You are on page 1of 16

GAMBARAN SINDROMA DISPEPSIA FUNGSIONAL

PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS RIAU ANGKATAN 2014
Rizky Nanda Putri
Yanti Ernalia
Eka Bebasari
rizkynandaputri@yahoo.com

ABSTRACT

Functional dyspepsia syndrome is collection of symptoms that consist


discomfort in the upper abdomen (epigastric), heartburn, bloating, post prandial
fullness and accompany with nausea, vomiting and bleching. Functional dyspepsia
syndrome has multifactorial causes including consumptsion of high risk food such as
spicy, acidic food and irritating drink. This research used a descriptive cross -
sectional method to describe profile of functional dyspepsia syndrom in student of
Faculty of Medicine University of Riau Generation 2014 with 138 respondent that
included this research. This study used a questionaire to assess functional dyspepsia
syndrome incidence and questionnaires FFQ to assess the frequency of risk food
consumption habits. The results of this reasearch, 77 persons ( 55.8 % ) were
functional dyspepsia syndrome. There were 74 persons (81,4%) with dyspepsia
syndrom who frequently consume the spicy food, 72 persons (91,1%) who frequently
consume the acidic food, and 39 persons (69,6%) who frequently consume the
iritative drinking. The results of this research, respondent with dyspepsia syndrome
more frequently eat spicy , acidic food and irritative drink that was compared with
those who did not complain of dyspepsia syndrome.

Keywords: syndrome dyspepsia, FFQ, food consumptsion and risk drinking habbit

JOM FK Volume 2 No. 2 Oktober 2015 3


PENDAHULUAN sindroma dispepsia akibat kelainan
organik sebanyak 40 % dan fungsional
Sindroma dispepsia mulai sebanyak 60%.5 Hal tersebut
sering dikemukakan sejak 1980. menandakan bahawa angka kejadian
Sindroma ini menggambarkan keluhan sindroma dispepsia akibat kelainan
atau kumpulan gejala yang terdiri dari organik lebih sedikit dibandingkan
rasa tidak nyaman yang terutama dengan fungsional. Menurut studi
dirasakan di daerah perut bagian atas berbasiskan populasi pada tahun 2007,
(epigastrium) dan disertai rasa mual, ditemukan peningkatan prevalensi
muntah, kembung, cepat kenyang, rasa dispepsia fungsional dari 1,9% pada
perut penuh atau begah, sendawa dan tahun 1998 menjadi 3,3% pada tahun
rasa panas yang menjalar di dada.1 2003. Dispepsia fungsional di
Dispepsia berasal dari bahasa Yunani Indonesia pada tahun 2010 dilaporkan
yaitu dys- (buruk) dan peptein memiliki tingkat prevalensi tinggi
(pencernaan).2 yaitu 5 % dari seluruh kunjungan ke
Keluhan berupa sindroma sarana pelayanan primer.2
dispepsia merupakan keadaan yang Banyak faktor yang memicu
sebenarnya sering ditemui dalam timbulnya keluhan sindroma dispepsia,
praktek klinis sehari-hari.1 Prevalensi diantaranya sekresi asam lambung,
dispepsia di Amerika serikat sebesar kebiasaan makan, Infeksi bakteri
23-25,8 %, di India 30,4 %, New Helicobacter pylori, tukak peptikum
Zealand 34,2%, Hongkong 18,4%, dan dan psikologis.1 Konsumsi kebiasaan
Inggris 38-41%.3 Diperkirakan bahwa makanan beresiko seperti makanan
hampir 30 % kasus pada praktek pedas, asam, bergaram tinggi dan
umum dan 60 % pada praktek minuman seperti kopi, alkohol
gastroenterologist merupakan kasus merupakan faktor pemicu timbulnya
dispepsia.1 Menurut data Profil gejala dispepsia.7
Kesehatan Indonesia 2007, dispepsia World Health Organization
menempati peringkat ke-10 untuk (WHO) menetapkan batasan usia
kategori penyakit terbanyak pasien remaja yaitu 10-19 tahun.8 Kategori
rawat inap di rumah sakit tahun 2006 usia remaja ini, cendrung ditemui pada
dengan jumlah pasien 34.029 atau seorang pelajar ataupun mahasiswa
sekitar 1,59%.4 yang tentunya memiliki rutinitas
Sindroma dispepsia dapat sangat banyak, mulai dari kegiatan
diklasifikasikan berdasarkan akademik seperti mengikuti jadwal
penyebabnya yaitu sindroma dispepsia aktivitas perkuliahan, mengerjakan
akibat kelainan organik dan sindroma tugas-tugas kuliah, diskusi kelompok
dispesia fungsional (non-organik).1,2 dan kegiatan non-akademik lainnya
Berdasarkan survei epidemiologi kasus seperti mengikuti kegiatan organisasi.

JOM FK Volume 2 No. 2 Oktober 2015 3


Pola aktivitas yang padat membuat responden mengalami sindroma
seseorang sering mengabaikan atau dispepsia dan 45% responden tidak
menunda waktu makan. mengalami sindroma dispepsia.
Berdasarkan penelitian yang Berdasarkan hasil survei pendahuluan
dilakukan pada 73 orang remaja tersebut maka peneliti tertarik untuk
perempuan di SMA Plus Al-Azhar melakukan penelitian mengenai
Medan didapat angka kejadian gambaran sindroma dispepsia
sindroma dispepsia fungsional sebesar fungsional dan menilai frekuensi
64,4 %, hasil penelitian ini juga konsumsi makan dan minum iritatif
menjelaskan bahwa besarnya angka pada mahasiswa Fakultas Kedokteran
kejadian sindroma dispepsia pada Universitas Riau Angkatan 2014.
remaja sesuai dengan kebiasaan Peneliti juga melakukan survei
makannya yang sebagian besar tidak wawancara sebelumnya kepada
teratur.9 Penelitian lain mengenai mahasiswa fakultas lain dan
faktor resiko dispepsia yang dilakukan disimpulkan bahwa diantara fakultas
pada 60 orang mahasiswa didapatkan yang lainnya, fakultas kedoketeran
foktor kebiasaan sering konsumsi memiliki jadwal yang lebih padat
makan beresiko seperti makan asam dikarenakan memiliki total sks yang
dan pedas sebanyak 71,7% dan pada berjumlah 155 dan sistem
penelitian ini juga dijelaskan foktor pembelajaran yang berbeda dengan
konsumsi minuman iritatif seperti fakultas lain yaitu dengan
minuman berkarbonasi memiliki menggunakan sistem blok sehingga
hubungan terhadap timbulnya jadwal perkuliahan sudah terstruktur
10
dispepsia. sesuai waktunya.
Apabila seorang pelajar
ataupun mahasiswa mengalami
keluhan sindroma dispepsia tentunya METODE PENELITIAN
akan memberikan dampak terhadap Jenis penelitian ini adalah
health-related quality of life karena deskriptif dengan menggunakan
dapat mengganggu aktivitas sehari- rancangan cross-sectional untuk
hari.11 mengetahui gambaran sindroma
Berdasarkan hasil survei dispepsia fungsional pada mahasiswa
pendahuluan yang peneliti lakukan Fakultas Kedokteran Universitas Riau
dengan cara meyebarkan kuesioner angkatan 2014
untuk identifikasi sindroma dispepsia
kepada 20 responden yaitu mahasiswa Lokasi dan Waktu Penelitian
Fakultas Kedokteran Universitas Riau Penelitian ini telah dilakukan di
yang diambil secara acak, maka Fakultas Kedokteran Universitas Riau
peneliti mendapatkan hasil 55% pada Februari-Mei 2015.

JOM FK Volume 2 No. 2 Oktober 2015 3


Populasi dan Sampel Penelitian Prosedur pengumpulan data
Bagi mahasiswa yang bersedia
Populasi penelitian adalah menjadi sampel penelitian akan
seluruh mahasiswa Fakultas menandatangani informed concent dan
Kedokteran Universitas Riau angkatan mengisi kuesioner dengan lengkap.
2014 serta aktif dalam perkuliahan Peneliti akan memberikan penjelasan
yang berjumlah 166 orang. kepada responden bahawa data yang
didapat terjaga kerahasiaanya dan
Teknik pengambilan sampel
hanya untuk kepentingan penelitian.
pada penelitian ini dengan
menggunakan metode total sampling
Pengolahan Data
yaitu teknik penentuan sampel dengan
Data yang sudah dikumpulkan
mengambil seluruh anggota populasi
kemudian diolah dengan cara mencatat
yang keseluruhan berjumlah 166 orang
data yang diperlukan ke dalam lembar
sebagai responden atau sampel, dan
observasi berdasarkan variabel pada
secara tertulis telah menyatakan
penelitian ini. Kemudian data tersebut
bersedia untuk mengikuti penelitian
ditampilkan dalam bentuk tabel.
dengan sebelumnya telah
menandatangani lembar persetujuan.
Etika penelitian
•Kriteria inklusi: Kriteria inklusi
Penelitian ini telah lolos kaji
adalah mahasiswa angkatan 2014
etik oleh Unit Etik Penelitian
Fakultas Kedokteran Universitas Riau
Kedokteran dan Kesehatan Fakultas
yang bersedia menjadi sampel
Kedokteran Universitas Riau dengan
penelitian dan menandatangani
nomor 22/UN19.1.28/UEPKK/2015.
informed consent serta yang mengisi
identitas dengan lengkap dan
HASIL
menjawab semua pertanyaan yang
Penelitian mengenai gambaran
diberikan dengan lengkap.
sindroma dispepsia fungsional ini
•Kriteria eksklusi : Kriteria ekslusi dilakukan pada mahasiswa Fakultas
adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Riau
Kedokteran Universitas Riau Angkatan 2014 dengan menyebarkan
Angkatan 2014 yang sebelumnya kuesioner penelitian kepada semua
sudah pernah terdiagnosa oleh dokter mahasiswa angkatan 2014 yang
terkena dispepsia organik (tukak berjumlah 166 orang. Jumlah sampel
peptikum, infesksi bakteri helicobacter yang memenuhi kriteria inklusi pada
pylori, gerd). penelitian ini didapatkan sebanyak 138
orang responden.

JOM FK Volume 2 No. 2 Oktober 2015 3


Deskripsi karakteristik responden berdasarkan umur, jenis kelamin dan tempat
tinggal responden (n=138)
Berdasarkan pengolahan data (umur dan jenis kelamin) yang dapat
berupa lembaran informed consent dilihat pada tabel 4.1 sebagai berikut:
diperoleh karakteristik responden
Tabel 4.1 Distribusi karakteristik respon berdasarkan umur dan jenis kelamin.
Variabel Jumlah (N) Persentase (%)
Umur
16 th 2 1,4 %
17 th 8 5,8%
18 th 94 68,1 %
19 th 34 24,6 %

Jenis Kelamin
Perempuan 99 71,7 %
Laki – laki 39 28,3 %

Berdasarkan tabel 4.1 diperoleh orang (68,1%). Berdasarkan jenis


data distribusi karakteristik responden kelamin responden didapatkan
berdasarkan umur, jenis kelamin dan terbanyak 99 orang perempuan
tempat tinggal. Hasil distribusi (71,7%) dan berdasarkan tempat
karakteristik responden mahasiswa tinggal responden didapatkan
angkatan 2014 berdasarkan umur sebanyak 66 orang (47,8 %) hidup
terbanyak didapatkan adalah umur 18 mandiri (kost) dan 72 orang tinggal
tahun dengan jumlah responden 94 bersama orang tua (52,2 %).
Angka Kejadian Sindoma Dispepsia
Dari hasil penentuan diagnosa sindroma dispepsia pada responden
awal berupa identifikasi sindroma mahasiswa Fakultas Kedokteran
dispepsia dengan menggunakan Rome Universitas Riau Angkatan 2014
Criteria III, didapatkan angka kejadian adalah sebagai berikut :
Tabel 4.2 Distribusi kejadian sindroma dispepsia
Variabel Jumlah (N) Persentase (%)

Sindroma Dispepsia (+) 77 55,8%

Sindroma Dispepsia (-) 61 44,2%

Total 138 100%

JOM FK Volume 2 No. 2 Oktober 2015 3


Berdasarkan tabel 4.2 dapat kriteria sindroma dispepsia dari pada
dismpulkan bahwa dari 138 orang yang tidak memiliki keluhan dispepsia.
responden mahasiswa Fakultas Responden dengan keluhan sindroma
Kedokteran Universitas Riau dispepsia berjumlah 77 orang (55,8 %)
Angkatan 2014, lebih banyak yang dan yang tidak dispepsia berjumlah 61
memiliki keluhan dan memenuhi orang (44,2 %).

Gambaran Keluhan Sindroma


Dispepsia
Distribusi sindroma dispepsia mahasiswa Fakultas Kedokteran
berdasarkan jenis keluhan dalam 6 Universitas Riau Angkatan 2014 dapat
bulan terakhir pada responden dilihat pada tabel 4.3 di bawah ini:
Tabel 4.3 Distribusi responden berdasarkan jenis keluhan sindroma dispepsia
Keluhan Frekuensi (N) Persentase (%)
Nyeri Epigastrium 41 53,2 %
Rasa terbakar di dada 10 13,0 %
Kembung 32 41,6 %
porsi makan menurun 38 49,4 %
Mual 31 39,0 %
Muntah 14 18,2 %
Sendawa 37 37,7 %

Berdasarkan tabel 4.3 dapat sebanyak 38 orang (49,4%), kembung


dilihat bahwa 77 orang responden sebanyak 32 orang (41,6%), mual
dengan keluhan sindroma dispepsia sebanyak 30 orang (39,0%), sendawa
memiliki jumlah variasi keluhan yang sebanyak 29 orang (37,7%), muntah
berbeda. Jenis keluhan yang banyak sebanyak 14 orang (18,2%) dan yang
dirasakan berupa nyeri epigastrium sedikit dikeluhkan responden yaitu
sebanyak 41 orang (53,2%), setelah itu rasa terbakar di dada sebanyak 10
keluhan berupa porsi makan menurun orang (13,0 %).

Frekuensi Konsumsi Makanan dan menjadi makanan pedas, makanan


Minuman Beresiko asam, serta minuman iritatif (kopi, teh,
alkohol dan minuman berkarbonasi).
Makanan beresiko yang diteliti
Berdasarkan hasil pengumpulan data
pada penelitian ini dikelompokkan
melalui tabel FFQ (food frequency

JOM FK Volume 2 No. 2 Oktober 2015 3


questionnaire), didapatkan gambaran Angkatan 2014 dalam tiga bulan
frekuensi konsumsi makanan beresiko terakhir. Hasil analisis frekuensi
pada 138 orang responden mahasiswa konsumsi makanan beresiko dapat
Fakultas Kedokteran Universitas Riau dilihat pada tabel 4.4 sebagai berikut :
Tabel 4.4 Distribusi frekuensi konsumsi makanan pedas responden dalam
3 bulan terakhir.

Frekuensi Konsumsi Jumlah (N) Persentase (%)


Makanan Beresiko

Makanan Pedas
Sering 91 65,9 %
Jarang 47 34,1%

Makanan Asam
Sering 79 57,2 %
Jarang 59 42,8%

Minuman Iritatif
Sering 55 39,9%
Jarang 83 60,1%

Responden dengan frekuensi dibandingkan dengan responden yang


sering konsumsi makan pedas lebih jarang mengonsumsi makan asam.
banyak berjumlah 91 orang (65,9%) Responden dengan frekuensi jarang
dibandingkan dengan responden yang mengonsumsi minuman iritatif lebih
jarang makan pedas. Responden banyak didapatkan yaitu 83 orang
dengan frekuensi sering konsumsi (60,1%), dibandingkan responden
makan asam berjumlah 79 orang yang sering mengonsumsi minuman
(57,2%) yang artinya lebih banyak iritatif.

Gambaran frekuensi konsumsi dispepsia pada tabel 4.2 dan kebiasaan


makan dan minum beresiko pada sering konsumsi makanan beresiko
responden yang mengeluhkan pada tabel 4.4 sebelumnya, maka dapat
sindroma dispepsia dan yang tidak dilakukan penilaian frekuensi
dispepsia. kebiasaan konsumsi makan dan minum
beresiko pada responden dengan
Berdasarkan gambaran umum
keluhan sindroma dispepsia dan yang
mengenai angka kejadian sindroma
tidak dispepsia.

JOM FK Volume 2 No. 2 Oktober 2015 3


Hasil analisis dapat dilihat pada tabel
4.5 sebagai berikut:
Tabel 4.5 Frekuensi konsumsi makan dan minum beresiko pada responden
dengan keluhan sindroma dispepsia dan yang tidak dispepsia.

Sindroma Makan Pedas Makan Asam Minuman Iritatif


Dispepsia Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase
(N) (%) (N) (%) (N) (%)
Sindroma
Dispepsia (+)
a.Sering (≥3 kali 74 96,1% 72 93,5% 39 50,6%
seminggu)
b. Jarang (< 3kali 3 3,9% 5 6,5% 38 49,4
seminggu
Sindroma
Dispepsia (-)
a.Sering (≥3 kali 17 27,9% 7 11,5% 16 26,2%
seminggu)
b. Jarang (< 3kali 44 72,1% 54 88,5% 45 73,8%
seminggu

Berdasarkan tabel 4.5 dapat Responden yang tidak


dilihat bahwa responden dengan mengeluhkan sindroma dispepsia
keluhan sindroma dispepsia sebanyak sebanyak 61 orang, tetapi memiliki
77 orang dan yang sering kebiasaan sering mengonsumsi makan
mengonsumsi makan pedas sebanyak pedas sebanyak 17 orang (27,9%),
74 orang (96,1%), sering sering mengonsumsi makan asam
mengonsumsi makan asam sebanyak sebanyak 7 orang (11,5%), dan sering
72 orang (93,5%), dan sering mengonsumsi minum iritatif sebanyak
mengonsumsi minum iritatif sebanyak 16 orang (26,2%).
39 orang (50,6%).

PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian yang dispepsia fungsional, didapatkan yang


dilakukan pada seluruh mahasiswa memenuhi kriteria inkulsi untuk
Fakultas Kedokteran Universitas Riau dijadikan sebagai responden penelitian
Angkatan 2014 yang berjumlah 166 sebanyak 138 orang mahasiswa.
orang mengenai gambaran sindroma

JOM FK Volume 2 No. 2 Oktober 2015 3


Karakteristik responden berjumlah 77 orang (55,8 %) dan yang
tidak dispepsia berjumlah 61 orang
Data yang diperoleh melalui (44,2 %). Metode penilaian dan hasil
lembar informed consent yang penelitian mengenai gambaran
didapatkan dari 138 responden sindroma dispepsia ini sesuai dengan
mahasiswa angkatan 2014 Fakultas penelitian yang dilakukan oleh Annisa
Kedokteran Universitas Riau dapat di SMA Plus Al-Azhar Medan tahun
dilihat pada Tabel 4.1 bahwa 2009 yaitu didapatkan responden
responden penelitian yang berusia 18 dengan keluhan sindroma dispepsia
tahun memiliki frekuensi terbesar yaitu memiliki distribusi terbanyak yaitu 47
sebanyak 94 orang (68,1%). orang (64,4%) dan yang tidak
Berdasarkan jenis kelamin responden memiliki keluhan dispepsia 26 orang
terbanyak berjenis kelamin perempuan (35,6%).9 Peneliti memiliki alasan
99 orang (71,7%) dan laki-laki 39 mengapa penelitian ini menunjukkan
orang (28,3%). Hal ini dikarenakan hasil yang sama, yaitu responden
sebagian besar dari mahasiswa dengan keluhan sindroma dispepsia
angkatan 2014 di dominasi oleh memiliki persentase lebih banyak, hal
perempuan. ini dikarenakan karekteristik
Karakteristik usia dan jenis responden yang sama yaitu sebagai
kelamin responden pada penelitian ini seorang remaja dan pelajar. Seorang
sesuai dengan penelitian Andri (2011) pelajar yang masih dalam kategori
menegenai faktor resiko timbulnya remaja memiliki aktivitas yang banyak
dispepsia pada mahasiswa Institut dan tidak jarang mengabaikan waktu
Pertanian Bogor bahwa berdasarkan makan serta cendrung mengikuti trend
usia didapatkan usia 18 tahun memiliki yang ada dilingkungan mereka seperti
frekuensi terbanyak (71,7%) dan foktor konsumsi makan atau minuman
berdasarkan jenis kelamin, perempuan yang sebenarnya belum tentu baik
memiliki distribusi terbanyak yaitu 72 untuk kesehatan mereka. Pola
orang (59,8%). kebiasaan makan ini juga memiliki
peran terhadap timbulnya sindroma
Angka Kejadian Sindroma dispepsia fungsional, hal ini juga
Dispepsia sesuai dengan penelitian Anisa
Berdasarkan penelitian yang (2009).9
telah dilakukan pada mahasiswa Penelitian yang dilakukan oleh
Fakultas Kedokteran Universitas Riau Hyams et al pada tahun 2000 di
Angkatan 2014 mengenai frekuensi Farmington, pada anak dan remaja
kejadian sindroma dispepsia dapat yang berumur 5-19 tahun dengan
dilihat pada tabel 4.2, yaitu responden keluhan sindroma dispepsia dan
dengan keluhan sindrom dispepsia dilakukan pemeriksaan

JOM FK Volume 2 No. 2 Oktober 2015 3


esophagogastroduodenoscopy adalah rasa panas atau terbakar di
didapatkan 62% responden mengalami daerah dada sebanyak 7,2%. Variasi
sindroma dispepsia fungsional yang keluhan serupa juga didapatkan pada
artinya tidak didapatkan kelainan penelitian Annisa (2009), dimana
organik.26 didapatkan keluhan terbanyak berupa
Menurut hasil penelitian nyeri epigastrium (50,1%)9.
Mahadeva S et al pada tahun 2010 Berdasarkan penelitian yang
terjadi penurunan kualitas hidup dilakukan oleh Zagari et al di Italia
terhadap responden yang mengalami pada tahun 2009 didapatkan 48%
dispepsia dibanding dengan responden responden syndroma dispepsia
yang tidak mengalami dispepsia atau fungsional mengeluhkan nyeri
kesehatannya baik.10 Apabila seorang epigastrium. 27

pelajar ataupun mahasiswa mengalami


keluhan sindroma dispepsia tentunya
akan memberikan dampak terhadap Frekuensi Konsumsi Makanan dan
health-related quality of life karena Minuman Beresiko
dapat mengganggu aktivitas sehari- Berdasarkan kepustakaan,
hari sebagai seorang pelajar. makanan yang berisiko dimaksud
adalah makanan yang terbukti ada
Gambaran Keluhan Sindroma pengaruhnya terhadap dispepsia yaitu
Dispepsia makanan pedas, makanan asam,
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat makanan bergaram tinggi dan
dilihat bahwa sindroma dispepsia minuman iritatif (kopi, teh, alkohol
fungsional memiliki variasi jenis dan minuman berkarbonasi).7
keluhan yaitu nyeri epigastrium, rasa Berdasarkan hasil penelitian
terbakar di dada, kembung, cepat yang didapatkan dari kuesioner FFQ
kenyang, mual, muntah dan sendawa. (food frequency questionnaire)
Hal ini sesuai dengan teori yang makanan dan minuman beresiko yaitu
menyatakan bahwa sindroma dispepsia makan pedas, makanan asam dan
merupakan kumpulan gejala yang minuman iritatif yang dikonsumsi 138
terdiri dari nyeri epigastrium, rasa orang responden mahasiswa Fakultas
terbakar di dada, kembung, cepat Kedokteran Universitas Riau
kenyang, mua, muntah dan sendawa. Angkatan 2014 didapatkan mahasiswa
(Djojoningrat,2001).1 yang sering mengonsumsi makanan
Berdasarkan hasil penelitian pedas sebanyak 91 orang (65,9%),
yang dapat dilihat pada tabel 4.2 mahasiswa sering mengkonsumsi
didapatkan jenis keluhan terbanyak makanan asam sebanyak 79 orang
yaitu nyeri epigastrium sebanyak 29,7 (57,2%) dan mahasiswa sering
% dan keluhan yang paling sedikit mengkonsumsi minuman iritatif

JOM FK Volume 2 No. 2 Oktober 2015 3


seperti (kopi, teh, alkohol dan makan dan minum beresiko yang
minuman berkarbonasi) sebanyak 57 didapat dari setiap individu memiliki
orang (41,3%). Hal ini menunjukkan persentase berbeda dari setiap jenis
responden dengan kebiasaan konsumsi makanan, baik itu makanan asam,
makan pedas dan asam mempunyai pedas dan konsumsi minuman iritatif.
persentase yang lebih banyak Berdasarkan kepustakaan,
dibandingkan dengan responden yang pengetahuan dari setiap individu
memiliki kebiasaan minum iritatif.28 mengenai kebiasaan makan yang baik
Hal ini mungkin dipengaruhi oleh seperti memperhatikan jadwal makan,
faktor lingkungan tempat tinggal dan jenis makanan, frekuensi makan dan
budaya. Umumnya pada daerah kebersihan makanan sangat diperlukan
Sumatra masyarakat cendrung lebih untuk mendapatkan tubuh yang
menyukai makanan yang pedas. sehat.28
Menurut penelitian yang
Gambaran kebiasaan sering
dilakukan oleh Andri (2011)
konsumsi makan dan minum
mengenai faktor resiko despepsia yaitu
beresiko pada responden yang
didapatkan hampir keseluruhan
mengeluhkan sindroma dispepsia
responden memiliki kebiasaan
dan yang tidak dispepsia.
konsumsi makan pedas 78,3% ,
kebiasaan makan asam 55% dan Responden dengan keluhan
didapatkan konsumsi minuman iritatif sindroma dispepsia berjumlah 77
memiliki hubungan yang bermakna orang dan yang tidak mengeluhkan
sebagai salah satu faktor resiko sindroma dispepsia berjumlah 61
dispepsia dengan (P< 0,05).10 orang yang dapat dilihat pada Tabel
Perbedaan dari persentase 4.2 sebelumnya. Gambaran kebiasaan
frekuensi kebiasaan konsumsi sering konsumsi makan dan minum
makanan pedas, asam, dan minuman beresiko pada responden yang
iritatif (kopi, teh, alkohol dan mengeluhkan sindroma dispepsia dan
minuman berkarbonasi) secara umum yang tidak dispepsia dapat dilihat pada
pada masing-masing responden Tabel 4.5.
dikarenakan setiap individu memiliki Responden dengan keluhan
selera yang berbeda dalam memilih sindroma dispepsia yang memiliki
makanan yang akan dikonsumsi. kebiasaan sering mengonsumsi
Faktor yang mempengaruhi kebiasaan makanan pedas sebanyak 74 orang
konsumsi makan pada setiap individu (81,4%) dan responden yang tidak
diantaranya dari lingkungan keluarga, mengeluhkan sindroma dispepsia
sosial dan budaya yang dimiliki setiap tetapi memiliki kebiasaan sering
individu.28 Maka dari itu pada mengonsumsi makanan pedas yaitu
penelitian ini, frekuensi konsumsi sebanyak 17 orang (18,6%).

JOM FK Volume 2 No. 2 Oktober 2015 3


Berdasarkan hasil penelitian ini responden yang memiliki kebiasaan
disimpulkan responden dengan sering mengonsumsi makan pedas,
keluhan dispepsia memiliki kebiasaan kebiasaan makan asam 55% dan
lebih sering mengonsumsi makan didapatkan hubungan yang bermakna
pedas dibandingkan responden yang konsumsi minum iritatif dengan
tidak ada keluhan dispepsia. timbulnya dispepsia.10
Responden dengan keluhan Konsumsi makanan pedas
sindroma dispepsia yang memiliki secara berlebihan akan merangsang
kebiasaan sering mengonsumsi sistem pencernaan, terutama lambung
makanan asam sebanyak 72 orang dan usus yang berkontraksi. Bila
(91,1%) dan yang tidak mengeluhkan kebiasaan mengkonsumsi lebih dari
sindroma dispepsia tetapi memiliki satu kali dalam seminggu selama
kebiasaan mengonsumsi makanan minimal enam bulan dibiarkan
asam sebanyak 7 orang (8,9%). Hal ini berlangsung lama dapat menyebabkan
menunjukkan bahwa sebagian besar iritasi pada mukosa lambung. Selain
responden dengan keluhan sindroma itu, bubuk cabai atau chilli powder
dispepsia memiliki kebiasaan lebih dapat menyebabkan kehilangan sel
sering mengonsumsi makanan asam epitel pada lapisan mukosa (Berdanier,
dibandingkan responden yang tidak 2008).24
ada keluhan dispepsia. Berdasarkan kepustakaan
Responden dengan keluhan minuman bersoda merupakan
sindroma dispepsia yang memiliki minuman mengandung gas. Gas yang
kebiasaan sering mengonsumsi berlebihan dalam lambung dapat
minuman iritatif sebanyak 40 orang memperberat kerja lambung. Minuman
(71,4%) dan yang tidak mengeluhkan bersoda atau berkarbonasi akan
sindroma dispepsia tetapi memiliki melenturkan katup LES(Lower
kebiasaan mengonsumsi minum iritatif Esophangeal Sphincter) yaitu katup
sebanyak 16 orang (26,2%). Hal ini antara lambung dan tenggorokan
menunjukkan bahwa sebagian besar sehingga menyebabkan reflux atau
responden dengan keluhan sindroma berbaliknya asam lambung ke
dispepsia memiliki kebiasaan lebih kerongkongan. Oleh karena itu orang
sering mengonsumsi minuman iritatif memiliki gangguan pencernaan
dibandingkan responden yang tidak dianjurkan tidak mengkonsumsinya.
ada keluhan dispepsia. Hasil penelitian Minuman bersoda juga memiliki pH
ini sesuai dengan penelitian mengenai antara 3-4 yang berarti bersifat asam
faktor resiko dispepsia yang dilakukan sehingga akan meningkatkan dampak
Andri (2011) yaitu pada 81,7% buruk bagi lambung.30
responden yang mengeluhkan Kepustakaan juga menyebutkan, teh
sindroma dispepsia, didapatkan 78,3% mengandung tanin yang mudah

JOM FK Volume 2 No. 2 Oktober 2015 3


teroksidasi menjadi asam tanat dan DAFTAR PUSTAKA
asam tanat ini memiliki efek negatif
pada mukosa lambung sehingga dapat
1. Djojoningrat D. Dispepsia
menimbulkan masalah pada lambung
Fungsional. In: Sudoyo A,
(Shinya,2007).31 Zat yang terkandung editor. Buku Ajar Ilmu
dalam kopi adalah kafein, efek kafein Penyakit Dalam. Jilid I Ed V.
ini pada sistem gastrointestinal adalah Jakarta: Balai Penerbit
meningkatkan sekresi gastrin sehingga Departemen Ilmu Penyakit
merangsang produksi asam lambung Dalam FK UI. 2009. p. 529–
karena kafein mengandung senyawa 33.
asam diantaranya caffeic acid dan
2. Abdullah M, Gunawan J.
chlorogenic acid.23 Tingginya asam Dispepsia. Contin Med Educ.
menyebabkan peradangan dan erosi 2012;39(9):647–51.
pada mukosa lambung.
3. Kumar A, Patel J, Sawant P.
Epidemiology of functional
UCAPAN TERIMAKASIH dyspepsia. J Assoc Physicians
Penulis mengucapkan India. 2012;60(6):9–12. [cited
terimakasih yang sebesar-besarnya 2 Oktober 2014]. Available
kepada pihak Fakultas Kedokteran from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/p
Universitas Riau, Ibu Yanti Ernalia,
ubmed/23155797
Dietisien, S.Gz, MPH dan Eka
Bebasari, S.Ked., dr., M.Sc selaku 4. Depkes RI. Profil Kesehatan
pembimbing. Ibu Lilly Haslinda, Indonesia 2007. Jakarta :
S.Ked., dr., M.Bmd dan Bapak Miftah Departemen Kesehatan
Azrin, S.Ked., dr., Sp.K.Or selaku Republik Indonesia. 2008. p.
dosen Penguji. Huriatul Masdar, 28-29.
S.Ked., dr., M..Sc selaku supervise.
5. Madsen LG, Bytzer P. The
Yang telah memberikan waktu, value of alarm features in
bimbingan, ilmu, nasehat dan motivasi identifying organic causes of
selama penyusunan skripsi sehingga dyspepsia. Can J Gastroenterol
skripsi ini dapat diselesaikan. Hepatol. France:
2000;14(8):713–20. [cited 2
November 2014] Available
from:
http://www.pulsus.com/journal
is/abstract.jsp?sCurrPg=journa
l&jnlKy=2&atlKy=5256&isu
Ky=200&isArt=t

JOM FK Volume 2 No. 2 Oktober 2015 3


6. Ghoshal UC et al. 10. Susanti A. Faktor risiko
Epidemiology of dispepsia pada mahasiswa
Uninvestigated and Fungsional Institut Pertanian Bogor.
Dyspepsia in Asia. J [skripsi]. Bogor : Departemen
Neurogastroenterol Motil. Gizi Masyarakat Fakultas
2011;17(3):235–44. [cited 26 Ekologi manusia Institut
Desember 2014] Available Pertanian Bogor (IPB); 2011.
from: [cited 11 November 2014]
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/p Available
ubmed/21860815 from:http://repository.ipb.ac.id
/bitstream/handle/123456789/
47332/I11asu_BAB%20I%20
7. Bisset F, Aspiroz F. Dietary Pendahuluan.pdf?sequence=5
and lifestyle factors in
functional dyspepsia. Nat rev 11. Mahadeva S, Yadav H,
gastroenterol hepatol. 2013. p. Rampal S, Everett SM, Goh
150–7. [cited 30 Januari KL. Ethnic variation
2015]. Available from: epidemiological factor and
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/p quality of life impairment
ubmed/23296252 associated with dyspepsia in
urban Malaysia. Aliment
8. WHO (world health pharmacol Ther. 2010; Vol.31:
organization). Int [homepage 1141-1151 [cited 12 Agustus
on the internet]. Adolescent 2014] Available from:
Health. 2015. [cited 30 Januari http://onlinelibrary.wiley.com/
2015]. Available from: doi/10.1111/j.1365-
http://www.who.int/topics/ado 2036.2010.04270.x/full
lescent_health/en/

12. Sherwood L. Fisiologi


9. Annisa. Hubungan manusia dari sel ke sistem.
ketidakteraturan makan Ed.6. Jakarta: EGC; 2011.
dengan sindroma dyspepsia
remaja perempuan di SMA 13. Snell RS. Anatomi Klinik
Plus Al- Azhar untuk Mahasiswa Kedokteran.
Medan.[skripsi]. Medan: FK Ed VI. Jakarta: EGC; 2006. p.
Universitas Sumatera Utara 218-221.
(USU); 2009. [cited 12
Agustus 2014] Available 14. Putz R, Pabst R. Atlas anatomi
from: anusia sobotta. Jilid 1 Ed 22.
http://repository.usu.ac.id/bitst Jakarta: EGC;
ream/123456789/14275/1/10E
00003.pdf
15. Suratun, Lusianah. Asuhan
keperawatan klien gangguan

JOM FK Volume 2 No. 2 Oktober 2015 3


sistem gastrointestinal. Gangguan Lambung di Pusat
Jakarta: CV. Trans Info Kesehatan Mahasiswa (PKM)
Medan; 2010. Universitas Indonesia Tahun
2011. [skripsi]. Jakarta:
16. Price SA, Wilson, Lorraine Universitas Indonesia; 2012.
MC. Patofisiologi Clinical [cited 12 Agustus 2014]
Concepts of Desiase Process. Available from:
Ed VI. Jakarta: EGC; 2006; http://lib.ui.ac.id/file?file=digit
Vol 2, Alih bahasa Brahm U. al/20320179-S-
Nina%20Anggita.pdf
17. Hadi S. Gastroenterology.
Bandung: Alumni Bandung; 23. Anwar F, Komsan A. Makan
2002. Tepat Badan Sehat. Jakarta
selatan: Mizan Media utama;
18. Makmun D. Penyakit Refluks 2009.
Gastroesofageal. In: Sudoyo
AW, editor. Buku Ajar Ilmu 24. Berdanier CD, Dwyer J,
Penyakit Dalam. Jilid I Ed IV. Feldman EB. Handbook of
Jakarta: Balai Penerbit FKUI; Nutrition and Food. Ed II.
2009. USA: CRC Press; 2008.

19. Rani AA, Fauzi A. Infeksi


Helicobacter Pylori dan 25. Almatsier S. Prinsip Dasar
Penyakit Gastro-Duodenal. In: Ilmu Gizi. Jakarta: PT.
Sudoyo AW, editor. Buku Gramedia Pustaka Utama;
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 2004.
Jilid I Ed IV. Jakarta: Balai
Penerbit FK UI; 2007. p. 329- 26. Reni WS. Bahaya Makanan
334. Cepat Saji dan Gaya Hidup
Sehat. Yogyakarta: O2; 2008
20. Almatsier S. Penuntun Diet.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama; 2005 27. Baliwati Y. Pengantar Pangan
dan Gizi. Jakarta: Penebar
Swadya; 2004
21. Ganong WF. Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran. Jakarta:
EGC; 2001. 28. Khumaidi M. Gizi Masyarakat.
Jakarta: BPK Gunung Mulia;
22. Anggita N. Hubungan Faktor 1994.
konsumsi dan Karakteristik
Individu dengan Persepsi 29. Reshetnikov O. V. Etc.
Gangguan Lambung pada Prevalence Of Dyspepsia And
Mahasiswa Penderita Irritable Bowel Syndrome

JOM FK Volume 2 No. 2 Oktober 2015 3


Among Adolescent Of
Novosibirsk. Rusia: Institute of
internal medicine Russia; 2007;
Vol. 60 (2):253. [dikutip 4
November 2014] diakses pada
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/p
ubmed/11507978

JOM FK Volume 2 No. 2 Oktober 2015 3

You might also like