You are on page 1of 10

Original Article

11

Losio Antioksidan Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus


Britton and Rose)

Amanda Angelina Sinaga1, Sri Luliana1, Andhi Fahrurroji1


1
Program Studi Farmasi Fakultas kedokteran, Universitas Tanjungpura

Email : amandanjiangelina@gmail.com

Abstrak

Hylocereus polyrhizus (Buah naga merah) telah terbukti memiliki aktivitas antioksidan
dengan kandungan seperti vitamin C, polifenol, dan flavonoid. Penelitian ini bertujuan
untuk menguji aktivitas antioksidan dari H. polyrhizus dalam bentuk sediaan losio.
Formulasi losio dibuat dengan 5 seri konsentrasi dari ekstrak metanol H. polyrhizus
berturut-turut yaitu 0,04; 0,08; 0,16; 0,32 dan 0,64%. Efektivitas antioksidan losio
diuji dengan metode DPPH. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak metanol H.
polyrhizus memiliki efektivitas antioksidan dengan persen daya hambat masing-masing
sebesar 19,99±0,33; 25,01±0,08; 39,14±0,04; 66,69±0,12 dan 83,37±0,05. Analisis
data memberikan hasil berbeda signifikan pada uji efektivitas antioksidan. Pengamatan
stabilitas dengan metode cycling test menunjukkan ketidakstabilan oleh karena perubahan
warna (oksidasi) di setiap formula pada siklus kedua. Begitu pula dengan metode uji
mekanik menunjukan ketidakstabilan losio karena proses penyabunan.

Abstract

Hylocereus polyrhizus Britton and Rose (Red dragon fruit) has been shown to have
antioxidant activity which contains vitamin C, polyphenol, and flavonoid. This research
was aimed to investigate antioxidant activity from H. polyrhizus in form of lotion.
Lotion were made with 5 concentration from H. polyrhizus methanol extract were 0.04,
0.08, 0.16, 0.32 and 0.64%. Lotion antioxidant activity was measured using DPPH
method. The result showed that H. polyrhizus methanol extract had antioxidant activity
with inhibition concentration were 19.99±0.33; 25.01±0.08; 39.14±0.04; 66.69±0.12
and 83.37±0.05. The result showed significant differences on antioxidant activity. The
physical stability observation of five formula with cycling test method showed unstability
because of discolouration (oxidation). As well as the methods of mechanical test showed
unstability of lotion because saponification process.

Keywords: hylocereus polyrhizus, antioxidant, dpph, stability.

April 2015 (Vol. 2 No. 1)


12 Pharm Sci Res ISSN 2407-2354

PENDAHULUAN DPPH (1,1- Diphenyl - 2 - Picrylhydrazyl).


Uji efektivitas losio Formulasi losio dibuat
Tumbuhan buah naga (H. polyrhizus) berasal dengan 5 seri konsentrasi dari ekstrak
dari daerah beriklim tropis kering. Habitat metanol H. polyrhizus berturut-turut yaitu
aslinya di Meksiko, Amerika Tengah dan 0.04, 0.08, 0.16, 0.32 dan 0,64%. Kestabilan
Amerika Selatan bagian Utara (Kristanto, losio ekstrak metanol H. polyrhizus dilakukan
2008). H. polyrhizus mengandung senyawa dengan menggunakan metode cycling test
flavonoid dan polifenol, dimana senyawa dan mechanical test.
ini mempunyai aktivitas antioksidan untuk
mengikat radikal bebas dalam sistem biologis METODE
(Mahattanatawee et al., 2006). Selain itu,
H. polyrhizus mempunyai khasiat sebagai Preparasi sampel
penyeimbang kadar gula darah, pencegah Sampel yang digunakan berupa daging buah
kanker usus, pelindung kesehatan mulut, Hylocereus polyrhizus yang diperoleh dari
pencegah pendarahan dan obat keluhan Desa Parit RT 17 RW08 Dusun Sibukit Rama,
keputihan (Kristanto, 2008). Kecamatan Mempawah Hilir, Kalimantan
Barat dan diambil pada tanggal 15 Januari
H. polyrhizus sebagai antioksidan dapat 2014. Buah di determinasi di Pusat Penelitian
dimanfaatkan sebagai bahan dasar (zat Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan
aktif) dari kosmetik anti penuaan. Dalam Indonesia (LIPI) Bogor.
penelitian ini, ekstrak metanol H. polyrhizus
dibuat dalam bentuk sediaan losio. Bentuk Sebanyak 1495,58 g H. polyrhizus dimaserasi
sediaan losio cocok sebagai kosmetik anti dengan 2,05 mL metanol selama 4 hari pada
penuaan yang mana mempunyai beberapa suhu ruangan. Ekstrak disaring dengan kain
keunggulan, antara lain kemampuannya saring kemudian dievaporasi pada suhu
dalam mempertahankan kelembapan kulit, 50ºC. Ekstrak dipekatkan dengan freeze
melembutkan kulit, mencegah kehilangan dryer lalu disimpan dalam refrigerator pada
air, mempertahankan bahan aktif, pelarut, suhu 4 ºC.
pewangi dan pengawet, serta pemakaian
yang merata dan cepat pada permukaan kulit Skrining fitokimia
yang luas dibandingkan dengan sediaan semi Skrining fitokimia adalah pemeriksaan
padat lainnya (Ansel CH, 2005; Elya B et al., metabolit sekunder secara kualitatif terhadap
2013). senyawa-senyawa aktif biologis yang
terdapat dalam tumbuhan. Skrining fitokimia
Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin ini diujikan pada ekstrak metanol Hylocereus
menguji efektivitas losio dari ekstrak polyrhizus. Adapun uji skrining fitokimia
metanol H. polyrhizus menggunakan metode yang dilakukan meliputi pemeriksaan

Pharm Sci Res


Amanda Angelina Sinaga, Sri Luliana, Andhi Fahrurroji 13

alkaloid, fenol, flavonoid, steroid-triterpenoid, 3. Uji efektivitas antioksidan losio dengan


saponin, tannin dan identifikasi betasianian. DPPH
Masing-masing larutan sampel (filtrat)
Formulasi losio sebanyak 2 mL ditambahkan dengan 2
Pembuatan losio diawali dengan mL larutan DPPH. Campuran selanjutnya
penimbangan bahan-bahan yang diperlukan. dihomogenkan menggunakan vortex
Sediaan losio yang dibuat terdiri dari 7 kemudian didiamkan selama waktu
formula (Tabel 1) dengan variasi konsentrasi pengerjaan yang telah diperoleh pada
ekstrak metanol H. polyrhizus, kontrol suhu kamar. Absorbansi diukur dengan
negatif, serta kontrol positif. Konsentrasi spektrofotometer UV-Vis pada panjang
metanol H. polyrhizus yang dipakai yaitu gelombang 515,8 nm.
0,04; 0,08; 0,16; 0,32 dan 0,64%. 4. Penentuan persentase peredaman
Parameter yang dipakai untuk
Pengujian losio ekstrak metanol H. menunjukan aktivitas antioksidan adalah
polyrhizus dengan metode DPPH harga konsentrasi efisien atau efficient
Pengukuran didasarkan pada senyawa concentration (EC50) atau Inhibitory
antioksidan yang akan menyumbangkan Concentration (IC50).
hidrogen sehingga mengubah radikal bebas
A1 - A2
DPPH yang berwarna ungu menjadi ungu Q=
A1
pudar atau kuning. Absorbansi yang dipakai
dalam spektrofotemeter UV-Vis yaitu 515,8 Keterangan :
nm (Molyneuxm P, 2004). Q = Persen Peredaman
1. Preparasi sampel A1 = Absorbansi Kontrol
Formula A, B, C, D, E, F dan G sebanyak A2 = Absorbansi Sampel
1 g masing-masing dilarutkan dengan 10
mL metanol dalam labu ukur, kemudian Pembuatan losio
disaring menggunakan kertas saring. Bahan-bahan yang digunakan dalam
penyaringan kemudian ditampung pembuatan losio dipisahkan menjadi dua
filtratnya. bagian yaitu bahan yang larut minyak (fase 1)
2. Pembuatan larutan DPPH 50 ppm dan bahan yang larut air (fase 2). Bahan-bahan
Sebanyak 25 mg DPPH dilarutkan yang termasuk fase 1 antara lain asam stearat,
dengan metanol dalam labu ukur sampai setil alkohol dan parafin cair dimasukkan ke
10 mL sehingga diperoleh larutan dalam cawan penguap. Bahan-bahan yang
dengan konsentrasi 2500 ppm, kemudian termasuk fase 2 seperti trietanolamin, gliserin
diencerkan dengan metanol sampai dan akuades dicampurkan. Fase 1 dan 2
diperoleh larutan dengan konsentrasi 50 dipanaskan dan diaduk pada suhu 70-75ºC
ppm11. secara terpisah hingga homogen. Sediaan yang

April 2015 (Vol. 2 No. 1)


14 Pharm Sci Res ISSN 2407-2354

Tabel 1. Variasi formula losio ekstrak metanol H. polyrhizus

Komposisi (%)
Bahan
A B C D E F G

Ekstrak Metanol 0,04 0,08 0,16 0,32 0,64 - -


H. polyrhizus
- - - - - 0,02 -
Vitamin C
7 7 7 7 7 7 7
Parafin Cair
2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
Asam Stearat
1 1 1 1 1 1 1
Trietanolamin
5 5 5 5 5 5 5
Gliserin
0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
Setil Alkohol
0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1
Metil Paraben
3 gtt 3 gtt 3 gtt 3 gtt 3 gtt 3 gtt 3 gtt
Parfum
ad ad ad ad ad ad ad
Akuades 100 100 100 100 100 100 100

telah homogen tersebut dicampur dan diaduk Pada metode mechanical test, sampel losio
dengan pengaduk. Proses pencampuran kedua disentrifugasi dengan kecepatan putaran
sediaan yang berbeda tersebut dilakukan pada 3750 rpm pada radius sentrifugasi selama 5
suhu 70ºC. Proses pengadukan dilakukan jam atau 10000 rpm selama 30 menit, karena
hingga campuran kedua fase homogen dan hasilnya ekuivalen dengan efek gravitasi
mencapai suhu 40ºC (sediaan 1). Pengawet selama 1 tahun. Kedua metode diamati fisikal
(nipagin) dan parfum, serta zat aktif yakni losio.
ekstrak metanol H. polyrhizus dimasukkan
ke dalam sediaan 1 pada suhu 35ºC kemudian HASIL DAN PEMBAHASAN
dilakukan pengadukan selama kurang lebih
satu menit (Ansel CH, 2005). Determinasi Hylocereus polyrhizus
Berdasarkan hasil determinasi sampel yang
Uji stabilitas dilakukan di Laboratorium yang dikeluarkan
Stabilitas losio dievaluasi dengan metode Herbarium Bogoriense, Bidang Botani,
cycling test dan mechanical test. Pada metode Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu
cycling test, sampel losio disimpan pada Pengetahuan Indonesia (LIPI), Bogor, contoh
suhu 4ºC selama 24 jam, lalu dipindahkan sampel yang diambil merupakan Hylocereus
ke dalam oven dengan suhu 42 ± 2ºC selama polyrhizus.
24 jam. Uji ini dilakukan selama 6 siklus.

Pharm Sci Res


Amanda Angelina Sinaga, Sri Luliana, Andhi Fahrurroji 15

Ekstraksi sampel blanko. Turunnya absorbansi menandakan


Sampel yang digunakan menghasilkan ekstrak berkurangnya konsentrasi radikal bebas
kental sebanyak 59,11 g. Rendemen yang dari DPPH yang dikarenakan oleh adanya
diperoleh sebesar 3,95%. Hal ini dikarenakan reaksi dengan senyawa antioksidan yang
oleh besarnya kadar air H. polyrhizus yaitu mengakibatkan molekul DPPH tereduksi
82,5-83%2. Susut pengeringan dari ekstrak dan diikuti dengan berkurangnya intensitas
kental yang didapat sebesar 14,71% dan warna ungu dari larutan DPPH (Molyneux
kadar abu total sebesar 11,51%. P, 2004). Menurut hukum Lambert-Beer, ada
korelasi sebanding antara konsentrasi dengan
Skrining fitokimia absorbansi, jika terjadi penurunan konsentrasi
Hasil skrining fitokimia terhadap ekstrak maka absorbansi spektrum sinar dari larutan
metanol Hylocereus polyrhizus mengandung tersebut juga akan mengalami penurunan
senyawa fenol, flavonoid, triterpenoid/steroid (Gandjar IG & Rohman A, 2009). Nilai
dan betasianin. rata-rata absorbansi dari hasil pengukuran 7
(tujuh) formula dapat dilihat pada Gambar 1.
Hasil uji efektivitas antioksidan dengan
spektrofotometri visibel Berdasarkan Gambar 1, memperlihatkan
Uji efektivitas antioksidan losio ekstrak bahwa semakin besar konsentrasi ekstrak
metanol H. polyrhizus dilakukan dengan metanol H. polyrhizus semakin besar pula
metode DPPH dengan sedikit modifikasi persen hambat radikal yang dimiliki. Hal
(Elya B, 2013). ini dibuktikan dengan hasil uji Kruskal
Wallis yang menunjukan bahwa antar
Tahap awal yang dilakukan pada pengujian formula mempunyai persen hambat berbeda
efektivitas losio antioksidan ini adalah signifikan (p<0,05). Uji lanjutan yang
pengukuran panjang gelombang maksimum kemudian dilakukan juga menunjukan bahwa
(λ maks) larutan DPPH. Panjang gelombang persen hambat kontrol negatif (FG) berbeda
maksimum DPPH yang digunakan untuk signifikan dengan FA, FB, FC, FD, FE dan FF.
pengujian losio antioksidan ekstrak metanol Hasil ini menunjukan bahwa ekstrak metanol
H. polyrhizus adalah 515,8 nm dengan H. polyrhizus memberikan efek antioksidan
absorbansi maksimum 0,805. Filtrat yang yang signifikan dalam sediaan losio seiring
telah direaksikan dengan DPPH, selajutnya bertambahnya konsentrasi dalam sediaan.
diinkubasi selama 30 menit pada suhu 37ºC Kemudian dianalisis kembali berupa uji
yang mana suhu dapat mempercepat laju lanjutan t-test antar formula ekstrak metanol
reaksi (Molyneux P, 2004; Martin A, 2008). H. polyrhizus (FA-FE) dalam sediaan losio.
Setelah penambahan senyawa uji ke Analisis menunjukan bahwa antar 2 formula
dalam larutan DPPH, terjadi penurunan mempunyai persen hambat berbeda signifikan
absorbansi DPPH dibandingkan dengan pula.

April 2015 (Vol. 2 No. 1)


16 Pharm Sci Res ISSN 2407-2354

Gambar 1. Grafik pengujian efektivitas formulasi ekstrak metanol


H. polyrhizus (FA-FE), vitamin C (FF), basis (FG)

Hasil persen hambat FA terhadap kontrol perlakuan pencucian, perebusan, dan proses
positif (FF) menunjukan hasil perbedaan pengolahan lebih lanjut untuk dijadikan
signifikan (p<0,05) yang mana persen hambat produk yang siap dikonsumsi (Grafianita,
kontrol positif 4 kali lebih besar dibanding 2011).
persen hambat FA. Hasil ini berbeda
dengan penelitian yang menyatakan bahwa Pada ekstrak kental H. polyrhizus terdapat
ekstrak metanol H. polyrhizus memiliki senyawa betasianin yang merupakan
persen inhibisi 0,5 kali lebih baik dibanding senyawa dengan aktivitas antioksidan yang
vitamin C (Rebecca et al., 2010). Perbedaan kuat. Senyawa betasianin merupakan pigmen
ini diduga disebabkan perbedaan sampel berwarna merah-ungu pekat yang larut
(identitas jenis, lokasi penanaman, kondisi dalam pelarut polar (Noderi et al., 2012).
tanah, cara penanaman, proses pasca panen Kandungan betasianin H. polyrhizus tidak
dan proses ekstraksi) (Departemen Kesehatan stabil oleh perubahan pH, temperatur, sinar,
RI, 2000). oksigen serta faktor lainnya seperti enzim dan
logam (Kunnika & Pranee, 2011; Woo et al.,
Penurunan efektivitas dari formulasi ekstrak 2011). Betasianin stabil pada pH 4-6 (Sikoski,
metanol H. polyrhizus juga dikarenakan 2007). Akibat terpaparnya cahaya dan udara,
oleh sifat fenol yang merupakan metabolit efek betasianin terjadi penurunan. Selain itu,
sekunder utama dari sampel, dimana kadar senyawa betasianin secara kontinyu dapat
fenol akan menurun antara lain dengan menyebabkan degradasi sebesar15,6% dan

Pharm Sci Res


Amanda Angelina Sinaga, Sri Luliana, Andhi Fahrurroji 17

degradasi tersebut dapat meningkat hingga tetapi, terjadi perubahan warna pada kelima
50% bila ekstrak terus terpapar cahaya selama sediaan saat siklus ke-2. Pada siklus ke-5,
seminggu pada suhu ruangan (Woo et al., FE mengalami oksidasi dengan terjadinya
2011). Oleh karena itu, kestabilan warna losio perubahan warna menjadi kecoklatan. Hal ini
ekstrak metanol H. polyrhizus kurang baik dikarenakan oleh zat warna betasianin pada
yang mana hal ini juga dapat menurunkan Hylocereus polyrhizus yang tidak stabil oleh
efek antioksidan dari losio, karena betasianin perubahan pH, temperatur, sinar, oksigen
mempunyai aktivitas antioksidan yang kuat. serta faktor lainnya seperti enzim dan logam.
Telah diketahui bahwa betasianin stabil pada
Selain itu, turunnya kadar vitamin C dalam H. pH 4-6, sedangkan pH sediaan mendekati pH
polyrhizus juga merupakan faktor turunnya 8 (Friedman M, 1996). Selain itu, betasianin
persen hambat dari losio ekstrak metanol H. akan berubah warna menjadi kuning-coklat
polyrhizus. Kadar vitamin C dalam 100 g pada pH alkali (Woo et al., 2011).
H. polyrhizus yaitu 8-9 mg (Pangkalan Ide,
2009). Penurunan kadar vitamin C dalam H. Faktor lain yang mempengaruhi yaitu
polyrhizus disebabkan adanya pemanasan reaksi browning (pencoklatan) yang mana
selama ekstraksi (evaporasi) dapat reaksi ini terjadi karena mekanisme reaksi
menyebabkan terjadinya degradasi vitamin oksidasi yang terjadi secara enzimatik dan
C. Pada konsentrasi rendah, vitamin C dapat non-enzimatik atau reaksi asam amino dan
bereaksi dengan radikal hidroksil menjadi protein dengan karbohidrat, lipid teroksidasi,
asam askorbat yang sedikit reaktif. Vitamin dan fenol teroksidasi yang menyebabkan
C mudah teroksidasi dan proses tersebut kerusakan makanan selama penyimpanan
dipercepat oleh panas, sinar, alkali, enzim, dan pengolahan. Reaksi browning juga
oksidator serta oleh katalis tembaga dan besi mengakibatkan adanya reaksi enzim polifenol
(Farikha IN, 2013; Winarsi H, 2007). oksidase yang mana terjadi penurunan efek
senyawa fenolat (Friedman, 1996). Selain
Uji stabilitas itu, kecepatan reaksi dari zat aktif itu sendiri
Pengujian cycling test bertujuan untuk bertambah kira-kira dua atau tiga kalinya tiap
mengetahui kestabilan emulsi apakah terjadi kenaikan 10ºC (Marti et al., 2008).
kristalisasi atau pengendapan maupun proses
oksidasi dalam sediaan antioksidan dalam Uji mekanik dilakukan untuk mengetahui
suhu yang ekstrem dengan tingkat stress terjadinya perubahan fase dari emulsi yang
yang tinggi (Niazi SK, 2004). Pengamatan mana hasilnya ekivalen dengan gaya gravitasi
(Gambar 2) pada kelima losio ekstrak selama 1 tahun (Kurniati, 2011). Hasil
metanol H. polyrhizus tidak menunjukan pengamatan organoleptis pada FA-FF setelah
adanya pemisahan fase, perubahan bau dan disentrifugasi tidak mengalami perubahan
tekstur kelima sediaan tetap lembut. Akan warna, bau dan tekstur. Ketujuh formula

April 2015 (Vol. 2 No. 1)


18 Pharm Sci Res ISSN 2407-2354

1.1. Siklus I 1.2. Siklus II

1.3. Siklus III 1.4. Siklus IV

1.5. Siklus V 1.6. Siklus VI

Gambar 2. Hasil uji stabilitas Cycling test

tidak mengalami pemisahan fase (creaming), dihasilkan tidak stabil dan terpengaruh
melainkan timbulnya busa. Hal ini dikarenakan gaya gravitasi untuk penyimpanan selama
oleh emulgator yang dipakai dalam sediaan setahun (Ansel CH, 2005; Martin A et al.,
yaitu asam stearat dan trietanolamin. Apabila 2008).
asam stearat dan trietanolamin dicampur,
maka akan terbentuk sabun anionik pH 8 KESIMPULAN
yang menyebabkan sediaan terlalu basa dan
berpengaruh pada kondisi kulit saat pemakaian Berdasarkan hasil penelitian yang telah
yang mana menyebabkan kulit bersisik dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa
(Swastika et al., 2013; Rowe et al., 2006). Hal losio ekstrak metanol H. polyrhizus dengan
ini menunjukkan bahwa sediaan losio yang konsentrasi 0,04; 0,08; 0,16; 0,32 dan 0,64%

Pharm Sci Res


Amanda Angelina Sinaga, Sri Luliana, Andhi Fahrurroji 19

memiliki efek antioksidan dengan persen Kristanto, D. (2008). Buah naga


hambat sebesar 19,99±0,33; 25,01±0,08; pembudidayaan di pot dan di kebun.
39,14±0,04; 66,69±0,12 dan 83,37±0,05 Surabaya: Penebar Swadaya
dan menunjukan ketidakstabilan fisik pada Kunnika, S., Pranee, A. (2011). Influence
uji cycling test karena proses oksidasi dan of enzyme treatment on bioactive
penyabunan. compounds and colour stability of
betacyanin in flesh and peel of red dragon
DAFTAR ACUAN fruit Hylocereus polyrhizus(Weber)
Britton and Rose. International Food
Ansel, C.H. (2005). Pengantar bentuk sediaan Research Journal, 18(4), 1437-1448
farmasi. Jakarta: Universitas Indonesia Mahattanatawee, K.A.M., Anthey,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. J.O.H.N.A.M., Uzio, G.A.R.Y.L., Alcott
(2000). Parameter standar umum ekstrak S.T.T.T., Oodner, K.E.G., Aldwin,
tumbuhan obat. Jakarta: Departemen E.L.A.B. (2006). Total antioxidant
Kesehatan Republik Indonesia activity and fiber content of select
Elya, B., Dewi, R., Budiman, M.H. florida-grown tropical fruits. Journal
(2013). Antioxidant cream of solanum Agricultural and Food Chemistry, 54,
lycopersicum L. Journal Pharma 7355-7363
Technology Research, 5(1), 233-238 Martin, A., James, S., Arthur, C. (2008).
Farikha, I.N., Anam, C., Widowati, E. (2013). Farmasi fisik: Dasar-dasar farmasi fisik
Pengaruh jenis dan konsentrasi bahan dalam ilmu farmasetika, Edisi III Jilid II.
alami terhadap karakteristik fisikokimia Jakarta: UI Press
sari buah naga merah (Hylocereus Molyneux, P. (2004). The use of the stable
polyrhizus) selama penyimpanan. Jurnal free radical diphenylpicrylhydrazyl
Teknologi Sains Pangan, 2(1), 30-38 (DPPH) for estimating antioxidant
Friedman, M. (1996). Food Browning and activity. Journal Science Technology,
Its Prevention. Journal Agricultural and 26(2), 211-219
Food Chemistry, 44(3), 631-653 Niazi, S.K. (2004). Pharmaceutical
Gandjar, I.G., Rohman, A. (2009). Kimia manufacturing formuations semisolid
farmasi analisis. Yogyakarta: Pustaka products, Volume IV. New York: CRC
Pelajar Press
Grafianita. (2011). Kadar kurkuminoid, Noderi, N., Hasanah, M., Ghazali,Anis, S.M.H.,
total fenol dan aktivitas antioksidan Mehrnoush, A., Mohd, Y.A. (2012).
simplisia temulawak (Curcuma Characterization and quantification of
xanthorrhiza Roxb.) pada berbagai dragon fruit (Hylocereus polyrhizus)
teknik pengeringan. Skripsi. Surakarta: betacyanin pigments extracted by two
Universitas Sebelas Maret procedures. Pertanika Journal Tropis

April 2015 (Vol. 2 No. 1)


20 Pharm Sci Res ISSN 2407-2354

Agricultural Science, 35(1), 33-40 Swastika, A.N.S.P, Mufrod, Purwanto.


Pangkalan Ide. (2009). Health secret of dragon (2013). Antioxidant activity of cream
fruit, menguak si kaktus eksotis dalam dosage form of tomato extract (Solanum
penyembuhan penyakit. Jakarta: PT Elex lycopersicum L.). Journal Tradicional
Media Komputindo Medical, 18(3), 132-140
Rebecca, O.P.S., Boyce, A.N., Chandran, Winarsi, H. (2007). Antioksidan alami dan
S. (2010). Pigment identification and radikal bebas. Yogyakarta: Penerbit
antioxidant properties of red dragon fruit Kanisius
(Hylocereus polyrhizus). African Journal Wlatson, A.L. (2012). Smart lotion making.
Biotechnology, 9(10), 1450-1454 Washington: Friday Harbor
Rowe, R.C., Sheskey, P.J., Owen, S.C. (2006). Woo, K.K., Ngou, F.H., Ngo, L.S., Soong,
Handbook of pharmaceutical excipients, W.K., Tang, P.Y. (2011). Stability of
ed. London: Pharmaceutical Press betalain pigment from red dragon fruit
Sikorski, Z.E. (2007). Chemical and functional (Hylocereuspolyrhizus). Amic Journal
properties of food components. 3rd edition. Food Technology, 6(2), 140-148
New York: CRC Press

Pharm Sci Res

You might also like