You are on page 1of 16

BAB 1.

Pendahuluan

1.1 Latar belakang


Secara harfiah kata integrasi dapat diartikan sebagai
penggabungan.Integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur perekonomian
internasional yang lebih bebas dengan jalan menghapuskan semua pembatasan-
pembatasan (barriers) yang dapat dibuat terhadap bekerjanya perdagangan bebas
dengan jalan mengintroduksi semua bentuk-bentuk kerjasama dan unifikasi.
Integrasi dapat dipakai sebagai alat untuk mengakses pasar yang lebih besar,
menstimulasi pertumbuhan ekonomi sebagai upaya untuk meningkatkan
kesejahteraan nasional. Integrasi ekonomi memiliki prinsip dan mekanisme yang
sama dengan perdagangan bebas. Secara teoritis, integrasi ekonomi mengacu pada
suatu kebijakan komersil atau kebijakan perdagangan yang secara diskriminatif
menurunkan atau menghapuskan hambatan-hambatan perdagangan.
Dewasa ini kita berada dalam kegiatan ekonomi antar bangsa yang
bergerak menuju saling ketergantungan ekonomi.Suatu ekonomi global tidak bisa
hanya dianggap sekedar perdagangan yang semakin besar diantara negara-negara
di dunia, karena yang tengah terjadi adalah suatu ekonomi dunia yang bergerak
kearah ekonomi tunggal, satu ekonomi, dan satu pasar. Dengan demikian, kini
tidak ada lagi yang disebut sebagai ekonomi nasional murni. Bagian dunia yang
lain terlalu besar untuk diabaikan, baik sebagai pasar maupun pesaing. Ekonomi
internasional menunjukkan adanya hubungan antara aktivitas ekonomi suatu
negara dengan aktivitas ekonomi negara lain. Hubungan aktivitas ekonomi suatu
negara dengan negara lain ini akan membentuk sistem ekonomi yang lebih besar,
yaitu sistem ekonomi internasional. Dalam mempelajari ekonomi internasional
terdapat beberapa topik yang perlu mendapat perhatian, yaitu perdagangan
internasional, pembayaran internasional, neraca pembayaran, dan kerjasama
ekonomi internasional.
Integrasi internasional dapat terjadi pada negara- negara yang melakukan
suatu himpunan, agar mempermudah kerja sama baik di bidang, pertahanan,
sosio-politik, ataupun ekonomi. Salah satu himpunan negara- negara ini,
khususnya di benua ASIA adalah Asosiatif South East Asian Nations (ASEAN)
atau Asia Tenggara. Sejak dahulu kawasan Asia Tenggara memiliki nilai yang
sangat strategis, baik secara geopolitics maupun geoekonomi. Namun sebelum
ASEAN didirikan, berbagai konflik kepentingan juga pernah terjadi di antara
sesama negara Asia Tenggara seperti “konfrontasi” antara Indonesia-Malaysia,
klaim territorial antara Malaysia-Filipina mengenai Sabah serta berpisahnya
Singapura dari Federasi Malaysia. Untuk mengatasi perseturuan yang sering
terjadi di antara negara-negara Asia Tenggara dan membentuk kerja sama regional
yang lebih kokoh, maka lima Menteri Luar Negeri yang berasal dari Indonesia,
Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand mengadakan pertemuan di Bangkok
yang menghasilkan rancangan Joint Declaration, yang pada intinya mengatur
tentang kerja sama regional di kawasan tersebut. Sebagai puncak dari pertemuan
tersebut ditandatanganilah Deklarasi ASEAN. Dengan ditandatanganinya ASEAN
Declaration atau lebih dikenal dengan sebutan Bangkok Declaration maka
resmilah ASEAN terbentuk. Kuantitas ekkspor impor negara- negara ASEAN
selalu mengalami peningktan pada tahun 2011 samapai 2012 seperti pada tabel 1.
Kemudian dapat dilihat bahwa negara Indonesia untuk perdagangan kawasan
ASEAN, total ekspor hanya mencapai sebesar 203.496,7 juta dollar AS dan
impornya mencapai sebesar 177.435,6 juta dollar AS maka total perdagangan
ASEAN untuk negara Indonesia mencapai sebesar 380.932,3 juta dollar AS.
Sedangkan total ekspor dan impor di kawasan ASEAN sebesar 1.242.286,4
dan1.146.245.0 juta dollar AS, sehingga total perdagangan di kawasan ASEAN
sebesar 2.388.444,0 juta dollar AS untuk periode 2011. Akan tetapi pada tahun
2012 total ekspor dan impor di kawasan ASEAN mengalami peningkatan
sebesar1.254.580,7 dan 1.221.846,8 juta dollar AS maka total perdagangan di
kawasan ASEAN sebesar2.476.427,4juta dollar AS. Dimana nilai ekspor dan
impor Indonesia sebesar190.031,8 dan 191.689,5 juta dollar AS,sehingga totalnya
381.721,3 juta dollar AS (Tabel 1.1).
Kerja sama regional ini semakin diperkuat dengan semangat stabilitas
ekonomi dan social di kawasan Asia Tenggara, antara lain melalui percepatan
pertumbuhan ekonomi, kemajuan social dan budaya dengan tetap memerhatikan
kesetaraan dan kemitraan, sehingga menjadi landasan untuk tercapainya
masyarakat yang sejahtera dan damai. Namun, kerja sama regional ASEAN
memiliki karakteristik tersendiri antara lain tercermin dari baru dibentuknya
Sekretariat ASEAN hampir 10 tahun setelah pendiriannya (1976) dan komitmen
kerja sama yang lebih didasarkan pada “ASEAN way”. Sejak awal
pembentukannya, ASEAN secara intensif menyepakati berbagai kesepakatan
dalam bidang ekonomi. Diawali dengan kesepakatan Preferential Tariff
Arrangement (PTA) pada tahun 1997. Kesepakatan yang cukup menonjol dan
menjadi cikal bakal visi pembentukan AEC pada tahun 2015 adalah disepakatinya
Common Effective Preferential Tariff – ASEAN Free Trade Area (CEPT-AFTA)
pada tahun 1992 dengan target implementasi semula tahun 2008, kemudian
dipercepat menjadi tahun 2003 dan 2002 untuk ASEAN-6. Pada tahun 1995,
ASEAN mulai memasukkan bidang jasa dalam kesepakatan kerjasamanya yang
ditandai dengan ditandatanganinya ASEAN Framework Agreement on Services
(AFAS). Selanjutnya pada tahun 1998 disepakati pula kerja sama dalam bidang
investasi ASEAN Investment Area (AIA). Dengan berjalannya waktu dan dalam
rangka menghadapi berbagai tantangan kerja sama regional-termasuk krisis
ekonomi di 1997- para pimpinan negara ASEAN kembali memformulasikan
“ASEAN Vision 2020” di Kuala Lumpur pada 15 Desember 1997 yang menjadi
tujuan jangka panjang ASEAN, yaitu: “…as a concert of Southeast Asia nations,
outward looking, living in peace, stability and prosperity, bonded together in
partnership in dynamic development and in a community of caring socities”.
Rencana jangka panjang pembentukan komunitas ASEAN ini terdiri dari
tiga pilar, yaitu ASEAN Economic Community (AEC atau Masyarakat Ekonomi
ASEAN-MEA), ASEAN Security Community (ASC) dan ASEAN Socio-cultural
Community (ASCC). Ketiga pilar tersebut saling berkaitan satu sama lain dan
saling memperkuat tujuan pencapaian perdamaian yang berkelanjutan, stabilitas
serta pemerataan kesejahteraan di kawasan. AEC merupakan salah satu usaha
negara ASEAN dalam mendukung integrasi ekonomi, terutama perdagangan
bebas di Asia Tenggara. AEC diharapkan mampu mampu memperluas pasar-
pasar ekonomi negara ASEAN dan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi di
negara masing- masing. Jadi dalam makalah ini bermaksud menjelaskan konsep
integrasi ekonomi internasional dan kaitannya dengan ASEAN Economic
Community (AEC).

1.2 Rumusan masalah


Berdasarkan latar belakang diatas mengenai integrasi ekonomi dan
kaitannya di ASEAN. Maka dalam makalah ini akan terbentuk rumusan masalah
terutama yang berkaitan dengan integrasi ekonomi, baik dari segi pengertian,
tujuan, dan manfaat, serta akan dikaitan dengan inetgrasi ekonomi di negara-
negara ASEAN yang terwujud dalam ASEAN Economic Community (AEC).

1.3 Tujuan
Tujuan dalam makalah berkaitan dengan tugas mata kuliah Ekonomi
Internasional, mengenai Integrasi Ekonomi. Dan juga memberi pengetahuan pada
pembaca mengenai integrasi ekonomi internasional, serta kaitannya integrasi
ekonomi di negara ASEAN yang terwujud dalam ASEAN Economic Community
(AEC).
BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Integrasi Ekonomi


Definisi integrasi ekonomi secara umum adalah pencabutan (penghapusan)
hambatan-hambatan ekonomi diantara dua atau lebih perekonomian (negara).
Secara operasional, didefinisikan sebagai pencabutan (penghapusan) diskriminasi
dan penyatuan politik (kebijaksanaan) seperti norma, peraturan, prosedur.
Alasan integrasi ekonomi didasarkan pada teori perdagangan bebas tanpa
hambatan baik berupa tarif maupun nontarif yang bertujuan meningkatkan volume
perdagangan, peningkatan efisiensi produksi, peningkatan pertumbuhan ekonomi,
dan kesejahteraan masyarakat. Integrasi ekonomi memiliki prinsip dan mekanisme
yang sama dengan perdagangan bebas atas dasar suatu kesepakatan diantara
anggota yang melakukan perjanjian diantara negara-negara yang berada dalam
satu kawasan maupun atas kepentingan tertentu. Secara teoritis, integrasi ekonomi
mengacu pada suatu kebijakan komersial atau kebijakan perdagangan yang secara
diskriminatif menurunkan atau menghapuskan hambatan-hambatan perdagangan
hanya diantara negara-negara anggota yang sepakat untuk membentuk suatu
integrasi ekonomi.
Ada beberapa alasan mengapa negara-negara terlibat dalam perdagangan
internasional. David Ricardo mengembangkan teori keunggulan komparatif
(comparative advantage) untuk menjelaskan perdagangan internasional atas dasar
perbedaan kemampuan teknologi antar Negara. Eli Heckscher dan Bertil Ohlin
berpandangan bahwa perdagangan internasional terjadi karena adanya perbedaan
kekayaan factor produksi produksi yang dimiliki negara- negara. Perdagangan
internasional juga bisa terjadi karena perbedaan preferensi negara- negara
terhadap barang dan jasa tertentu. Apabila China memiliki prefernsi (permintaan)
yang lebih besar terhadap kopi daripada Indonesia, Indonesia bisa mengekspor
kopi tersebut ke China. Keuntungan skala ekonomi (increasing return to scale)
dalam produksi juga dapat melahirkan perdagangan antar negara.
2.2 Faktor-faktor Integrasi Ekonomi
Dalam menjelaskan proses perubahan menuju integrasi, tipe variabel
mandirinya dapat dibedakan menjadi 3 faktor eksponensial. Pertama, variabel
politico-security, yang level of analysis-nya ada pada negara, yang perhatian
terhadap power, responsiveness, kontrol elit politik dalam kebiasaan politik publik
umum dan dalam ancaman keamanan atas negara. Hal ini dilakukan oleh penulis
Pluralis dan Federalis. Berbeda dengan kaum fungsionalis dan neo-fungsionalis
yang menekankan pentingnya variabel sosial ekonomi, dan teknologi, yang secara
tidak langsung membawa perubahan dan penyatuan politik. Faktor ketiga dipakai
oleh kaum regionalis dalam analisanya, yaitu keberadaan kedua variabel tersebut
dalam proses integrasi. Mudahnya digambarkan dalam sebagai berikut:
a. Federalisme
Mengasumsikan bahwa perang disebabkan oleh sistem negara bangsa yang
anarkis. Transformasi menuju integrasi terjadi jika rakyat melihat keuntungan
dalam mentransfer power dan loyalitasnya pada pemerintahan dunia. Pengopinian
atas pengaturan dan pemerintahan umat manusia, adalah melalui jalur diskusi dan
edukasi. Tujuannya adalah formasi grup negara yang berdaulat yang menyatukan
identitas internasionalnya dalam entitas politik baru yang legal. Sementara
jurisdiksinya dibagi, yaitu komplementer antara negara dan pemerintah
federal, tetapi memiliki power yang mandiri. Menurut Etzioni, hasil akhirnya
adalah sebuah komunitas politik yang memiliki tiga macam integrasi. (a) kontrol
efektif atas kekuatan koersif (violence), (b) pemusatan pembuatan keputusan
administratif atas unit-unit ekonomi, (c) dan identifikasi politik. Sedangkan
Pentland meringkasnya menjadi, “integrasi bagi federallis adalah permasalahan
high politics.
b. Pluralisme
Konsepsi pluralis juga bersandar pada prioritas perdamaian internasional
serta keamanan nasional, dan asosiasi politik dengan aksi diplomatik stategis.
Asumsi lain yang tak kalah penting yaitu negara bangsa adalah pemusatan fakta
atas kehidupan politik modern sekaligus fokus pusat dari seluruh analisa politik.
c. Fungsionalisme
Fungsionalisme adalah teori paling tua yang membahas integrasi, dimana
ia membangun ‘perdamaian dengan potongan-potongan’ lewat organisasi
transnasional yang fokus pada kedaulatan bersama ketimbang menyerahkan
kedaulatan masing-masing negara pada sebuah institusi supranasional.
d. Neo Fungsionalisme
Neofungsionalisme mengharap pencapaian masyarakat supranasional
dengan menekankan kerjasama di daerah yang secara politik kontroversial. Teori
ini memandang integrasi politik bukan suatu kondisi tapi proses perubahan yang
mengarah pada masyarakat politik.
e. Regionalisme
Terminologi ini digunakan untuk mengambarkan integrasi regional untuk
memelihara keseragaman dengan sub aliran lainnya, seperti federalisme,
pluralisme, fungsionalisme, dan neofungsionalisme. Kesuksesan teori integrasi di
Eropa Barat menghasilkan kepercayaan bahwa transisi dari sistem negara menuju
masyarakat global yang terintegrasi dapat menggunakan jalan integrasi regional.
Teori ini mengasumsikan prospek yang lebih baik berkaitan dengan hal-hal politik
dalam isu-isu perang dan damai, integrasi dan unifikasi.
Kesamaan budaya, ekonomi, politik, ideologi, dan geografis dalam suatu
wilayah diasumsikan dapat memunculkan organisasi yang lebih efektif.
Organisasi regional telah siap untuk bekerjasama, dan pengalaman organisasi
regional yang sukses akan mempengaruhi dan mendorong ke arah integrasi yang
lebih jauh. Regionalisme dapat menghasilkan “model masyarakat” atau “model
negara.” Bentuk regionalisme dapat dibedakan berdasarkan kriteria geografis,
militer/politik, ekonomi, atau transaksional, bahasa, agama, kebudayaan, dll.
Tujuan utama dari organisasi regional adalah untuk menciptakan perjanjian
perdamaian dan kerjasama yang saling menguntungkan di berbagai aspek dan
penguatan area saling ketergantungan pada negara-negara superpower.

2.3 Manfaat dan Kerugian Integrasi Internasional


a. meningkatnya kompetisi aktual dan potensial diantara pelaku pasar, baik
pelaku pasar yang berasal dari suatu Negara, dalam sekelompok Negara,
maupun pelaku pasar diluar kedua kelompok tersebut. Kompetisi diantara
pelaku pasar tersebut diharapkan akan mendorong harga barang dan jasa yang
sama lebih rendah, meningkatkan variasi kualitas dan pilihan yang lebih luas
bagi kawasan yang terintegrasi.
b. desain produk, metode pelayanan, sistem produksi dan distribusi serta aspek
lain menjadi tantangan bagi pelaku pasar saat ini dan dimasa depan. Hal ini
akan mendorong perubahan arah dan intensitas dalam inovasi dan kebiasaan
kerja dalam suatu perusahaan.
c. tercapainya ekonomi melalui pasar yang lebih luas yang akan mendorong
peningkatan efisiensi perusahaan melalui berkurangnya biaya produksi.

Adapun kerugiannya yaitu:


a. Integrasi ekonomi internasional membatasi kewenangan suatu negara untuk
menggunakan kebijakan fiscal, keuangan dan moneter untuk mempengaruhi
kinerja ekonomi dalam negeri. Hilangnya kedaulatan negara merupakan biaya
atau pengorbanan terbesar yang diberikan oleh masing-masing negara yang
berintegrasi dalam satu kawasan.
b. Kerugian lain adalah adanya kemungkinan hilangnya pekerjaan dan potensi
menjadi pasar bagi negara yang tidak mampu bersaing. Tenaga kerja dan
produksi dari negara lain dalam suatu kawasan akan masuk dengan hambatan
yang lebih ringan. Hal ini berpotensi menimbulkan pengangguran di dalam
negeri dan ketergantungan akan produk impor yang lebih murah dan efisien.

2.4 Konsep ASEAN Economic Community (AEC)


Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau ASEAN Economic Community
(AEC) merupakan konsep yang mulai digunakan dalam Declaration of ASEAN
Concord II (Bali Concord II), Bali, Oktober 2003. AEC adalah salah satu pilar
perwujudan ASEAN Vision, bersama-sama dengan ASEAN Security Community
(ASC) dan ASEAN Socio-Cultural Community (ASCC). AEC adalah tujuan akhir
integrasi ekonomi seperti dicanangkan dalam ASEAN Vision 2020:
…to create a stable, prosperous and highly competitive ASEAN economic
region in which there is a free flow of goods, services, investment, skilled labor
and a free flow of capital, equitable economic development and reduced poverty
and socio-economic disparities in year 2020.
Pembentukan AEC dilakukan melalui empat kerangka strategis, yaitu
pencapaian pasar tunggal dan kesatuan basis produksi, kawasan ekonomi yang
berdaya saing, pertumbuhan ekonomi yang merata dan terintegrasi dengan
perekonomian global. Upaya pencapaian masing-masing kerangka tersebut
dilakukan melalui berbagai elemen dan strategi yang tercakup di dalamnya.
Pencapaian AEC melalui penciptaan pasar tunggal dan kesatuan basis produksi,
ditujukan sebagai upaya perluasan melalui integrasi regional untuk mencapai
skala ekonomis yang optimal. Langkah-langkah integrasi tersebut (proses
liberalisasi dan penguatan internal ASEAN) menjadi strategi mencapai daya saing
yang tangguh dan di sisi lain akan berkontribusi positif bagi masyarakat ASEAN
secara keseluruhan maupun individual negara anggota. Pembentukan AEC juga
menjadikan posisi ASEAN semakin kuat dalam menghadapi negosiasi
internasional, baik dalam merespons meningkatnya kecendrungan kerja sama
regional, maupun dalamm posisi tawar ASEAN dengan mitra dialog, seperti
China, Korea, Jepang, Australia-Selandia Baru dan India.

2.5 Latar Belakang Pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015


Cebu Declaration pada 13 Januari 2007 (12th ASEAN Summit)
memutuskan untuk mempercepat pembentukan AEC menjadi 2015 guna
memperkuat daya saing ASEAN dalam menghadapi kompetisi global, terutama
dari China dan India. Beberapa pertimbangan yang mendasari hal tersebut adalah:
(i) potensi penurunan biaya produksi di ASEAN sebesar 10-20 persen untuk
barang konsumsi sebagai dampak integrasi ekonomi8; (ii) meningkatkan
kemampuan kawasan dengan implementasi standar dan praktik internasional,
intelectual property rights, dan adanya persaingan. Dengan integrasi ekonomi
diharapkan infrastruktur kawasan dapat lebih berkembang bersamaan dengan
integrasi transportasi, telekomunikasi dan energy. Integrasi ekonomi juga
memberikan manfaat bagi sector swasta yang terlibat selama proses berlangsung.
Dari evaluasi yang dilakukan terhadap 12 sektor prioritas integrasi, Sembilan di
antaranya menyumbang lebih dari 50 persen perdagngan barang di ASEAN.
Dengan demikian langkah percepatan integrasi ASEAN menjadi penting untuk
memanfaatkan semua potensi yang ada.
Pada saat ini juga dilakukan upaya perjanjian kkerja sama perdagangan
antara ASEAN dan negara mitra dagang, yaitu China, India, Jepang, Korea,
Australia dan Selandia baru. Semua perjanjian bilateral ASEAN tersebut pada saat
realisasinya nanti diharapkan meningkatkan skala ekonomi ASEAN dan
mendukung daya saing ASEAN di pasar global. Pada akhirnya integrasi ekonomi
menjadi langkah penting bagi pencapaian masyarakat ASEAN yang kuat dan
berperan di masyarakat dunia. Ekonomi kawasan pada 2006 yang bernilai lebih
dari USD1,1 triliun dengan populasi lebih dari 550 juta penduduk akan menjadi
tujuan yang semakin menarik bagi perdagangan dan investasi internasional.
Guna memperkuat langkah percepatan integrasi ekonomi tersebut, ASEAN
melakukan transformasi “cara” kerja sama ekonomi dengan meletakkan sebuah
kerangka hukum yang menjadi basis komitmen negara ASEAN melalui
penandatanganan Piagam ASEAN (ASEAN Charter) pada KTT ASEAN ke-13, 20
November 2007. Bersamaan dengan penandatanganan Piagam ASEAN, cetak biru
yang merupakan arah panduan AEC dan jadwal strategis tentang waktu dan
tahapan pencapaian dari masing-masing pilar juga disepakati. Selanjutnya
komitmen tersebut menjadi arah pencapaian AEC ke depan baik bagi ASEAN
secara kawasan maupun oleh individu Negara anggota. Masing-masing Negara
berkewajiban menjaga komitmen tersebut sehingga kredibilitas ASEAN semakin
baik di masa depan. Secara teknis, monitoring pencapaian AEC dilakukan melalui
ASEAN Baselinne Report. Beberapa kelengkapan tersebut menjadikan komitmen
ASEAN dalam pencapaian MEA tidak lagi bersifat “persaudaraan” tetapi
mempunyai kekuatan hukum.

2.6 Pembentukan MEA 2015 Bagi Indonesia


ASEAN sebagai suatu kawasan merupakan pasar yang sangat potensial
untuk dimanfaatkan. Pada 2006, penduduk ASEAN mencapai sekitar 567,6 juta
orang, dengan tingkat pertumbuhan yang terus meningkat, pertumbuhan tahun ini
mencapai 2,3 persen dari tahun lalu. Pada periode yang sama nilai total Produk
Domestik Bruto (PDB) di kawasan tercatat sebesar USD1,1 triliun sehingga PDB
per kapita mencapai USD1.890. Nilai PDB tersebut dicapai dengan pertumbuhan
5,7 persen dengan prospek pertumbuhan yang menjanjikan. Dari sisi penduduk,
80 persen penduduk ASEAN terdiri dari usia di bawah 44 tahun. Pertumbuhan
ekonomi individu negara juga terus meningkat, di 2006 pertumbuhan ekonomi
tertinggi dicapai oleh Kamboja (10,8 persen) dan Vietnam (8,2 persen). Stabilitas
makroekonomi ASEAN juga cukup terjaga dengan inflasi sekitar 3,5 persen.
Kawasan ASEAN juga dikenal sebagai negara eksportir. Tidak hanya
produk berbasis sumber daya alam, seperti mineral dan minyak bumi serta produk
hasil pertanian, berbagai produk elekronik juga menjadi komoditas ekspor utama
kawasan ini. Dengan kuatnya kenaikan harga komoditas internasional, sebagian
besar negara ASEAN mencatat surplus pada neraca transaksi berjalan. Prospek
perekonomian juga menyebabkan ASEAN menjadi salah satu tujuan penanaman
modal yang menarik bagi dunia. Baiknya kinerja sector eksternal mampu
meningkatkan posisi cadangan devisa negara ASEAN jauh dibanding posisi pada
saat krisis 1997. Berbagai kondisi di atas, menjadikan ASEAN sebagai peluang
pasar maupun basis produksi yang menjanjikan. Indonesia sebagai salah satu
negara anggota dapat memanfaatkan „daya tarik‟ kawasan sehingga berkontribusi
positif bagi perekonomian domestik. Indonesia perlu melihat peluang-peluang
yang ada sehingga bisa berperan sebagai „pemain‟ dalam AEC 2015, bukan hanya
menjadi tempat pemasaran negara ASEAN lainnya. Berbagai peluang yang dapat
dilihat antara lain sebagai berikut: Pertama, dilihat dari sisi jumlah tenaga kerja.
Sebagian besar penduduk ASEAN (39,1 persen) berada di Indonesia, dengan
jumlah yang potensial tersebut Indonesia mampu menawarkan ketersediaan
tenaga kerja yang cukup dan pasar yang besar sehingga dapat menjadi pusat
industri. Di lain pihak, guna melengkapi dan mengisi investasi yang akan
dilakukan dalam rangka AEC 2015, Indonesia juga dapat menjadikan ASEAN
sebagai kawasan tujuan seseorang mencari pekerjaan. Standardisasi yang
dilakukan melalui Mutual Recognition Arrangements (MRAs) dapat memfasilitasi
pergerakan tenaga kerja tersebut. Kedua, dari sisi pasar produksi. Besarnya
penduduk kawasan dan prospek perekonomian yang menjanjikan membuat
kawasan ASEAN sebagai tujuan ekspor Indonesia. Indonesia secara kumulatif
1973-1983 baru mengekspor 26 persen dari total ekspor intra-ASEAN. Artinya,
Indonesia mempunyai produk yang bisa ditawarkan di ASEAN dan mempunyai
potensi untuk meningkatkan pangsanya di ASEAN dan mendiversifikasi negara
tujuan ekspornya. Indonesia juga merupakan koordinator untuk sektor prioritas
yang diintegrasikan di MEA, yaitu produk berbahan dasar kayu dan otomotif. Di
lain pihak, produk otomotif Indonesia ada yang telah di ekspor di ASEAN.
Keduanya menunjukkan potensi yang bisa dimanfaatkan oleh Indonesia.
Perkembangan Kondisi Perdagangan Internasional Indonesia Terhadap
MEA 2015: Ekspor dan Impor
Menurut catatan dari Badan Pusat Statistik (BPS) ada faktor-faktor yang
membuat nilai ekspor Indonesia untuk intra dan ekstra tahun 2013 mengalami
penurunan hingga sebesar 3,92 persen dari tahun 2012, dimana hal ini disebabkan
oleh berkurangnya ekspor migas yakni dari tahun 2012 sebesar 19,46 persen
menjadi 17,87 persen di tahun 2013, akan tetapi untuk ekspor nonmigas
mengalami peningkatan dari tahun 2012 ke tahun 2013 seperti minyak nabati dan
produk industri sebesar 61,11 persen menjadi 61,91 persen, kemudian produk
pertambangan 16,50 persen menjadi 17,08 persen dan produk pertanian 2,93
persen menjadi 3,14 persen inilah yang menjadi suatu sektor yang mampu
menyelamatkan nilai ekspor indonesia. Sedangkan untuk nilai impor Indonesia
intra dan ekstra tahun 2013 juga mengalami penurunan sebesar 2,64 persen
dibandingkan dengan nilai impor tahun 2012, hal ini disebabkan oleh nilai impor
nonmigas yang menurun sebesar 5,20 dan meningkatnya nilai impor migas
sebesar 6,35 persen. Peningkatan impor migas ini dikarenakan naiknya minyak
mentah dan gas masing-masing sebesar 25,76 persen dan 1,02 persen, sedangkan
impor untuk hasil minyak turun sebesar 0.39 persen.
Hubungan Perdagangan Indonesia dengan ASEAN
Adapun kerjasama yang dilakukan oleh ASEAN adalah dengan kerjasama
ekonomi di sektor industri yang termasuk salah satu sektor utama yakni meliputi
makanan dan minuman,tekstil, Kertas dan barang dari kertas, Batu bara, minyak
dan gas bumi, dan bahan bakar, Kimia dan barang-barang dari bahan kimia, Karet
dan barang-barang dari plastik kemudian masih banyak lagi yang terkait di
dalamnya namun dari produk inilah yang harganya besar dan dari tahun ke tahun
mengalami peningkatan. kerjasama ASEAN ini tertuju pada penciptaan fasilitas
produksi baru dalam rangka untuk mendorong perdagangan intra-ASEAN.
Adapun dalam bentuk harga produk-produk industri yakni dapat dilihat bahwa
dari tahun 2000-2011 total harga produk-produk industri semakin meningkat tiap
tahunnya walaupun pada tahun 2003 mengalami penurunan menjadi 51.184,6 juta
dollar AS dari tahun 2002 yakni sebesar 57.237,5 juta dollar AS akan tetapi
setelah itu mengalami peningkatan lagi sampai tahun 2011 sebesar 159.985,9 juta
dollar AS. Kemudian kerjasama di sektor perdagangan, dimana ini meliputi
kerjasama perdagangan barang dan fasilitas perdagangan. Untuk kerjasama
perdagangan barang yakni berkaitan dengan AFTA pada pertemuan ke-21 AFTA
Council 23 Agustus 2007, dimana terdapat kemajuan yang cukup signifikan
mengenai Implementsi Work Programme on Elimination of Non-Tariff Barries
(NTBs) dan juga dalam melakukan perbaikan mengenai CEPT AFTA Rules of
Origin, yang diharapkan agar dapat mengurangi biaya transaksi perdagangan dan
dapat memfasilitasi perdagangan didalam kawasan. Kemudian berkaitan pada
perdagangan barang, ASEAN juga berhasil dalam menyelesaikan suatu
pembahasan substantif yakni ASEAN Trade in Goods Agreement (ATIGA) yang
bertujuan untuk meningkatkan transparansi yang dapat meningkatkan AFTA-
rules-based-system dimana hal ini sangat penting untuk suatu komunitas bisnis
ASEAN. Selanjutnya terkait dengan fasilitas perdagangan Indonesia juga
melakukan pembentukan perbaikan layanan publik (Nasional Single
Window/NSW) dan ASEAN Single Window (ASW) yang merupakan suatu upaya
dalam fasilitas perdagangan di tingkat nasional dan ASEAN untuk mempermudah
dan mempercepat arus perdagangan dalam rangka mendukung proses
pembentukan ASEAN Economic Community. National Single Window(NSW)
mulai beroperasi pada akhir tahun 2008 di negara-negara ASEAN+6 dan tahun
2012 bagi negaranegara CLMV(kamboja, Laos, Myanmar dan Vietnam).Tetapi
untuk Indonesia sendiri dari tahun 2000-2009 ada tarif yang diberlakukan untuk
menjaga produk-produk Indonesia agar terlindungi, namun setelah itu pada tahun
2010 semua produk-produk Indonesia sudah 100 persen tarifnya sebesar 0 (nol)
persen dimana ini juga merupakan salah satu strategi ASEAN dalampemberlakuan
tarif MEA 2015.
Adapun menurut data statistik perdagangan (IMF, 2012) dimana
menunjukkan bahwa Indonesia selaku negara anggota ASEAN mempunyai
hubungan perdagangan dengan cina yang sangat erat terlebih setelah berlakunya
ASEAN-China yang merupakan suatu mitra dagang utama Indonesia setelah
ASEAN. Disini ekspor Indonesia ke China mencapai15,6 miliar dollar AS dan
impor Indonesia dari China mencapai 20,6 miliar dollar AS, sehingga surplus
perdagangan ini berpihak di China dengan nilai sebesar 5 miliar dollar AS pada
tahun 2010. Sedangkan untuk Indonesia mengalami defisit dari tahun 2008-2011
dari kesepakatan ASEAN-China, jadi bentuk dari kerjasama ini Indonesia
mengalami kerugian.Kemudian juga dapat dilihat dari perjanjian AKFTA
ditandatangani pada saat berlangsungnya KTT ASEAN-Korea bulan Juni 2009 di
Pulau Jeju, Korea Selatan.Neraca perdagangan antara Indonesia dengan Korea
Selatan tahun 2010, dimana Indonesia mendapatkan surplus perdagangan sebesar
4.8 miliar dollar AS yakni mengalami peningkatan sebesar 43,1 persen dari tahun
2009 yaitu sebesar 3,4 persen. Total dari perdagangan kedua negara tersebut
mencapai sebesar 20,3 miliar dollar AS dimana nilai ekspornya sebesar 12,5
miliar dan impornya sebesar 7,7 miliar.
BAB 3. KESIMPULAN

Secara teoritis, integrasi ekonomi mengacu pada suatu kebijakan komersial


atau kebijakan perdagangan yang secara diskriminatif menurunkan atau
menghapuskan hambatan-hambatan perdagangan hanya diantara negara-negara
anggota yang sepakat untuk membentuk suatu integrasi ekonomi. Dalam integrasi
ekonomi terjadi perlakuan diskriminatif antara negara-negara anggota dengan
negara-negara diluar anggota integrasi ekonomi dalam melakukan perdagangan,
sehingga akan memberikan dampak kreasi dan dampak diversi bagi negara-negara
anggota.
Pembentukan integrasi ekonomi akan menciptakan dampak meningkatnya
kesejahteraan negara-negara anggota secara keseluruhan karena akan mengarah
kepada peningkatan spesialisasi produksi, yang didasarkan pada keuntungan
komparatif. Perdagangan adalah salah satu jaringan utama untuk perwujudan
keuntungan dari integrasi disatu sisi dan biaya-biaya disintegrasi disisi lain.
Berdasarkan pembahasan yang sudah diuraikan pada bab-bab sebelumnya
dapat ditarik kesimpulan bahwa AEC adalah bentuk integrasi ekonomi regional
yang direncanakan untuk dicapai pada 2015. Dengan pencapaian tersebut maka
ASEAN akan menjadi pasar tunggal dan basis produksi di mana terjadi aliran
barang, jasa, investasi dan tenaga terampil yang bebas, serta aliran modal yang
lebih bebas.
Dengan adanya aliran komoditas dan faktor produksi tersebut diharapkan
dapat membawa ASEAN menjadi kawasan yang makmur dan kompetitif, dengan
perkembangan ekonomi yang merata dan berkurangnya kemiskinan dan
pperbedaan sosial-ekonomi. Namun, pencapaian tersebut bukan jalan yang mudah
dan memerlukan kerja keras untuk menjawab tantangan yang dihadapi. Bagi
Indonesia, peluang integrasi ekonomi regional tersebut perlu dimanfaatkan sebaik-
baiknya. Jumlah populasi, luas geografi dan nilai PDB terbesar di ASEAN harus
menjadi asset agar Indonesia nantinya bisa menjadi pemain besar dalam AEC.
DAFTAR PUSTAKA

Dominick. 2014. Ekonomi Internasional. Jakarta Selatan: Salemba. Empat.


https://media.neliti.com/media/publications/14848-ID-pengaruh-mea-2015-
terhadap-integrasi-pada-sistem-perdagangan-di-indonesia.pdf diambil 10
April 2018.

You might also like