You are on page 1of 4

1.

Turbidit

Istilah turbidit diperkenalkan pertama kalinya oleh Kuenen (1957) untuk


mewakili suatu endapan yang berasal dari arus turbit. Adalah Arnold Bouma, sebagai
mahasiswa yang membantu pekerjaaan Kuenen dan mempublikasikan hasil
penelitiannya untuk singkapan singkapan batupasir yang berada di daerah Annot
sebelah tenggara Perancis yang kemudian untuk pertama kalinya memperkenalkan
model facies turbidit vertikal (Bouma, 1962) yang kemudian dikenal sebagai “Bouma
Sekuen”.

Endapan Turbidit

Secara umum turbidit didefinisikan sebagai sedimen yang diendapkan oleh


suatu mekanisme arus turbit. Middelton dan Hampton (1973) menyebut sebagai
sedimen aliran gravitasi yang menyebabkan terjadinya arus kenyang (turbidity
current) karena adanya longsoran pada lereng benua yang disebabkan oleh getaran,
baik itu gempa bumi maupun tsunami.

Mekanisme pengendapannya berasal dari onggokan-onggokan sedimen yang berada


pada lereng suatu cekungan, karena suatu getaran kemudian sedimen tersebut
meluncur kebawah.

Luncuran-luncuran ini menghasilkan lengseran yang kemudian berkembang menjadi


suatu arus turbid dimana sedimennya lepas-lepas dan butir-butirnya bergerak sendiri-
sendiri yang pada awalnya masih terikat dan menyatu karena kohesi antar butirnya.
Butiran-butiran ini kemudian pada akhirnya mengendap pada dasar cekungan.

Sedangkan menurut Friedman dan Sanders (1978), arus turbidit adalah aliran
arus pekat yang dihasilkan oleh masa dari butiran (padatan) sedimen yang berada
didalam media aliran tersebut.

Berdasarkan gerak relatif antara butir dan jarak dari sumber, Middelton dan
Hampton (1973) membagi 4 jenis arus densitas:

1. Aliran Arus Kenyang (Turbiditycurrent): butir-butir telah lepas sama


sekali dan masing- masing butir didukung oleh fluida/media (telah terinduksi menjadi
turbulen)

2. Aliran Sedimen Yang Difluidakan (Fluidizes sediment flow) : butiran


yang lepas didukung oleh cairan yang diperas keatas antar butir. Butir-butir masih
bersentuhan.

3. Aliran Butiran (Grain flow): dimana butir-butir belum lepas dan dalam
mengalir saling berentuhan.
4. Aliran Rombakan (Debris flow) : dimana butir-butir kasar masih
didukung oleh matriks (masa dasar) campuran sedimen yang lebih halus dan media
(air) dan masih mempunyai kekuatan.

Sekuen Bouma (Ditemukan oleh Arnold H.Bouma, 1932-2011)


menggambarkan susunan klasik struktur sedimen di perlapisan turbidit yang
terendapkan oleh arus turbidit pada dasar danau, samudra, dan sungai.

2. SEKUEN BOUMA

Sekuen bouma terutama menggambarkan suksesi vertikal ideal dari struktur


yang terendapkan oleh arus turbidit densitas rendah (maksudnya konsentrasi pasir
rendah, dan berbutir halus). Skema klasifikasi alternatif yang biasanya
disebut Sekuen lowe hadir untuk sekuen vertikal ideal dari struktur yang terendapkan
di aliran densitas tinggi.
Sekuen bouma dibagi menjadi 5 lapisan yang terpisah yakni lapisan A hingga
E, dengan A berada di bagian bawah dan E berada di bagian atas.
Menurut Bouma, setiap lapisan memiliki kumpulan struktur sedimen yang spesifik
dan juga litologi yang spesifik, dengan semua lapisan secara keseluruhan menghalus
ke atas.
Sebagian besar turbidit yang ditemukan di alam mempunyai sekuen yang tidak
lengkap - Bouma hanya menjelaskan sekuen yang ideal dimana semua lapisan hadir.
Lapisan yang ada adalah sebagai berikut.

 E: Masif, batulumpur tak bersusun, kadang-kadang memiliki fosil


jejak (yakni bioturbasi). Lapisan bouma E sering hilang, atau sulit untuk
dibedakan dengan lapisan Bouma D dibawahnya.
 D: Batulanau dengan struktur paralel laminasi.
 C: Batupasir berbutir halus dengan struktur paralel-riak.
Biasanya laminasi riak terbentuk menjadi laminasi konvolut dan struktur
lidah api.
 B: Batupasir berbutir halus hingga menengah dengan struktur laminasi-
planar. Bagian dasar Bouma B biasanya memiliki fitur yang biasa disebut
tanda tapak (sole mark), seperti cetakan suling, cetakan lekuk dan parting
lineation
 A: Batupasir berbutir halus hingga kasar dengan struktur masif hingga
tersusun normal, sering dengan kerakal-kerakal dan atau rip-up
clast dari batu serpih dekat dengan bagian dasar. Struktur cakram juga
dapat hadir. Bagian dasar batupasir, dibawah A, kadang-kadang tererosi
oleh strata dibawahnya.
3. Struktur Sekunder Batuan

Struktur sekunder batuan merupakan perubahan pada morfologi batuan karena adanya
pergerakan dari luar (tektonik lempeng).

Kekar

Kekar adalah struktur retakan/rekahan terbentuk pada batuan akibat suatu gaya
yang bekerja pada batuan tersebut dan belum mengalami pergeseran. Secara umum
dicirikan oleh: a). Pemotongan bidang perlapisan batuan; b). Biasanya terisi mineral
lain (mineralisasi) seperti kalsit, kuarsa dsb; c) kenampakan breksiasi.

Struktur kekar dapat dikelompokkan berdasarkan sifat dan karakter retakan/rekahan


serta arah gaya yang bekerja pada batuan tersebut.

Kekar yang umumnya dijumpai pada batuan adalah sebagai berikut:

 Shear Joint (Kekar Gerus) adalah retakan / rekahan yang membentuk pola
saling berpotongan membentuk sudut lancip dengan arah gaya utama. Kekar
jenis shear joint umumnya bersifat tertutup.
 Tension Joint adalah retakan/rekahan yang berpola sejajar dengan arah gaya
utama, Umumnya bentuk rekahan bersifat terbuka.
 Extension Joint (Release Joint) adalah retakan/rekahan yang berpola tegak
lurus dengan arah gaya utama dan bentuk rekahan umumnya terbuka.

Sesar
Sesar adalah satuan rekahan pada batuan yang telah mengalami pergeseran
sehingga terjadi perpindahan anatara bagian-bagian yang berhadapan dengan arah
yang sejajar dengan bidang patahan. P[ergeseran-pergeseran yang telah terjadi pasda
sesar, ukuran panjang mauypun kedalaman sesar dapat berkisar antara beberapa
sentimeter saja sampai mencapai ratusan kilometer.

Macam-macam sesar secara umum :

 Sesar normal, yaitu gerak relative hanging wall turun terhadap footwall.
 Sesar naik, yaitu gerak relative hanging wall terhadap footwall
 Sesar mendatar, yaitu gerak relative mendatar pada bagian yang tersesarkan.
Lipatan
Lipatan adalah perubahan bentuk dan volume pada batuan yang ditunjukkan dengan
lengfkungan atau melipatnya batuan tersebut akibat pengaruh suatu tegangan (gaya)
yang bekerja pada batuan tersebut. Pada umumnya refleksi pelengkungan ditunjukkan
pada pelapisan pada batuan-batuan sedimen atau foliasi pada batuan metamorf.
Kinematika terbentuknya lipatan:

 Antiklin : lipatan yang cekung keatas atau suatu lipatan dimana batuan yang
lebih tua berada dibagian dalam lipatan.
 Sinklin : lipatan yang cekung ke bawah, atau lipatan dimana batuan yang
lebih muda berada di bagian luar / tengah lipatan.
 Topografi dome dan basin : bagian yang naik dan bagian yang turun dari
lapisan batuan, tererosi membentuk pola melingkar atauelipsoid.
 Parasitic fold adalah lipatan yang terdapat dalam lapisan atau lipatan besar.

4. Lipatan Kecil di antra lipatan besar


Lipatan adalah salah satu struktur geologi yang sering ditemukan pada batuan
sedimen yang mempunyai bidang lapisan yang terbentuk pada saat proses
sedimentasi.

Akan tetapi ada juga lipatan yang ditemukan pada batuan beku dan batuan
metamorf ; Pada jenis- jenis batuan tersebut ditemukan lipatan kecil (micro fold)
yang hanya berukuran beberapa meter, dan ada pula lipatan besar (mega fold) yang
mencapai ukuran berkilo- kilo meter.

Perbedaan ukuran tersebut tergantung pada sifat fisik batuan yang terlipat, sistem
tegasan, waktu yang diperlukan dalam pembentukan lipatan, besarnya gaya yang
bekerja membentuk lipatan dan mekanisme pembentukan lipatan.

Terdapat dua macam mekanisme pembentuk lipatan yaitu melipat (blucking)


dan melengkung (bending).
Buckling disebabkan oleh gaya tekan yang arahnya sejajar dengan permukaan
lempeng sehingga terjadi perubahan bentuk batuan yakni berupa rekahan akibat
adanya tarikan. Sedangkan bending disebabkan oleh adanya gaya tekan yang arahnya
tegak lurus terhadap bidang lapisan.

You might also like