You are on page 1of 22

Budidaya Burung Walet

KONDISI RUMAH WALET YANG IDEAL

SUHU DAN KELEMBABAN UNTUK REUMAH WALET

Pentingnya pengaturan kelembaman dan suhu dalam rumah walet.


Bila kita perhatikan ukuran bangunan, bak tampung air, lubang ventilasi, dan pemberian
tanah merah pada dasarnya adalah untuk menjaga kelembaban dan suhu agar sesuai
dengan habitat seriti/walet. Banyak teori yang mengajarkan kepada kita tentang
menghitung berapa luas bangunan, berapa luas bak tampung air, berapa banyak lubang
ventilasi agar kelembaban dan suhu ruangan mendekati yang disukai seriti/walet. Semua
teori itu adalah mendekati 'benar' karena telah mengalami penelitian dan berdasar
pengalaman. Namun hal itu tidak sepenuhnya benar karena tidak mungkin kita dapat
membuat ruangan yang mempunyai kelembaban dan suhu sesuai dengan yang disukai
habitat seriti/walet tanpa kita mengukur berapa kelembaban dan suhu ruangan tersebut
dan mengaturnya.

Untuk mengukur kelembaban dan suhu kita dapat menggunakan thermohygrometer


(sebatas mengukur saja), tapi akankah kita senantiasa mengukur dan mengaturnya secara
manual (di dalam ruangan) dan setiap detik pula padahal seriti/walet butuh ketenangan
dalam ruangan. Kalaupun bisa paling dengan jalan diambil jalan tengahnya misalnya
pemberian pengembun dalam ruangan untuk membantu meningkatkan walet kelembaban
dan suhu dengan cara dihidupkan saat-saat cuaca kering dan panas. Namun hal itu
tidaklah pasti.

Sedangkan kelembaban dan suhu dipengaruhi juga oleh banyak faktor yang seringkali
tidak disadari seperti cuaca di luar bangunan yang selalu berubah, angin dan lainnya.
Sehingga bagi mereka yang ingin memancing kadang ada yang berhasil dan kadang ada
pula yang tidak. Bagi yang berhasil memancing seriti/walet adalah sangat ditentukan oleh
faktor keberuntungan saja (mungkin saat itu kelembaban dan suhu ruangan mendekati
kelembaban dan suhu yang disukai habitat walet sehingga seriti/walet mau menetap). Dan
selama kelembaban dan suhu ruangan tersebut masih dalam toleransi habitat seriti/walet

TEMPAT TINGGAL WALET

Setiap mahluk hidup pada dasarnya memilih tempat berkembangbiak yang aman dan
nyaman. Begitu pula walet. Sehingga walet memilih tempat yang memenuhi syarat :

• Aman yaitu bebas dari gangguan, terlindung dari terpaan angin, terik matahari,
hujan dan cahaya yang terang.
• Nyaman yaitu tempat sesuai habitatnya. Tempat yang sesuai dengan habitat walet
adalah bersuhu 26-29 0 C, berkelembaban 80-90 dan dekat dengan tempat ia
mencari makan.
Sehingga walet memilih gua-gua alam dan bangunan tertentu sebagai tempat
pengembangan populasinya. Semakin aman dan nyaman tempatnya maka semakin
bertambah pula jumlah populasinya.

Oleh sebab itu diperlukan suatu perlakuan khusus untuk memancing walet atau menjaga
dan mengembangkan populasi walet pada bangunan yang sudah dimasuki walet.
Perlakuan khusus itu pada dasarnya adalah membuat bangunan yang sesuai dengan
habitat walet.Secara teori , perlakuan khusus itu seperti: ukuran bangunan, bak tampung
air, lubang ventilasi, ukuran lubang, pemberian tanah merah, bau-bauan, hujan buatan,
pemberian serangga dari makanan yang dibusukkan, suara walet dan lainnya. Semua teori
itu adalah benar untuk memancing atau menjaga dan mengembangkan populasi walet
karena memang bertujuan untuk membuat bangunan agar sesuai dengan habitat walet.

HAMA DAN CARA MENGATASI

Berikut adalah hewan – hewan yang menjadi musuh atau hama bagi burung walet serta
langkah – langkah mengatasinya :

HAMA CARA MENGATASI


Tikus

Tikus memakan telur, anak burung Cara pencegahan tikus dengan menutup
walet / swallow bahkan sarangnya. semua lubang, tidak menimbun barang
Perusak ini juga mendatangkan suara bekas dan kayu-kayu yang akan digunakan
dan kotoran yang merusakkan kondisi untuk sarang tikus.
rumah walet
Burung Hantu dan Elang

Memakan burung walet Tangkap dan pindahkant


Semut

Semut api dan semut gatal memakan Cara pemberantasan dengan memberi
anak walet dan mengganggu burung umpan agar semut-semut yang ada di luar
walet yang sedang bertelur. sarang mengerumuninya. Setelah itu semut
disiram dengan air panas.
Cicak dan Tokek

Binatang ini memakan telur dan Cara pemberantasan dengan diusir,


sarang walet. Tokek dapat memakan ditangkap sedangkan penanggulangan
anak burung walet. Kotorannya dapat dengan membuat saluran air di sekitar
mencemari raungan dan suhu yang pagar untuk penghalang, tembok bagian
ditimbulkan karena hal ini dapat luar dibuat licin dan dicat dan hindari
mengganggu ketenangan burung lubang-lubang yang tidak digunakan
walet.
Sebelum membangun rumah walet, peminat budidaya walet perlu mengerti perilaku dan
sifat biologis burung walet. Burung walet tidak tahan dingin, tidak menyukai suhu yang
berubah-ubah, sangat peka terhadap bau asap belerang, gas, bensin, asap rokok, cat, dan
bau pestisida. Lokasi rumah walet harus tenang, bebas kebisingan, terhindar dari
gangguan binatang atau manusia. Sekali saja terganggu, mereka akan pergi tak kembali
lagi.

Walet biasanya berburu makanan (serangga) mulai pukul 05.00 pagi sampai jam 11.00
lalu mencari kawasan perairan untuk minum hingga
pukul 15.00. Kemudian berburu lagi sampai sore lalu
pulang sekitar jam 18.00.

Ada tiga daerah yang cocok untuk membangun rumah


walet, yaitu: :

1. Daerah hunian walet: terdapat banyak rumah


walet, minimal 3-5 rumah
2. Daerah perburuan: terdapat banyak sumber
makanan dan air
3. Daerah lintasan terbang walet dari sarang ke lokasi perburuan dengan frekuensi
minimal 10 ekor per menit.

Rancangan bangunan rumah walet harus sesuai dengan kebiasaan walet. Suasana
ruangannya dibuat seperti kondisi gua sarang walet yang alamiah. Kelembaban ruangan
sekitar 80-95%, suhu sekitar 26º-28ºC, berbau dan gelap. Dengan demikian, walet akan
betah menghuni rumahnya

TEKNIK TERBANG BURUNG WALET


Pernahkah anda melihat tornado atau pusaran angin puting-beliung? Semua benda yang
berada di sekeliling tornado akan dibawa terbang masuk ke dalam pusarannya, seperti
dihisap ke arah sumbu tornado. Mengapa begitu? Karena tekanan udara di dalam tornado
lebih kecil dari tekanan udara di sekitarnya. Perbedaan tekanan udara yang ditimbulkan
cukup besar untuk menarik benda-benda seperti drum minyak, atap rumah, dan bahkan
seekor kerbau ke dalam pusaran tornado. Lalu, apa hubungannya dengan burung walet?
Apakah burung walet mampu terbang menembus pusaran tornado? Begini ceritanya.

Ada jenis pesawat jet tempur yang dilengkapi dengan sepasang sayap yang dapat dilipat
ke belakang dan dikembangkan lagi. Jenis sayap seperti ini disebut swept-wing, dan
sayap jenis inilah yang memberikan kemampuan terbang cepat dan membelok tajam bagi
pesawat jet tempur – seperti kemampuan seekor burung walet. Lucunya, para insinyur
penerbangan sudah memanfaatkan keunikan burung ini, jauh sebelum para ilmuan
memahami dan menjelaskannya. Bukan saja peswat jet tempur Amerika, F-14 Tomcat
yang menggunakan teknik burung walet ini, tetapi pesawat jet penumpang jenis Concorde
juga.
Kedua jenis pesawat terbang di atas membutuhkan kecepatan tinggi ketika terbang, tetapi
juga kemampuan untuk memperlambat kecepatannya ketika hendak mendarat, tanpa
kehilangan ketinggian, atau lebih baik dikatakan tanpa kehilangan kemampuan untuk
mempertahankan ketinggian yang tepat, sebab mengurangi kecepatan berarti mengurangi
daya dorong ke atas dari udara. Pernahkah anda memperhatikan seekor burung ketika
hendak mendarat atau hinggap di cabang pohon? Itu juga adalah salah satu dari rahasia
burung walet yang akan diungkap di sini.

Sejak tahun 1996, para ilmuan sudah tahu bahwa serangga menggunakan gejala tornado
yang disebut vortex, yaitu aliran udara yang berputar, untuk terbang. Tetapi,
menghubungkan bentuk khas sayap burung dengan vortex-nya serangga adalah sesuatu
hal yang hampir mustahil untuk diperagakan dan diamati.

Sekitar tahun 2004, para ilmuan membuat model sayap burung walet dan
menempatkannya di dalam lorong air yang berfungsi seperti lorong udara (air-tunnel).
Air sengaja diberi warna agar aliran air yang timbul bisa lebih mudah diamati. Ternyata,
model sayap walet dengan bentuk khusus ini menimbulkan semacam aliran vortex di
bagian atas model sayap tersebur. Seperti pada tornado, tekanan rendah di dalam vortex
seperti menghisap sayap burung walet ke atas.

Vortex yang terlihat di dalam percobaan water-tunnel tersebut menghasilkan dua hal,
masing-masing daya angkat yang besar dan hambatan yang besar untuk semua
kecepatan. Ketika terbang cepat, baik burung maupun pesawat jet dengan swept-wings
akan melipat sayapnya ke belakang. Ketika akan tinggal landas atau mendarat, sayap
dibentangkan kembali untuk mendapatkan daya angkat udara yang lebih besar.

Sama halnya, baik F-14 Tomcat maupun burung walet mampu membelok tajam ke atas
dengan mengatur sayapnya untuk menghasilkan tornado yang menariknya ke atas.
Kemampuan maneuver semacam inilah yang memampukan burung walet untuk
menyambar serangga di udara. Ketika burung walet hendak mendarat, hambatan udara
yang dihasilkan memperlambat terbangnya, tetapi daya angkat udara yang dihasilkan
menahannya untuk tidak jatuh ke tanah karena kecepatan yang rendah, tetapi bisa
mencapai dahan pohon yang ditujunya. Hal ini juga memberikan penjelasan, bagaimana
kira-kira burung yang lain mendarat.

Lebih dari sayap serangga atau sayap pesawat jet tempur, sayap burung terdiri dari dua
bagian. Bagian yang dekat ke badannya adalah arm-wing yang berfungsi untuk
menghasilkan tekanan udara ke atas secara konvensional seperti layaknya sayap pesawat
terbang. Bagian sebelah luar disebut hand-wing, yang memiliki sisi depan yang tajam,
sehingga mampu menghasilkan tornado dalam posisi sedikit miring. Sementara sayap
serangga harus membentuk kemiringan sebesar 25o untuk menghasilkan vortex, sayap
burung walet hanya membutuhkan kemiringan 5 – 10o saja.

Selain burung albatross dan burung laut raksasa (giant petrel), semua burung memiliki
konstruksi sayap yang kurang-lebih-sama. Oleh sebab itu, teknik terbang burung walet ini
dapat diterapkan ke burung-burung tersebut juga.
Penjelasan di atas ini pasti akan mengubah pengertian banyak orang dalam hal bagaimana
burung terbang. Tetapi haruslah diingat bahwa alam selalu berada di depan para insinyur/
teknisi dan ilmuan. Di dalam hal penggunaan teknik tornado atau vortex di dalam tebang
akrobatik burung walet, para ilmuan hanya baru mengupas bagian permukaan dari
keseluruhan rahasia alam burung-burung. Ada banyak hal yang masih harus diungkap
dan salah satunya adalah, bagaimana burung walet mengatur sayapnya untuk
meningkatkan kemampuan terbangnya. Dengan terungkapnya ‘kontrol terbang

burung walet’, mungkin saja terjadi bahwa di masa depan nanti, para insinyur akan dapat
menciptakan semacam alat terbang dengan
kecepatan, kelincahan, efisiensi dan jarak lepas-
landas dan mendarat yang pendek seperti yang
dimiliki serangga dan burung. Siapa tahu?

POLA PANEN SARANG


WALET
Tujuan utama dari budi daya walet adalah
bertujuan untuk menghasilkan sarang burung
walet yang berkualitas, kualitas sarang walet
sangat ditentukan oleh cara panennya, cara panen sarang walet tergantung dari banyak
hal, di antaranya jumlah populasi, waktu panen, dan bentuk sarang yang akan diambil
utuh atau tidak utuh.

supaya budi daya walet dapat memberikan keuntungan yang maksimal sarang harus
dipanen pada waktu yang tepat dengan cara panen yang benar, dan memberikan
kesempatan bagi walet untuk berkembang biak secara berkelanjutan. dan jangan biarkan
walet berkembang biak secara berulang –ulang dalam satu sarang yang akan
menyebabkan sarang menjadi kotor dan rusak.

POLA PANEN

pola panen yang baik harus memperhatikan waktu yang tepat agar walet tidak mengalami
stress. ada 4 cara memanen walet yaitu panen tetasan, panen rampasan, panen buang
telur, dan panen pilihan.

1. Panen tetasan : panen tetasan dilakukan setelah sarang terbentuk sempurna dan
telur telah menetas. sarang di petik setelah anak walet sudah bisa terbang.
Kelemahan pola ini, mutu sarang rendah karena sudah mulai rusak dan dicemari
oleh kotoran dan bulu walet. Sedangkan keuntungannya adalah burung walet
dapat berkembang biak dengan tenang dan aman sehingga polulasi burung dapat
meningkat.
2. Panen rampasan : Cara ini dilaksanakan setelah sarang siap dipakai untuk
bertelur, tetapi pasangan walet itu belum sempat bertelur. Cara ini mempunyai
keuntungan yaitu jarak waktu panen cepat, kualitas sarang burung bagus dan total
produksi sarang burung pertahun lebih banyak. Kelemahan cara ini tidak baik
dalam pelestaraian burung walet karena tidak ada peremajaan. Kondisinya lemah
karena dipicu untuk terus menerus membuat sarang sehingga tidak ada waktu
istirahat. Kualitas sarangnya pun merosot menjadi kecil dan tipis karena produksi
air liur tidak mampu mengimbangi pemacuan waktu untuk membuat sarang dan
bertelur.
3. Panen Buang Telur : Cara ini di lakukan setelah burung membuat sarang dan
bertelur dua butir. Telur diambil dan dibuang kemudian sarangnya diambil. Pola
ini mempunyai keuntungan yaitu dalam setahun dapat dilakukan panen hingga 4
kali dan mutu sarang yang dihasilkan pun baik karena sempurna dan tebal.
Adapun kelemahannya yakni, tidak ada kesempatan bagi walet untuk menetaskan
telurnya. dan populasi walet menjadi lambat karena penambahan walet hanya
bergantung pada walet baru hasil pancingan
4. Panen pilihan : adalah cara panen yang paling disarankan cara panen ini memilih
memanen sarang yang tidak ada telur walet dan menyisakan sedikit sarang untuk
membuat walet lebih betah dan akan kembali lagi ke sarang, dan tidak
membiarkan walet untuk bertelur berulang – ulang dalam satu sarang yang sama.

Jangka waktu panen juga mempengaruhi hasil panen, waktu panen bisa dilakukan
pemanenan setahun sekali, enam bulan sekali, tiga bulan sekali atau dua bulan sekali
tergantung banyaknya sarang yang telah dihasilkan. tetapi jangka waktu panen yang ideal
adalah panen 6 bulan sekali, karena burung walet mempunyai waktu untuk lebih
mendekati waktu berkembang biak yang alami, sehingga terjadi regenerasi walet yang
akan menambah populasi walet lebih cepat. yang harus di waspadai dalam panen 6 bulan
sekali adalah dapat memancing datangnya pencuri walet. untuk panen dua bulan sekali
juga dapat di lakukan asalkan walet tetap di berikan kesempatan untuk berkembang biak.

Saat panen usahakan tidak dilakukan pada malam hari, karena dapat menggangu walet,
saat mengambil walet usahakan ada sebagian sarang yang ditinggalkan agar walet betah
dan akan kembali nantinya. lakukan kontrol dan pengawasan terhadap hama di dalam
gedung walet. sebelum di petik lakukan penyemprotan dengan air pada sarang yang akan
dipetik agar sarang tidak pecah dan rusak. dan disayat dengan menggunakan pisau
dengan hati – hati.
BUDIDAYA SERANGGA SEBAGAI PAKAN WALET

budi daya serangga di luar gedung walet dapat


dilakukan dengan cara menggunakan buah busuk seperti pepaya, pisang dan nenas.
untuk menghasilkan lalat buah menggunakan pisang ambon dan tape dapat
dilakukan dengan cara pencampuran pisang ambon dan tape singkong dengan
perbandingan 5 : 1. caranya adalah dengan menghancurkan pisang ambon dan tape
singkong kemudian dalam campuran tersebut di tambahkan satu gram natium
benzoat dan kalsium propionat. kemudian campuran tersebut di masukkan ke dalam
botol lalu tancapkan kertas buram ke dalam botol sebagai tempat lalat meletakkan
telur yang nantinya akan berubah menjadi larva yang bakal menjadi lalat dewasa.

cara lain untuk mengundang lalat buah adalah dengan menggantungkan kayu pada
ketinggian ideal untuk walet, kemudian kayu tersebut di balut dengan kapas yang
ditetesi dengan minyak euganol atau minyak cengkeh. namun sayangnya aroma ini
kurang disukai walet. jadi jangan terlalu berlebihan dalam menetesi kapas dengan
minyak cengkeh.

kutu untuk walet

kutu adalah salah satu pemancing walet agar mau tinggal dan bersarang, kutu sangat
disukai walet karena merupakan salah satu makanan burung walet, apabila di salah
satu ruangan terdapat banyak kutu, maka walet akan menetap dan nantinya akan
bersarang di dalamnya. jadi sebaiknya rumah yang akan dijadikan sarang walet
sebaiknya bisa menghasilkan kutu. cara untuk menghasilkan kutu dapat dilakukan
dengan cara yang mudah dan murah, kutu dapat di datangkan dengan menggunakan
dedak yang agak kasar, memilik banyak menir dan tidak bau apek. dedak biasanya
dihasilkan dari mesin penggilingan kedua terakhir dari tahap pemrosesan beras.

penggunaan dedak untuk menghasilkan kutu di dalam gedung walet tidak memiliki
efek yang buruk bagi walet, meskipun biasanya satu bulan pertama akan
menimbulkan suhu panas, tetapi keadaan akan menjadi dingin pada bulan
berikutnya.

sampai sekarang, dengan adanya dedak di gedung walet cara ini sangat efektip untuk
membuat walet tetap tinggal dan bersarang. penempatan dedak tidak hanya dapat
dilakukan di dalam gedung walet, tetapi juga dapat di tempatkan di luar gedung ,
atau daerah arena bermain walet atau rooving area. caranya dengan memasukkan
dedak yang telah di pilih ke dalam karung atau ember karet dan jangan di tutupi
akan tetapi jangan sampai terkena air karena dedak akan menggumpal dan kutu
tidak bisa tumbuh.

setelah dua minggu bila sukses maka akan muncul kutu kecil berwarna coklat yang
beterbangan yang nantinya akan memancing walet untuk datang ke lokasi tersebut.
untuk lebih maksimal sebaiknya membuat beragam jenis kutu, dengan cara
menambahkan gaplek yang dipotong kecil – kecil lalu di taburkan di atas dedak.

MAKANAN TAMBAHAN UNTUK BURUNG WALET

Pada dasarnya burung walet termasuk burung liar walaupun


untuk saat ini banyak sekali masyarakat kita yang membudidayakan walet ini dengan cara memberikan
pakan. walaupun demikian kebiasaan burung walet untuk mencari makan sendiri di alam secara alamiah
tidak dapat dihilangkan. sejak fase piyik, burung walet sudah terlatih untuk belajar menangkap serangga
sambil terbang, jadi serangga yang dapat dimakan oleh walet adalah serangga yang beterbangan, bukan
serangga yang di sebar di lantai atau disuapi.

Jenis serangga yang sangat digemari oleh walet adalah serangga bersayap bening, seperti : semut bersayap,
lebah, kumbang, laron, lalat, hama tanaman padi seperti wereng, capung, belalang dan lain – lain yang pada
umumnya serangga tersebut berukuran 0.2 – 2.5 milimeter. jadi lokasi yang paling serasi dengan mata
rantai makanan dari burung walet adalah daerah yang di sekitarnya masih terdapat lahan persawahan.

jenis serangga yang menjadi makanan burung walet di setiap daerah berbeda – beda jenisnya, hal ini yang
membuat tingkat kualitas dari sarang walet menjadi beragam. untuk membuat kualitas sarang walet
menjadi lebih baik, peternak harus memberikan pakan tambahan bagi burung walet. pemberian makanan
tambahan bagi walet dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cara jangka panjang dan cara jangka pendek.

CARA JANGKA PENDEK

cara jangka pendek dilakukan dalam jangka waktu 1 – 2 hari atau jangka waktu yang dekat. cara yang
dilakukan adalah dengan cara menangkap serangga – serangga yang beterbangan di sekitar kita misalnya
semut bersayap yang bisa di tangkap di lubang – lubang dalam tanah di sekitar daerah kita, bisa juga
menangkap wereng dan hama padi si daerah persawahan pada siang ataupun malam hari, kutu loncat atau
laron di sekitar rumah kita saat musim hujan datang. cara tersebut dilakukan secara manual.

CARA JANGKA PANJANG


cara ini dilakukan untuk menghasilkan serangga – serangga dalam waktu yang lama dan berkelanjutan. cara
ini juga dapat mengatasi kurangnya ketersediaan makanan dari alam saat memasuki musim kemarau. cara
ini dapat dilakukan dengan cara menanam tanaman tumpang sari, membuat kolam dan budi daya serangga.

• Tumpang sari : menanam tanaman tumpang sari bisa dilakukan jika di


sekitar rumah walet anda mempunyai lahan kosong, cara ini akan
menghasilkan serangga yang beterbangan di sekitar tanaman. dan cara
ini juga dapat memberikan hasil berupa buah atau sayuran
• Membuat kolam : pembuatan kolam di sekitar rumah walet sebaiknya
ditambahkan tanaman – tanaman air di atas kolam, karena tanaman air
akan dapat memicu perkembangbiakan serangga air yang akan menjadi
makanan dari walet.
• Budidaya serangga : budidaya serangga bisa dilakukan di dalam
maupun diluar rumah walet. salah satu cara budidaya serangga adalah
dengan cara menimbun gaplek, gaplek tersebut ditimbun di sudut
ruangan kemudian disiram dengan air, dalam jangka waktu sekitar satu
bulan akan muncul kutu – kutu putih. cara ini akan menghasilkan kutu
– kutu gaplek yang nantinya akan beterbangan di sekitar lokasi
timbunan gaplek. bila nantinya kutu tersebut terlalu banyak, cara
mengatasinya adalah dengan cara menyiram dengan air kapur. selain
gaplek dapat dilakukan dengan menggunakan penumpukan sayur –
sayuran atau buah – buahan busuk yang dapat menghasilkan serangga
seperti : pepaya, pisang, batang pisang dan nenas.

Dengan menggunakan cara jangka panjang maka hasil yang akan kita dapatkan lebih maksimal dan dapat
membuat burung walet lebih betah di rumah walet milik anda, dan hal yang perlu diperhatikan adalah
memperhatikan masalah kesehatan kita dan cara tersebut sebaiknya tidak di jalankan di sekitar kawasan
pemukiman padat penduduk, karena dapat mengganggu warga lain

Untuk cara terbaik membudidayakan serangga sebagai makanan walet akan saya bahas di artikel berikutnya
mengenai CARA BUDIDAYA SERANGGA SEBAGAI PAKAN WALET

Sarang Walet Goa Bawah Tanah di Bima Terbaik Di


Dunia
Sarang burung walet yang dihasilkan dari goa bawah tanah di Bima, Pulau Sumbawa,
Nusa Tenggara Barat, merupakan salah satu yang terbaik di dunia, sehingga harganya
tergolong tinggi.

Goa bawah tanah yang menjadi sarang burung walet (Colocalia spp) sejak lama dan
berada dalam kepemilikan Pemkab Bima itu kandungan proteinnya termasuk tertinggi,
kata eksportir sarang walet asal Surabaya, Benny Koesno, kepada ANTARA News.
Ditemui di restoran sarang
walet terpadu pertama di Indonesia, “Nest Village Restaurant & Store” di Mertasari,
Sunset Road, Kuta, Bali, disebutkan bahwa harga sarang walet kini yang terendah sekitar
Rp10 juta dan kualitas terbaik mencapai sekitar Rp20 juta per kilogram.

“Kami sejak lama menjalin kerjasama pengelolaan dan pemanenan sarang walet di goa
bawah tanah tersebut dengan Pemkab Bima,” kata eksportir grup usaha King`s Nest
tersebut.

Melalui grup usaha King`s Nest, Benny Koesno yang merintis usaha sarang walet sejak
1995, setahun kemudian hingga kini rutin mengekspor produknya ke China, Hongkong,
Amerika Serikat dan Singapura.

Didampingi penanggungjawab restoran tersebut, Donald Manoch, disebutkan bahwa goa


burung walet di Bima itu benar-benar berada di bawah tanah, sehingga burung walet
keluar-masuk melewati lobang goa di permukaan tanah.

Sementara lingkungan sekitarnya berupa hutan yang masih tergolong lestari, sehingga
ribuan burung tersebut mudah mendapatkan makanan dari alam yang mampu
menghasilkan kandungan protein tinggi.

Sarang walet dari goa bawah tanah tersebut menjadi salah satu bahan ramuan makanan
dan minuman yang disajikan di Nest Village, selain dijual di tokonya dalam bentuk
olahan siap dimasak dengan label “King`s Nest”.
Ekspansi usaha restoran dan toko sarang walet tersebut dipadu dengan tempat wisata
yang menyediakan miniatur “rumah walet” dan proses pengolahan sarang walet, di lokasi
yang masih tergolong alami.

Bupati Bima, Ferry Zulkarnain ST, yang menjalin kerja sama dengan King`s Nest,
sempat mengunjungi rumah makan sarang walet terpadu di Kuta tersebut.

Melalui rintisan usaha baru itu, Benny Koesno berharap kelak akan mampu membangun
kesan atau “brand image” bahwa sarang walet merupakan produk Indonesia.

Hal itu mengingat selama ini produk sarang walet lebih dikenal sebagai milik masyarakat
Hongkong, padahal sekitar 80 persen kebutuhan sarang walet dunia dipasok dari
Indonesia.

Produksi sarang walet dari berbagai wilayah Indonesia, terutama kini dari rumah-rumah
walet yang tersebar di perkotaan maupun pedesaan, diperkirakan mencapai 20 ton per
bulan.
Eksportir dan pedagang sarang burung walet pun bertebaran di berbagai daerah,

KWALITAS SARANG BURUNG WALET


Secara umum standar mutu dan harga produk sarang burung walet ditentukan oleh
beberapa hal sebagai berikut: bentuk sarang, kebersihan sarang dan bulu, kadar air,
warna, ketebalan dan ukuran sarang.

Banyaknya faktor yang selama ini digunakan untuk melakukan penilaian terhadap
kualitas sarang burung walet mengakibatkan terjadinya keanekaragaman tingkat mutu
dan kualitas pada komoditi jenis ini. dengan adanya tingkat kualitas ini, mengakibatkan
pula terjadinya tingkat penilaian harga yang cukup besar bagi setiap kilogram produk
sarang burung walet yang dijual oleh peternak walet di berbagai daerah. Kenyataan di
pasaran menunjukkan, bahwa perbandingan harga sarang dapat berkisar antara satu untuk
sarang berkualitas rendah dan tujuh kali lipat harganya bagi sarang berkualitas tinggi.
Dengan kata lain semakin rendah kualitas sarang walet yang dijual, maka semakin rendah
pula kemampuan tawar (bargaining power) peternak walet dalam melakukan transaksi
dengan pedagang.

Selama ini yang terjadi pada usaha sarang burung walet di berbagai daerah adalah bahwa
para peternak walet kurang mampu meraih nilai tambah tertinggi dari produk sarang
burung yang dihasilkannya, semua ini berkaitan dengan tingkat performansi (penampilan)
sarang burung walet yang dihasilkan tersebut kurang mampu memenuhi syarat-syarat
kualitas tertinggi.

Sebenamya produk sarang burung walet di indonesia banyak yang memiliki potensi besar
untuk menjadi sarang berkualitas bagus degan harga jual yang tinggi bila dibersihkan dan
diproses terlebih dahulu sebelum dijual, karena pada umumnya air liur burung walet yang
dipakai untuk menyusun sarang tersebut terbentuk dan serangga pakan walet yang jumlah
dan macamnya sangat besar di berbagai daerah sentra budidaya walet,

Namun karena pola panen sarang burung walet yang dipakai oleh kebanyakan peternak
adalah " Pola Panen Tetasan", maka sarangnya menjadi tercemar baik oleh bulu maupun
kotoran yang terdiri dari debu, bekas hama pengganggu dan lain sebagainya. Hal ini
karena sarang walet tersebut sebelum dipanen, telah digunakan oleh burung walet itu
untuk mengerami dan menetaskan telurnya serta mengasuh anak-anaknya. Sehingga
akibatnya sarang walet itu mengalami perubahan warna (tidak putih bersih lagi) karena
dipenuhi oleh bulu dan kotoran dari walet itu sendiri.

Pola panen ini secara umum diterapkan oleh para peternak walet di daerah dengan tujuan
untuk mengembangkan populasi burung walet sebanyak-banyaknya sebelum nantinya
digunakan pola panen lainnya. Namun konsekuensi dari pola panen seperti ini adalah
kualitas sarangnya menjadi rendah, yang berarti pula harganya pun menjadi berkurang
banyak.

biasanya para peternak walet saat melakukan transaksi di pasaran, para peternak walet itu
selalu posisi penawarannya lebib rendah dibanding posisi pedagang sarang burung walet.
Hal ini karena para pedagang pengumpul biasanya selalu lebih banyak tahu tentang
berbagai kualitas sarang burung dibanding para peternak walet. Selain itu, penentuan
harga harus mengikuti klasifikasi mutu yang ditetapkan oleh para pedagang pengumpul.
Akibatnya, seringkali harga yang diterima peternak sangat rendah, karena para pedagang
berdalih bahwa kualitas produk sarang tersebut kurang baik. Cara transaksi seperti
disebutkan di atas, juga berlaku bagi semua jenis komoditi sarang walet.

di saat penjualan hasil panen, para peternak walet biasanya langsung menjual begitu saja
produknya kepada pedagang pengumpul, atau para eksportir tanpa melakukan
pembersihan serta pemrosesan bentuk terlebih dahulu, sehingga otomatis harga per
kilogramnya menjadi rendah, yang menyebabkan peternak kurang bisa meraih
pendapatan secara maksimal dari hasil produksinya. Keadaan ini terjadi, karena
pengetahuan mereka tentang cara dan alat pembersihan bulu maupun kotoran serta
pemrosesan sarang walet masih sangat kurang. dan untuk informasi seperti ini sudah pasti
selalu dirahasiakan oleh orang yang telah tau proses pencuciannya karena alasan mata
pencaharian.

Dari beberapa uraian tersebut di atas, dapat disebutkan beberapa masalah yang berkaitan
dengan kualitas dan harga komoditas sarang burung walet di berbagai daearah di
indonesia sebagai berikut:

• Sarang burung walet di Kabupaten daerah pada umumnya tercemar dan dipenuhi
kotoran karena dihasilkan dari "Pola panen tetasan". Tercemarnya sarang ini
karena sarang tersebut telah digunakan oleh burung walet untuk mengerami dan
menetaskan anak-anaknya, sehingga sarang tetasan dipenuhi oleh kotoran anakan
walet, juga dipenuhi pula oleh bekas-bekas kotoran dan hama pengganggu, seperti
kecoa, kutu busuk atau air kencing kelelawar, sehingga warnanya tidak putih lagi.
Pola panen tetasan ini terpaksa harus dilakukan oleh peternak walet di Kabupaten
Jember dengan tujuan agar burung walet mempunyai kesempatan cukup untuk
beregenerasi dan meningkatkan populasi.
• Banyaknya bulu yang melekat pada sarang burung walet hasil dari para peternak
walet yang meskipun berbentuk besar dan berserat baik, tetapi masih dihargai
rendah di pasaran karena dianggap kurang baik (mengingat bulunya sulit hilang).
Walaupun sebenarnya produk sarang walet itu mempunyai potensi besar untuk
mendapatkan harga lebih tinggi apabila diproses terlebih dahulu sebelum dijual.
• Berubahnya warna sarang walet bila disimpan lama serta mudah terserang jamur,
Sehingga kualitasnya dapat berkurang. Hal ini karena sarang walet tersebut sudah
mengalami pencemaran sejak diambil dari asalnya, Sehingga dalam tempat
penyimpanan, sarang itu mengalami proses perubahan warna karena sudah
mengandung spora jamur sejak dipetik dari rumah walet.

Tujuan dari kegiatan yang dilakukan adalah merancang alat pembersih dan pemroses
sarang burung walet, agar dapat meningkatkan kualitas sarang burung walet hasil
budidaya walet para peternak di Kabupaten Jember, sehingga nilai tambah tertinggi dan
komoditas sarang walet di Kabupaten Jember dapat diraih.

BAHAN DAN METODE CUCI SARANG BURUNG WALET

Di artikel saya terdahulu telah di jelaskan cara pencucian walet yang umumnya
dilakukan oleh peternak yang memiliki liur walet dalam skala kecil, yang artinya hanya
untuk mencuci walet milik sendiri, anda bisa melihat artikelnya di sini dan untuk metode
pencucian liur walet skala besar bisa anda lihat di artikel ini dan dibawah ini adalah
gambar skema pelaksanaannya.
METODE CUCI SKALA BESAR
Bahan Yang Digunakan Untuk Pembuatan Alat

• Drum yang berukuran tinggi 65 cm dan diameter 45 cm, berfungsi


sebagai hopper terbuat dari logam anti karat dengan ketebalan 2
mm, yang berfungsi sebagai tempat pemroses sarang walet kotor
yang terendam dalam air pada drum tersebut. Drum ini, juga
berfungsi sebagai tempat kedudukan kipas (blower) pemutar air
yang posisinya di bagian bawah drum, yang tempatnya dengan
ruang untuk membersihkan sarang dipisahkan dengan saringan
logam.

• Motor penggerak dengan as poros dipasangi gir pada bagian


atasnya untuk transmisi gerak dan dinamo ke as poros kipas
pemutar air di dalam drum pencuci sarang. As poros kipas
pemutar air di dalam drum, dilengkapi dengan gir yang terletak
tepat di tengah di bagian bawah (luar) dari drum. Kemudian,
kedua poros itu (dinamo) dengan kipas pemutar air tersebut
dihubungkan dengan sabuk karet yang panjangnya 80 cm, lebar
sabuk 4 cm dan tebalnya 3 cm sebagai tranfer gerak dari dinamo
ke kipas pemutar air.

• Kipas pemutar air yang terdiri dari dua plat baja dipasang pada
bagian as poros putamya dengan baut, agar dapat dilepas bila
drum hendak dibersihkan, juga dimaksudkan untuk dapat lebih
dibengkokkan atau dibuat lebih datar agar kecepatan putaran
kipas pemutar air dapat diatur lebih cepat atau lambat sesuai
dengan kebutuhan yang diinginkan. Hal ini karena kalau jumlah
sarang walet yang akan dibersihkan cukup banyak dan kondisinya
sangat kotor, maka diperlukan putaran air yang lebih cepat.

• Saringan dengan lubang-lubang berdiameter 4 cm dipakai sebagai


pembatas antara ruangan kipas air yang berada di bagian bawah
drum dengan bagian atasnya, berfungsi untuk mencegah agar
sarang walet yang dibersihkan beserta bulu-bulu kotornya tidak
masuk ke dalam ruangan kipas air dan menimbulkan kemacetan
kipas pemutar air.

• Kran pelepas air cucian sarang walet, digunakan untuk


melepaskan air kotor yang telah digunakan untuk mencuci sarang
walet, letaknya di dasar drum, diameter kran 4 cm.

• Potongan-potongan besi logam sebagai kerangka untuk


melekatnya drum, motor penggerak, roda gelinding, as gir, dan
alas logam sebagai tempat meletakkan motor penggerak, agar
semua komponen dan alat pembersih sarang walet tersebut dapat
melekat menjadi satu kesatuan secara terpadu. Kerangka tersebut
terdiri dari empat potong logam baja bertekuk "L" dengan
ketinggian 60 cm (vertikal) dan empat potong baja logam lekuk
"L" yang dipasang mendatar dengan ketinggian 60 cm.

Fungsi Bagian-bagian dan Prinsip Kerja dari Alat

• Drum untuk penampung berfungsi sebagai bak penampung


(hopper) sarang walet yang akan dibersihkan. Drum ini harus diisi
dengan air jika digunakan untuk mencuci sarang walet. Bagian
bawah (dasar drum) ada as yang posisinya berada ditengah-
tengah dari lingkaran dasar dari drum. As ini bagian atasnya
merupakan tempat kedudukan dari blower pemutar air,
sedangkan bagian bawahnya dihubungkan dengan sabuk karet ke
bagian as poros dinamo untuk transfer putaran as dinamo ke
kipas penggerak air.
• Ruang Kipas pemutar air yang berada di bagian dasar dari drum
dipisahkan dari ruang atas drum dengan saringan logam yang
berlobang-lobang dengan diameter lobang 4 cm, agar supaya
gerakan putaran kipas pemutar air dalam ruang bawah drum
dapat menyebabkan putaran air pada ruang bagian atas dari
drum sekaligus memutar sarang walet kotor yang berada dalam
air tersebut. Dengan cara ini kotoran, bulu dan debu yang
menempel pada sarang itu menjadi lepas.

• Motor penggerak, yang ukurannya 40 cm, ketinggian 25 cm


mempunyai tenaga pemutar 0,5 HP dan menghidupkannya
dengan listrik; sedangkan as porosnya dihubungkan dengan sabuk
karet pada as poros penggerak kipas pemutar air di bagian bawah
dari drum pembersih. Motor penggerak yang beratnya 25 kg ini
terletak pada lempeng logam sebagai peyangga/bantalannya.

• Kipas pemutar air, dibuat mudah dilepas agar kemiringannya


dapat diubah agar kecepatan putaran kipas dapat diatur sesuai
dengan kebutuhannya.

• Kran pelepas air cucian sarang, terletak di bagian dasar dari


ruang kipas pemutar air, yang berfungsi untuk mengeluarkan air
cucian walet apabila pekerjaan pencucian sarang walet telah
dilakukan; di mana kotoran-kotoran besar biasanya tersangkut
pada saringan logam di dalam drum yang dapat dilepaskan dari
dalam drum.

• Kaki-kaki logam dari alat pembersih berfungsi sebagai kerangka


untuk melekatkan semua bagian dari alat, di mana bagian bawah
dari kerangka dilengkapi dengan 4 roda gelinding, sehingga alat
tersebut mudah dipindah tempatkan dengan cara mendorongnya.

Metode yang Digunakan dalam Pembersihan Sarang Walet

1. Sarang walet sebelum diproses diseleksi dan dipisah-pisahkan


berdasarkan banyaknya kotoran seperti bulu, jenis, warna dan
lain-lainnya, tujuannya agar waktu dan penanganan yang
dibutuhkan dalam pemrosesan relatif sama.

2. Drum pada alat pencuci sarang tersebut diisi dengan air bersih,
sebagai media pencuci sarang walet sampai drum mendekati
penuh.

3. Masukkan sarang walet kotor yang akan dibersihkan tersebut ke


dalam bak penampung (hopper).
4. Pekerjaan pencucian dilakukan dengan cara menghidupkan mesin
tersebut melalui penyambungan kabelnya ke sumber listrik agar
kipas pemutar dapat berputar 1800 rpm.

5. Air di dalam drum akan berputar jika alat tersebut dihubungkan


dengan listrik, sehingga air dalam drum ikut berputar dan sarang
walet yang terendam dalam air itu juga ikut berputar.

6. Pekerjaan pencucian dilakukan sampai sarang menjadi bersih dan


bila belum bersih pencucian diulang lagi sampai benar-benar
bersih dan bila sudah bersih air cucian dikeluarkan,

7. Pada pencucian terakhir sebaiknya airnya dibubuhi Sodium


Benzoat, agar dapat mencegah terjadinya jamur dan pembusukan
terutama nanti pada saat sarang walet disimpan

8. Setelah sarang walet diambil dari drum pencuci, maka jika masih
ada bulu yang tidak hilang bulu tersebut dicabut dengan pinset.

9. Selanjutnya sarang walet tersebut dicetak atau dibentuk sesuai


dengan bentuk sarangan yang rupanya seperti mangkokan dari
bahan stainless steel sebelum sarang itu dikeringkan.

10. Pengeringan sarang dilakukan selama 12 jam pada saat sarang


masih berada dalam cetakan, agar bentuk sarang tak berubah dan
tak boleh dikeringkan langsung di bawah sinar matahari.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Setelah alat pencuci sarang walet tersebut selesai dirancang dan dibuat, maka alat tersebut
dicobakan langsung pada komoditas sarang hasil dari para peternak walet di Kecamatan Tanggul
Kabupaten Jember. Berdasarkan hasil pencucian sarang yang dilakukan tersebut dapat diperoleh
beberapa data tentang gambaran efektivitas pembersihan sarang walet dengan menggunakan alat
yang dirancang.

Pembersihan sarang walet dengan memakai alat tersebut dilakukan dengan mencuci sarang walet
dari kualitasnya berbeda (5 macam kualitas) atas dasar banyaknya bulu dan kotoran.
Berdasarkan kualitasnya, 5 macam sarang walet tersebut adalah:

• Sarang bulu enteng : yaitu sarang Walet yang pencemaran bulunya


sedikit (10% dari luas permukaan).

• Sarang bulu luar : yaitu sarang yang pencemaran bulunya di


bagian luar saja.

• Sarang bulu dalam : yaitu sarang yang pencemaran bulunya di


bagian dalam dari sarang.

• Sarang bulu berat : yaitu sarang walet yang tercemar oleh bulu
dan kotoran baik di bagian dalam maupun luarnya, lebih dari 50%
permukaannya.

• Sarang goa : yaitu sarang yang berasal dari goa yang warnanya
kusam kehitaman dan penuh dengan bulu.

Dari Tabel 1 terlihat bahwa penggunaan alat cuci sarang burung dapat meningkatkan pendapatan
peternak walet rata-rata 3.576 juta rupiah. ini berarti penggunaan alat tersebut dapat
meningkatkan nilai tambah dan efisiensi pekerjaan pencucian sarang walet, karena hanya
membutuhkan waktu rata-rata 7.4 menit.

Dari hasil pengamatan uji coba alat tersebut ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yakni
tentang kapasitas alat. Alat ini memiliki kapasitas maksimum 3 kg, sehingga pekerjaan harus
dilakukan secara bertahap apabila produk yang harus dibersihkan melebihi kapasitas tersebut.
Kapasitas alat yang hanya 3 kg disesuaikan dengan kapasitas hasil panen dari peternak walet di
Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember, yang rata-rata sekali petik hasilnya kurang lebih 3 kg. Di
masa datang perlu dirancang alat dengan kapasitas yang lebih besar.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pemakaian alat tersebut di kalangan peternak walet di
Kecamatan Tanggul cukup populer, karena 70% dari seluruh peternak walet yang tergabung
dalam paguyuban pewalet Tanggul Raya (23 orang dari 33 orang peternak walet yang ada), telah
tertarik menggunakan model alat tersebut untuk mencuci hasil sarangnya. Para peternak walet
itu pada akhirnya mampu membuat sendiri alat pencuci sesuai dengan model yang dirancang
tetapi dengan bahan logam yang lebih baik.

Pengaruh positif lainnya dari penggunaan alat tersebut di tingkat peternak adalah bahwa
regenerasi walet dalam budidaya walet di rumah peternak menjadi terjamin. Hal ini tidak lain
karena peternak walet yang tadinya enggan melakukan siklus petik "panen tetasan" (yaitu sarang
walet dipetik setelah sarang walet dipakai untuk mengerami dan menetaskan telurnya), karena
hasil sarang tetasan adalah berkualitas rendah, tetapi setelah tersedianya alat cuci tersebut.,
maka peternak tidak segan-segan lagi untuk melakukan panen tetasan yang merupakan bagian
dari upaya menjaga azas kelestarian populasi burung walet yang dipeliharanya.

Demikian pula dengan adanya alat tersebut, peluang kerja yang ada di pedesaan juga menjadi
bertambah, karena ada peluang untuk bekerja sebagai tenaga pembersih, pencetak dan pengering
sarang walet yang selama ini tidak pernah dilakukan. Adanya pekerjaan pencucian sarang
tersebut juga menambah penghasilan peternak walet, karena air cucian sarang laku dijual Rp.
15.000.- / 3 liter untuk mengolesi seluruh dinding rumah walet baru agar suasananya disukai
oleh burung walet.

Dari sisi lain, alat tersebut masih dapat disempurnakan lagi dalam hal pengaturan tingkat
kecepatan kipas pemutar air, agar bekerja secara otomatis. Hal ini dapat dilakukan dengan
menyediakan beberapa tingkat kecepatan putaran sesuai dengan kondisi kekotoran sarang walet.
Hal ini dapat dilakukan bila kondisi sarang walet hasil para peternak walet itu dapat
diidentifikasikan berbagai tingkat kekotorannya. Tetapi karena hasil sarang dari para peternak
walet itu selama ini cukup beragam kualitasnya, maka untuk sementana ini sulit diidentifikasi.
Karena itu, solusinya adalah bahwa kipas putaran air dari alat yang dirancang tersebut dilengkapi
dengan mur dan baut, yang dapat dicopot sewaktu-waktu, sehingga kipasnya dapat dirubah
kemiringannya untuk mengatur kecepatan putaran kipas sesuai dengan kondisi kekotoran sarang
walet.

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil kegiatan pengabdian masyarakat melalui perancangan alat pencuci


sarang burung walet tersebut, ada beberapa hal yang dapat disimpulkan sebagai
berikut:

1. Alat yang dirancang itu mampu meningkatkan kualitas dan harga


sarang walet hasil panen para peternak walet di Kecamatan
Tanggul, sehingga posisi bargaining power peternak walet
meningkat dalam memasarkan produknya.

2. Peningkatan nilai tambah rata-rata dari komoditas sarang walet


yang telah dicuci dengan menggunakan alat itu adalah sebesar
30.31%.
3. Alat tersebut telah dapat diterima oleh kalangan peternak dengan
baik, karena dari seluruh anggota kelompok peternak yang
mengikuti kegiatan ini ternyata 70% telah menggunakan alat
tersebut untuk mencuci hasil sarang waletnya.

4. Kapasitas mesin cuci sarang dan keceptan putarannya dapat


disempurnakan, supaya lebih besar dan pengaturan kecepatannya
dapat bekerja lebih otomatis, apabila budidaya walet di
Kecamatan Tanggul dikembangkan lebih lanjut.

5. Dengan adanya penggunaan alat ini, maka peluang kerja di


pedesaan tempat budidaya walet meningkat, demikian pula hasil
samping proses pencucian sarang (air cucian sarang walet) dapat
dijual sehingga dapat menambah penghasilan pengusaha walet.

Saran-saran:

1. Jika pengembangan produksi sarang walet di kecamatan Tanggul


berhasil, maka kapasitas cuci dan alat yang dirancang perlu
ditingkatkan.

2. Melihat potensi pasar dan daya dukung alam sekitar dalam


memasok serangga pakan walet maka perlu adanya program
pengembangan usaha walet yang berkesinambungan dan lebih
besar.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih disampaikan kepada Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pgabdian pada
Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, yang telah memungkiennkan
terselenggaranya program ini sesuai dengan sasaran dan harapan.

http://warungsingkawang.wordpress.com

You might also like