You are on page 1of 26

ANALISIS FILM “IRIS”

KEPERAWATAN KELUARGA

Oleh

Kelompok 7/Kelas E 2016


Adinia Maghfiroh 162310101243
Dhenisa Nova D. 162310101256
Anas Alquranunazili 162310101270
Haidar Ali 162310101277

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2018
A. KEHADIRAN KELUARGA
a. Gambaran singkat tentang film (sebutkan anggota keluarga dalam film dan
deskripsikan khusus anggota keluarga yang akan menjadi pasien anda.
Anggota keluarga :
1. Iris Murdoch (Istri)
2. John Bayley (Suami)
Film Iris menceritakan tentang seorang penulis filsafat terkenal dan sangat
dikagumi terkait dengan biografi hidupnya juga buku-buku novelnya yang
kemudian ketika di usia tua mengalami Alzheimer. Penulis tersebut bernama
Iris Murdoch yang kemudian menikah dengan temannya semasa kuliah
bernama John Bayley. Semasa muda Iris banyak dikelilingi dengan orang-
orang yang menyukainya karena selain cantik Iris juga merupakan orang yang
ceria dan cerdas, ia tidak pernah membatasi siapapun yang ingin berteman
dengannya termasuk John. Meskipun John juga merupakan mahasiswa yang
juga berprestasi dibidangnya seperti menulis dan juga artistik, namun tidak
dipungkiri bahwa John berbeda degan pria lain pada umumnya. John memiliki
kepribadian yang sedikit aneh dengan gaya bicara yang gagap, akan tetapi Iris
dapat menerima kondisi John bahkan mau untuk menikah dengan John. Setelah
mamasuki usia lansia Iris hanya tinggal berdua dengan John tanpa adanya
seorang anak. Saat usia inilah Iris mulai mengalami alzheimer yang sangat
berpengaruh pada pekerjaannya sebagai penulis dan juga mengalami hambatan
dalam melakukan aktivitas sehari-hari karena seringnya lupa dan kebingungan,
namun Iris memiliki suami yaitu John yang sangat penyayang dan perhatian
kepada Iris.
b. GAMBARAN ECOMAP KELUARGA TERSEBUT

Kerabat Pelayanan Kesehatan


(dokter, rumah perawatab

Sahabat/teman Spiritual

Pekerjaan
(Penulis, Profesor, Editor)

Ket:
Laki-laki: Hubungan Pernikahan: Pasien:

Perempuan: hubungan normal: Hubungan Renggang:


c. ANALISIS ECOMAP SECARA SPESIFIK TERKAIT HUBUNGAN
KELUARGA DAN LINGKUNGAN SEKITAR
Ny. Iris menikah dengan Tn. John dan tidak dikaruniani seorang anak, mereka
hanya tinggal berdua dalam satu rumah. Ny. Iris memiliki hubungan yang baik
dengan teman-temannya, ia tidak pernah membeda-bedakan teman. Hal terebut
tentu saja juga dipengaruhi oleh kebudayaan dan lingkungan Ny. Iris, namun
berbeda dengan Tn. John yang sulit bergaul dengan lingkungan sekitarnya
termasuk teman-teman Ny. Iris. Dalam hubungannya spiritual, Ny. Iris dan Tn.
John tidak begitu ditampilkan seperti agama ataupun ibadah yang mereka lalukan
untuk meningkatkan spiritualitas. Selain itu Ny. Iris dan Tn. John juga tidak
begitu menampakkan hubungannya dengan kerabat mereka. Selain itu mereka
juga memiliki pendidikan yang baik, terbukti bahwa mereka merupakan
mahasiswa yang terbilang cerdas di somerville college, Oxford. Ny. Iris dan Tn.
John juga merupakan seorang penulis terkenal dan Ny. Iris digambarkan sebagai
seseorang yang sangat menyukai pekerjaannya hingga rela menghabiskan
watunya di meja kerja untuk merangkai kata-kata yang baik guna
menyempurnakan tulisannya. Saat dalam kondisi kesehatan yang kurang baik
yaitu Ny. Iris mengalami alzheimer, kelurga memilih menggunakan pelayanan
kesehatan dengan mendatangkan seorang dokter kerumah mereka untuk
memeriksa kondisi Ny. Iris. Begitupula ketika kondisi Ny. Iris sudah semakin
parah, ia dan suami memilih untuk menggunakan pelayanan kesehatan yaitu
rumah perawatan bagi orang dengan penyakit alzheimer.
B. PENILAIAN KELUARGA DAN PRIORITAS KEBUTUHAN

1. KONDISI FISIK DAN PSIKOSOSIAL

Keluarga John Bayley merupakan “The Dyad Family” atau pasangan


suami dan istri tanpa anak yang hidup bersama dalam satu rumah. Tahapan
keluarga ini berada dalam tahap keluarga usia lanjut, dimana mereka harus
menghadapi masa pensiun, kesadaran untuk saling merawat, persiapan suasana
kesepian dan perpisahan. Iris, istri John mengalami alzheimers di usia tuanya. Ia
adalah seorang filsuf terkenal, puluhan buku karangannya terkenal. Namun
semenjak Iris sakit, terkadang ia lupa apa yang akan ditulisnya dan terkadang lupa
pengejaan huruf dari tiap kata bahkan penyusunan kalimat, dalam berbicara ia
selalu mengulangi kata berkali-kali. Fokus pikiran Iris hanya tertuju pada dirinya,
kadang ia teringat kejadian di masa mudanya dan merasa kembali ke masanya dan
saat teringat malah membuat ia marah dan benci tidak jelas atau bahkan hilang
akal tidak tahu arah. Hal ini membuat John menjadi frustasi dan sedih menghadapi
kondisinya. Meski kondisi Iris seperti ini, John tetap merawatnya dengan sabar,
rasa sayang dan perhatian penuh. Sampai ia memutuskan untuk mengirim Iris ke
Vale House karena penyakitnya yang semakin parah.

2. FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIOKULTURAL; NILAI, KEYAKINAN,


RITUAL

Nilai yang dianut daam keluarga Bayley seperti kebanyakan orang Barat,
yakni etnik kulit putih Inggris di daerah suburban. Produktivitas keluarga hingga
masa tua masih tetap gemilang karena latar belakang seorang penulis terkenal,
berpendidikan, selalu berpikir rasional, kualitas hidup dan pemeliharaan kesehatan
dapat dibilang cukup memperhatikan. Dari sini dapat dilihat bahwa nilai yang
dianut oleh keluarga sangat berpengaruh pada kehidupannya terutama terhadap
kesadaran kesehatan, baik nilai yang disadari maupun tidak disadari. Keyakinan
yang dianut keluarga adalah agama Kristen, kehidupan muda Iris sangat bebas,
mudah dengan laki-laki lain bahkan bercumbu dengan sesama wanita dan tidak
memiliki rasa malu tubuhnya terbuka, karena menganggapnya sudah biasa. meski
tidak terlihat taat namun saat acara pemakaman Prof. Bayley sempat berbidato
didepan jemaat.

3. STATUS GIZI DAN OBAT-OBATAN

Tidak ada permasalahan tentang konsumsi makanan yang bergizi, namun


kebiasaan minum alkohol mempengaruhi kesehatan tubuhnya. Tapi karena
dianggap sebagai budaya, jadi merasa tidak yang salah dengan itu. Meski di
diagnosis alzheimers, tidak ada konsumsi obatobatan tertentu untuk mengobati
penyakitnya, mungkin pada saat itu belum ada obat untuk menghambat
perkembangan penyakitnya.

4. PENGGUNAAN SUMBER PERAWATAN KESEHATAN ATAU


PENGOBATAN ALTERNATIF

Selama sakit, Iris di datangi oleh dokter ahli saraf di rumahnya untuk
dikaji perkembangan penyakitnya dan dirujuk ke rumah sakit spesialis saraf dan
dilakukan rotgen kepala dan di lakukan tes lebih lanjut untuk mengetahui seberapa
jauh keparahan penyakitnya. Prof. Bayley hanya mengandalkan dokter yang
mengunjungi rumahnya untuk mengontrol penyakit Iris, tidak ada pengobatan
alternatif yang dilakukan. Hingga pada akhirnya John harus merelakan Iris untuk
dirawat di Vale House (rumah karantika khusus untu pengidap alzheimers)

5. DIAGNOSA MEDIS

Iris didiagnosa alzheimers oleh dokter saraf setelah melakukan


pemeriksaan rotgen dan beberapa tes kognitif serta psikologis.

6. BAGAIMANA KONDISI KLIEN MEMPENGARUHI KELUARGA DAN


REAKSI MEREKA

Kondisi Iris sangat mempengaruhi koping keluarga, terutama John. Ia


sering kali merasa sedih dan frustasi hingga emosinya tidak terkendali saat
menghadapi penyakit Iris yang kambuh. John sudah tua rentah, ia terkadang
merasa tidak kuat lagi untuk mengurusi Iris. Namun karena wataknya yang sabar
dan penyayang, ia selalu menahan perasaan. Tapi sekali emosinya meluap, ia bisa
hilang kendali sampai tidak memikirkan keadaan Iris.

7. PERSEPSI KELUARGA TENTANG KESEHATAN

Keluarga sadar akan kebutuhan dan kepentingan kesehatan, terlihat saat


Iris merasa ada yang salah dengan John langsung menghubungi dokter untuk
dilakukan wawancara dan memeriksakan ke rumah sakit, dan kontrol berkali
dokter. Namun di akhir kontrol dokter, John seolah kurang percaya dengan cara
yang dokter berikan dan memutuskan untuk menitipkan Iris ke panti khusus orang
pengidap alzheimers.

8. KEKUATAN KELUARGA

Stessor yang dialami oleh keluarga, terutama mengenai penyakit Iris dan
masa lalunya sangat mengganggu John. Kekuatan yang mengimbagi stresor itu
adalah dari John sendiri. Ia orang sabar dan penuh tanggungjawab, terlebih ia
sangat menyayangi Iris, begitupun dengan Iris. Saat John marah ia langsung
terdiam, dan mencoba untuk menenangkannya. Keluarga mampu bertindak sesuai
dengan penilaian realistis dan objektid terhadap situasi atau peristiwa yang penuh
dengan tekanan. Cara koping tiap anggota keluarga dalam mengatasi masalahnya
hanya dengan menenangkan satu sama lain, karena kondisi mereka yang sudah
tua. Namun saat diperlukan, merundingkan bersama juga dapat dilakukan.
C. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN KELUARGA
DATA DIAGNOSA RENCANA TINDAKAN JURNAL RUJUKAN
MALADAPTIF KEPERAWATAN KEPERAWATAN KEPERAWAT
AN / TERAPI
KELUARGA

1. Ketika Iris Hambatan Komunikasi Setelah dilakukan Terapi Dakon Game For
diundang dalam Verbal pada Ny I b/d intervensi keperawatan Permainan Theraphy Dementia in
perilisan gangguan sistem saraf selama 4 x 24 jam Dakon Eldery
bukunya, dan iris pusat d.d 1. Ketika Iris diharapakan tingkat
melakukan diundang dalam demensia dapat
beberapa tanya perilisan bukunya, dan dipertahankan pada
jawab dengan iris melakukan skala 2 (cukup berat)
pembawa acara beberapa tanya jawab Dengan kriteria hasil:
pada acara dengan pembawa acara a. Kesulitan
program tv pada acara program tv mempertahankan
tersebut tersebut kemudian iris percakapan
kemudian iris ou ou of topic dan terdiam ditingkatkan pada skala
of topic dan cukup lama 3
terdiam cukup 2. Iris sudah b. Kesulitan
lama melupakan arti sebuah memproses informasi
2. Iris sudah kata,ketika dia sedang ditingkatkan pada skala
melupakan arti menonton tv lalu iris 3
sebuah bertanya pada john c. Disorientasi waktu
kata,ketika dia “mengapa orang ditingkatkan pada skala
sedang menonton tersebut mengulang- 3
tv lalu iris ngulang kata tersebut
bertanya pada dan apa maksud dari Intervensi : Terapi Dakon Game For
john “mengapa perkataan tersebut” Permainan Theraphy Dementia in
orang tersebut 3. Ketika diajak Manajemen Dakon Eldery
mengulang- berbicara iris juga Demensia(6460)
ngulang kata sudah melenceng dari 1. Sertakan anggota
tersebut dan apa pembicaraan keluarga dalam
maksud dari perencanaan,
perkataan pemberian, dan
tersebut” evaluasi perawatan
3. Ketika diajak sejauh yang diinginkan
berbicara iris 2. Tentukan riwayat
juga sudah fisik,sosial,psikologis,k
melenceng dari ebiasaan dan rutinitas
pembicaraan pasien
3. Tentukan jenis dan
tingkat defisit kognitif
dengan menggunakan
alat pengkajian yang
terstandar
4. Monitor fungsi
kognitif,menggunakan
alat pengkajian yang
terstandar
5. Identifikasi dan
singkirkan potensi
berbahaya
dilingkungan pasien
1. Ketika Iris Pelemahan Koping Setelah dilakukan
berteriak dan Keluarga Tn. J b/d intervensi keperawatan
mengatakan Kelelahan kapasitas selama 4 x 24 jam
“tolong,,tolong,,t individu pendukung diharapakan koping
olong” lalu John d.d Ketika Iris keluarga dapat
menghampiri Iris berteriak dan ditingkatkan pada skala
sambil mengatakan 3
menenangkan “tolong,,tolong,,tolong Dengan Kriteria Hasil:
Iris akan tetapi ” lalu John a. Mencari informasi
Iris hilang menghampiri Iris terpercaya tentang
kendali dan tetap sambil menenangkan pengobatan
berteriak. Hingga Iris akan tetapi Iris b. Adaptasi perubahan
akhirnya john hilang kendali dan hidup
pun merasa lelah tetap berteriak. Hingga c. Menggunakan sistem
dengan Iris lalu akhirnya john pun pendukung
membentak merasa lelah dengan Intervensi:
iris,dan pergi Iris lalu membentak 1. Bantu pasien untuk
meninggalkan iris,dan pergi mengidentifikasi
Iris akan tetapi meninggalkan Iris akan perubahan peran
john akhirnya tetapi john akhirnya khusus yang terkait
meminta maaf meminta maaf pada Iris dengan
pada Iris sakit/kecacatan/disabili
tas
2. Dukung pasien
untuk mengidentifikasi
gambaran realistik dari
adanya perubahan
peran
3. Fasilitasi diskusi
mengenai bagaimana
adaptasi peran
keluarga untuk dapat
mengkompensasi peran
anggota keluarga yang
sakit
D. TERAPI KELUARGA
 Judul film : Iris

 Masalah keluarga :

Hambatan komunikasi verbal pada Ny. I b.d gangguan sistem saraf
pusat d.d ketika Ny. I diundang dalam perilisan bukunya dan
melakukan beberapa tanya jawab dengan pembawa acara pada program
acara tersebut, kemudian Ny. I tiba-tiba keluar dari topik yang
dibicarakan dan terdiam cukup lama, lalu Ny. I sudah melupakan arti
sebuah kata, ketika Ny. I sedang menonton TV dia menanyakan pada
suaminya arti dari sebuah kata yang disebutkan pada acara TV tersebut.

 Terapi keluarga :

Terapi permainan dakon pada lanjut usia yang mengalami demensia

 Pengertian terapi keluarga :

Permainan dakon merupakan salah satu media terapi yang digunakan
untuk merangsang dan mengolah fungsi otak termasik memori/daya
ingat, konsentrasi, orientasi, kemampuan berbahasa, berhitung,
visuospasial. Permainan dakon membutuhkan perhitungan yang cermat
harus dilakukan dengan senang dengan penuh sportifitas/kejujuran.
Permainan dakon sebagai terapi stimulasi kognitif merupakan terapi
yang terbukti efektif meningkatkan fungsi kognitif lanjut usia pada
demensia ringan-sedang. Hal ini sejalan dengan kebanyakan bukti
literature tentang keefektifan terapi stimulasi kognitif.

 Indikasi terapi keluarga :

Untuk keluarga yang hidup dengan demensia.

 Kontraindikasi terapi keluarga : -

 Persiapan terapi keluarga :
Alat tulis, kertas.

 Prosedur terapi keluarga :

1. Prainteraksi :
a. Cek identitas klien dan keluarganya
b. Kaji kondisi umum dalam keluarga
2. Orientasi :
a. Berikan salam
b. Perkenalan diri perawat
c. Jelaskan maksud dan tujuan
d. Menggali situasi dalam keluarga yang hidup dengan demensia
e. Mengidentifikasi masalah keluarga
f. Merumuskan tindakan dan kontrak bersama-sama, yaitu
melakukan terapi bermain dakon
3. Kerja :
a. Buat shift anggota keluarga yang menemani untuk bermain
dakon
b. Menjelaskan peraturan dan cara main dakon kepada keluarga
dan klien
c. Beri waktu keluarga untuk bermain dakon bersama klien
d. Dilakukan pengukuran aspek kognitif klien dengan
menggunakan MMSE.
4. Terminasi :
a. Mengeksplorasi perasaaan keluarga dan klien setelah melakukan
terapi permainan dakon
b. Berdiskusi tentang umpan balik dengan keluarga dan klien
c. Melakukan kontrak : topik, waktu dan tempat, untuk kegiatan
selanjutnya / terminasi jangka panjang
d. Berikan salam
5. Evaluasi terapi keluarga :
a. Keluarga dapat menemani klien untuk bermain dakon
b. Kognitif klien meningkat
c. Klien dapat berkomunikasi dengan baik setelah dilakukan terapi
permainan dakon
E. CRITICAL APPRAISAL

Penulis Jurnal Tutik Yuliyanti


Judul Jurnal Permainan Dakon Sebagai Terapi Pikun
(Demensia) Pada Lanjut Usia (Dakon Game For
Therapy Dementia In Eldery)
Nama Jurnal, Edisi dan IJMS – Indonesian Journal On Medical Science –
Tahun Volume 5 No. 2 – Juli 2018
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini menganalisis pengaruh
permainan dakon terhadap gangguan
demensia/pikun pada lansia di wilayah Kabupaten
Sukoharjo.
Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian
eksperimen semu (quasi eksperimen)
menggunakan rancangan penelitian nonequivalent
control group design. Populasinya adalah lansia
dengan usia yang ≥ 60 tahun. Sampelnya adalah
lansia dengan demensia senilis, lansia dapat
kooperatif, dengan lansia sejumlah 15 orang untuk
kelompok eksperimen dan 15 orang untuk
kelompok kontrol. Sampel sebelumnya dilakukan
pretest dengan pemeriksaan MMSE dan SPMSQ.
Kelompok eksperimen diberikan intervensi
permainan dakon. Setelah dilakukan tindakan
aktifitas kognitif dengan permainan dakon,
kelompok eksperimen dan kontrol dilakukan
posttest dengan pemeriksaan MMSE dan
pemeriksaan SPMSQ. Teknik sampling penelitian
menggunakan nonprobalility sampling dengan
pendekatan purposive sampling. Tempat penelitian
dilakukan di wilayah Kelurahan jetis dan Dukuh
Kabupaten Sukoharjo. Waktu penelitian
dilaksanakan pada bulan September – Februari
2017. Data yang diperoleh dilakukan uji t.
Hasil dan Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerusakan
fungsi intelektual lansia yang pikun (dementia)
dengan pemeriksaan SPMSQ sebelum dilakukan
permainan dakon/data pretest rata-rata/mean:
3.6667 dengan standar deviasi: .97590 dan nilai
rata-rata/mean data posttest 3.6000 dengan standar
deviasi 1.05560, sedangkan untuk nilai t hitung
sebesar 1.000 dengan signifikansi 0.334 (p
> 0,005), yang berarti tidak ada pengaruh yang
bermakna sebelum dan setelah dilakukan permainan
dakon terhadap fungsi intelektual pada lanjut usia
yang pikun (dementia).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa gangguan
pikun (dementia) dengan pemeriksaan MMSE
sebelum dilakukan permainan dakon/data pretest
ratarata/mean: 20.7333 dengan standar deviasi:
2.63131 dan nilai rata-rata/mean data posttest
21.7333 dengan standar deviasi 2.57645, sedangkan
untuk nilai t hitung sebesar -27493 dengan
signifikansi 0.010 (p < 0,005), yang berarti ada
pengaruh yang bermakna sebelum dan setelah
dilakukan permainan dakon terhadap gangguan
pikun (dementia).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kerusakan fungsi intelektual lansia yang pikun
(dementia) dengan pemeriksaan SPMSQ sebelum
dilakukan permainan
dakon/data pretest rata-rata/mean: 4.000
dengan standar deviasi: .2.03540 dan nilai rata-
rata/mean data posttest 4.000 dengan standar
deviasi 2.03540, sedangkan untuk nilai t hitung
sebesar 0.000 dengan signifikansi 1.000 (p >
0,005), yang berarti tidak ada pengaruh yang
bermakna sebelum dan setelah dilakukan asuhan
keperawatan terhadap kerusakan fungsi intelektual
pada lanjut usia yang pikun (dementia). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa gangguan pikun
(dementia) dengan pemeriksaan MMSE sebelum
dilakukan permainan dakon/data pretest
ratarata/mean: 20.6667 dengan standar deviasi:
4.30393 dan nilai rata-rata/mean data posttest
21.7333 dengan standar deviasi 5.11952, sedangkan
untuk nilai t hitung sebesar -2.210 dengan
signifikansi 0.044 (p < 0,005), yang berarti ada
pengaruh yang bermakna sebelum dan setelah
dilakukan asuhan keperawatan terhadap gangguan
pikun (dementia).
Dari hasil penelitian, peneliti dapat
menyimpulkan sebagai berikut:
1. Ada pengaruh sebelum dan setelah
permainan dakon terhadap gangguan pikun dengan
pemeriksaan MMSE
2. Tidak ada pengaruh sebelum dan setelah
permainan dakon terhadap fungsi intelektual pada
lanjut usia yang mengalami pikun dengan
pemeriksaan SPMSQ
Implikasi Keperawatan Berdasarkan hasil kesimpulan dapat diketahui
bahwa terapi permainan dakon dapat digunakan
sebagai salah satu pilihan intervensi keperawatan
untuk mengatasi gangguan demensia/pikun pada
lansia dengan pemeriksaan MMSE.
DAFTAR PUSTAKA

Yuliyanti, Tutik. 2018. Permainan Dakon Sebagai Terapi Pikun (Demensia)


Pada Lanjut Usia (Dakon Game For Therapy Dementia In Eldery).
Indonesian : Journal On Medical Science.
IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 5 No. 2 – Juli 2018

Permainan Dakon Sebagai Terapi Pikun (Demensia)


Pada Lanjut Usia
Dakon Game For Therapy Dementia In Eldery
Tutik Yuliyanti
Poltekkes Bhakti Mulia
tutikpoltekbm@gmail.com

Abstract: Efforts to prevent and treat senile dementia need to be done through increased cognitive
activity by reminding the past events of traditional games. Dakon games can remember long-term and
short-term memory that can hone the cognitive abilities of the elderly. The purpose of this study to
analyze the influence of dakon game against dementia / senility disorder in elderly in Sukoharjo
regency. Subject and Method: The design of quasi experimental research using nonequivalent control
group design. Sampling technique Puposive Sampling with elderly number of 15 people for experiment
group and 15 people for control group. The sample is done pretest and post test with MMSE and
SPMSQ examination. The data analysis technique used is paired samples t-test.Results: There is an
effect of dakon game on senile dementia (CI: 95%, p = 0,000) with t-count of -27493 and significance
value of 0.010 (p <0.005).Conclusion: Dakon game affect the dementia / dementia disorder in elderly.

Keywords: game dakon, dementia, elderly

Abstrak: Upaya pencegahan dan terapi demensia senilis perlu dilakukan melalui peningkatan
aktivitas kognitif dengan mengingatkan kejadian masa lalu yaitu permainan tradisional. Permainan
dakon dapat mengingat memori jangka panjang maupun jangka pendek yang dapat mengasah
kemampuan kognitif lansia. Tujuan penelitian ini menganalisis pengaruh permainan dakon terhadap
gangguan demensia/pikun pada lansia di wilayah Kabupaten Sukoharjo. Desain penelitian eksperimen
semu (quasi experiment) menggunakan rancangan penelitian nonequivalent control group design.
Teknik sampling Puposive Sampling dengan sampel sejumlah 15 lansia untuk kelompok eksperimen
dan 15 lansia untuk kelompok kontrol. Sampel dilakukan pretest dan post test dengan pemeriksaan
MMSE dan SPMSQ Teknik analisis data yang digunakan adalah paired samples t –test. Hasil : Ada
pengaruh permainan dakon terhadap gangguan pikun/demensia (CI : 95%, p = 0,000) dengan harga t
hitung sebesar -27493 dan nilai signifikasi sebesar 0,010 (p < 0,005). Simpulan : Permainan dakon
berpengaruh terhadap gangguan pikun/demensia pada lansia.
Kata Kunci : permainan dakon, pikun, ansia.

I. PENDAHULUAN Penduduk lanjut usia menurut Kemenkes


Indonesia saat ini masuk ke dalam RI pada tahun 2015 mencapai 1.343.347 orang.
negara berstruktur penduduk tua (aging Di Indonesia, jumlah Orang Dengan Demensia
population) karena dapat ditunjukkan dari data (ODD) diperkirakan akan makin meningkat dari
Susenas tahun 2015, bahwa jumlah Lansia 960.000 di tahun 2013, menjadi 1.890.000 di
sebanyak 21,5 juta jiwa atau sekitar 8,43% dari tahun 2030 dan 3.980.000 ODD di tahun 2050.
seluruh penduduk. Populasi lansia cenderung Demensia adalah kumpulan sindrom karena
meningkat setiap tahunnya, akan diikuti pula penyakit otak biasanya kronis (menahun) atau
meningkatnya masalah lansia. Usia lanjut progresif (bertahap, perlahan-lahan) dimana ada
merupakan suatu kejadian yang pasti akan kerusakan fungsi kortikal lebih tinggi yang
dialami oleh semua orang yang dikaruniai usia multipel, termasuk memori, berpikir, orientasi,
panjang. Pada usia lanjut akan terjadi berbagai pemahaman, perhitungan, kapasitas belajar,
kemunduran dan perubahan-perubahan pada bahasa, dan pertimbangan. Gangguan kognitif ini
organ tubuh sebagai akibat proses menua (aging umumnya disertai dan terkadang didahului oleh
process), meliputi perubahan fisik, mental, penurunan kendali emosi, perilaku sosial, atau
spiritual dan psikososial. Perubahan tersebut motivasi (Anurogo, 2014).
dapat menimbulkan masalah kesehatan, Demensia senilis gejala biasanya
ketergantungan dan menurunkan kualitas hidup sesudah umur 60 tahun baru timbul gejala-gejala
sehingga mempengaruhi kemampuan lansia yang jelas untuk membuat diagnosis demensia
untuk hidup mandiri (Mujahidullah, 2012). senilis. Penyakit jasmaniah atau gangguan emosi
yang hebat dapat mempercepat kemunduran

ISSN 2355-1313 (Print) 2623-0038 (Online) - ijmsbm.org 141


IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 5 No. 2 – Juli 2018

mental. Gangguan ingatan jangka pendek. selesai permainan mereka. Hasil penelitian
Penderita menjadi acuh tak acuh terhadap Patricia et.al (2016) dengan judul Perancangan
pakaian dan rupanya. Gejala psikologis: sering Board Game sebagai Media Terapi Penyakit
hanya terdapat kemunduran mental umum Demensia Ringan pada Lansia didapatkan hasil
(demensia simplek, ada yang paranoid, terjadi board game yang dirancang sebagai media
kebingungan dan delirium (Maramis, 2009). terapi dengan mengandalkan fungsi kognitif
Wilkinson (2012) menyatakan bahwa pemainnya.
gangguan proses pikir adalah gangguan aktivitas Berdasarkan hasil pengkajian terhadap lanjut
dan kerja kognitif (misalnya: pikiran sadar, usia di Dukuh didapatkan data bahwa usia 60-69
orientasi realitas, pemecahan masalah, dan tahun sebanyak 75% dengan jenis kelamin
penilaian). Batasan karakteristiknya meliputi lupa perempuan paling dominan yaitu 87,5%
melakukan perilaku yang telah dijadwalkan, sedangkan jenis kelamin laki-laki sebanyak
ketidakmampuan mempelajari infomasi baru, 12,5%. Pendidikan paling banyak adalah tidak
ketidakmampuan mempelajari ketrampilan baru, lulus SD dengan persentase 75% sedangkan
ketidakmampuan melakukan yang telah dipelajari 25% dengan pendidikan terakhir adalah SD.
sebelumnya, ketidakmampuan mengingat Pekerjaan sebagai petani sebanyak 75%
peristiwa, ketidakmampuan mengingat informasi sedangkan ibu rumah tangga sebanyak 25%.
faktual, ketidakmampuan mengingat perilaku Aktivitas fisik rendah sebanyak 25% sedangkan
tertentu yang pernah dilakukan, ketidakmampuan aktivitas fisik tinggi sebanyak 75%. Hasil
menyimpan informasi baru, mengeluh mengalami wawancara didapatkan data lansia idak ingat
lupa. tanggal lahirnya, lupa nama orang, sekarang lupa
Oleh karena itu untuk pencegahan dan tanggal dan hari apa, mudah lupa dengan
terapi pada lansia dan lansia dengan demensia informasi yang baru dan lupa jika ingin
senilis perlu dilakukan peningkatan aktivitas melakukan sesuatu, dan terkadang lupa apa
kognitif dengan stimulasi kognitif, orientasi yang sudah dilakukan, sedangkan berdasarkan
realitas, gunakan isyarat dengan mengingatkan hasil observasi didapatkan data lansia kurang
kejadian masa lalu. Aktivitas kognitif yaitu fokus, lama dalam mengambil keputusan, terlihat
melakukan kegiatan yang zaman dahulu pernah bingung, dan aktivitasnya sebagai petani di
dilakukan pada saat kanak-kanak (permainan sawah. Rata-rata hasil pemeriksaan MMSE
tradisional) yang bertujuan agar para lansia kategori demensia ringan pemeriksaan status
dapat dapat berusaha mengingat memori jangka kognitif dan afektif dengan SPMSQ dalam
panjang maupun memori jangka pendek. kategori: kerusakan intelektual ringan. Tujuan
Permainan tradisional tersebut adalah penelitian ini untuk menganalisis pengaruh
dakon/congklak. permainan dakon terhadap gangguan
Permainan dakon atau congklak berasal demensia/pikun pada lansia di wilayah
dari pedesaan, namun sekarang sampai di Kabupaten Sukoharjo
perkotaan. Permainan ini dilakukan dengan
berpasangan, membutuhkan kesabaran, II. METODE PENELITIAN
ketelitian dan ketelatenan. Permainan ini dapat Jenis penelitian ini adalah penelitian
dilakukan di dalam rumah maupun di luar rumah, eksperimen semu (quasi eksperimen)
pada waktu pagi, siang atau sore hari (Sujarno, menggunakan rancangan penelitian
2013). Apabila tidak dilakukan permainan maka nonequivalent control group design. Populasinya
kemampuan kognitif pasien demensia akan adalah lansia dengan usia yang ≥ 60 tahun.
semakin menurun. Jika kemampuan kognitif Sampelnya adalah lansia dengan demensia
lansia tidak sering diasah maka demensia pasien senilis, lansia dapat kooperatif, dengan lansia
akan semakin parah. Sehingga perlu dilakukan sejumlah 15 orang untuk kelompok eksperimen
permainan yang dapat mengasah kemampuan dan 15 orang untuk kelompok kontrol. Sampel
kognitif lansia dan demensia tidak semakin parah sebelumnya dilakukan pretest dengan
atau bertambah berat. pemeriksaan MMSE dan SPMSQ. Kelompok
Hasil penelitian menurut Sholikhah eksperimen diberikan intervensi permainan
(2016) yang berjudul Permainan Tradisional 3 dakon. Setelah dilakukan tindakan aktifitas
Jadi terhadap Progresifitas Demensia pada kognitif dengan permainan dakon, kelompok
Lansia di Kabupaten Mojokerto dengan hasil efek eksperimen dan kontrol dilakukan posttest
dari permainan tradisional 3 jadi terhadap dengan pemeriksaan MMSE dan pemeriksaan
perkembangan demensia sangat kuat. Lansia SPMSQ. Teknik sampling penelitian
akan mendapatkan peningkatan tingkat kognitif menggunakan nonprobalility sampling dengan
dan penurunan tingkat depresi untuk memenuhi pendekatan purposive sampling. Tempat
kebutuhan mereka untuk perawatan diri setelah penelitian dilakukan di wilayah Kelurahan jetis
ISSN 2355-1313 (Print) 2623-0038 (Online) - ijmsbm.org 142
IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 5 No. 2 – Juli 2018

dan Dukuh Kabupaten Sukoharjo. Waktu Sumber : data primer diolah, 2018.
penelitian dilaksanakan pada bulan September – Berdasarkan tabel 3. hasil analisis
Februari 2017. Data yang diperoleh dilakukan uji distribusi frekwensi pendidikan yang tidak
t. sekolah 20%, lulus dan tidak tamat SD
sebesar 66,7%, lulus SLTA sebesar 13,3 %.
III. HASILPENELITIAN
a. Karakteristik Responden e) Pekerjaan
Karakteristik responden yang didapat Tabel 4. Distribusi Frekuensi Pekerjaan
pada penelitian ini meliputi usia, jenis kelamin, Responden
status pernikahan, pendidikan, pekerjaan dan N Pekerjaan Jumlah Persentase
tingkat ketergantungan yang diukur dengan o
Bartel Indeks. 1. Petani 4 26,7%
2. Pedagang 2 13,3%
1) Hasil distribusi frekwensi pada kelompok 3. Ibu Rumah 4 26,7%
intervensi permainan dakon adalah sebagai Tangga / IRT
berikut: 4. Tidak bekerja 5 33,3%
a) Usia Responden Jumlah 15 100,0%
Hasil distribusi frekwensi 15 responden
Sumber : data primer diolah, 2018.
pada kelompok intervensi berdasarkan usia, Berdasarkan tabel 4. hasil analisis
rata-rata (mean) usia responden 78 tahun , distribusi frekwensi pekerjaan yang bekerja
usia minimum: 62 tahun, usia maximum: 99 petani sebesar 26,7%, pedagang sebesar
tahun. 13,3%, Ibu Rumah Tangga/IRT 26,7 %, tidak
bekerja 33,3%.
b) Jenis kelamin
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Jenis kelamin f) Tingkat Ketergantungan
Responden
Tabel 5. Distribusi Frekuensi tingkat
N Jenis Jumlah Persentase
Ketergantungan Responden
o kelamin
N Tingkat Juml Persentase
1. Laki-laki 7 46,7%
o Ketergantungan ah
2. Perempuan 8 53,3% (Bartel Indeks)
Jumlah 15 100,0%
1. Mandiri 5 33,3%
Sumber : data primer diolah, 2018. 2. Tergantung 8 53,3%
Berdasarkan tabel 1 hasil analisis 3. Tergantung Total 2 13,3%
distribusi frekwensi yang berjenis kelamin Jumlah 15 100,0%
laki-laki sebesar 46,7 %, perempuan 53,3%. Sumber : data primer diolah, 2018.
Berdasarkan tabel 5. hasil analisis
c) Status pernikahan distribusi frekwensi berdasarkan tingkat
Tabel 2. Distribusi Frekuensi status ketergantungan yang mandiri sebesar
pernikahan Responden 33,3%, tergantung sebesar 53,3%,
N Status Jumlah Persentase tergantung total 13,3%.
o pernikahan
1. Menikah 7 46,7%
2. Janda 6 40,0% 2) Hasil distribusi frekwensi pada kelompok
3. Duda 2 13,3%
kontrol permainan dakon :
Jumlah 15 100,0% a) Usia Responden
Sumber : data primer diolah, 2018. Hasil distribusi 15 responden pada
Berdasarkan tabel 2 hasil analisis kelompok kontrol berdasarkan usia, rata-rata
distribusi frekwensi status pernikahan yang (mean) usia responden 71 tahun , usia
menikah sebesar 46,7%, janda sebesar 40 minimum: 60 tahun, usia maximum: 91
%, duda 13,3%. tahun.

d) Pendidikan b) Jenis kelamin


Tabel 3. Distribusi Frekuensi Pendidikan Tabel 6. Distribusi Frekuensi Jenis kelamin
Responden Responden
No Pendidikan Jumlah Persentase No Jenis kelamin Jumlah Persentase
1. Tidak Sekolah 3 20,0% 1. Laki-laki 4 26,7%
2. SD / tidak tamat 10 66,7% 2. Perempuan 11 73,3%
3. SLTA 2 13,3% Jumlah 15 100,0%
Jumlah 15 100,0% Sumber : data primer diolah, 2018.

ISSN 2355-1313 (Print) 2623-0038 (Online) - ijmsbm.org 143


IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 5 No. 2 – Juli 2018

Berdasarkan tabel 6 hasil analisis f) Tingkat Ketergantungan


distribusi frekwensi yang berjenis kelamin Tabel 10. Distribusi Frekuensi tingkat
laki-laki sebesar 26,7 %, perempuan 73,3%. Ketergantungan Responden
N Tingkat Jumlah Persentase
c) Status pernikahan o Ketergantungan
Tabel 7. Distribusi Frekuensi status (Bartel Indeks)
pernikahan Responden 1. Mandiri 11 73,3%
No Status pernikahan Jumlah Persentase 2. Tergantung 4 26,7%
1. Menikah 6 40,0% Jumlah 15 100,0%
2. Janda 7 46,7% Sumber : data primer diolah, 2018.
3. Duda 2 13,3% Berdasarkan tabel 10. hasil analisis
Jumlah 15 100,0% distribusi frekwensi berdasarkan tingkat
Sumber : data primer diolah, 2018. ketergantungan yang mandiri sebesar
Berdasarkan tabel 7. hasil analisis 33,3%, tergantung sebesar 53,3%,
distribusi frekwensi status pernikahan yang tergantung total 13,3%.
menikah sebesar 40%, janda sebesar 46,7
%, duda 13,3%. b. Analisis Data Penelitian
1. Uji T Pengaruh Dakon terhadap
d) Pendidikan gangguan Pikun (dementia) atau
Tabel 8 Distribusi Frekuensi Pendidikan kerusakan fungsi intelektual pada
Responden kelompok intervensi
No Pendidikan Jumlah Persentase Tabel 11 Paired Samples Statistics pada
1. Tidak 3 20,0% kelompok intervensi.
Sekolah Variabel Mean N Std.Devi Std.Error
2. SD 12 80,0% ation Mean
Jumlah 15 100,0% Pair 1 SPMSQ 3.6667 15 .97590 .25198
(pretest)
Sumber : data primer diolah, 2018. SPMSQ 3.6000 15 1.05560 .27255
Berdasarkan tabel 8. hasil analisis (posttest)
distribusi frekwensi pendidikan yang tidak Pair 1 MMSE 20.7333 15 2.63131 .67940
sekolah 20%, lulus dan tidak tamat SD (pretest) 21.7333
sebesar 80%. MMSE 15 2.57645 .66524
(posttest)
Sumber: Data primer, 2018
e) Pekerjaan
Tabel 9 Distribusi Frekuensi Pekerjaan
Tabel 12 Paired Samples Test pada
Responden
No Pekerjaan Jumlah Persentase
kelompok intervensi.
Variabel Paired T Sig.(2-
1. Petani 4 26,7% Differences tailed)
2. Wiraswasta 4 26,7% 95% Confidence
3. Pedagang 1 6,7% interval of the
4. Ibu Rumah 3 20,0% Difference
Tangga / IRT Lower Upper
5. Tidak bekerja 3 20,0% Pair SPMSQ -.07632 .20965 1.000 .334
1 (pretest)-
Jumlah 15 100,0%
SPMSQ
Sumber : data primer diolah, 2018. (posttest)
Berdasarkan tabel 9. hasil analisis Pair MMSE -1.72507 -.27493 -2.958 .010
distribusi frekwensi pekerjaan yang bekerja 1 (pretest)-
petani sebesar 26,7%, wiraswasta sebesar MMSE
(posttest)
26,7%, pedagang sebesar 6,7%, Ibu Rumah
Sumber: Data primer, 2018
Tangga/IRT 20 %, tidak bekerja 20%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kerusakan fungsi intelektual lansia yang
pikun (dementia) dengan pemeriksaan
SPMSQ sebelum dilakukan permainan
dakon/data pretest rata-rata/mean: 3.6667
dengan standar deviasi: .97590 dan nilai
rata-rata/mean data posttest 3.6000 dengan
standar deviasi 1.05560, sedangkan untuk
nilai t hitung sebesar 1.000 dengan

ISSN 2355-1313 (Print) 2623-0038 (Online) - ijmsbm.org 144


IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 5 No. 2 – Juli 2018

signifikansi 0.334 (p > 0,005), yang berarti dakon/data pretest rata-rata/mean: 4.000
tidak ada pengaruh yang bermakna sebelum dengan standar deviasi: .2.03540 dan nilai
dan setelah dilakukan permainan dakon rata-rata/mean data posttest 4.000 dengan
terhadap fungsi intelektual pada lanjut usia standar deviasi 2.03540, sedangkan untuk
yang pikun (dementia). nilai t hitung sebesar 0.000 dengan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa signifikansi 1.000 (p > 0,005), yang berarti
gangguan pikun (dementia) dengan tidak ada pengaruh yang bermakna sebelum
pemeriksaan MMSE sebelum dilakukan dan setelah dilakukan asuhan keperawatan
permainan dakon/data pretest rata- terhadap kerusakan fungsi intelektual pada
rata/mean: 20.7333 dengan standar deviasi: lanjut usia yang pikun (dementia).
2.63131 dan nilai rata-rata/mean data Hasil penelitian menunjukkan bahwa
posttest 21.7333 dengan standar deviasi gangguan pikun (dementia) dengan
2.57645, sedangkan untuk nilai t hitung pemeriksaan MMSE sebelum dilakukan
sebesar -27493 dengan signifikansi 0.010 permainan dakon/data pretest rata-
(p < 0,005), yang berarti ada pengaruh yang rata/mean: 20.6667 dengan standar deviasi:
bermakna sebelum dan setelah dilakukan 4.30393 dan nilai rata-rata/mean data
permainan dakon terhadap gangguan pikun posttest 21.7333 dengan standar deviasi
(dementia). 5.11952, sedangkan untuk nilai t hitung
sebesar -2.210 dengan signifikansi 0.044 (p
2. Uji T Pengaruh dakon terhadap < 0,005), yang berarti ada pengaruh yang
gangguan pikun (dementia) atau bermakna sebelum dan setelah dilakukan
kerusakan fungsi intelektual pada asuhan keperawatan terhadap gangguan
kelompok kontrol pikun (dementia).
Tabel 3.13 Paired Samples Statistics
pada kelompok kontrol. IV. PEMBAHASAN
Varia Mean N Std.Devi Std.Error a. Usia responden lansia rata –rata
bel ation Mean berumur 71-78 tahun.
Pair SPMSQ 4.000 15 2.03540 .52554
1 (pretest) 4.000 15 2.03540 .52554 Responden banyak lansia berusia
SPMSQ 71-78 tahun, hal ini seperti dikemukakan
(posttest) oleh Maryam (2008) pertambahan usia pada
Pair MMSE 20.66 15 4.30390 1.11127 lansia ≥ 60 tahun dapat menyebabkan
1 (pretest) 67 15 5.11952 1.32186 jumlah sel dalam otak juga ikut menurun
MMSE 21.73
(posttest) 33
sehingga mekanisme perbaikan sel otak
Sumber: Data primer, 2018 menjadi terganggu, sedangkan salah satu
penelitian menurut Jett (2014) yang
Tabel 3.14 Paired Samples Test pada menyatakan pada usia lansia jumlah neuron
kelompok kontrol. menurun dan kurangnya korelasi antar
Varia Paired T Sig.(2- dendrit sehingga menyebabkan proses
bel Differences tailed) berpikir pada lansia pun berkurang.
95% Confidence b. Responden lebih banyak berjenis
interval of the kelamin perempuan.
Difference
Lower Upper
Responden lebih banyak
Pair SPMSQ -.36254 .36254 .000 1.000 perempuan karena perempuan terjadi
1 (pretest) menopause akibat dari hormone estrogen
- yang menurun yang menyebabkan
SPMSQ
(posttest)
gangguan dalam fungsi belajar dan memori.
Pair MMSE -2.10199 -03134 -2.210 .044 Demensia kebanyakan menyerang kaum
1 (pretest) hawa karena hormon wanita lebih cepat
- masuk masa menopause ketimbang pria
MMSE dengan masa andrenopausenya.
(posttes
t) (Sihombing, 2011).
Sumber: Data primer, 2018 c. Responden lebih banyak status
pernikahan janda
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Demensia banyak terjadi pada janda
kerusakan fungsi intelektual lansia yang hal ini sesuai dengan Ibrahim (2011) yang
pikun (dementia) dengan pemeriksaan menyatakan perempuan lebih sering
SPMSQ sebelum dilakukan permainan mengalami demensia, hal ini disebabkan
perempuan sering terpajan dengan stressor
ISSN 2355-1313 (Print) 2623-0038 (Online) - ijmsbm.org 145
IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 5 No. 2 – Juli 2018

lingkungan dan memiliki tingkatan ambang evaluasi, dan pengujian presymptomatic (tes
stressor lebih rendah dibandingkan dengan genetik).
laki-laki, dan ini juga akan menyebabkan Pada penelitian ini pemeriksaan
perempuan menjadi depresi. Depresi pada menggunakan MMSE dan SPMSQ karena
perempuan juga berhubungan erat dengan rata-rata penderita demensia dalam kategori
ketidakseimbangan hormon dalam siklus demensia ringan dan demensia sedang
menstruasi yang berhubungan dengan sehingga tidak memerlukan pemeriksaan
menopause, kelahiran, dan kehamilan. penunjang diagnostik di rumah sakit. Dari
d. Responden lebih banyak berpendidikan hasil pemeriksaan terdapat perbedaan hasil
tidak tamat SD MMSE dan SPMSQ menurut penelitian
Responden banyak berpendidikan Mega (2014), perbedaan hasil MMSE dan
SD hal ini sesuai dengan Wibowo (2007) pengkajian status kognitif dan afektif ini
yang menyatakan faktor demensia terjadi penderita demensia dapat melakukan
pada usia lanjut, wanita, trauma kapasitas aktivitas kognitif maka gejala pikun pada
berat, pendidikan rendah dengan kasusnya lansia dapat dikurangi sehingga lansia
sekitar 1-5%, sedangkan penelitian menurut menjadi lebih produktif. Pada penelitian
Khasanah & Ardiansyah (2012) yang Komalasari (2014), ada kenaikan skor
menjelaskan bahwa semakin rendah tingkat MMSE 2, 4 poin antara pre dan pos test
pendidikan seseorang maka semakin tinggi tetapi berdasarkan paired t tes tidak ada
angka prevalensi demensia Alzheimer. perbedaan signifikan antara skor MMSE pre
Semakin tinggi intelegensi dan pendidikan dan pos test secara keseluruhan dan tiap
lansia, semakin baik kemampuan lansia domain fungsi kognitif.
untuk mengkompensasi deficit intelektual. e. Penelitian ini menunjukkan bahwa
Responden lebih banyak bermata secara statistik ada pengaruh permainan
pencaharian sebagai petani Responden dakon terhadap gangguan pikun dengan
banyak bermata angka pre test rata-rata 20.7333 menjadi
pencaharian petani sesuai dengan salah pos test 21.7333 dengan pemeriksaan
satu penelitian yang dilakukan oleh MMSE. Hasil penelitian ini sesuai dengan
Sholikhah (2016) yang menjelaskan bahwa terapi kognitif Spector et al (2010), bahwa
pekerjaan over worker seperti buruh, petani, terapi aktifitas kognitif ini cocok sebagai
serta tidak bekerja dapat mempercepat terapi komplementer non farmakologis untuk
proses penuaan termasuk fungsi kognitif lanjut usia dengan demensia ringan dan
yang cepat menurun. demensia sedang. Hal ini dikemukakan oleh
f. Pengaruh permainan dakon terhadap Bherer et al (2013), bahwa untuk
gangguan pikun meringankan dampak penuanan pada tubuh
Pengukuran aspek kognitif dengan dan pikiran lansia harus melakukan aktifitas
menggunakan MMSE dan pemeriksaan fisik yang direncanakan, terstruktur dan
status mental SPMSQ , ini sesuai dengan sadar dilakukan untukk mencegah
yang dikemukakan Azizah (2011) yang penurunan kognitif.
menyatakan pemeriksaan penting yang Permainan dakon merupakan salah
harus dilakukan untuk penderita demensia, satu media terapi yang digunakan untuk
mulai dari identifikasi latar belakang individu, merangsang dan mengolah fungsi otak
pemeriksaan fisik, pemeriksaan status termasik memori/daya ingat, konsentrasi,
kognitif dan status mental dengan MMSE orientasi, kemampuan berbahasa, berhitung,
dan SPMSQ. Pada penelitian Indra (2010), visuospasial (Wreksoatmojo, 2013).
pemeriksaan demensia diperlukan beberapa Permainan dakon membutuhkan
teknik untuk membantu mengidentifikasi perhitungan yang cermat harus dilakukan
demensia dengan tingkat akurasi yang dengan senang dengan penuh
memadai seperti menanyakan pertanyaan sportifitas/kejujuran (Sujarno,2013).
tentang sejarah pasien, pemeriksaan fisik, Permainan dakon sebagai terapi stimulasi
evaluasi neurologis (keseimbangan, fungsi kognitif merupakan terapi yang terbukti
sensorik, refleks), tes dan neuropsikologi efektif meningkatkan fungsi kognitif lanjut
kognitif (memori, keterampilan bahasa, usia pada demensia ringan-sedang. Hal ini
keterampilan matematika, pemecahan sejalan dengan kebanyakan bukti literature
masalah), scan otak (CT scan) dan Magnetic tentang keefektifan terapi stimulasi kognitif
Resonance Imaging (MRI), tes laboratorium (Spector,et al; 2010).
(tes darah, urine, layar toksikologi, tes tiroid), Hasil penelitian juga menunjukkan
psikiatri bahwa kerusakan fungsi intelektual lansia
ISSN 2355-1313 (Print) 2623-0038 (Online) - ijmsbm.org 146
IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 5 No. 2 – Juli 2018

yang pikun dengan pemeriksaan SPMSQ Physical Activity and Exercise on


tidak ada pengaruh sebelum dan setelah Cognitive and Brain Function in Older
dilakukan permainan dakon. Hal tersebut Adults. Hindawi Publising Corporation
sesuai dengan Muttaqin (2008) yang Journal of Aging research Volume 2013,
menjelaskan pada demensia mengalami Article ID
gangguan daya ingat jangka panjang, 657508.http://dx.doi.org/10.1155/2013/65
gangguan daya ingat jangka pendek, 7508
gangguan daya ingat sekarang, klien tidak Ibrahim, A. 2011. Gangguan Alam Perasaan.
mampu berkonsentrasi, gangguan berat Tangerang.: Jelajah Nusa
dalam penilaian atau keputusan, sedangkan Indra, P. 2010. Manajemen Modern dan
menurut penelitian Indra (2010) yang Kesehatan Masyarakat.
menyatakan gejala penyakit Alzheimer, klien http://www.medicinenet.com/dementia_pi
mungkin mengalami gangguan memori, ctures_slideshow/article.htm
penyimpangan penilaian, dan perubahan Jett, T. A. 2014. Gerontological Nursing and
halus dalam kepribadian, memori dan Healthy Aging Fourth Edition. US
masalah bahasa memburuk dan klien mulai America: Mosby Elsevier
mengalami kesulitan melakukan aktivitas Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
hidup sehari-hari, seperti buku cek atau 2015. Strategi Nasional Penanggulangan
mengingat untuk mengambil obat., mereka Penyakit Alzheimer dan Demensia
mungkin menjadi bingung tentang tempat lainnya : Menuju Lanjut Usia Sehat dan
dan waktu, mungkin menderita delusi Produktif
(seperti gagasan bahwa seseorang mencuri Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
dari mereka atau bahwa pasangan mereka 2014. Pusat Data dan Informasi. Jakarta
tidak setia), dan dapat menjadi cepat marah Selatan: Kementrian Kesehatan RI
dan bermusuhan, mereka akhirnya Khasanah, N., & Ardiansyah, M. 2012. Hubungan
kehilangan kemampuan untuk mengenali antara Tingkat Pendidikan dengan
anggota keluarga dan untuk berbicara. Kejadian Penurunan daya Ingat pada
Reisberg 1992 dalam Nasrun Lansia. Mutiara Medika, 150-154
(2010), menggambarkan perkembangan Komalasari, R. 2014. Domain Fungsi Kognitif
demensia sebagai “grow-grow” (tumbuh Setelah Terapi Stimulasi Kognitif. Jurnal
surut) dengan Global Deterioration Scale Keperawatan Indonesia Volume 17 No.1
(GDS). Kecakapan intelektual individu hal 11-17 ISSN 1410-4490, eISSN 2354-
dengan demensia ringan sebanding dengan 9203
anak berusia 9 tahun, demensia sedang Maramis, Willy F. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran
dengan anak usia 5 tahun dan demensia Jiwa. Surabaya: Airlangga University
berat dengan bayi usia 2 tahun. Press
Mujahidullah, Khalid. 2012. Keperawatan
V. SIMPULAN Geriatrik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Dari hasil penelitian, peneliti dapat Muttaqin, Arif. 2008 . Asuhan Keperawatan Klien
menyimpulkan sebagai berikut: dengan Gangguan Sistem Persyarafan .
1. Ada pengaruh sebelum dan setelah Jakarta : Salemba Medika
permainan dakon terhadap gangguan Nasrun, Martina. 2010. Buku Ajar Psikiatri.
pikun dengan pemeriksaan MMSE Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
2. Tidak ada pengaruh sebelum dan Indonesia
setelah permainan dakon terhadap Patricia. J. W, P. Aristarchus, S. P. Ryan. 2016.
fungsi intelektual pada lanjut usia yang Perancangan Board Game sebagai
mengalami pikun dengan pemeriksaan Media Terapi Penyakit Demensia Ringan
SPMSQ pada Lansia. Desain Komunikasi Visual
Sholikhah. N. F. 2016. Permainan Tradisional 3
DAFTAR PUSTAKA Jadi Terhadap Progresifitas Demensia
Anurogo, Dito. 2014. 45 Penyakit dan Gangguan Pada Lansia Di Kabupaten Mojokerto.
Saraf Deteksi Dini & Atasi 45 Penyakit Fakultas Keperawatan Universitas
dan Gangguan Saraf. Yogyakarta: Airlangga Surabaya
Rapha Publishing Sujarno, S., Galba, T., Larasati, Isyanti. 2013.
Azizah, Lilik. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Pemanfaatan Permainan Tradisional
Yogyakarta: Graha Ilmu dalam Pembentukan Karakter Anak.
Bherer, L., Erickson,K.I.,Ambros.T.L. 2013. Yogyakarta: BPNB
ReviewArticle AReview of the Effects of
ISSN 2355-1313 (Print) 2623-0038 (Online) - ijmsbm.org 147
IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 5 No. 2 – Juli 2018

Sihombing. 2011. Menopause pada Lansia.


Jakarta .FK.UI
Spector,A.Orrell,M.Woods.B. 2010. Cognitive
Stimulation therapy (CST): Effects on
different areas of cognitive function for
peoplewith dementia. International
Journal Geriatric Psychiatry, 25,1253-
1258.Doi: 10.1017/S1041610212001822
Wibowo, A.S. 2007. Manajemen Demensia
Alzheimer dan Demensia Vaskuler.
http://abgnet.blogspot.com/2007/09/man
ajemen-demensia-alzheimer-dan.html .
Wilkinson, Judith M. 2012. Buku Saku Diagnosis
Keperawatan : diagnosis NANDA,
intervensi NIC, kriteria hasil
NOC.Jakarta: EGC

ISSN 2355-1313 (Print) 2623-0038 (Online) - ijmsbm.org 148

You might also like