Professional Documents
Culture Documents
PENYELENGGARAAN MAKAN
ii
BAB II
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyelenggaraan makanan sebagai suatu sub sistem terdiri dari 3 komponen yaitu
input (masukan) proses (kegiatan) dan output (luaran). Input dari kegiatan
penyelenggaraan makanan adalah tenaga, dana, fasilitas bahan makanan, metode dan
pasar /konsumen.
Proses penyelenggaraan makanan meliputi penyusunan standar gizi, penyusunan
anggaran, perencanaan menu, penyusunan kebutuhan bahan makanan, pembelian,
penerimaan dan penyimpanan bahan makanan, penditribusian bahan makanan, persiapan,
pengolahan dan distribusi makanan, pengawasan penyelenggaraan makanan, pencatatan
dan pelaporan serta evaluasi.
Sedangkan output penyelenggaraan makanan meliputi syarat gizi, cita rasa dan
selera, standar sanitasi dan aman dikonsumsi serat pelayanan yang layak, tepat dan cepat
(Depkes 2003).
B. Tujuan
1. Memahami pengertian Quality assurance (QA)
2. Memahami komponen-komponen Quality assurance (QA)
3. Memahami Quality assurance (QA) plan
C. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Quality assurance (QA)?
2. Bagaimana komponen-komponen Quality assurance (QA)?
3. Bagaimana Quality assurance (QA) plan?
3
BAB II
ISI
4
D. Quality Assurance Plan
Rencana penjaminan mutu adalah dokumen yang dibuat oleh tim proyek, yang
dimaksud kan untuk memas tikan produk akhir berkualitas maksimal. Rencana
penjaminan mutu berisi seperangkat kegiatan terdokumentasi yang dimaksudkan untuk
memastikan bahwa pelanggan puas dengan barang atau jasa yang disediakan
perusahaan. Ada empat langkah proses penjaminan mutu: Rencanakan, Lakukan, Cek,
dan Bertindak. Fokus artikel ini adalah pada item apa yang masuk kedalam rencana
penjaminan mutu. Rencana penjaminan mutu harus menentukan tujuan, peran dan
tanggungj awab, berkoordinasi dengan rencana lain, dan menentukan tugas dan jadwal.
Program QA diperlukan langkah-langkah berikut :
1. Memberi spesifikasi untuk pangan pembawa (ukuran butiran, warna, daya
terima, level atau dosis fortifikan).
2. Melakukan “Hazard Analysis” (Analisis Bahaya) pangan secara rutin,
terutama untuk kontaminan kimia, mikrobiologi dan fisik.
3. Pengambilan sampel dan pengujian pangan pembawa dan pangan yang
untuk potensi, ukuran butiran, warna, berat bersih, pencampuran, pengepakan dan
kondisi penyimpanan.
4. Mengidentifikasi dan mengatur “critical control point” (Titik Kendali
Kritis) yang dapat menyebabkan kerugian pangan
5. Penarikan kembali dengan mencari dan mengidentifikasi produk dalam
kasus konsumen.
6. Mengaudit dan mengevaluasi system QA untuk menentukan apakah ada
variasi elemen-elemen dengan system managemen kualitas yang efektif dalam
mmencapai kualitas yang diharapkan.
7. Mengimplementasikan kegiatan perbaikan (mendeteksi masalah-masalah
kualitas atau keamanan dan ukuran-ukuran) untuk menghindari timbulnya masalah
yang sama.
8. Dokumentasi semua aspek system QA dan menyediakan dokumentasi yang
dapat direspon untuk pangan .
Contoh quality assurance
5
E. Peran Pemerintah Dalam Sistem Quality Assurance
Pada pertemuan PBB tahun 1985, dalam menetapkan pedoman untuk
perlindungan konsumen dideklerasikan: “Ketika membuat kebijakan dan rencana
nasional tentang pangan, pemerintah sebaiknya memasukkan sejumlah kebutuhan
konsumen untuk keamanan pangan…..”. Hampir semua Negara-negara di dunia,
pemerintahnya peduli pada kualitas dan masalah keamanan pangan dari daya terima,
sedangkan resiko penyakit dari makanan yang membahayakan kesehatan sangat
sedikit diperhatikan. Padahal pemerintah bertanggungjawab melindungi dan
meningkatkan kesehatan masyarakat
1. Membuat peraturan dan standar Membuat dan melaksanakan undang-
undang pangan, serta mengumumkan dengan resmi atau
mensosialisasikan undang-undang tersebut merupakan suatu cara
memantau dan menyakinkan mutu dan keamanan pangan
2. Pemeriksaan dan Sertifikasi Perusaan pangan harus didorong untuk
melaksakan prosedur Quality Assurance secara sukarela untuk
meningkatkan kepercaan terhadap mutu pangan yang diproduksi.
3. Indentifikasi produk-produk yang tidak memenuhi standar Peratran atau
standar pangan fortifikasi meliputi beberapa spesifikasi, sebagian akan
dijadikan batas krtis untuk mutu pangan fortifikasi. Pelangaran terhadap
spesifikasi kritis ini menyebabkan pangan tidak layak untuk dijual. Focus
pemeriksaan pemerintah seharusnya pada spesifikasi ini (batas bawah dan
atas untuk layak dijual), dan harus mengkomunikasikannya dengan jelas
kepada pengusaha sehingga mereka dapat mengikuti peraturan
pemerintah.
6
4. 4. Menarik kembali produk yang sudah beredar Pemerintah harus
membuat pedoman untuk prosedur penarikan kembali produk dan diikuti
dengan kegiatan koreksi. Pengusaha harus bertanggungjawab untuk
menarik kembali produknya, diikuti dengan pengecekan untuk
menyakinkan bahwa penarikan produk sudah berhasil. Pemerintah juga
harus mempunyai strategi untuk memantau setiap produk yang ditarik
tergantung pada keseriusan pelanggaran. Misalnya, Pangan fortifikasi
yang mengandung zat besi atau vitamin A berlebih mempunyai resiko
kesehatan masyarakat dan harus dimusnahkan.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Sebaiknya dalam setiap jenis produksi pangan mikro maupun makro Quality
assurance sangat penting dilakukan untuk mendapatkan qualitas pangan yang baik.
8
DAFTAR PUSTAKA
Panduan PGRS (Pelayanan Gizi Rumah Sakit) dari Kementerian Kesehatan RI, 2013.