Professional Documents
Culture Documents
TRAUMA HEPAR
______________________________________________________________________
Pembimbing :
dr. Ade H, Sp.B
Sebagian besar trauma hepar terdiri dari grade I, II atau III dan
berhasil diobati dengan observasi saja (Non Operative
Management, NOM). Sebaliknya dua pertiga trauma hepar grade
IV atau V memerlukan laparotomy
BAB I BAB
PENDAHULUAN
II ISI
Anatomi
hepar
Fisiologi
hepar
• Pemeriksaan fisik
- Inspeksi (mencari goresan, robekan, luka, benda asing yang
tertancap.
- Auskultasi (Penurunan hingga hilangnya bising usus)
- Perkusi (nyeri ketuk, hipertimpani, ataupun redup)
- Palpasi (defense muskular, nyeri tekan, nyeri lepas)
• Pemeriksaan penunjang
- pemeriksaan Lab Hb & Ht menurun, leukosit, enzim hati dan
bilirubin serum meningkat)
- FAST evaluasi ada tidaknya cairan intraabdomen pada pasien
tidak stabil dengan trauma tumpul)
- CT-scan gold standart pemeriksaan pasien stabil (trauma tumpul
&tembus).
Trauma hepar dapat menyebabkan hematoma
subkapsular/intrahepatik, kontusio, cedera vaskular atau
gangguan empedu.
Grade 1
• Hematoma subkapsular kurang dari 1 cm pada
ketebalan maksimal, avulsi kapsuler, laserasi
parenkim superfisial kurang dari 1 cm
Grade 2
• Laserasi parenkim dengan kedalaman 1-3 cm dan
hematom parenkim / subkapsular setebal 1-3 cm
Grade 3
• Laserasi parenkim lebih dari 3 cm kedalaman dan
hematoma parenkim atau subcapsular lebih dari 3
cm.
Grade 4
• Hematoma parenkim / subkapsular berdiameter
lebih dari 10 cm, destruksi lobar, atau
devascularization.
Grade 5
• Penghancuran global atau devaskularisasi hati.
• Angiografi
Ekstravasasi kontras pada ct scan butuh
angiografi darurat dan angio embolisasi (pasien
hemodinamik stabil grade 3-5)
• Diagnostic peritoneal lavage (DPL)
- Sangat sensitif terhadap hemiperitoneum
- Invasive, lebih dominan dipaki CT Scan dan
FAST
Tatalaksana
• ATLS
- Primary survey
A (trauma jalan nafas, obstruksi jalan nafas)
B (pergerakan dinding dada, jejas, frekuensi nafas)
C (suhu akral, PR, TD, suhu)
D (GCS)
E (jejas mengancam nyawa)
- Secondary survey
AMPLE
Head to toe
NON-OPERATIVE MANAGEMENT
TRAUMA TUMPUL TRAUMA TAJAM
• Pasien trauma tumpul dengan • Pasien tanpa peritonitis dan
hemodinamik stabil dan tidak ada hemodinamik stabil
cedera internal.
• Tersedia pemantauan yang
• KI : hemodinamik tidak stabil dan intensif,angiografi dan CT
peritonitis
intravena
• Angiografi dan angioembolisasi
intervensi lini pertama • Pertimbangkan angioembolisasi
• Pemeriksaan lanjut klinis, lab (perdarahan arteri dengan
darah, USG dan CT scan. hemodinamik stabil)
• Komplikasi NOM perdarahan, • Tingkat keberhasilan 50% luka
kompartemen sindrom abdomen, tusuk anterior, 85% posterior
infeksi, hemobilia, bilioma, • Luka tusuk dan luka tembak
peritonitis biliar, fistula biliar dan dengan kecepatan rendah
nekrosis hepar
Aman untuk NOM
Operative management
• Pada trauma tumpul atau tajam dengan hemodinamik tidak stabil, luka organ
internal yang membutuhkan pembedahan.