You are on page 1of 29

REFARAT

TRAUMA HEPAR
______________________________________________________________________

Mutiara Nindya Sari


1461050230

Pembimbing :
dr. Ade H, Sp.B

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH


PERIODE 8 MEI – 22 JULI 2017
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
2018
BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN
Trauma pada masyarakat masih menjadi penyebab kematian terbanyak
terutama pada masyarakat usia produktif yaitu <45 tahun.

Trauma abdomen menempati peringkat ketiga sebagai penyebab


kematian setelah cedera kepala dan cedera dada.

Hepar merupakan organ padat dengan angka insidensi trauma


tertinggi pada kasus trauma abdomen.
Sekitar 15-20% dari kasus trauma abdomen merupakan trauma hepar
Berdasarkan klasifikasi,
trauma hepar level I-II
disebut minor hepatic
trauma dengan
persentasi 80-90% dari
kasus trauma hepar.
Terdapat 2 mekanisme terjadinya
Trauma hepar level II
trauma hepar, yaitu trauma tumul
keatas disebut dengan
dan trauma tajam dan sekitar 80-90
serious hepatic trauma
% kasus trauma hepar disebabkan
dengan angka mortalitas
oleh karena trauma tumpul
10%,

Sebagian besar trauma hepar terdiri dari grade I, II atau III dan
berhasil diobati dengan observasi saja (Non Operative
Management, NOM). Sebaliknya dua pertiga trauma hepar grade
IV atau V memerlukan laparotomy
BAB I BAB
PENDAHULUAN
II ISI
Anatomi
hepar
Fisiologi
hepar

Memproses secara metabolis, Membentuk protein plasma,


ketiga kategori utama nutrient (protein untuk pembentukan
(karbohidrat, protein, dan darah & mengangkut hormone
lemak) setelah zat ini diserap steroid, tiroid, kolesterol)
dari saluran cerna.

Mengeksresikan kolesterol dan Mendetoksifikasi atau


bilirubin, bilirubin adalah meguraikan zat sisa
produk penguraian yang tubuh dan hormon
berasal dari destruksi sel darah serta obat dan senyawa
merah tua. asing lain.
Mengeluarkan bakteri
Menyimpan glikogen, lemak,
dan sel darah merah
besi, tembaga, dan banyak
tua, berkat adanya
vitamin.
makrofag residennya.

Mengaktifkan vitamin D, yang


dilakukan hai bersama oleh
ginjal.
Mekanisme trauma hepar
Trauma tumpul Trauma penerasi
• Deselerasi • Tusukan senjata tajam
• kompresi • peluru
Klasifikasi
Diagnosis
• Manifestasi klinis
- Tergantung dari tipe kerusakan
- Tanda-tanda syok, iritasi peritoneum dan nyeri abdomen kuadaran
kanan atas.
- Tanda tanda syok : hipotensi, takikardi, penurunan jumlah urin, tek
vena sentral yang rendah, dilatasi abdomen.

• Pemeriksaan fisik
- Inspeksi (mencari goresan, robekan, luka, benda asing yang
tertancap.
- Auskultasi (Penurunan hingga hilangnya bising usus)
- Perkusi (nyeri ketuk, hipertimpani, ataupun redup)
- Palpasi (defense muskular, nyeri tekan, nyeri lepas)
• Pemeriksaan penunjang
- pemeriksaan Lab  Hb & Ht menurun, leukosit, enzim hati dan
bilirubin serum meningkat)
- FAST  evaluasi ada tidaknya cairan intraabdomen pada pasien
tidak stabil dengan trauma tumpul)
- CT-scan  gold standart pemeriksaan pasien stabil (trauma tumpul
&tembus).
Trauma hepar dapat menyebabkan hematoma
subkapsular/intrahepatik, kontusio, cedera vaskular atau
gangguan empedu.
Grade 1
• Hematoma subkapsular kurang dari 1 cm pada
ketebalan maksimal, avulsi kapsuler, laserasi
parenkim superfisial kurang dari 1 cm
Grade 2
• Laserasi parenkim dengan kedalaman 1-3 cm dan
hematom parenkim / subkapsular setebal 1-3 cm
Grade 3
• Laserasi parenkim lebih dari 3 cm kedalaman dan
hematoma parenkim atau subcapsular lebih dari 3
cm.
Grade 4
• Hematoma parenkim / subkapsular berdiameter
lebih dari 10 cm, destruksi lobar, atau
devascularization.
Grade 5
• Penghancuran global atau devaskularisasi hati.
• Angiografi
Ekstravasasi kontras pada ct scan  butuh
angiografi darurat dan angio embolisasi (pasien
hemodinamik stabil grade 3-5)
• Diagnostic peritoneal lavage (DPL)
- Sangat sensitif terhadap hemiperitoneum
- Invasive, lebih dominan dipaki CT Scan dan
FAST
Tatalaksana
• ATLS
- Primary survey
A (trauma jalan nafas, obstruksi jalan nafas)
B (pergerakan dinding dada, jejas, frekuensi nafas)
C (suhu akral, PR, TD, suhu)
D (GCS)
E (jejas mengancam nyawa)
- Secondary survey
AMPLE
Head to toe
NON-OPERATIVE MANAGEMENT
TRAUMA TUMPUL TRAUMA TAJAM
• Pasien trauma tumpul dengan • Pasien tanpa peritonitis dan
hemodinamik stabil dan tidak ada hemodinamik stabil
cedera internal.
• Tersedia pemantauan yang
• KI : hemodinamik tidak stabil dan intensif,angiografi dan CT
peritonitis
intravena
• Angiografi dan angioembolisasi
 intervensi lini pertama • Pertimbangkan angioembolisasi
• Pemeriksaan lanjut  klinis, lab (perdarahan arteri dengan
darah, USG dan CT scan. hemodinamik stabil)
• Komplikasi NOM  perdarahan, • Tingkat keberhasilan 50% luka
kompartemen sindrom abdomen, tusuk anterior, 85% posterior
infeksi, hemobilia, bilioma, • Luka tusuk dan luka tembak
peritonitis biliar, fistula biliar dan dengan kecepatan rendah 
nekrosis hepar
Aman untuk NOM
Operative management
• Pada trauma tumpul atau tajam dengan hemodinamik tidak stabil, luka organ
internal yang membutuhkan pembedahan.

• Tujuan  mengendalikan perdarahan, mengendalikan kebocoran epedu, resustasi


sedini mungkin

• Perdarahan arteri persisten  angioemboli

• Perdaraha tdak terlalu besar  kompresi, elektro kauter, dll

• Perdarahan masif  kompresi manual hepar, ligasi pembuuh darah, debridemant


hepar, tamponade balon, isolasi vaskularisasi hepar, reseksi hepar.

• Avulsi hepatik/cedera hepar seluruhnya  reseksi total dan transplantasi hepar


Prognosis
• Kematian terkait trauma hepar sekitar 8% sedangkan
komplikasi yang dilaporkan pada kasus trauma hepar
sebanyak 20% terjadi karena tidak diobati berupa cedera
saluran empedu/biloma, peritonitis, perdarahan tertunda,
pembentukan abses intra-abdomen, kolesistitis akut
Terima kasih

You might also like