You are on page 1of 3

KEBIJAKAN DIREKTUR RUMAH SAKIT

NOMOR :
TENTANG
PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
RUMAH SAKIT

MENIMBANG :
1. Bahwa Pelayanan Rawat Darurat adalah pelayanan daruratan medic yang harus diberikan
secepatnya untuk mencegah/menanggulangi risiko kematian atau cacat.
2. Instalasi/Unit Gawat Darurat harus dapat memberikan pelayanan kegawat-daruratan kepada
masyarakat yang menderita penyakit akut dan/atau mengalami kecelakaan selama 24 jam terus
menerus.
3. Bahwa Pelayanan Instalasi Gawat Darurat harus memenuhi standard dan perlu dikelola dengan
baik, karena Instalasi Gawat Darurat merupakan cermin pelayanan dari rumah sakit tersebut.
4. Bahwa agar dapat memberikan secara maksimal, pelayanan Instalasi Gawat Daruratharus
mengacu pada SPGDT (Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu) dan standar pelayanan
Instalasi Gawat Darurat.
5. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit maka diperlukan
penyelenggaraan pelayanan Instalasi Gawat Daruratyang bermutu tinggi.
6. Bahwa agar pelayanan Instalasi Gawat Darurat di Rumah Sakit dapat terlaksana dengan baik,
perlu adanya kebijakan Direktur Rumah Sakit sebagai landasan bagi penyelenggaraan pelayanan
Instalasi Gawat Darurat di Rumah Sakit

MENGINGAT :
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
2. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 856/Menkes/SK/IX/2009 tentang Standar Instalasi
Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit

MEMUTUSKAN
MENETAPKAN :

PERTAMA : Kebijakan pelayanan Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit sebagai berikut :
KEBIJAKAN UMUM
1. Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat harus selalu berorientasi kepada mutu dan keselamatan
pasien.
2. Pelayanan instalasi dilaksanakan dalam waktu 24 jam
3. Penyediaan tenaga harus mengacu kepada pola ketenagaan.
4. Semua petugas instalasi wajib memiliki izin sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
5. Setiap petugas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar prosedur opersional yang
berlaku, etika profesi, dan menghormati hak pasien.
6. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi ketentuan K3 (Keselamatan dan
Kesehatan Kerja)
7. Peralatan di instalasi harus selalu dilakukan pemeliharaan dan kalibrasi sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
8. Koordinasi dan evaluasi wajib dilaksanakan dengan rapat rutin bulanan minimal satu bulan sekali.
9. Setiap bulan wajib membuat laporan.

KEBIJAKAN KHUSUS
1. Selain menangani kasus “true emergency” Instalasi Gawat Darurat juga melayani kasus “false
emergency”
2. Setiap pasien yang datang berobat ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) harus didaftar di bagian
pendaftaran Instalasi Gawat Darurat.
3. Pelayanan Gawat Darurat tanpa membayar uang muka
4. Dalam memberikan pelayanan harus selalu menghormati dan melindungi hak pasien dan
keluarga
5. Pada pasien DOA (Death Of Arrival) tidak dilakukan resusitasi dan harus diberi nomor Rekam
Medik
6. Dokter yang bertugas di Instalasi Gawat Darurat harus memiliki sertifikat ATLS/GELS dan ACLS
7. Perawat yang bertugas di Instalasi Gawat Darurat harus memiliki sertifikat BT&CLS, serta APN
untuk Bidan
8. Pada setiap shift jaga terdapat kepala shift dan satu bidan
9. Obat dan alat kesehatan sesuai standar yang berlaku harus selalu tersedia
10. Pelayanan kesehatan pasien Gawat Darurat selama 24 jam secara terus menerus dan
berkesinambungan.
11. Setiap pasien yang datang ke Instalasi Gawat Darurat dilakukan triage untuk mendapatkan
pelayanan yang tepat dan sesuai dengan kondisi pasien
12. Triage di Instalasi Gawat Darurat dilakukan oleh Perawat Instalasi Gawat Darurat dengan
kompetensi
a. Menguasai basic life support
b. Menguasai OHS dan infection control
c. Menguasai basic dan general competency
d. Memiliki sertifikat PPGD dan BTCLS
13. Pemindahan pasien dari Instalasi Gawat Darurat ke rawat inap dan unit khusus dilakukan oleh
perawat dan kurir yang bersertifikat BLS dengan kondisi haemodinamik stabil
14. Pelayanan berdasarkan pada Standar Pelayanan Minimal Kepmenkes
15. Penjelasan ataupun pemberian informasi pelayanan dilakukan oleh petugas pendaftaran,
perawat dan dokter IGD.
16. Pasien diperbolehkan pulang atau rawat jalan setelah dilakukan pemeriksaan
17. Setiap pasien yang memerlukan pemeriksaan diagnotik/ terapi/ spesimen yang tidak tersedia di
rumah sakit dapat dilakukan rujukan ke rumah sakit lain, termasuk juga bagi pasien yang
memerlukan rujukan rawat inap yang diindikasikan karena penyakitnya
18. Rujukan ke rumah sakit lain dilakukan oleh perawat dan sopir ambulance dan pada kondisi
kegawatan didampingi oleh dokter.
19. Bila terjadi banyak bencana baik yang terjadi di dalam luar rumah sakit, Instalasi Gawat Darurat
siap untuk melakukan penanggulangan bencana (disaster plan)
20. Setiap petugas/ staf Instalasi Gawat Darurat wajib mengikuti pelatihan yang sudah diprogramkan
oleh Bagian Diklat.
21. Setiap tindakan medis yang dilakukan harus berdasarkan atas indikasi medis dengan
persetujuan pasien/keluarganya
22. Penyediaan tenaga harus mengacu kepada pola ketenagaan
23. Pasien yang dilakukan pemeriksaan penunjang yang belum mendapatkan terapi sambil
menunggu hasil pasien diobservasi di Instalasi Gawat Darurat.
24. Hambatan pada proses pelayanan pasien difasilitasi oleh rumah sakit.

KEDUA : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pelayanan Instalasi Gawat Darurat Rumah
Sakit dilaksanakan oleh Manajer Pelayanan Medis Rumah Sakit

KETIGA : Kebijakan ini berlaku selama 3 tahun sejak tanggal diterbitkan dan dilakukan evaluasi
setiap tahunnya

KEEMPAT : Apabila hasil evaluasi mensyaratkan adanya perubahan dan perbaikan, maka akan
dilakukan perubahan dan perbaikan sebaimana mestinya.

Ditetapkan di :
Pada tanggal :
RUMAH SAKIT

Direktur Utama

TEMBUSAN Yth :
1. Kepala Instalasi Gawat Darurat
2. Kepala Instalasi Rekam Medik
3. Manajer Pelayanan Medik
4. Manajer Keperawatan.
5. Manajer Sumber Daya Insani.
6. Manajer Pemasaran
7. Penanggung Jawab Ruang Perawatan.
8. ArsipS

You might also like