You are on page 1of 19

Sistem Core

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam arsitektur terdapat 3 hal penting yang sangat diperhatikan, yaitu Struktur,
Utilitas dan Estetika. Namun untuk bangunan tinggi sistem struktur menjadi hal yang
paling penting dan diperhatikan. Karena bangunan tinggi memiliki karakteristik yang
berbeda dengan bangunan lainnya. Bangunan tinggi harus menumpu beban yang lebih
besar dan juga harus memperhatikan kecepatan angin. Sehingga harus memiliki
kekakuan yang lebih besar dari bangunan lainnya.
Selain diperoleh dari kekuatan (strenghth) dan kekakuan (stiffness) elemen
penyusun sistem struktur, kestabilan suatu sistem struktur dapat diperoleh dengan
mengikat elemen-elemen sistem struktur satu sama lain sehinngga deformasi yang terjadi
pada sistem struktur akibat beban yang bekerja menjadi relatif lebih kecil. Beberapa cara
untuk menjaga kestabilan struktur tersebut antara lain menambah elemen struktur
diagonal pada struktur sehingga struktur tidak mengalami deformasi atau perubahan
bentuk. Namun ketiga hal penting itu tetap saling berhubungan, sistem struktur pada
bangunan tinggi juga dimanfaatkan sebagai utilitas dan estetika.
Dalam perkembangannya, cukup banyak cara yang diakukan untuk menjaga
kestabilan bangunan tinggi terutama dalam menahan beban lateral yang berpengaruh
sangat besar pada bangunan tinggi. Beberapa sistem yang diperkenalkan adalah sistem
struktur core. Sebagai salah satu sistem yang berfungsi menjaga kestabilan struktur,
penempatan core harus diperhatikan agar dapat berfungsi dengan baik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud sistem struktur core ?
2. Bagaimana tata letak sistem core dan apa dasar pertimbangannya ?
3. Apa saja jenis-jenis sistem struktur core ?
4. Apa saja manfaat dari penggunaan sistem struktur core ?

1.3 Tujuan dan Manfaat


1. Untuk mengetahui pengertian sistem struktur core.
2. Untuk mengetahui penempatan sistem struktur core.
3. Untuk mengethui elemen-elemen pada sistem struktur core.
4. Untuk mengetahui manfaat dari sistem struktur core.
1
Sistem Core

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Core (inti bangunan)


Core atau inti bangunan menurut Schueller (1989) adalah suatu tempat untuk
meletakan transportasi vertical dan distribusi energy ( seperti Lift, tangga, wc dan Shaft
mekanis).

2
Sistem Core

Jadi Inti Bangunan (Core) adalah suatu tempat untuk meletakan system
transportasi vertical dan mekanis dengan bentuk yang disesuaikan dengan fungsi
bangunan serta untuk menambah kekakuan bangunan diperlukan system struktur dinding
geser sebagai penyalur gaya lateral (seperti tiupan angina atau gempa bumi) pada inti.
Bangunan yang harus menggunakan core adalah bangunan yang memiliki 4 lantai
ke atas. Untuk lantai 4-10, bisa dipertimbangkan apakah ingin menggunakan core atau
tidak, namun untuk lantai 10 ke atas, harus menggunakan core, karena pertimbangan
kekuatan angin. Sedangkan untuk bangunan yang semakin tinggi, tentu core nya semakin
besar, karena pertimbangan kekuatan angin dan beban yang ditumpu.

2.1.1 Bentuk inti bangunan


Untuk bentuk dan ukuran inti bangunan ridak ada batasnya tetapi inti bangunan
mempunyai beberapa ciri khas yaitu :

Gambar 2.1 : Bentuk inti core


Sumber : Pusat pengembangan bahan ajar UMB
a. Bentuk Inti
 Inti Terbuka (N)
 Inti tertutup (B)
 Inti Tunggal dengan kombinasi inti linear (A)
b. Jumlah inti
 Inti Tunggal
 Inti Jamak

3
Sistem Core

c. Letak Inti
 Inti Dalam (C)
 Inti Sekeliling (J)
 Inti di Luar (M)
d. Susunan Inti
 Inti Simetris (F)
 Inti Asimetris (J)
e. Geometri Bangunan sebagai penentu bentuk bangunan
 Langsung (K)
 Tidak Langsung (P)

Menurut Juwana (2005), letak inti bangunan tinggi yang berbentuk menara
(tower) berbeda dengan bangunan yang berbentuk memanjang (slab) yaitu :
1. Inti pada bangunan bentuk bujur sangkar
Bentuk bujur sangkar banyak digunakan untuk bangunan perkantoran dengan
koridor mengelilingi inti bangunan. Contoh : Gedung Blok ‘G’ DKI, Gedung
Indosat, Wisma Bumi Putera di Jakarta dan One Park Plaza di Los Angleles
Amerika Serikat.

Gambar 2.2 : Bentuk inti core bujur sangkar


2. Inti pada bangunan bentukSumber : Pusat pengembangan bahan ajar UMB
segitiga
Contoh dari inti bangunan dengan bentuk segitiga adalah Hotel Mandarin di
Jakarta, Gedung US Steel di Pittsburg Amerika Serikat, Riverside Development
di Brisbane Australia dan Central Plaza di Hongkong.

4
Sistem Core

Gambar 2.3 : Bentuk inti core segitiga


Sumber : Pusat pengembangan bahan ajar UMB

3. Inti pada bangunan bentuk lingkaran


Menara berbentuk lingkaran biasanya digunakan pada fungsi hunian
(apartemen dan hotel) dengan koridor berada di sekeliling inti bangunan
sebagai akses ke unit-unit hunian. Contoh dari inti bangunan dengan bentuk
lingkaran adalah Shin-Yokohama Hotel di Jepang, Marina City di Chicago
Amerika Serikat dan Gedung Tabung Haji di Kuala Lumpur Malaysia.

Gambar 2.4 : Bentuk inti core lingkaran


Sumber : Pusat pengembangan bahan ajar UMB

4. Inti pada bangunan dengan bentuk memanjang


Bangunan dengan bentuk memanjang biasanya digunakan untuk fungsi hotel,
apartemen atau perkantoran. Seperti Gedung Central plaza di Jakarta, Gedung
Inland Steel di Chicago Amerika Serikat merupakan bangunan memanjang
dengan inti di luar bangunan.

5
Sistem Core

Gambar 2.5 : Bentuk inti core memanjang


Sumber : Pusat pengembangan bahan ajar UMB

Sedangkan untuk inti yang berada di tengah bangunan biasanya digunakan


untuk fungsi perkantoran. Contohnya adalah Wisma Indocement di Jakarta,
Connaught Center(Jardine House) di Hongkong, Rockefeller Center dan Chase
Manhattan Bank di New York Amerika Serikat.

Gambar 2.6 : Bentuk inti core memanjang


Selain itu, Sumber
inti yang terletak
: Pusat di tengah
pengembangan bahanbangunan
ajar UMB memanjang memiliki

banyak pola. Contohnya adalah Kantor Depdiknas (Departemen Pendidikan


Nasional) di Jakarta dan Gedung Phoenix-Rheinrohr di Dusseldorf Jerman.

5. Inti pada bangunan dengan bentuk silang


Bangunan dengan bentuk ‘silang’ dan ‘Y’,’T’,’H’ atau ‘V’, merupakan
variasi dari bangunan bentuk memanjang. Bentuk seperti ini dimaksudkan untuk

6
Sistem Core

mendapatkan luas lantai tipikal yang cukup luas tetapi bangunan tetap dapat
memanfaatkan paencahayaan alamiah. Bangunan dengan bentuk ini banyak
digunakan untuk fungsi hotel, apartemen dan perkantoran. Salah satu contohnya
adalah Gedung Patra Jasa di Jakarta.

Gambar 2.7 : Bentuk inti core silang


Sumber : Pusat pengembangan bahan ajar UMB

6. Inti pada bangunan bentuk Y


Contoh dari inti bangunan dengan bentuk Y adalah Gedung Unilever di Hamburg
jerman, Gedung Unesco di Paris dan Hotel Duta Merlin di Jakarta.

7. Inti pada banguanan dengan bentuk acak


Gambar 2.8 : Bentuk inti core Y
Bangunan dengan inti bangunan yang terletak di luar titik berat massa bangunan
Sumber : Pusat pengembangan bahan ajar UMB
dan ditempatkan secara acak kurang menguntungkan bagi perencanaan bangunan
tahan gempa. Contoh bangunan yang menggunakan bentuk inti tersebut adalah
Gedung MBf Tower di Penang Malaysia dan Conrad International Centennial di
Singapura.

7
Sistem Core

Gambar 2.9 : Bentuk inti core acak


Sumber : Pusat pengembangan bahan ajar UMB

Perbedaan fungsi bangunan akan mempengaruhi pola letak inti bangunan. Pada
bangunan tinggi, luas lantai bersih, sirkulasi dan jaringan utilitas serta pemanfaatan
pencahayaan alamiah menjadi pertimbangan untuk menempatkan letak inti. Penempatan
letak inti bangunan akan memberikan pengaruh pada bangunan.

Tabel 2.1 : Karakteristik Tata Letak Inti Bangunan


Sumber : Pusat pengembangan bahan ajar UMB

8
Sistem Core

2.1.2 Fleksibilitas Penyewa

Gambar 2.10 : Flekibilitas penyewa


Sumber : Pusat pengembangan bahan ajar UMB
Penggunaan jumlah core disesuaikan dengan design yang ada dan dengan
kesepakatan dengan pihak strukturnya. Jadi penggunaan core yang biasanya hanya 1
dapat di bagi menjadi 2 atau berapapun jumlahnya dengan membagi beban yang yang
harus disangga ke setiap core yang ada.

2.2 STRUKTUR CORE (INTI BANGUNAN)

Struktur core wall yang bisa dijumpai dalam aplikasi konstruksi bangunan tinggi
dewasa ini ada bermacam-macam. Antara lain adalah bentuk , Δ, O, atau core wall dua
cell dengan pengaku di tengahnya berbentuk. Dari masing-masing bentuk core wall ini,
mempunyai karakteristik yang berbeda-beda dalam memberikan fleksibilitas dan
efektivitas pada struktur bangunan. Bangunan tinggi yang mempunyai struktur core wall,
dibuat dengan salah satu pertimbangan adalah fleksibilitas untuk pengaturan posisi (tata
letak) yang akan memberikan penghematan dan efisiensi maksimum pada bangunan
secara keseluruhan.

9
Sistem Core

Pada sistim core (inti) sebagai pengaku bangunan secara keseluruhan, dimana
gaya-gaya lateral yang bekerja disalurkan oelh balok-balok menuju ke core/inti sebagai
elemen struktur utama. Core sebagai inti pengaku pendukung utama struktur bangunan,
dengan material dari :

 Core beton (shear wall atau bearing wall)


 Core dari struktur baja (tube)

Gambar 2.11 : Struktur core


Posisi perletakan sistim core pada bangunan tergantung pada titik pusat
Sumber : Pusat pengembangan bahan ajar UMB
keseimbangannya, dimana perletakkannya mempunyai beberapa varian, seperti :

 Sentral core, dimana core (inti) terletak pada titik pusat massa
bangunan.
 Core pada tepi bangunan, berfungsi sebagai penahan gaya lateral secara langsung
“lateral core”.
 Bangunan dengan 2 (dua) core, dimana perletakan core pada kedua sisi bangunan.
 Bangunan dengan core tersebar, dengan perletakan core tersebar pada seluruh
bidang bangunan dan berada pada titik berat bangunan.
 Core dengan shear wall, yang berguna untuk kekakuan. Dimana core dipadu
dengan shear wall (dinding geser), sedang shear wall berperan sebagai penahan
gaya geser daripada gaya horizontal.
 Core dengan rangka kaku (baja), merupakan penggabungan core dengan rangka
kaku sehingga menjadi satu kesatuan yang kaku dan stabil.

10
Sistem Core

Dan yang paling penting adalah bahwa sistem struktur core wall ini didesain
untuk dapat manahan gaya torsi yang timbul akibat tekanan angin yang eksentrisitas dan
seragam pada pusat geser struktur core wall. Struktur core wall pada dasarnya adalah
sistem struktur yang dibuat untuk mampu menahan gaya-gaya lateral yang timbul akibat
gaya angin atau gempa yang merupakan beban dinamis. Untuk proses analisis
mekanikanya, pengaruh gaya-gaya akibat beban angin dan gempa tersebut (yang
merupakan beban dinamis) diperlakukan sebagai beban statis dan mengabaikan sifat
dinamisnya.

Gambar 2.12 : Susunan struktur core


Sumber : Pusat pengembangan bahan ajar UMB
Kondisi eksentrisitas tekanan angin tersebut secara teknis dapat terjadi antara lain
adalah karena :

 Posisi struktur core wall yang ditempatkan di dalam bangunan. Penempatan


struktur core wall yang dekat kepada pusat bangunan akan memberikan
eksentrisitas tekanan angin yang berkurang, yang juga akan memperkecil pengaruh
gaya torsi yang terjadi. Namun secara praktis untuk membuat pengaruh gaya torsi
tidak ada (nol) sama sekali dalam konstruksi bangunan di lapangan adalah
mustahil, dikarenakan gaya angin yang terjadi tidak pernah seragam dan simetris.
 Sudut datang gaya angin itu sendiri merupakan faktor penentu sebagai komponen
yang mempunyai nilai berbeda untuk setiap sudut datang yang berbeda, yang sudah
tentu akan menghasilkan torsi yang berbeda pula.

 Selain itu, yang pasti bentuk bangunan dan lubang-lubang pada struktur core wall
juga dapat mempengaruhi nilai torsi yang timbul.

11
Sistem Core

Sistem rangka kaku murni dalam perkembangannya tidak praktis untuk bangunan
yang lebih tinggi dari 30 lantai. Berbagai sistem telah diterapkan dengan menggunakan
dinding geser didalam rangka untuk menahan beban lateral. Dinding ini terbuat dari
beton atau rangka baja. Bentuknya bisa berupa inti interior tertutup, mengelilingi ruang
lift atau ruang tangga, atau bisa berupa dinding sejajar di dalam bangunan, bahkan bisa
juga berupa rangka fasade vertikal.

Gambar 2.13 : Struktur core didalam bangunan


Sumber : Pusat pengembangan bahan ajar UMB

Untuk bangunan apartement, kebutuhan jaringan akan fungsi dan utilitas


cenderung tetap, tetapi untuk bangunan komersial membutuhkan fkelsibilitas dalam hal
tata letak yang memerlukan ruang terbuka yang cukup lebar dengan dinding partisi yang
dapat dipindah-pindah. Untuk yang menggunakan sistem struktur inti, inti dapat
dipergunakan untuk menempatkan sistem transportasi vertikal, tangga, wc, shaft, dan
jaringan utilitas lainnya sehingga kadang bangunan mempunyai inti yang lebih dari satu.

Beberapa bangunan tinggi menggunakan inti dan rangka. Dari segi perilaku denah
ini diterapkan untuk memuaskan sistem plat datar atau dinding rangka geser bersama belt
trusses.

Inti dapat terbuat dari beton , baja atau konbinasi antara betoin dan baja.
Keuntungan inti baja, dalam perakitan lebih cepat karena pabrikasi. Sedangkan inti dari
beton menghasilkan ruang yang sekaligus memikul beban. Juga dapat dipakai untuk
perlindungan saat kebakaran.

2.2.1 Bahan yang digunakan pada struktur Core


12
Sistem Core

Sesuai pengertiannya, core adalah penyangga utama pada bangunan tinggi yang
harus bisa menopang seluruh bangunan dengan kekakuannya yang dibantu oleh shear
wall. Karena itu bahan yang digunakan untuk core haruslah lebih diutamakan untuk
kekakuan yang pas.
Bahan umum yang digunakan antara lain :
1 Baja
2 Beton
3 Beton bertulang
Dari ketiga bahan diatas, yang paling sering digunakan adalah beton bertulang,
digunakan pada pembuatan shear wall, yang dimana tulangannya saling berkaitan ke
kolom utama pembentuk core dan menerus sampai ke pondasi untuk kekakuan bangunan
yang optimal.
Sedangkan untuk struktur dinding yang tidak menopang beban terlalu besar (per
lantai bukan satu badan bangunan) biasanya menggunakan bahan-bahan biasa seperti
bata ringan/bata merah
Selain itu, inti dari material lain seperti dinding biasa (batu bata,celcon dll)
disebut sebagai inti non struktural karena tidak terlalu kuat menahan gaya lateral.Adapun
kelebihan dan kekurangan pada penggunaan material sebagai penyusun inti structural
menurut Schueller (1989) yaitu : Untuk inti dari rangka baja bisa manggunakan kuda-
kuda Vierendeel untuk mencapai kestab ilan lateral. Sistem Vierendeel ini cukup
fleksibel sehingga hanya digunakan untuk bangunan bertingkat relatif sedikit. Pengakuan
diagonal dari rangka Vierendeel digunakan untuk mencapai kekakuan inti yang
diperlukan untuk bangunan yang lebih tinggi. Keuntungan inti rangka baja adalah karena
relative cepatnya perakitan batang-batang prefab.

2.2.2 Lubang Utilitas (Shaft) dan Jalur Utilitas


Penempatan inti bangunan akan berdampak kepada penempatan jalur distribusi
jaringan utilitas, Dalam inti bangunan biasanya terdapat sejumlah ruangan yang
diatur sedemikian rupa sehingga jumlah keseluruhan luas inti bangunan tidak melebihi
20% luas tipikal yang ada. Di samping itu, 80% luas tipikal masih perlu dikurangi
dengan jalur sirkulasi horizontal seperti koridor, sehingga luas efektif bangunan menjadi
berkurang. Sekitar 4% dari luas tipikal digunakan sebagai lubang utilitas untuk sistem
Mekanikal dan Elektrikal, yang umumnya dibagi atas 2 zona distribusi yaitu zona

13
Sistem Core

ventilasi dan zona penyegaran udara. Pemisahan lubang untuk ventilasi dan penyegaran
udara bertujuan agar tidak terjadi konflik atau persilangan antar saluran udara
(ducting). Perbandingan panjang dan lebar lubang untuk ventilasi dan lubang untuk
penyegaran udara berkisar sekitar 1:2 sampai 1:4 dan bahan pelapisnya dapat
menahan api selama kurang lebih 2 jam.
Utilitas bangunan adalah suatu kelengkapan fasilitas bangunan yang digunakan
untuk menunjang tercapainya unsur kenyamanan, kesehatan, keselamatan, kemudahan
komunikasi dan mobilitas dalam bangunan. Perancangan bangunan harus selalu
memperhatikan dan menyertakan fasilitas utilitas dalam perancangan arsitektur.
Perancangan utilitas di dalam inti bangunan (core) terdiri dari :
1. Perancangan lift
2. Perancangan tangga darurat
3. Perancangan sistem plumbing
4. Perancangan pengolah udara
5. Perancangan instalasi listrik
6. Perancangan telepon
7. Perancangan CCTV dan security sistem
8. Perancangan tata surya
9. Perancangan pembuangan samp
2.2.3 Tata Letak Lift

Secara umum (tidak mengikat) syarat dalam mendesain sistem transportasi lift
adalah sebagai berikut :
1. Minimal tersedia 1 buah lift untuk bangunan melebihi 3 tingkat.
2. Minimal tersedia 1 buah lift untuk bangunan melebihi 1 tingkat jika ada
pengguna manula dan atau difabel.
3. Lobby lift cukup luas dan berdekatan dengan tangga.
4. Jarak jalan ke area lift minimal 45 meter.
5. Sebuah lift hanya melayani maksimal 15 lantai agar waktu tunggu tidak terlalu
lama. Tersedia express lift untuk bangunan melebihi 15 lantai (sistem zoba lift).
Express lift mem-bypass lantai lantai bawah dan langsung berhenti di lantai
16,17,18, dst.

14
Sistem Core

6. Tersedia skylobby untuk setiap kelipatan 20-25 lantai. Skylobby adalah lantai
lobby dimana orang turun dari lift express dan berpindah ke lift-lift lokal yang
berhenti pada tiap lantai di atasnya. Dengan demikian kebutuhan ruang core/shaft
lift bisa tetap.
Jika ada dua deret lift berhadap-hadapan maka lebar lobby dibuat sekitar 3,5 – 4,5
meter atau dua kali panjang lift. Satu deret lobby sebaiknya tidak lebih dari 3 buah lift
agar calon penumpangnya bisa dengan mudah melihat lift yang terbuka atau tersedia.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pertanyaan dan Pembahasan

1. Bangunan lantai berapakah yang harus menggunakan core ? Dan apakah semakin
tinggi bangunan, semakin besar corenya ?
Jawaban :
Bangunan yang harus menggunakan core adalah bangunan yang memiliki 4 lantai
ke atas. Untuk lantai 4-10, bisa dipertimbangkan apakah ingin menggunakan core

15
Sistem Core

atau tidak, namun untuk lantai 10 ke atas, harus menggunakan core, karena
pertimbangan kekuatan angin. Sedangkan untuk bangunan yang semakin tinggi,
tentu core nya semakin besar, karena pertimbangan kekuatan angin dan beban yang
ditumpu.

2. Apakah hubungan antara utilitas dan core ?


Jawaban :
Hubungan utilitas dengan core adalah dimana core biasanya digunakan sebagai
tempat untuk meletakkan sarana utlitas. Selain itu juga, bentuk core yang biasanya
persegi, terdapat ruang kosong didalamnya, jadi ruangan tersebut bisa
dimanfaatkan sebagai tempat meletakkan utilitas, dan itu tidak akan mengganggu
kekuatan struktrnya.
Jadi peletakan utilitas bisa disesuaikan dengan letak corenya, atau peletakan core
bisa sesuai dengan letak utilitasnya sesuai dengan design yang telah dirancang.

3. Mengapa ada bangunan yang menggunakan 1 core dan ada bangunan yang
menggunakan lebih dari 1 core dan bagaimana menentukan titik letak core ?
Jawaban :
Penggunaan jumlah core disesuaikan dengan design yang ada dan dengan
kesepakatan dengan pihak strukturnya. Jadi penggunaan core yang biasanya hanya
1 dapat di bagi menjadi 2 atau berapapun jumlahnya dengan membagi beban yang
yang harus disangga ke setiap core yang ada.
Penentuan titik letak core tergantung pada arah beban bangunan, jadi yang penting
semua beban bangunan dapat disangga oleh core. Dari sini jugalah mengapa ada
bangunan yang menggunakan core lebih dar i 1, mungkin karena arah beben
bangunannya lebih dari 1, jadi untuk menyangga keduanya akan dibutuhkan lebih
dari 1 core
4. Apakah penempatan lift bisa diluar core ? Dan berapa persentase ukuran core
dalam 1 bangunan ?
Jawaban :
Penempatan lift bisa diletakan di luar core, itu semua tergantung design yang
dibuat. Namun biasanya lift diletakkan di dalam core karena memang di dalam

16
Sistem Core

core terdapat ruang kosong yang walupun difungsikan sebagai tempat utilitas lift,
itu tidak akan menggangu kekuatan core.
Untuk ukuran core, biasanya 1/18 dari ukuran luas dasar bangunan, namun halu\
ini juga biasanya tergantung dari desgin bangunan.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Sistem Core merupakan inti dari sebuah bangunan dan merupakan struktur utama
dari suatu bangunan. Struktur core merupakan struktur dasar dan merupakan keharusan
untuk memakai struktur tersebut khususnya pada suatu perancangan bangunan tinggi.
seluruh materi mengenai struktur core telah kami rangkum dalam makalah yang kami

17
Sistem Core

susun tersebut yang menjelaskan bahwa pentingnya sistem struktur tersebut dalam
perancangan bangunan tinggi.

4.2 Saran

Kelompok kami menyarakan agar materi tersebut dipahami dengan benar-benar


oleh pembaca karena dalam perancangan khusunya bangunan tinggi ilmu tersebut
merupakan dasar logika dari sistem struktur lainnya yang merupakan inti dari struktur
yang menopang suatu bangunan tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Isac Jeronimo (2013) . Sistem Struktur Bangunan Bertingkat Tinggi. From


http://civilengineeringreview.blogspot.com/2013/05/sistem-struktur-bangunan-
bertingkat.html, 23 Oktober 2014

Dwiyanto, Agung (2014). Struktur Bangunan Tinggi. From


http://www.scribd.com/doc/209717283/STRUKTUR-BANGUNAN-TINGGI, 23 Oktober 2014

18
Sistem Core

Scheuller, Wolfgang(1989). Struktur Bangunan Bertingkat Tinggi.Bandung : PT Eresco.

kk.mercubuana.ac.id/elearning/files.../12020-6-241332412152.doc

http://dosen.narotama.ac.id/wp-content/uploads/2013/01/SISTEM-STRUKTUR-
BANGUNAN-TINGGI.doc

19

You might also like