You are on page 1of 7

MAKALAH GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN

ANALISIS FASIES DAN DAYA DUKUNG SEDIMEN BERDASARKAN DATA


BAWAH PERMUKAAN

DISUSUN OLEH :

INDRIANI SAPUTRI

NIM. 201569049

PROGRAM STUDY S1 TEKNIK GEOLOGI

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI

FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN

UNIVERSITAS PAPUA

2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Identifikasi sumber daya geologi dapat dilakukan baik di permukaan berupa
pemetaan dan pengukuran penampang stratigrafi dan bawah permukaan dengan
pendekatan geofisika.
Pemetaan bawah permukaan (Subsurface) sedikit berbeda dengan pemetaan
permukaan (Surface) kecuali dalam skala yang luas atau volum yang besar dimana data
dapat dikumpulkan dari banyak sumur (wells). Semua data base dan sistem survei
permukaan yang telah dapat digunakan dengan menggunakan komputer menjadikan
semua peta produksi dari semua attributs dapat secara otomatis dihasilkan dengan cepat
dan rutin.
Interpretasi bawah permukaan dengan menggunakan data log sumur di
kombinasikan dengan disiplin ilmu geologi menjadi sangat penting dalam peningkatan
eksplorasi. Dalam hal ini pengetahuan yang dibutuhkan adalah bagian dari pengetahuan
geologi yang mengenai analisis kondisi bawah permukan melalui korelasi sumur dan
analisis perkembangan distribusi sedimentasi pada cekungan sehingga akan didapatkan
gambaran mengenai distribusi pengendapan.
Makalah ini disusun untuk mengasah kemapuan mahasiswa dalam menganalisis
fasies maupun asosiasi fasies berdasarkan salah satu data bawah permukaan, serta untuk
mengetahui distribusi ukuran butir.

1.2.Maksud dan Tujuan


1.2.1. Maksud
Mengkorelasikan hasil analisis geologi bawah permukaan dengan daya dukung
sedimen terhadap beban konstruksi serta mengetahui lingkungan pengendapan
berdasarkan peta lokasi bor.
1.2.2. Tujuan
1. Menganalis fasies atau asosiasi fasies berdasarkan log sedimen pemboran dan
grafik distribusi ukuran butir
2. Mengetahui lapisan bawah permukaan yang relatif stabil secara geologi Teknik
berdasarkan nilai N1(60)
3. Menghubungkan hasil analisis geologi bawah permukaan dengan daya dukung
sedimen terhadap beban konstruksi
4. Mengetahui umur fasies berdasarkan data paleontologi
5. Mengetahui lingkungan pengendapan berdasarkan peta lokasi pemboran

1.3.Rumusan Masalah
1. Berdasarkan data log pemboran dan ukuran butir, fasies apakah yang ditemui pada tiap
lokasi pemboran?
2. Berdasarkan nilai N1(60) apakah lapisan bawah permukaan relative stabil secara
geologi Teknik?
3. Bagaimana daya dukung sedimen pada lokasi pemboran terhadap beban konstruksi?
4. Berdasarkan data paleontology, termasuk dalam umur geologi apakah fasies tersebut?
5. Berdasarkan peta lokasi pemboran, apakah lingkungan pengendapan yang ditemui?

1.4.Manfaat Penulisan
Manfaat disusunnya makalah ini adalah untuk mengetahui fasies dan lingkungan
pengendapan pada lokasi pemboran berdasarkan data log pemboran dan grafik distribusi
ukuran butir. Lebih luas adalah untuk mengaitkan hasil analisis fasies tersebut dengan daya
dukung sedimen terhadap beban konstruksi.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Fasies merupakan suatu tubuh batuan yang memiliki kombinasi karakteristik yang khas dilihat
dari litologi, struktur sedimen dan struktur biologi memperlihatkan aspek fasies yang berbeda
dari tubuh batuan yang yang ada di bawah, atas dan di sekelilingnya.
Fasies umumnya dikelompokkan ke dalam facies association dimana fasies-fasies tersebut
berhubungan secara genetis sehingga asosiasi fasies ini memiliki arti lingkungan. Dalam skala
lebih luas asosiasi fasies bisa disebut atau dipandang sebagai basic architectural element dari
suatu lingkungan pengendapan yang khas sehingga akan memberikan makna bentuk tiga
dimensi tubuhnya (Walker dan James, 1992).
Menurut Slley (1985),
fasies sedimen adalah suatu satuan batuan yang dapat dikenali dan dibedakan dengan satuan
batuan yang lain atas dasar geometri, litologi, struktur sedimen, fosil, dan pola arus purbanya.
Fasies sedimen merupakan produk dari proses pengendapan batuan sedimen di dalam suatu
jenis lingkungan pengendapannya. Diagnosa lingkungan pengendapan tersebut dapat
dilakukan berdasarkan analisa faises sedimen, yang merangkum hasil interpretasi dari berbagai
data, diantaranya :
1. Geometri :
#a) regional dan lokal dari seismik (misal : progradasi, regresi, reef dan chanel)
b) intra-reservoir dari wireline log (ketebalan dan distribusi reservoir)
2. Litologi : dari cutting, dan core (glaukonit, carboneous detritus) dikombinasi dengan log
sumur (GR dan SP)
3. Paleontologi : dari fosil yang diamati dari cutting, core, atau side wall core
4. Struktur sedimen : dari core
Model Fasies (Facies Model)
Model fasies adalah miniatur umum dari sedimen yang spesifik. Model fasies adalah suatu
model umum dari suatu sistem pengendapan yang khusus ( Walker , 1992).
Model fasies dapat diiterpretasikan sebagai urutan ideal dari fasies dengan diagram blok atau
grafik dan kesamaan. Ringkasan model ini menunjukkan sebagaio ukuran yang bertujuan untuk
membandingkan framework dan sebagai penunjuk observasi masa depan. model fasies
memberikan prediksi dari situasi geologi yang baru dan bentuk dasar dari interpretasi
lingkungan. pada kondisi akhir hidrodinamik. Model fasies merupakan suatu cara untuk
menyederhanakan, menyajikan, mengelompokkan, dan menginterpretasikan data yang
diperoleh secara acak.
Ada bermacam-macam tipe fasies model, diantaranya adalah :
a) Model Geometrik berupa peta topografi, cross section, diagram blok tiga dimensi, dan
bentuk lain ilustrasi grafik dasar pengendapan framework
b) Model Geometrik empat dimensi adalah perubahan portray dalam erosi dan deposisi oleh
waktu .
c) Model statistik digunakan oleh pekerja teknik, seperti regresi linear multiple, analisis trend
permukaaan dan analisis faktor. Statistika model berfungsi untuk mengetahui beberapa
parameter lingkungan pengendapan atau memprediksi respon dari suatu elemen dengan elemen
lain dalam sebuah proses-respon model.
Facies Sequence
Suatu unit yang secara relatif conform dan sekuen tersusun oleh fasies yang secara geneik
berhubungan. Fasies ini disebut parasequence. Suatu sekuen ditentikan oleh sifat fisik lapisan
itu sendiri bukan oleh waktu dan bukan oleh eustacy serta bukan ketebalan atau lamanya
pengendapan dan tidak dari interpretasi global atau asalnya regional (sea level change). Sekuen
analog dengan lithostratigrafy, hanya ada perbedaan sudut pandang. Sekuen berdasarkan
genetically unit.
Ciri-ciri sequence boundary :
1. membatasi lapisan dari atas dan bawahnya.
2. terbentuk secara relatif sangat cepat (<10.000 tahun).
3. mempunyai suatu nilai dalam chronostratigrafi.
4. selaras yang berurutan dalam chronostratigrafi.
5. batas sekuen dapat ditentukan dengan ciri coarsening up ward.
Asosiasi Fasies
Mutti dan Ricci Luchi (1972), mengatakan bahwa fasies adalah suatu lapisan atau kumpulan
lapisan yang memperlihatkan karakteristik litologi, geometri dan sedimentologi tertentu yang
berbeda dengan batuan di sekitarnya. Suatu mekanisme yang bekerja serentak pada saat yang
sama. Asosiasi fasies didefinisikan sebagai suatu kombinasi dua atau lebih fasies yang
membentuk suatu tubuh batuan dalam berbagai skala dan kombinasi. Asosiasi fasies ini
mencerminkan lingkungan pengendapan atau proses dimana fasies-fasies itu terbentuk.
Sekelompok asosiasi fasies endapan fasies digunakan untuk mendefinisikan lingkungan
sedimen tertentu. Sebagai contoh, semua fasies ditemukan di sebuah fluviatile lingkungan
dapat dikelompokkan bersama-sama untuk menentukan fasies fluvial asosiasi.
Pembentukan dibagi menjadi empat fasies asosiasi (FAS), yaitu dari bawah ke atas. Litologi
sedimen ini menggambarkan lingkungan yang didominasi oleh braided stream berenergi tinggi.
a. Asosiasi fasies 1
Asosiasi fasies terendah di unit didominasi oleh palung lintas-stratifikasi, tinggi energi braided
stream yang membentuk dataran outwash sebuah sistem aluvial. Trace fosil yang hampir tidak
ada, karena energi yang tinggi berarti depositional menggali organisme tidak dapat bertahan.
b. Asosiasi fasies 2
Fasies ini mencerminkan lingkungan yang lebih tenang, unit ini kadang-kadang terganggu oleh
lensa dari FA1 sedimen. Bed berada di seluruh tipis, planar dan disortir dengan baik. Bed
sekitar 5 cm (2 in) bentuk tebal 2 meter (7 ft) unit "bedded sandsheets"- lapisan batu pasit yang
membentuk lithology dominan fasies ini.
Sudut rendah (<20 °), lintas-bentuk batu pasir berlapis unit hingga 50 cm (19,7 inci) tebal,
kadang-kadang mencapai ketebalan sebanyak 2 meter (7 kaki). Arah arus di sini adalah ke arah
selatan timur - hingga lereng - dan memperkuat interpretasi mereka sebagai Aeolian bukit pasir.
Sebuah suite lebih lanjut lapisan padat berisi fosil jejak perkumpulan; lapisan lain beruang riak
saat ini tanda, yang mungkin terbentuk di sungai yang dangkal, dengan membanjiri cekungan
hosting mungkin pencipta jejak fosil. Cyclicity tidak hadir, menunjukkan bahwa, alih-alih
acara musiman, kadang-kadang innundation didasarkan pada peristiwa-peristiwa tak terduga
seperti badai, air yang berbeda-beda tabel, dan mengubah aliran kursus.
c. Asosiasi fasies 3
Fasies ini sangat mirip FA1, dengan peningkatan pasokan bahan clastic terwakili dalam rekor
sedimen tdk halus, diurutkan buruk, atas-fining (yaitu padi-padian terbesar di bagian bawah
unit, menjadi semakin halus ke arah atas), berkerikil palung lintas-unit tempat tidur hingga
empat meter tebal. Jejak fosil langka. Sheet-seperti sungai dikepang disimpulkan sebagai
kontrol dominan pada sedimentasi di fasies ini.
d. Asosiasi fasies 4
Asosiasi fasies paling atas muncul untuk mencerminkan sebuah lingkungan di pinggiran laut.
Fining-up yang diamati pada 0,5 meter (2 kaki) hingga 2 meter (7 kaki) skala, dengan salib
melalui seperai pada unit dasar arus overlain oleh riak. Baik shales batu pasir dan hijau juga
ada. Unit atas sangat bioturbated, dengan kelimpahan Skolithos - sebuah fosil biasanya
ditemukan di lingkungan laut.
Hubungan Antara Fasies, Proses Sedimentasi dan Lingkungan Pengendapan
Lingkungan pada semua tempat di darat atau di bawah laut dipengaruhi oleh proses fisika dan
kimia yang berlaku dan organisme yang hidup di bawah kondisi itu pada waktu itu. Oleh karena
itu suatu lingkungan pengendapan dapat mencirikan proses-proses ini. Sebagai contoh,
lingkungan fluvial (sungai) termasuk saluran (channel) yang membawa dan mengendapkan
material pasiran atau kerikilan di atas bar di dalam channel.
Ketika sungai banjir, air menyebarkan sedimen yang relatif halus melewati daerah limpah
banjir (floodplain) dimana sedimen ini diendapkan dalam bentuk lapis-lapis tipis. Terbentuklah
tanah dan vegetasi tumbuh di daerah floodplain. Dalam satu rangkaian batuan sedimen channel
dapat diwakili oleh lensa batupasir atau konglomerat yang menunjukkan struktur internal yang
terbentuk oleh pengendapan pada bar channel. Setting floodplain akan diwakili oleh lapisan
tipis batulumpur dan batupasir dengan akar-akar dan bukti-bukti lain berupa pembentukan
tanah.
Dalam deskripsi batuan sedimen ke dalam lingkungan pengendapan, istilah fasies sering
digunakan. Satu fasies batuan adalah tubuh batuan yang berciri khusus yang mencerminkan
kondisi terbentuknya (Reading & Levell 1996). Mendeskripsi fasies suatu sedimen melibatkan
dokumentasi semua karakteristik litologi, tekstur, struktur sedimen dan kandungan fosil yang
dapat membantu dalam menentukan proses pembentukan. Jika cukup tersedia informasi fasies,
suatu interpretasi lingkungan pengendapan dapat dibuat. Lensa batupasir mungkin
menunjukkan channel sungai jika endapan floodplain ditemukan berasosiasi dengannya.
Namun bagaimanapun, channel yang terisi dengan pasir terdapat juga di dalam setting lain,
termasuk delta, lingkungan tidal dan lantai laut dalam. Pengenalan channel yang terbentuk
bukanlah dasar yang cukup untuk menentukan lingkungan pengendapan.
Fasies pengendapan batuan sedimen dapat digunakan untuk menentukan kondisi lingkungan
ketika sedimen terakumulasi.
Lingkungan sedimen telah digambarkan dalam beberapa variasi yaitu :
1. Tempat pengendapan dan kondisi fisika, kimia, dan biologi yang menunjukkan sifat khas
dari setting pengendapan [Gould, 1972].
2. Kompleks dari kondisi fisika, kimia, dan biologi yang tertimbun [Krumbein dan Sloss,
1963].
3. Bagian dari permukaan bumi dimana menerangkan kondisi fisika, kimia, dan biologi dari
daerah yang berdekatan [Selley, 1978].
4. Unit spasial pada kondisi fisika, kimia, dan biologi scara eksternal dan mempengaruhi
pertumbuhan sedimen secara konstan untuk membentuk pengendapan yang khas [Shepard dan
Moore, 1955].
Tiap lingkungan sedimen memiliki karakteristik akibat parameter fisika, kimia, dan biologi
dalam fungsinya untuk menghasilkan suatu badan karakteristik sedimen oleh tekstur khusus,
struktur, dan sifat komposisi. Hal tersebut biasa disebut sebagai fasies. Istilah fasies sendiri
akan mengarah kepada perbedaan unit stratigrafi akibat pengaruh litologi, struktur, dan
karakteristik organik yang terdeteksi di lapangan. Fasies sedimen merupakan suatu unit batuan
yang memperlihatkan suatu pengendapan pada lingkungan.

You might also like