You are on page 1of 23

SHOCK ANAFILAKTIK

Addi Mardi Harnanto, BN (Hons), MNurs.

D IV Keperawatan Gawat Darurat


Jurusan Keperawatan Poltekes Surakarta
Background
HIPERSENSITIVITAS
• Alergi : setiap perubahan reaksi tubuh
terhadap substansi tertentu yang diberikan
untuk kedua kalinya (Pirquet, 1906)
• Hipersentivitas: keadaan yang disebabkan
reaksi imunologik spesifik, suatu keadaan
yang ditimbulkan oleh alergen atau
antigen sehingga terjadi reaksi patologik
• Menurut Bellanti (1971) istilah alergi dan
hipersensitivitas adalah sinonim.
Manifestasi alergi tergantung dari:
– Sifat antigen
– Cara kontak dengan individu yg telah sensitif
– Sifat2 antibodi dan kerentanan jaringan
terhadap efek reaksi antigen-antibody.
– Reaksi cepat (immediate type) & reaksi
lambat (delated type)
Klasifikasi (Coomb & Gell, 1968):
Reaksi Tipe I (anafilaktik)
• Interaksi antigen+sel jaringan yg telah
disensitasi oleh“skin
sensitizing”menyebabkan
pembentukan zat-zat amine yang
merusak jaringan.
• Reaksi dapat lokal (urtikaria, edema
angioneurotik, rhinitis) & sistemik
(shock anafilaktik).
Reaksi Tipe II (sitotoksik)
• interaksi antigen spesifik yg merupakan
bagian spesifik dari jaringan tubuh.
• Aktivitas oleh IgG dan IgM yg bersifat
mengikat sistem komplemen.
• Terjadi imun adherence yg merusak
permukaan sel.
• Contoh pada transfusi darah,
trombositopenik purpura, gnefritis post
streptokokus.
Reksi tipe III (kompleks-toksik)
• Reaksi oleh igG dan atau IgM terhadap
antigen yang datang dari luar tubuh.
• Terjadi aktivasi komplemen, faktor
hageman dan agregaasi trombosit dg
akibat kerusakan jaringan tbh krn
penimbunan mikropresipitat sekitar
pembuluh darah atau melalui
pelepasan zat-zat toksik.
Reaksi Tipe IV (tipe seluler)
• Tidak diperlukan antibodi
• Karena limfosil yang peka secara
spesifik.
• Reaksi antigen dan limfosit:
proliferasi/infiltrasi sel mononuklear yg
menghasilkan zat toksik (limfokin)
setelah 24-48 jam.
Definisi
• Adalah: keadaan dimana tekanan darah
arterial dan cardiac output turun secara
mendadak akibat alergi.

• Penurunan tensi dan CO menyebabkan


hipoperfusi.
Etiologi:
• Suntikan ADS/ATS
• Suntikan penisilin
• Suntikan intravena zat kontras
(pielografi).
• Gigitan serangga
• Toksoid tetanus, tes kulit penisilin, tes
kulit dengan ekstrak tepung sari.
Patofisiologi
• Reaksi antigen dan antibodi (IgE)
• Reaksi ini menyebabkan sel2
degranulasi dan akan melepaskan zat-
zat mediator al:
Mediator Vasodi Perme Kontks Stimls Gtl
latasi kaplr bronks sekres

Acetylcholine + + +

Histamine + + + + +

Serotonin + +

Bradikinin + + + + +

SRS-A + +

Prostaglandin + + +
Perawatan dan pengobatan
(kolaburatif)
• Epinephrine HCl
• Pasang torniquet
• Pelihara ventilasi
• Pasang infus, vasopresor, aminophylin,
diphenhydramine,
• Adrenokortikosteroid
• Antihistamin
Symptoms
• Laryngeal edema
• Bronchoconstriction
• Hypotension.
ASSESSMENT

1. Is the patient’s Airway patent?


Not! airway clearance
2. Is the patient’s Breathing effective?
Capillary refill > 2 seconds! O2
3. Is the patient’s Circulation effective?
Not! Recumbent position,
IV access,
200 ml bolus (NS)
ASSESSMENT (cont’d)

Interview:
• patient’s identity,
• chief complaint,
• history of present illness
Identitas pasien
(Patient Identification)

• Who is the patient?


• What is the patient’s name?
• What is the patient’s age and sex?
• What is the name of the patient’s current
physician?
• Does the patient live alone or with others?
Keluhan utama
(Chief Complaint)
• Gejala utama yang menyebabkan pasien
mencari pertolongan ke IGD.

• Gunakan kalimat langsung pada saat


pendokumentasian.

• Cantumkan sumber berita.


Management of anaphylaxis
• Oxygen
• epinephrine 0.3–0.5 mg (0.3–0.5 ml of
1:1000) IV or SC every 10 to 15 minutes.
Pengelolaan Reaksi kontras
(Scott & Hobbs, 1978)
• Reaksi ringan (mual, muntah, utikaria,
panas pada kulit, pucat dan
berkeringat)

• penderita ditidurkan
• hidrokortison dan antihistamin
Reaksi Akut (muntah, lemah, wheezing,
dada berat, sesak nafas, sembab, aritmia)
• posisi shock, monitoring VS
• antihistamin, hidrokortison IV
• infus bila tensi drop
• obst sal pernafasan: adrenalin
• observasi ICU
Reaksi berat (hilang kesadaran, tensi
turun, circulatory arrest.
• mouth to mouth, ET
• O2
• Cairan intrevena
• Observasi ICU
Pencegahan
• Pemakaian obat dng indikasi medis
jelas.
• Anamnesa teliti
• Hindari obat dng struktur sama dg obat
pernah alergi.
• Tes kulit.
• Pemakaian obat “alergen” dg
pengawasan.
• Emergency kit

You might also like