Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
otot tubuh yang ditandai dengan perubahan kekuatan otot, kelenturan otot,
sistem kardiorespirasi.3
terdiri dari organ pertukaran gas (paru-paru) dan sebuah pompa ventilasi paru.
Pompa ventilasi ini terdiri dari dinding dada, otot-otot pernapasan, dan medula
kelamin, tinggi dan berat badan, serta ras. Pengembangan paru-paru dan elastisitas
1
2
volume udara.5
sangat bergantung sekali pada oksigen, karena otot yang digunakan saat
bernapas, tetapi juga untuk menyuplai ke otot saat seorang atlet sedang melakukan
aktivitas olahraganya. Hal tersebut akan terjadi apabila seorang atlet memiliki
kapasitas vital paru yang baik. Jadi bagi seorang atlet, memiliki kapasitas vital
paru yang baik sangatlah penting, karena dengan itu mereka dapat memiliki daya
Cabang olahraga tinju dan sepak takraw merupakan cabang olahraga yang
cabang olahraga seperti sepak bola, futsal, basket, dan lain sebagainya, akan tetapi
kedua cabang olahraga ini merupakan cabang olahraga yang termasuk ke dalam
merupakan salah satu wadah guna menyalurkan minat dan bakat, serta sifat-sifat
3
agresif pemuda dan pemudi. Selain untuk meningkatkan fisik dan mental,
Cabang olahraga sepak takraw merupakan salah satu cabang olahraga yang
yang begitu pesat, perkembangan ini sangat tampak di Indonesia baik tingkat
(Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar) putra sepak takraw Jawa Tengah yang
selalu menyumbangkan medali emas setiap event Nasional atau antar PPLP sejak
internasional seperti; Asean School, Sea Games, Asian games, Asian Beach
Games.8
takraw (beregu) adalah bentuk dan metode permainan serta predominant energy
energi yang berbeda dan tergantung dari jenis latihannya. Sistem energi aerob
permainan yang panjang, seperti halnya sepak bola, voli, basket, dan juga sepak
takraw. Cabang olahraga yang memiliki durasi permainan yang panjang tentunya
harus memiliki ketahanan jantung paru yang kuat, dalam hal ini harus memiliki
4
predominan sistem energi aerob yang baik. Sementara sistem energi anaerob
merupakan sistem yang utama digunakan dalam gerakan daya ledak atau gerakan-
gerakan eksplosif.
atlet individu dengan sampel atlet lari cepat dan renang didapatkan rata-rata nilai
kapasitas vital paru atlet renang 3,40 +/- 0,36 Liter, atlet lari cepat 2,62 +/- 0,70
Liter.10 Sementara dalam penelitian lain yang menguji nilai kapasitas vital atlet
beregu dengan sampel atlet futsal, didapatkan rata-rata nilai kapasitas vital 3,3
Liter.11 Hal tersebut menunjukkan adanya perbedaan nilai kapasitas vital paru
antara atlet beregu dan atlet individu. Akan tetapi mengapa atlet renang yang
merupakan atlet individu memiliki nilai kapasitas vital paru yang lebih besar
dibandingkan atlet futsal yang merupakan atlet beregu? Hal ini dikarenakan
olahraga renang akan melatih kerja paru dan meningkatkan kemampuan paru
untuk mengambil oksigen yang lebih banyak karena tahanan yang terdapat pada
air membuat perenang membutuhkan cadangan oksigen lebih banyak. Oleh karena
itu umumnya seseorang yang melakukan aktivitas renang secara rutin memiliki
nilai VC yang lebih besar.12,13 Data lain dalam penelitian sebelumnya yang
beregu memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan atlet individu.14
nilai kapasitas vital paru, berat badan dan tinggi badan menunjukkan hubungan
yang bermakna dan cukup kuat.15 Individu dengan IMT berlebih akan memiliki
5
nilai kapasitas vital paru yang lebih kecil dibandingkan dengan yang memiliki
Pemeriksaan ventilasi adalah mengukur udara yang keluar masuk paru.18 Volume
yang bisa diukur dibagi menjadi dua, yaitu volume statis dan volume dinamis. VC
Capacity), FEV1 (Forced Expiratory Volume in one second) dan arus puncak
Buffalo Health Study menyimpulkan bahwa fungsi paru dapat digunakan untuk
menilai angka kelangsungan hidup dan status kesehatan seorang atlet.20 Beberapa
fungsi paru dapat digunakan untuk pemeriksaan secara klinis, antara lain: vital
capacity (VC), forced vital capacity (FVC) dan forced expiratory volume in one
spiromteri atau menggunakan alat yang lebih sederhana yaitu peak expiratory flow
meter.
Penelitian mengenai perbedaan fungsi paru, khususnya nilai VC, FVC dan
FEV1 antar cabang olahraga di Indonesia sejauh ini sudah ada yang melakukan.
kapasitas paru pada cabang olahraga individu dan beregu dengan menambahkan
variabel berupa nilai PEF. Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka
6
FEV1, dan PEF antara atlet putra cabang olahraga tinju dengan atlet putra cabang
Apakah parameter fungsi paru atlet putra cabang olahraga Sepak Takraw
1) Apakah nilai VC atlet putra cabang olahraga Sepak Takraw lebih tinggi
2) Apakah nilai FVC atlet putra cabang olahraga Sepak Takraw lebih tinggi
3) Apakah nilai FEV1 atlet putra cabang olahraga Sepak Takraw lebih tinggi
4) Apakah nilai PEF atlet putra cabang olahraga Sepak Takraw lebih tinggi
parameter fungsi paru atlet putra cabang olahraga Sepak Takraw dengan Tinju di
Tengah mengenai perbedaan nilai volume paru (VC, FVC, FEV1, dan PEF) antara
atlet individu dan beregu khususnya pada cabang olahraga yang dijadikan subjek
dengan olahraga kapasitas volume paru akan meningkat yang akan memberikan
menggunakan variabel terikat berupa nilai VC, FVC, FEV1, dan PEF dengan
membandingkan nilai tersebut antara atlet putra cabang olahraga tinju dengan atlet
putra cabang olahraga sepak takraw di PPLP Jawa Tengah. Desain penelitian
Pekan Olahraga Provinsi bersamaan. Sampel adalah 30 vital paru lebih besar
2013 di Bandar orang yang memenuhi dari atlet lari cepat
10
Lampung. persyaratan, yang terdiri dari pria.
15 atlet renang dan 15 atlet lari
cepat. Fungsi paru yang dinilai
adalah VC
4. Atan T, Akyol P, Cebi Desain penelitian cross FVC dan FEV1 pada
M.. 2012. Comparison of sectional. Variabel yang diteliti atlet lebih besar dari
respiratory functions of adalah nilai FVC, FEV1 dan pada bukan atlet. FVC
athletes engaged in MVV. Sampel adalah atlet dan dan FEV1 pada
different sports bukan atlet usia 15-16 tahun pemain Sepak Bola
23
branches. yang berpartisipasi dalam dan handball lebih
pertandingan sejumlah 250, 50 besar dibanding voli
atlet dari masing-masing dan basket.
cabang olahraga (Sepak Bola,
voli, baskel, handball) dan 50
bukan atlet.
5. Singh A. 2014. Metode penelitian cross Atlet olahraga tim
Comparison of selected sectional. Sampel masing- secara signifikan
respiratory function masing 30 untuk atlet olahraga memiliki nilai vital
variables of athlete tim dan perorangan yang capacity dan forced
engaged in individual berpartisipasi dalam kompetisi vital capacity lebih
14
sport and team sport. antar kampus, India. Fungsi baik dibanding atlet
paru yang dinilai adalah VC, olahraga perorangan.
FEV1 dan MVV
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
digunakan oleh sel tubuh dan untuk mengeluarkan CO2 yang diproduksi oleh sel.
pasif CO2 yang merupakan produk sisa metabolisme dari jaringan ke atmosfer.24
asam. Selain itu sistem respirasi bermanfaat bagi kehidupan sel, karena sel
pernapasan dibagi menjadi empat proses utama yaitu (1) ventilasi paru, yang
berarti keluar masuknya udara antara atmosfir dan alveoli paru; (2) difusi O2 dan
CO2 antara alveoli dan darah; (3) pengangkutan O2 dan CO2 dalam darah dan
cairan tubuh ke dan dari sel jaringan tubuh; dan (4) pengaturan ventilasi.5,24
10
11
mengeluarkan semua udaranya melalui trakea bila tidak ada kekuatan untuk
dan dinding rongga dada. Paru-paru mengapung dalam rongga dada dan
dikelilingi lapisan tipis berisi cairan pleura yang menjadi pelumas bagi gerakan
maka paru-paru dapat bergeser secara bebas karena terlumasi dengan rata.25
dengan depresi dan elevasi tulang iga untuk memperbesar atau memperkecil
dinding dada secara aktif tertarik keluar oleh pengerutan dinding dada, dan sekat
Tekanan udara yang meningkat di dalam dada memaksa gas-gas keluar dari paru-
paru. Hal tersebut terutama terjadi tanpa upaya otot tetapi dapat dibantu oleh
peningkatan kapasitas vital paru dan mengembangkan daya tahan yang lebih besar
pada otot pernapasan. Dengan memiliki daya tahan kardiovaskular yang baik,
maka seorang atlet dapat bermain lebih lama sehingga tidak mudah mengalami
karbondioksida yang sangat berperan penting dalam menjaga fungsi normal sel
baik.27 Oleh karena itu, latihan fisik atau olahraga sangatlah penting untuk
meningkatkan fungsi paru yang merupakan organ vital yang mengatur pemakaian
O2 dan pengeluaran CO2 harus memiliki kemampuan kapasitas yang baik dalam
Definisi
Nilai normal biasanya 80% dari jumlah total paru. Akibat dari elastisitas paru dan
keadaan toraks, jumlah udara yang kecil akan tersisa didalam paru selepas
Definisi
Forced Vital Capacity atau kapasitas vital paru paksa adalah jumlah udara
maksimum yang dapat dikeluarkan paru dengan cepat, kuat dan dalam setelah
melakukan inspirasi maksimal. Pada orang normal, nilai FVC lebih kecil
dibandingkan nilai VC. Tes ini sangat berguna untuk menentukan penyakit paru
Definisi
Forced Expiratory Volume in one second adalah volume udara yang dapat
dihembuskan keluar dari paru secara paksa dalam satuan waktu tertentu setelah
melakukan inspirasi maksimal.5,29 Nilai normal FEV1 adalah 80% nilai FVC.30
14
Definisi
Expiratory Flow Rate (PEFR) adalah kecepatan ekspirasi maksimal yang bisa
dicapai oleh seseorang. Dinyatakan dalam liter per menit (L/menit) atau liter per
menggunakan alat yang lebih sederhana yaitu Peak Expiratory Flow meter (PEF
meter). Pemeriksaan PEF bertujuan untuk mengukur secara obyektif arus udara
pada saluran napas besar.31 Nilai normal Peak expiratory flow (PEF) untuk laki-
1. Posisi Tubuh
Pada posisi berdiri, nilai VC akan lebih tinggi dibanding posisi duduk
atau berbaring. Hal ini dikarenakan aktivitas fisik lebih sering dilakukan
pada posisi tubuh berdiri. Pada posisi berdiri, keadaan diafragma turun
Pada posisi berbaring, oleh karena efek gravitasi, aliran darah paru
sehingga aliran darah balik vena menurun, kemudian aliran udara paru
2. Usia
Nilai VC paling rendah pada usia anak dan lansia, sementara paling
tinggi adalah pada usia remaja. Kemampuan dinding dada dan kemampuan
menurun.33,34
FEV1/FVC.35
mencapai maksimal pada umur 19-21 tahun. Setelah itu nilai faal paru
3. Jenis Kelamin
Nilai parameter fungsi paru lebih besar pada jenis kelamin laki-laki
ukuran dan kekuatan otot dada lebih besar pada laki-laki dibanding
perempuan.33
16
Jenis kelamin lelaki memiliki nilai FVC lebih besar dibanding dengan
didapatkan nilai parameter fungsi paru yang rendah. Kapasitas vital paru
dada dan luas area tubuh.33,34 Tinggi badan berbanding lurus dengan PEF,
besar.36
signifikan antara nilai parameter fungsi paru dengan BMI pada individu
antara nilai parameter funsgi paru dan BMI pada individu underweight.37,38
lain: nikotin, tar, resin dan karbonmonoksida. Tar dan resin dapat
parameter fungsi paru yang lebih rendah. Pada penderita asma akan terjadi
Nilai FVC akan menurun lebih banyak yaitu 0,3 L ketika orang terserang
asma. Sementara nilai FEV1 terjadi penurunan sebanyak 0,2 L pada laki-
laki dan 0,08 L pada perempuan. Penurunan juga akan terjadi ketika
seseorang terserang asma yaitu sebanyak 0,6 L pada laki-laki dan 0,5 L
pada perempuan.40
6. Penyakit Jantung
rendahnya fungsi paru telah lama diketahui dan dilaporkan pada berbagai
18
lanjutan dari miocardial infarction atau kematian. Selain itu, nilai FEV1
8. Kadar Hemoglobin
yang berasal dari ventilasi paru. Perkembangan fungsi paru akan menurun
9. Latihan Fisik
Sebuah studi menyatakan bahwa nilai FVC anak yang terlibat dalam
Sementara untuk nilai FEV1 pada anak 11-13 tahun dan terlibat dalam
kegiatan olahraga adalah 2,78 ±0,6 L sedangkan nilai FEV1 pada anak
yang tidak terlibat kegiatan olahraga lebih rendah yaitu sebesar 2,57 ± 0,64
beberapa atlet cabang olahraga diketahui bahwa nilai kapasitas vital paru
periode waktu yang lebih lama, juga mampu menghembuskan keluar sisa-
tiga kali seminggu, baik untuk olahraga kesehatan maupun untuk olahraga
prestasi.48
oleh manusia/atlet pada umumnya memiliki salah satu kondisi fisik yang
atau memukul dengan cepat, maka kecepatan yang paling diutamakan, bila
untuk mampu bertahan di dalam air. Olahraga renang akan melatih kerja
10. Lingkungan
Pada daerah dataran tinggi, tekanan PO2 di udara relatif rendah jika
Kondisi ini memaksa orang-orang yang ada di dataran tinggi dengan PO2
mitokondria. Oleh karena itu, nilai VC anak yang tinggal di dataran tinggi
2.7 Spirometer
Alat yang digunakan untuk tujuan ini adalah spirometer. Ada beberapa jenis
spirometer yang dapat digunakan untuk menilai fungsi paru.29 Salah satu
spirometer yang dapat terkoneksi dengan komputer adalah Spirometer Spirolab II.
Perangkat ini juga sudah dilengkapi dengan layar LCD untuk sehingga
grafis dan printer yang terpasang di dalamnya. Penggunaan alat ini bisa dengan
atau tanpa penggunaan software WinspiroPro. Alat ini memiliki kapasitas memori
lebih dari 1500 tes dan keyboard lengkap untuk memasukkan data pasien. Selain
itu, alat ini juga portable karena dengan berat hanya 4 kg dan memiliki baterai
tahan lama yang dapat diisi ulang. Penggunaan teknologi terbaru dan canggih
dalam perangkat ini dapat mengukur semua fungsi paru dan saturasi oksigen.
a. Sistem Energi
bentuk latihan yang sesuai dan dibutuhkan oleh seorang atlet cabang
olahraga tersebut.54
sel. Molekul khusus dalam sel otot yang dapat langsung digunakan untuk
ADP dan Pi, maka sejumlah energi akan keluar dan energi ini merupakan
sumber energi yang dapat digunakan oleh otot untuk melakukan gerakan-
dibentuk dengan bantuan suatu protein khusus yang disebut dengan enzim,
yaitu ATP-ase.55
Dari ketiga sistem tersebut, sistem ATP-PC dan sistem asam laktat atau
dalam otot sebagai suatu proses resistensi ATP yang tidak membutuhkan
eksplosif karena :
4 kategori yaitu :
24
(sistem ATP-PC)
(Sistem oksigen/aerobic) 56
b. Sepak Takraw
datang rombongan pemain sepak takraw dari Malaysia dan beberapa bulan
yang terbuat dari rotan. Permainan ini dimainkan di atas lapangan dengan
pada permainan bola voli. Permainan ini terdiri dari 2 pihak yang
permainan ini yang digunakan terutama kaki dan bola dimainkan dengan
salah.58
Singapura, dan Malaysia. Pada tahun 1977 jumlah Negara yang mengikuti
dalamnya. Setelah itu nama SEAP Games diubah menjadi South East Asia
Pada permainan sepak takraw, hal dasar yang paling utama yaitu
kemampuan daya tahan otot tungkai kaki ialah pada saat melakukan
tendangan. Oleh karena itu stamina dan daya tahan merupakan unsur
kemampuan daya tahan otot tungkai yang harus dimiliki oleh seorang
pemain. Setiap kegiatan dalam bidang olahraga seperti halnya dalam sepak
dengan gerakan reflek yang cepat, terutama pada waktu melakukan teknik
smash, teknik block, teknik service, yang jika diamati gerakan tersebut
tidak lebih dari 1-5 detik. Menurut pembagian kategori penggunaan sistem
26
adalah ATP-PC.54,56
cadangan.
Cara penilaian untuk nomor tim, regu, dan double event dengan
sistem rally point, dalam setiap game terdiri dari dua set dengan nilai 21,
bila terjadi angka 20 sama maka terjadi penambahan nilai (deuce) dengan
selisih 2 angka dengan maksimal nilai 25, bila terjadi nilai set satu sama
terjadi nilai 14 sama maka terjadi penambahan nilai (duece) dengan selisih
paha, kaki bagian dalam (sepak sila), punggung kaki, tumit, sepak silang.
27
c. Tinju
"Pugilism". Kata Pugilism berasal dari kata latin, pugilatus. pinjaman dari
yang berbentuk kotak atau "Box" dalam bahasa Inggrisnya. Tinju Manusia
yang mana apabila kalau terkepal akan berbentuk seperti kotak. Kata
Yunani pugno berarti tangan terkepal seperti tinju, siap untuk pugnos,
berkelahi, bertinju.60
dapat dilihat dari banyak penonton yang menyasikan olahraga tinju baik
Muhammad Ali dan Mike Tyson. Peraturan tinju amatir dan tinju
dipertandingkan adalah daya tahan, power dan daya tahan otot jangka
80% dan anaerobik 20 – 30%. Disini dapat dilihat bahwa daya tahan
penampilan. Petinju yang telah memiliki daya tahan aerobik yang baik
menanganinya berbeda.62
Boxe Amateur), sedangkan tinju profesional pada tiap-tiap negara yang ada
peringkat dan juara dalam suatu kelas dan lain-lain, dalam tinju
rondenya tergantung tingkatan dari petinju. Untuk petinju yang baru terjun
di arena tinju professional walaupun dia telah atau pernah ikut tinju amatir,
ronde, dan apabila ia telah cukup lama bertanding dan dianggap memiliki
d. Metode Latihan
1. Sepak Takraw
bola Sejajar
Sit up Service
2. Tinju
pembibitan olahraga nasional yang digunakan untuk mencari dan membina bakat
olahraga pada usia sekolah yang mana tempat latihan dan tempat penginapannnya
terkonsentrasi pada satu tempat. Model pembinaan olahraga pelajar seperti ini
pelajar, karena di sisi lain atlet pelajar dapat latihan secara intensif dan sisi lainnya
adalah bagian dari sistem kompetisi olahraga pelajar secara nasional yang
berjenjang dan berkelanjutan. Tujuan dari kejuaraan nasional antar PPLP adalah
banyak siswa PPLP yang kemudian terpilih menjadi olahragawan nasional dan
Kemenpora, pada PPLP Provinsi Jawa Tengah tercatat cabang olahraga karate,
taekwondo, dan gulat berhasil memperoleh medali di tahun 2009 dan 2012, tetapi
tidak berhasil memperoleh medali pada Kejuaraan Daerah di tahun 2011 maupun
2012. Untuk Kejuaraan Nasional, atlet PPLP Jawa Tengah pada cabang olahraga
32
atletik, renang, panahan, pencak silat dan sepak takraw berhasil memperoleh
medali di tahun 2011 dan tahun 2012. Sedangkan dari jumlah atlet PPLP Jawa
LATIHAN/PEMBINAAN
ATLET
NILAI PARAMETER
FUNGSI PARU
Posisi Tubuh
Usia
Jenis
Kelamin
Antropometri Tubuh & BMI
Penyakit Jantung
Kadar Hemoglobin
Latihan Fisik
Lingkungan
Nilai VC
LATIHAN /
PEMBINAAN Nilai FVC
ATLET
Nilai FEV1
Nilai PEF
Gambar 4. Kerangka Konsep
2.12 Hipotesis
Nilai parameter fungsi paru atlet putra cabang olahraga Sepak Takraw
a. Nilai VC atlet putra cabang olahraga Sepak Takraw lebih tinggi dibandingkan
b. Nilai FVC atlet putra cabang olahraga Sepak Takraw lebih tinggi
c. Nilai FEV1 atlet putra cabang olahraga Sepak Takraw lebih tinggi
d. Nilai PEF atlet putra cabang olahraga Sepak Takraw lebih tinggi
METODE PENELITIAN
Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu Faal, khususnya ilmu Kedokteran
Olahraga
Universitas Diponegoro mulai bulan Febuari 2016 sampai dengan jumlah subjek
penelitian terpenuhi.
cross sectional.
Populasi target pada penelitian ini adalah atlet putra cabang olahraga Tinju
Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah atlet putra cabang olahraga
36
37
3.4.3 Sampel
Subjek pada penelitian ini adalah atlet putra cabang olahraga Tinju dan
Sepak Takraw yang berlatih di PPLP Jawa Tengah pada periode penelitian yang
a. Kriteria inklusi
b. Kriteria ekslusi
1) Pada saat penelitian diketahui menderita infeksi saluran nafas yaitu flu, batul,
data atlet Tinju dan Sepak Takraw yang ada di PPLP Jawa Tengah.
Besar sampel penelitian dihitung dengan rumus besar sampel untuk uji
(𝒁𝜶 =1,96). Besarnya kesalahan tipe II ditetapkan sebesar 20% (𝒁𝜷 =0,842).
𝟐
(𝒁𝜶 + 𝒁𝜷 ) 𝑺
𝒏𝟏 = 𝒏𝟐 = 𝟐 [ ]
𝒙𝟏 − 𝒙𝟐
𝟐
(𝟏, 𝟗𝟔 + 𝟎, 𝟖𝟒𝟐 ) 𝟎, 𝟑𝟏
𝒏𝟏 = 𝒏𝟐 = 𝟐 [ ]
𝟎, 𝟑𝟕
𝒏𝟏 = 𝒏𝟐 = 𝟏𝟎, 𝟗
Keterangan:
Zα = 1,96 (α = 0,05)
Zβ = 0,842 (β = 0,2)
S = 0,31
dalam penelitian ini adalah 11 orang per kelompok. Besar sampel total adalah 22
orang yang terdiri atas 11 orang atlet putra Tinju dan 11 atlet putra Sepak Takraw.
Variabel bebas pada penelitian ini adalah olahraga tinju dan sepak takraw.
1) Nilai VC
2) Nilai FVC
3) Nilai FEV1
39
4) Nilai PEF
2) Kuesioner
3) Timbangan badan
4) Pengukur tinggi
5) Spirometer Spirolab II
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan data primer.
Data diperoleh langsung dari subjek penelitian. Data primer yang dikumpulkan
adalah data karakterisitik fisik, nilai VC, FVC, FEV1 dan PEF.
41
pemeriksaan spirometri.
responden.
3) Pastikan mouth piece yang ada sudah tersambung dengan alat spirometer.
2) Sudah memberikan informasi jelas dan cukup kepada responden tentang cara
pemakaian spirometer.
4) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan responden sebelum pemeriksaan.
42
dilakukan pada subjek penelitian adalah nilai FEV1, FVC, VC dan PEF dengan
5) Untuk mengetahui nilai VC, menekan tombol VC, kemudian melakukan tes
normal).
6) Untuk mengetahui nilai FVC dan FEV1, menekan tombol FVC, kemudian
Subjek penelitian
Cabang olahraga
Pengumpulan data
dan kebenaran data. Data selanjutnya diberi kode, ditabulasi, dan dimasukkan
kedalam computer. Analisis data meliputi analisis deskriptif dan uji hipotesis.
Pada analisa deskriptif data yang berskala kontinu seperti umur , parameter fungsi
paru (FEV1, FVC, PEV dan VC) subjek penelitian dinyatakan sebagai rerata dan
simpang baku. Uji normalitas distribusi data parameter fungsi paru akan dilakukan
dengan uji saphiro-wilk. Uji ini dipilih karena besar sample <50 (sampel kecil).
Uji hipotesis perbedaan parameter fungsi paru antara atlet tinju dan sepak takraw
akan di analisis dengan uji t-tidak berpasangan apabila data berdistribusi normal.
Apabila data berdistribusi tidak normal maka uji hipotesis akan dilakukan dengan
diberi penjelasan singkat tentang tujuan dan manfaat penelitian, lalu diminta bukti
Calon subjek penelitian berhak menolak untuk diikutsertakan dan boleh berhenti
dipublikasikan tanpa izin dari calon subjek penelitian. Seluruh biaya yang
45
berkaitan dengan penelitian ditanggung oleh peneliti sendiri, dan pada akhir
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada atlet putra cabang olahraga Tinju dan Sepak
Takraw di Pusat Pendidikan dan pelatihan Pelajar (PPLP) Jawa Tengah dengan
rentang usia 15-19 tahun dan berlangsung selama 3 minggu hari kerja. Teknik
dari cabang olahraga Tinju dan Sepak Takraw sehingga jumlah keseluruhan
subjek adalah 22 atlet. Subjek sudah memenuhi kriteria penelitian dan telah
sebelum penelitian.
Jumlah subjek dari penelitian ini adalah 22 orang atlet dengan masing-
masing 11 atlet dari cabang olahraga Tinju dan Sepak Takraw. Semua subjek dari
penelitian berdasarkan usia, berat badan, tinggi badan, dan lingkar dada yang akan
46
47
Cabang Median P
Karakteristik N Rerata ± SB
Olahraga (min-maks)
Pada tabel 4 didapatkan hasil rerata usia 17,18 ± 1,32 tahun untuk atlet
cabang olahraga Tinju dengan usia termuda 15 tahun dan usia tertua 19 tahun.
Sementara atlet cabang olahraga Sepak Takraw didapatkan hasil rerata usia 17,09
± 0,70 tahun dengan usia termuda 16 tahun dan usia tertua 18 tahun. Distribusi
data usia atlet tidak normal sehingga dilakukan uji Mann-Whitney. Hasil uji
statistik pada tabel tersebut menunjukkan tidak ada perbedaan rerata usia yang
bermakna (p=0,83).
kg untuk atlet cabang olahraga Tinju dengan berat badan terendah 60 kg dan
tertinggi 69 kg. Sedangkan atlet cabang olahraga Sepak Takraw didapatkan hasil
rerata berat badan 56,73 ± 4,12 kg dengan berat badan terendah 50 kg dan
48
tertinggi 65 kg. Distribusi data berat badan atlet tidak normal sehingga dilakukan
uji Mann-Whitney. Hasil uji statistik pada tabel tersebut menunjukkan tidak ada
Hasil rerata tinggi badan atlet cabang olahraga Tinju 173,73 ± 2,83 cm
dengan tinggi terendah 168 cm dan tertinggi 178 cm. Sementara hasil rerata tinggi
badan atlet cabang olahraga Sepak Takraw 168,55 ± 3,64 cm dengan tinggi
terendah 159 cm dan tertinggi 172 cm. Distribusi data tinggi badan atlet normal,
selanjutnya dilakukan uji t-tidak berpasangan. Hasil uji statistik pada tabel
Sementara itu, didapatkan hasil rerata lingkar dada atlet cabang olahraga
Tinju 85,18 ± 4,24 cm dengan lingkar dada terkecil 79 cm dan terbesar 92 cm.
Sedangkan untuk cabang olahraga Sepak Takraw didapatkan hasil rerata lingkar
dada 76,63 ± 2,38 cm dengan lingkar dada terkecil 72,5 cm dan terbesar 80 cm.
Distribusi data lingkar dada atlet normal, selanjutnya dilakukan uji t-tidak
200
180
160
140
120
100 Tinju
80 Sepak Takraw
60
40
20
0
Usia Berat Badan Tinggi Badan Lingkar Dada
49
Berikut hasil pengukuran dan uji statistik parameter fungsi paru ditampilkan pada
tabel 7.
merupakan cabang olahraga individu dan atlet cabang olahraga Sepak Takraw
atlet. Hasil pengukuran nilia Vital Capacity (VC) pada atlet cabang olahraga tinju
50
didapatkan rerata 3,79 ± 0,31 L dengan nilai terendah 3,32 L dan tertinggi 4,33 L.
Sementara rerata hasil pengukuran nilai VC pada atlet cabang olahraga Sepak
Takraw 3,18 ± 0,39 L dengan nilai terendah 2,33 L dan tertinggi 3,88 L. Distribusi
data nilai VC normal, selanjutnya dilakukan uji t-tidak berpasangan. Hasil uji
bermakna (p=0,01).
pada atlet cabang olahraga Tinju didapatkan rerata 3,62 ± 0,33 L dengan nilai
terendah 3,25 L dan tertinggi 4,11 L. Sedangkan untuk hasil pengukuran pada
atlet cabang olahraga Sepak Takraw didapatkan rerata 3,04 ± 0,44 L dengan nilai
terendah 2,21 L dan tertinggi 3,56 L. Distribusi data nilai FVC normal,
selanjutnya dilakukan uji t-tidak berpasangan. Hasil uji statitstik pada tabel
pada atlet cabang olahraga Tinju didapatkan rerata 3,37 ± 0,24 L dengan nilai
terendah 3,11 L dan tertinggi 3,88 L. Sementara pada atlet cabang olahraga Sepak
Takraw didapatkan rerata 3,01 ± 0,42 L dengan nilai terendah 2,21 L dan tertinggi
3,56 L. Distribusi data nilai FEV1 normal, selanjutnya dilakukan uji t-tidak
Sementara itu, pada hasil pengukuran nilai Peak Expiratory Flow (PEF)
atlet cabang olahraga Tinju didapatkan rerata 7,58 ± 1,39 L dengan nilai terendah
5,42 L dan tertinggi 10,81 L. Sedangkan hasil pengukuran pada atlet cabang
51
olahraga Sepak Takraw didapatkan rerata 7,02 ± 1,27 L dengan nilai terendah
5,70 L dan tertinggi 10,22 L. Distribusi data nilai PEF tidak normal, selanjutnya
dilakukan uji Mann-Whitney. Hasil uji statitstik pada tabel tersebut menunjukkan
4 Tinju
Sepak Takraw
3
0
VC FVC FEV1 PEF
olahraga, data yang berdistribusi normal akan dilakukan uji T tidak berpasangan
untuk mengetahui perbedaan bermakna antar cabang olahraga, yaitu Tinju dan
normal, yaitu nilai VC, FVC, dan FEV1. Uji T tidak berpasangan menunjukkan
terdapat perbedaan bermakna pada nilai VC, FVC, dan FEV1 antar atlet putra
cabang olahraga Tinju dan Sepak Takraw. Gambar 7 menunjukkan bahwa rerata
nilai VC, FVC, dan FEV1 atlet putra cabang olahraga Tinju lebih besar daripada
52
atlet putra cabang olahraga Sepak Takraw sehingga hipotesis penelitian yang
menyatakan bahwa Nilai VC, FVC, dan FEV1 pada atlet putra cabang olahraga
Sepak Takraw lebih besar dari Tinju di PPLP Jawa Tengah tidak dapat diterima,
Sementara untuk data yang berdistribusi tidak normal akan dilakukan uji
Tinju dan Sepak Takraw. Diperoleh 1 variabel parameter fungsi paru yang
berdistribusi tidak normal, yaitu nilai PEF. Uji Mann-Whitney menunjukkan tidak
terdapat perbedaan yang bermakna pada nilai PEF antar atlet putra cabang
olahraga Tinju dan Sepak Takraw. Gambar 7 menunjukkan bahwa rerata nilai
PEF atlet putra cabang olahraga Tinju lebih besar daripada atlet putra cabang
Nilai PEF pada atlet putra cabang olahraga Sepak Takraw lebih besar dari Tinju di
PEMBAHASAN
Subjek pada penelitian ini adalah atlet putra cabang olahraga Tinju dan
Sepak Takraw di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pelajar (PPLP) Jawa Tengah
dengan rentang usia 15-19 tahun. Rerata usia, berat badan, tinggi badan dan
lingkar dada kelompok atlet putra cabang olahraga Tinju lebih besar daripada
memiliki perbedaan yang bermakna, yaitu karakteristik tinggi badan dan lingkar
dada. Sementara karakteristik usia dan berat badan tidak memiliki perbedaan yang
bermakna.
expiratory volume in one second), dan PEF (peak expiratory flow) merupakan
beberapa parameter fungsi paru yang dapat diketahui melalui metode pengkuruan
menggunakan alat spirometer. Parameter fungsi paru ini memiliki korelasi positif
dengan kemampuan fisik seorang atlet. Semakin besar nilai parameter fungsi paru
53
54
berdampak pada perbedaan nilai parameter fungsi paru atlet antar cabang olahraga
fungsi paru seorang atlet. Parameter fungsi pernapasan ini dipengaruhi oleh
banyak faktor, diantaranya adalah faktor usia, jenis kelamin, antropometri tubuh,
Dari hasil pengukuran nilai VC, FVC, FEV1, dan PEF pada kedua cabang
olahraga yang dijadikan subjek penelitian, didapatkan bahwa atlet putra cabang
olahraga Tinju memiliki rerata nilai parameter fungsi paru yang lebih besar
dibandingkan rerata nilai pada atlet putra cabang olahraga Sepak Takraw. Secara
uji statistik, didapatkan perbedaan yang bermakna antara rerata nilai VC, FVC,
dan FEV1 pada atlet putra cabang olahraga Tinju dan Sepak Takraw. Sementara
untuk rerata nilai PEF tidak terdapat perbedaan yang bermakna. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa hipotesis penelitian yang mengatakan bahwa rerata nilai VC,
FVC, FEV1, dan PEF atlet putra cabang olahraga Sepak Takraw lebih besar
dibandingkan dengan rerata nilai pada atlet putra cabang olahraga Tinju tidak bisa
diterima.
olahraga didapatkan perbedaan yang bermakna pada rerata nilai tinggi badan
(p=0,02) dan lingkar dada (0,00). Diperoleh hasil bahwa rerata nilai tinggi badan
dan lingkar dada atlet putra cabang olahraga Tinju lebih besar dibandingkan atlet
putra cabang olahraga Sepak Takraw. Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Talakua, Billy Yacub Rafel (2007) mengenai pengaruh dan hubungan tinggi
55
badan terhadap kapasitas vital paru didapatkan hasil bahwa semakin tinggi nilai
tinggi badan, maka semakin besar pula kapasitas vital dan tinggi badan memiliki
hubungan linier dan berkorelasi positif kuat terhadap kapasitas vital.70 Sementara
itu, menurut penelitian yang dilakukan oleh Krisna, Daniel Mahendra (2011)
mengenai pengaruh dan hubungan lingkar dada terhadap kapasitas vital paru
didapatkan hasil bahwa adanya hubungan linier antara ukuran lingkar dada
dengan kapasitas vital paru dan memiliki korelasi positif.71 Semakin besar lingkar
dada, semakin besar juga volume paru. Sementara itu, berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Rozi Kodarusman Warganegara, didapatkan hasil bahwa atlet yang
menggunakan ekstremitas atas mempunyai kapasitas vital paru lebih besar dari
atlet, bentuk dan metode permainan dari suatu cabang olahraga juga dapat
mempengaruhi nilai parameter fungsi paru, dan hal tersebut sesuai dengan hasil
penelitian ini.
parameter fungsi paru berupa nilai VC, FVC, FEV1, dan PEF antara atlet putra
cabang olahraga tinju dan sepak takraw diperoleh hasil bahwa cabang olahraga
tinju memiliki nilai parameter fungsi paru yang lebih baik. Hal ini menunjukkan
bahwa cabang olahraga yang memiliki predominan sistem energi aerob yang baik,
belum tentu memiliki nilai parameter fungsi paru yang baik pula. Hal tersebut
sesuai dengan hasil penelitian ini, bahwa karakteristik fisik atlet juga
tinggi badan dan lingkar dada. Atlet tinju memiliki tinggi badan dan lingkar dada
yang lebih besar dibandingkan dengan atlet sepak takraw, dan hal tersebut
dilaksanakan penelitian.
6.1 Simpulan
1. Nilai VC pada atlet putra cabang olahraga Tinju lebih besar dari Sepak
yang bermakna.
2. Nilai FVC pada atlet putra cabang olahraga Tinju lebih besar dari Sepak
yang bermakna.
3. Nilai FEV1 pada atlet putra cabang olahraga Tinju lebih besar dari Sepak
yang bermakna.
4. Nilai PEF pada atlet putra cabang olahraga Tinju lebih besar dari
6.2 Saran
fungsi paru atlet putra cabang olahraga individu dan beregu dengan jumlah
subjek yang lebih besar dan variasi cabang olahraga yang lebih banyak.
57
58
fungsi paru atlet putra cabang olahraga individu dan beregu dengan
DAFTAR PUSTAKA
43. Maranatha D. Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK). In: Buku Ajar Ilmu
Penyakit Paru FK UNAIR Dr.Soetomo. Surabaya; 2004:28-29.
44. Field JF, DeBraun MR, Yan Y SR. Growth Of Lung Function In Children
With Sickle Cell Anemia. Pediatr Pulmonol. 2008;43:1061-1066.
45. Alpay B, Altug K HS. Evaluation Of Some Respiratory And
Cardiovaskular Parameters Of Sedentary Compared With Students
Attending Elementary School Teams In The 11-13 Age. 2008;8:22-29.
46. Yunus, F., Adriskanda, B., Setiawan B. Perbandingan Nilai Kapasitas
Difusi Paru antara Orang yang Terlatih dan Tidak Terlatih. J Respirologi
Indones. 2007;17(2):76-83.
47. Cooper Kenneth H. Aerobik. 5th ed. Jakarta: PT Gramedia
48. Djoko Pekik Irianto. Bugar Dan Sehat Dengan Olahraga. Yogyakarta: Andi
Offset; 2004.
49. Edy. D.P. Duhe. Perbedaan Pengaruh Latihan Beban Luar Dan Latihan
Beban Dalam Terhadap Kecepatan Pukulan Jab-Straight Pada Atlet Tinju
Sasana Pertisar Manado. 2012:2-3.
50. Yunus F. Dampak Debu Industri pada Paru dan Pengendaliannya. J Respir
Indones. 1999;17:4-7.
51. Spirometry [Internet]. Available from:
http://www.patient.co.uk/health/spirometry-leaflet. Published 2014.
Accessed January 21, 2016.
52. MIR Spirolab Spirometer [Internet]. Available from: https://www.a-
msystems.com/p-1132-mir-spirolab-iii-spirometer.aspx. Published 2014.
Accessed January 21, 2016.
53. Spirolab II [Internet]. sdi Diagnostics. Available from :
http://www.sdidiagnostics.com/spirometers/spirolab.php. Accessed January
21, 2016.
54. Iyakrus. Sistem Energi dan Serabut Otot Dominan pada Permainan
Sepaktakraw. Ilmu Olahraga dan Kesehat. 2011;1(2).
55. Fox. Physiological Basis Of Physical Education and Athletics. 4th ed.
Philadelphia: Saunders College Publishing; 1998.
56. Soekarman. Dasar-Dasar Olahraga Untuk Pembina, Pelatih, Dan Atlit.
Jakarta: Inti Indayu Press; 1992.
57. Yanaludin. Hubungan Kekuatan Otot Kaki Dengan Ketepatan Sepak Kuda
Permainan Sepak Takraw Pada Siswa Kelas V SD Negeri 44 Bengkulu
Selatan. 2014. doi:10.1007/s13398-014-0173-7.2.
63
58. Iyakrus. Permainan Sepak Takraw. 1st ed. Palembang: Unsri Press; 2012.
59. Pengertian Sepak Takraw dan Nomor yang Dipertandingkan. olahraga.
http://mari-berkawand.blogspot.co.id/2014/07/pengertian-sepaktakraw-dan-
nomer-yang.html. Published 2014.
60. Sejarah Tinju [Internet]. http://www.boxing-indonesia.com/2008/05/asal-
mula-istilah-ring.html. Accessed January 27, 2016.
61. Junaidi. Profil Kapasitas Aerobik Atlet Tinju Profesional. J Fisioter
Indonusa. 2007;7(2):101-106.
62. Abdul Rasyid. Buku Panduan Untuk Olahraga Tinju Dengan Metode
Ilmiah. Jakarta: PB Pertina; 2002.
63. AIBA. Articles of Association and Rule for International Competition and
Tournament. 2002.
64. Kemenpora. Data dan Informasi PPLP 2010. Kemenpora.go.id. 2010:iv.
65. Dispora Jatim. http://www.dispora.jatimprov.go.id. Published 2011.
Accessed January 17, 2016.
66. Kemenpora. Data dan Informasi PPLP 2012. 2012:33.
67. Mazic S, Lazovic B, Djelic M, Suzic-lazic J, Djordjevic-saranovic S.
Respiratory parameters in elite athletes - - does sport have an influence ?
Rev Port Pneumol. 2015;(xx). doi:10.1016/j.rppnen.2014.12.003.
68. Singh A. Comparison Of Respiratory Parameters Among Combat Game
Players. 2014;1(I):129-136.
69. Riggs S. More on Brain Oxygen and Lung Health: Vital Capacity. NACD.
2012;25.
70. Talakua BYR. Pengaruh dan Hubungan Tinggi Badan Terhadap Kapasitas
Vital Pada Pria Dewasa Normal. 2007.
71. Krisna DM. Pengaruh dan Hubungan Lingkar Dada Terhadap Kapasitas
Vital Paru Laki-Laki Dewasa. 2011.
72. Kodarusman R. The Comparation Of Lung Vital Capacity In Various Sport
Athlete. J Major. 2015;4.
LAMPIRAN
64
65
JUDUL PENELITIAN :
Yth………………………………….
satu syarat yang ditetapkan kepada saya adalah menyusun sebuah karya tulis
Fungsi Paru Atlet Putra Cabang Olahraga Individu dan Beregu di Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Pelajar Jawa Tengah (Studi pada Cabang Olahraga
paru antara atlet putra Tinju dan atlet putra Sepak Takraw di PPLP Jawa Tengah.
Dalam penelitian ini subjek akan diminta untuk melakukan manuver VC (vital
bernafas normal), dan manuver FVC (forced vital capacity), yaitu dengan menarik
Kedua manuver tersebut akan dilakukan pada alat Spirometer Spirolab II dan hasil
penelitian selanjutnya tentang perbandingan parameter fungsi paru pada atlet putra
Penelitian yang saya lakukan ini bersifat sukarela dan tidak ada unsur
paksaan. Partisipasi Anda dalam penelitian ini juga tidak akan digunakan dalam
hal-hal yang merugikan Anda dalam bentuk apapun. Data yang didapatkan dari
penelitian ini akan dijamin kerahasiaannya, dan data tersebut hanya akan saya
penelitian ini.
67
Judul Penelitian:
Setelah mendengar dan memahami penjelasan tentang penelitian, dengan ini saya
menyatakan:
Nama :..………………………………………………
Usia :………………………………………………..
Pekerjaan :………………………………………………..
Alamat :………………………………………………..
Semarang, ……………….2016
No.
Tanggal Pengisian
Cabang Olahraga
i. IDENTITAS RESPONDEN
Nama :
Usia :
Tanggal lahir :
Jenis kelamin :
No telepon :
Berat badan :
Tinggi badan :
Lingkar dada :
ii. Anamnesis
1. Apakah anak Bapak/Ibu memiliki riwayat penyakit pernapasan?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah anak Bapak/Ibu memiliki riwayat penyakit jantung?
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah anak Bapak/Ibu sudah menekuni olahraganya lebih dari 2 tahun?
a. Ya
b. Tidak
4. Apakah anak Bapak/Ibu pernah merokok?
a. Ya
b. Tidak
5. Jika ya, apakah 2 jam terakhir merokok?
a. Ya
b. Tidak
69
Kelompok Tinju
Explore
Cabor
Descriptives
CABOR Statistic Std. Error
Usia Tinju Mean 17.18 .400
Median 17.00
Std. Deviation 1.328
Minimum 15
Maximum 19
Takraw Mean 17.09 .211
Median 17.00
Std. Deviation .701
Minimum 16
Maximum 18
TB Tinju Mean 173.73 .854
Median 175.00
Std. Deviation 2.832
Minimum 168
Maximum 178
Takraw Mean 168.55 1.098
72
Median 170.00
Std. Deviation 3.643
Minimum 159
Maximum 172
BB Tinju Mean 60.27 1.964
Median 60.00
Std. Deviation 6.513
Minimum 51
Maximum 69
Takraw Mean 56.73 1.244
Median 57.00
Std. Deviation 4.125
Minimum 50
Maximum 65
LD Tinju Mean 85.182 1.2797
Median 84.000
Std. Deviation 4.2442
Minimum 79.0
Maximum 92.0
Takraw Mean 76.636 .7201
Median 76.000
Std. Deviation 2.3884
Minimum 72.5
Maximum 80.0
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
CABOR Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Usia Tinju .186 11 .200* .927 11 .379
Takraw .279 11 .017 .822 11 .018
TB Tinju .219 11 .147 .927 11 .386
Takraw .292 11 .010 .733 11 .001
BB Tinju .155 11 .200* .927 11 .382
Takraw .123 11 .200* .972 11 .903
LD Tinju .201 11 .200* .933 11 .442
Takraw .213 11 .174 .924 11 .349
73
NPar Tests
Mann-Whitney Test
Ranks
cabor N Mean Rank Sum of Ranks
Usia Tinju 11 11.77 129.50
Takraw 11 11.23 123.50
Total 22
TB Tinju 11 15.77 173.50
Takraw 11 7.23 79.50
Total 22
Test Statisticsa
Usia TB
Mann-Whitney U 57.500 13.500
Wilcoxon W 123.500 79.500
Z -.205 -3.128
Asymp. Sig. (2-tailed) .837 .002
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .847b .001b
a. Grouping Variable: cabor
b. Not corrected for ties.
T-Test
Group Statistics
cabor N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
BB Tinju 11 60.27 6.513 1.964
Takraw 11 56.73 4.125 1.244
LD Tinju 11 85.182 4.2442 1.2797
Takraw 11 76.636 2.3884 .7201
74
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Interval of the
Sig. (2- Mean Std. Error Difference
F Sig. t df tailed) Difference Difference Lower Upper
BB Equal variances
3.235 .087 1.525 20 .143 3.545 2.325 -1.303 8.394
assumed
Equal variances
1.525 16.912 .146 3.545 2.325 -1.361 8.452
not assumed
LD Equal variances
6.719 .017 5.820 20 .000 8.5455 1.4684 5.4824 11.6085
assumed
Equal variances
5.820 15.756 .000 8.5455 1.4684 5.4287 11.6622
not assumed
Explore
Cabor
Descriptives
CABOR Statistic Std. Error
VC Tinju Mean 3.7918 .09539
Median 3.7200
Std. Deviation .31638
Minimum 3.32
Maximum 4.33
Takraw Mean 3.1882 .12053
Median 3.1400
Std. Deviation .39975
Minimum 2.33
Maximum 3.88
FVC Tinju Mean 3.6236 .10174
Median 3.5100
Std. Deviation .33744
Minimum 3.25
Maximum 4.11
Takraw Mean 3.0482 .13391
Median 3.2200
Std. Deviation .44411
Minimum 2.21
Maximum 3.56
FEV1 Tinju Mean 3.3700 .07523
Median 3.3800
Std. Deviation .24952
Minimum 3.11
Maximum 3.88
Takraw Mean 3.0109 .12886
Median 3.1200
Std. Deviation .42737
Minimum 2.21
Maximum 3.56
PEF Tinju Mean 7.5836 .42157
Median 7.5000
Std. Deviation 1.39819
Minimum 5.42
Maximum 10.81
76
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
CABOR Statistic df Sig. Statistic df Sig.
VC Tinju .151 11 .200* .961 11 .779
Takraw .185 11 .200* .954 11 .695
FVC Tinju .201 11 .200* .856 11 .051
Takraw .196 11 .200* .900 11 .183
FEV1 Tinju .208 11 .200* .886 11 .124
Takraw .210 11 .191 .937 11 .488
PEF Tinju .237 11 .085 .919 11 .310
Takraw .246 11 .062 .838 11 .029
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
T-Test
Group Statistics
CABOR N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
VC Tinju 11 3.7918 .31638 .09539
Takraw 11 3.1882 .39975 .12053
FVC Tinju 11 3.6236 .33744 .10174
Takraw 11 3.0482 .44411 .13391
FEV1 Tinju 11 3.3700 .24952 .07523
Takraw 11 3.0109 .42737 .12886
77
NPar Tests
Mann-Whitney Test
Ranks
CABOR N Mean Rank Sum of Ranks
PEF Tinju 11 13.45 148.00
Takraw 11 9.55 105.00
Total 22
Test Statisticsa
PEF
Mann-Whitney U 39.000
Wilcoxon W 105.000
Z -1.412
Asymp. Sig. (2-tailed) .158
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .171b
78