dan Hatoto. 2015. Pengukuran Tingkat Kebugaran Jasmani Terhadap


Siswa yang Mengikuti Ekstrakurikuler Bolavoli di SMA Dr. Soetomo
Surabaya. Jurnal Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, 03 (01), 9 – 13.

Sadly, Burhanuddin. 2014. Erbandingan Tingkat Kebugaran Jasmani antara


Siswa SMP yang Berada di Perkotaan dan di Pedesaan. Jurnal Skripsi
Dipublikasikan. Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Program Studi
Pendidikan Olahraga, Universitas Lampung.

Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


Penerbit Alfabeta.

Susanto, Angga. 2013. Tingkat Kebugaran Jasmani Siswa Putra Peserta


Ekstrakurikuler Bolabasket SMP N 5 Banguntapan. Skripsi. Pendidikan
Jasmani Kesehatan Dan Rekreasi, Jurusan Pendidikan Olahraga, Fakultas
Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Yogyakarta.

Yusuf, Syamsu. 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.

You might also like