You are on page 1of 26

Anatomi dan fisiologi Kulit

Lapisan pada kulit :


1. Epidermis
2. Dermis
3. Hipodermis
Jaringan pada kulit :
1. Pembuluh darah
2. Kelenjar lemak
3. Kelenjar keringat
4. Jaringan saraf
5. Jaringan pengikat
6. Jaringan otot polos dan lemak
1. Epidermis
• Epidermis adalah lapisan kulit paling luar, tipis
dan vaskuler
• Ketebalan : sekitar 5% (dari seluruh ketebalan
kulit)
• Pada pelupuk mata : 0,16 mm, pada telapak
kaki : 0,8 mm
• Fungsi : sebagai sawar pelindung terhadap
bakteri, iritasi kimia, alergi dan lain-lain
Epidermis dibadi menjadi 5 lapisan :
• Stratum corneum (lapisan tanduk)
• Stratum lucidum (daerah rintangan)
• Stratum granulosum (lapisan seperti butir)
• Stratum spinosum (lapisan sel duri)
• Stratum germinativum (lapisan sel basal)
Stratum corneum
• Terdapat lapisan film lipid teremulsi, pH 4,5 –
6,5 : (fungsi) menahan air tetap dalam kulit
• Disebut mantel asam karena terdiri dari asam
laktat dan asam amino dikarboksilat dalam
sekresi keringat, bercampur dengan substansi
lipoid dari sebasea
• Perubahan drastis pH mantel : meningkatnya
pemasukan bakteri dari bermacam-macam
penyakit kulit
• Terdiri dari sel mati berkeratin berbentuk dan
tersusun berlapis-lapis
• Merupakan sawar kulit pokok terhadap
kehilangan air
• Lapisan sel mati berkeratin sangat hidrofil dan
bila tercelup air akan mengembang : menjaga
permukaan kulit tetap halus dan lentur
Stratum lucidum
• Sebagai daerah sawar
• Hanya terdapat pada telapak kaki dan telapak
tangan

Stratum granulosum
• Berpartisipasi aktif dalam proses keratinisasi

Stratum spinosum dan Stratum germinativum


membentuk lapisan yang menyusun epidermis
2. Dermis (corium)
• Tebal : 3 – 5 mm
• Merupakan anyaman serabut kolagen dan
elastin : sifat penting dari kulit
• Mengandung pembuluh darah, pembuluh
limfe, gelembung rambut, kelenjar lemak
(sebasea), kelenjar keringat, otot dan serabut
saraf
• Terdapat lapisan papil : mengandung akhir
saraf yang dipengaruhi peubahan suhu dan
aplikasi anestetik lokal dan iritasi
3. Lapisan hipodermis

• Terletak di bawah lapisan dermis.


• Terdiri dari jaringan ikat longgar dan lemak.
• Sel utama lapisan subkutan adalah adiposit,
merupakan sel mesenkimal khusus yang
menjadi tempat penyimpanan lemak, sangat
penting sebagai sumber energi bagi tubuh
• Selain itu, pada kulit juga terdapat apendiks
kulit.
• Yang termasuk di dalam apendiks kulit, yaitu:
kuku, rambut, kelenjar sebasea, kelenjar ekrin,
dan kelenjar apokrin.
Absorpsi obat melalui kulit :
• Menembus langsung epidermis utuh
• Masuk diantara atau menembus sel stratum
korneum
• Menembus kulit tambahan seperti kelenjar
keringat, kelenjar lemak dan gelembung
rambut
Faktor yang mempengaruhi absorpsi oleh kulit :
 Penetrasinya dan cara pemakaian
 Temperatur kulit
 Sifat-sifat obat
 Sifat basis salep
 Lama pemakaian
 Kondisi kulit
Kecepatan pelepasan obat dari basis salep (bila
kelarutan obat dalam basis sangat kecil) :

dQ A.D.Cs 1/2
=
dt 2t

A = kadar obat dalam unit cm3


D = koefisien difusi obat di dalam bahan pembawa
Cs = kelarutan obat dalam unit per cm3
• Absorpsi perkutan obat dibatasi oleh sifat
permeabilitas kulit yaitu tahap batasan kecepatan
berupa difusi melintasi stratum korneum

Kecepatan difusi melalui kulit (proses pasif) :

dQ
= -P. A. ∆c
dt

C : besarnya kadar gradien melintasi membran


A : luas daerah
P : koefisien permeabilitas
Koefisien permeabilitas tergantung pada :
• Difusivitas molekul melalui sawar kulit
• Efektifitas koefisien partisi obat antara sawar
kulit dan dasar salep
• Tebal sawar kulit yang efektif

Aktivitas obat dalam basis salep merupakan


hasil kerja dari : kadar obat dan koefisien
aktivitas obat.
• Koefisien aktivitas rendah = afinitas kuat =
pelepasan obat dari dasar salep rendah
Koefisien Partisi suatu zat,dirumuskan sbb :

Ks
KP =
Kds

Ks : kadar obat dalam stratum korneum


Kds : kadar obat dalam dasar salep

• KP tinggi : kadar obat dalam stratum corneum


tinggi
• Bila KP rendah, obat lebih suka berada dia basis
salep
Koefisien Permeabilitas

(KP)D
P=
h

KP : koefisien partisi antara kulit dan dasar salep


D : konstante difusi obat dalam sawar kulit
h : tebal sawar kulit

*KP ~ kelarutan obat dalam 2 fase yang tak


tercampur, yaitu antara kulit dan dasar salep
Absorbsi obat perkutan dapat dimodifikasi
dengan :
• Memodifikasi kelarutan obat pada basis salep
• Merubah komposisi dari basis salep
• Memodifikasi struktur kimia
Absorsi obat tergantung pada :
 Kondisi kulit
 Letak pemakaian
 Keadaan hidrasi stratum korneum
 Suhu kulit
 Adanya pelarut yang dapat bercampur dengan
stratum corneum
 Kadar obat
Peranan basis salep dalam dalam absorbsi obat
melalui kulit :
• Basis salep bertujuan memperlambat atau
menghambat absorbsi menembus epidermis dan
permukaan mukosa
• Absorbsi obat dipengaruhi oleh sifat fisika-kimia
antara obat-basis salep dan obat-kulit, bukan
karena penetrasi basis salep secara langsung
• DMSO (dimetil sulfoksida)merupakan pelarut
polar dan dapat meningkatkan kenaikan
penetrasi
• Pada absorbsi perkutan : derajat hidrasi kulit
lebih berpengaruh daripada basisnya
• Penetrasi epidermis : besarnya kerusakan
epidermis dan derajat kehilangan sawar kulit
lebih menentukan daripada basisnya
• Komposisi basis salep dianggap penting,
karena dapat memberikan efek : analgesik,
aksi pereda, perlindungan, pelepasan bahan
aktif
Bbrp hasil penelitian tentang basis salep :
 Tidak ada basis salep yang bersifat universal
 Basis salep untuk antiseptika bersifat
individual
 Aksi bakterisid lebih ditentukan oleh sifat
fisika kimia daripada komposisi bahan (basis)

You might also like