Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2
Sistem Core
Jadi Inti Bangunan (Core) adalah suatu tempat untuk meletakan system
transportasi vertical dan mekanis dengan bentuk yang disesuaikan dengan fungsi
bangunan serta untuk menambah kekakuan bangunan diperlukan system struktur dinding
geser sebagai penyalur gaya lateral (seperti tiupan angina atau gempa bumi) pada inti.
Bangunan yang harus menggunakan core adalah bangunan yang memiliki 4 lantai
ke atas. Untuk lantai 4-10, bisa dipertimbangkan apakah ingin menggunakan core atau
tidak, namun untuk lantai 10 ke atas, harus menggunakan core, karena pertimbangan
kekuatan angin. Sedangkan untuk bangunan yang semakin tinggi, tentu core nya semakin
besar, karena pertimbangan kekuatan angin dan beban yang ditumpu.
3
Sistem Core
c. Letak Inti
Inti Dalam (C)
Inti Sekeliling (J)
Inti di Luar (M)
d. Susunan Inti
Inti Simetris (F)
Inti Asimetris (J)
e. Geometri Bangunan sebagai penentu bentuk bangunan
Langsung (K)
Tidak Langsung (P)
Menurut Juwana (2005), letak inti bangunan tinggi yang berbentuk menara
(tower) berbeda dengan bangunan yang berbentuk memanjang (slab) yaitu :
1. Inti pada bangunan bentuk bujur sangkar
Bentuk bujur sangkar banyak digunakan untuk bangunan perkantoran dengan
koridor mengelilingi inti bangunan. Contoh : Gedung Blok ‘G’ DKI, Gedung
Indosat, Wisma Bumi Putera di Jakarta dan One Park Plaza di Los Angleles
Amerika Serikat.
4
Sistem Core
5
Sistem Core
6
Sistem Core
mendapatkan luas lantai tipikal yang cukup luas tetapi bangunan tetap dapat
memanfaatkan paencahayaan alamiah. Bangunan dengan bentuk ini banyak
digunakan untuk fungsi hotel, apartemen dan perkantoran. Salah satu contohnya
adalah Gedung Patra Jasa di Jakarta.
7
Sistem Core
Perbedaan fungsi bangunan akan mempengaruhi pola letak inti bangunan. Pada
bangunan tinggi, luas lantai bersih, sirkulasi dan jaringan utilitas serta pemanfaatan
pencahayaan alamiah menjadi pertimbangan untuk menempatkan letak inti. Penempatan
letak inti bangunan akan memberikan pengaruh pada bangunan.
8
Sistem Core
Struktur core wall yang bisa dijumpai dalam aplikasi konstruksi bangunan tinggi
dewasa ini ada bermacam-macam. Antara lain adalah bentuk , Δ, O, atau core wall dua
cell dengan pengaku di tengahnya berbentuk. Dari masing-masing bentuk core wall ini,
mempunyai karakteristik yang berbeda-beda dalam memberikan fleksibilitas dan
efektivitas pada struktur bangunan. Bangunan tinggi yang mempunyai struktur core wall,
dibuat dengan salah satu pertimbangan adalah fleksibilitas untuk pengaturan posisi (tata
letak) yang akan memberikan penghematan dan efisiensi maksimum pada bangunan
secara keseluruhan.
9
Sistem Core
Pada sistim core (inti) sebagai pengaku bangunan secara keseluruhan, dimana
gaya-gaya lateral yang bekerja disalurkan oelh balok-balok menuju ke core/inti sebagai
elemen struktur utama. Core sebagai inti pengaku pendukung utama struktur bangunan,
dengan material dari :
Sentral core, dimana core (inti) terletak pada titik pusat massa
bangunan.
Core pada tepi bangunan, berfungsi sebagai penahan gaya lateral secara langsung
“lateral core”.
Bangunan dengan 2 (dua) core, dimana perletakan core pada kedua sisi bangunan.
Bangunan dengan core tersebar, dengan perletakan core tersebar pada seluruh
bidang bangunan dan berada pada titik berat bangunan.
Core dengan shear wall, yang berguna untuk kekakuan. Dimana core dipadu
dengan shear wall (dinding geser), sedang shear wall berperan sebagai penahan
gaya geser daripada gaya horizontal.
Core dengan rangka kaku (baja), merupakan penggabungan core dengan rangka
kaku sehingga menjadi satu kesatuan yang kaku dan stabil.
10
Sistem Core
Dan yang paling penting adalah bahwa sistem struktur core wall ini didesain
untuk dapat manahan gaya torsi yang timbul akibat tekanan angin yang eksentrisitas dan
seragam pada pusat geser struktur core wall. Struktur core wall pada dasarnya adalah
sistem struktur yang dibuat untuk mampu menahan gaya-gaya lateral yang timbul akibat
gaya angin atau gempa yang merupakan beban dinamis. Untuk proses analisis
mekanikanya, pengaruh gaya-gaya akibat beban angin dan gempa tersebut (yang
merupakan beban dinamis) diperlakukan sebagai beban statis dan mengabaikan sifat
dinamisnya.
Selain itu, yang pasti bentuk bangunan dan lubang-lubang pada struktur core wall
juga dapat mempengaruhi nilai torsi yang timbul.
11
Sistem Core
Sistem rangka kaku murni dalam perkembangannya tidak praktis untuk bangunan
yang lebih tinggi dari 30 lantai. Berbagai sistem telah diterapkan dengan menggunakan
dinding geser didalam rangka untuk menahan beban lateral. Dinding ini terbuat dari
beton atau rangka baja. Bentuknya bisa berupa inti interior tertutup, mengelilingi ruang
lift atau ruang tangga, atau bisa berupa dinding sejajar di dalam bangunan, bahkan bisa
juga berupa rangka fasade vertikal.
Beberapa bangunan tinggi menggunakan inti dan rangka. Dari segi perilaku denah
ini diterapkan untuk memuaskan sistem plat datar atau dinding rangka geser bersama belt
trusses.
Inti dapat terbuat dari beton , baja atau konbinasi antara betoin dan baja.
Keuntungan inti baja, dalam perakitan lebih cepat karena pabrikasi. Sedangkan inti dari
beton menghasilkan ruang yang sekaligus memikul beban. Juga dapat dipakai untuk
perlindungan saat kebakaran.
Sesuai pengertiannya, core adalah penyangga utama pada bangunan tinggi yang
harus bisa menopang seluruh bangunan dengan kekakuannya yang dibantu oleh shear
wall. Karena itu bahan yang digunakan untuk core haruslah lebih diutamakan untuk
kekakuan yang pas.
Bahan umum yang digunakan antara lain :
1 Baja
2 Beton
3 Beton bertulang
Dari ketiga bahan diatas, yang paling sering digunakan adalah beton bertulang,
digunakan pada pembuatan shear wall, yang dimana tulangannya saling berkaitan ke
kolom utama pembentuk core dan menerus sampai ke pondasi untuk kekakuan bangunan
yang optimal.
Sedangkan untuk struktur dinding yang tidak menopang beban terlalu besar (per
lantai bukan satu badan bangunan) biasanya menggunakan bahan-bahan biasa seperti
bata ringan/bata merah
Selain itu, inti dari material lain seperti dinding biasa (batu bata,celcon dll)
disebut sebagai inti non struktural karena tidak terlalu kuat menahan gaya lateral.Adapun
kelebihan dan kekurangan pada penggunaan material sebagai penyusun inti structural
menurut Schueller (1989) yaitu : Untuk inti dari rangka baja bisa manggunakan kuda-
kuda Vierendeel untuk mencapai kestab ilan lateral. Sistem Vierendeel ini cukup
fleksibel sehingga hanya digunakan untuk bangunan bertingkat relatif sedikit. Pengakuan
diagonal dari rangka Vierendeel digunakan untuk mencapai kekakuan inti yang
diperlukan untuk bangunan yang lebih tinggi. Keuntungan inti rangka baja adalah karena
relative cepatnya perakitan batang-batang prefab.
13
Sistem Core
ventilasi dan zona penyegaran udara. Pemisahan lubang untuk ventilasi dan penyegaran
udara bertujuan agar tidak terjadi konflik atau persilangan antar saluran udara
(ducting). Perbandingan panjang dan lebar lubang untuk ventilasi dan lubang untuk
penyegaran udara berkisar sekitar 1:2 sampai 1:4 dan bahan pelapisnya dapat
menahan api selama kurang lebih 2 jam.
Utilitas bangunan adalah suatu kelengkapan fasilitas bangunan yang digunakan
untuk menunjang tercapainya unsur kenyamanan, kesehatan, keselamatan, kemudahan
komunikasi dan mobilitas dalam bangunan. Perancangan bangunan harus selalu
memperhatikan dan menyertakan fasilitas utilitas dalam perancangan arsitektur.
Perancangan utilitas di dalam inti bangunan (core) terdiri dari :
1. Perancangan lift
2. Perancangan tangga darurat
3. Perancangan sistem plumbing
4. Perancangan pengolah udara
5. Perancangan instalasi listrik
6. Perancangan telepon
7. Perancangan CCTV dan security sistem
8. Perancangan tata surya
9. Perancangan pembuangan samp
2.2.3 Tata Letak Lift
Secara umum (tidak mengikat) syarat dalam mendesain sistem transportasi lift
adalah sebagai berikut :
1. Minimal tersedia 1 buah lift untuk bangunan melebihi 3 tingkat.
2. Minimal tersedia 1 buah lift untuk bangunan melebihi 1 tingkat jika ada
pengguna manula dan atau difabel.
3. Lobby lift cukup luas dan berdekatan dengan tangga.
4. Jarak jalan ke area lift minimal 45 meter.
5. Sebuah lift hanya melayani maksimal 15 lantai agar waktu tunggu tidak terlalu
lama. Tersedia express lift untuk bangunan melebihi 15 lantai (sistem zoba lift).
Express lift mem-bypass lantai lantai bawah dan langsung berhenti di lantai
16,17,18, dst.
14
Sistem Core
6. Tersedia skylobby untuk setiap kelipatan 20-25 lantai. Skylobby adalah lantai
lobby dimana orang turun dari lift express dan berpindah ke lift-lift lokal yang
berhenti pada tiap lantai di atasnya. Dengan demikian kebutuhan ruang core/shaft
lift bisa tetap.
Jika ada dua deret lift berhadap-hadapan maka lebar lobby dibuat sekitar 3,5 – 4,5
meter atau dua kali panjang lift. Satu deret lobby sebaiknya tidak lebih dari 3 buah lift
agar calon penumpangnya bisa dengan mudah melihat lift yang terbuka atau tersedia.
BAB III
PEMBAHASAN
1. Bangunan lantai berapakah yang harus menggunakan core ? Dan apakah semakin
tinggi bangunan, semakin besar corenya ?
Jawaban :
Bangunan yang harus menggunakan core adalah bangunan yang memiliki 4 lantai
ke atas. Untuk lantai 4-10, bisa dipertimbangkan apakah ingin menggunakan core
15
Sistem Core
atau tidak, namun untuk lantai 10 ke atas, harus menggunakan core, karena
pertimbangan kekuatan angin. Sedangkan untuk bangunan yang semakin tinggi,
tentu core nya semakin besar, karena pertimbangan kekuatan angin dan beban yang
ditumpu.
3. Mengapa ada bangunan yang menggunakan 1 core dan ada bangunan yang
menggunakan lebih dari 1 core dan bagaimana menentukan titik letak core ?
Jawaban :
Penggunaan jumlah core disesuaikan dengan design yang ada dan dengan
kesepakatan dengan pihak strukturnya. Jadi penggunaan core yang biasanya hanya
1 dapat di bagi menjadi 2 atau berapapun jumlahnya dengan membagi beban yang
yang harus disangga ke setiap core yang ada.
Penentuan titik letak core tergantung pada arah beban bangunan, jadi yang penting
semua beban bangunan dapat disangga oleh core. Dari sini jugalah mengapa ada
bangunan yang menggunakan core lebih dar i 1, mungkin karena arah beben
bangunannya lebih dari 1, jadi untuk menyangga keduanya akan dibutuhkan lebih
dari 1 core
4. Apakah penempatan lift bisa diluar core ? Dan berapa persentase ukuran core
dalam 1 bangunan ?
Jawaban :
Penempatan lift bisa diletakan di luar core, itu semua tergantung design yang
dibuat. Namun biasanya lift diletakkan di dalam core karena memang di dalam
16
Sistem Core
core terdapat ruang kosong yang walupun difungsikan sebagai tempat utilitas lift,
itu tidak akan menggangu kekuatan core.
Untuk ukuran core, biasanya 1/18 dari ukuran luas dasar bangunan, namun halu\
ini juga biasanya tergantung dari desgin bangunan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sistem Core merupakan inti dari sebuah bangunan dan merupakan struktur utama
dari suatu bangunan. Struktur core merupakan struktur dasar dan merupakan keharusan
untuk memakai struktur tersebut khususnya pada suatu perancangan bangunan tinggi.
seluruh materi mengenai struktur core telah kami rangkum dalam makalah yang kami
17
Sistem Core
susun tersebut yang menjelaskan bahwa pentingnya sistem struktur tersebut dalam
perancangan bangunan tinggi.
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
18
Sistem Core
kk.mercubuana.ac.id/elearning/files.../12020-6-241332412152.doc
http://dosen.narotama.ac.id/wp-content/uploads/2013/01/SISTEM-STRUKTUR-
BANGUNAN-TINGGI.doc
19