Professional Documents
Culture Documents
”Kemarilah, aku ingin menulis untuk kalian yang dengan itu kalian tidak akan
tersesat setelahnya”.
Sebagaimana pada saat itu beliau berpesan secara langsung kepada mereka agar
mengeluarkan orang-orang musyrik dari Jazirah ’Arab dan agar memuliakan
rombongan delegasi yang datang ke Madinah.[9]
’Aisyah berusaha agar beliau shallallaahu ’alaihi wasallam menunjuk orang lain
saja karena khawatir orang-orang akan berprasangka yang bukan-bukan kepada
ayahnya (Abu Bakr). ’Aisyah berkata :
إن أبا بكر رجل رقيق ضعيف الصوت كثير البكاء إذا قرأ القرآن
”Sesungguhnya Abu Bakr itu seorang laki-laki yang fisiknya lemah, suaranya
pelan, mudah menangis ketika membaca Al-Qur’an”.[11]
Namun beliau tetap bersikeras dengan perintahnya tersebut. Akhirnya Abu Bakr
maju menjadi imam shalat bagi para shahabat.[12] Pada satu hari, Nabi
shallallaahu ’alaihi wasallam keluar dengan dipapah oleh Ibnu ’Abbas dan ’Ali
radliyallaahu ’anhuma untuk shalat bersama para shahabat, dan kemudian beliau
berkhutbah. Beliau memuji-muji serta menjelaskan keutamaan Abu Bakr
radliyallaahu ’anhu dalam khutbahnya tersebut dimana ia (Abu Bakr) disuruh
memilih oleh Allah antara dunia dan kahirat, namun ia memilih akhirat.[13]
Khutbah terakhir yang beliau sampaikan tersebut adalah 5 hari sebelum wafat
beliau. Beliau berkata di dalamnya :
عبدا عرضت عليه الدنيا وزينتها فاختار الآخرة
ً إن
Abu Bakr paham bahwa yang dimaksud adalah dirinya. Ia pun menangis. Melihat
hal tersebut, orang-orang merasa heran karena mereka tidak paham apa yang
dirasakan oleh Abu Bakr.[14]
Para shahabat merasa sangat gembira dengan keluar beliau tersebut. Abu Bakr
pun mundur karena mengira bahwa Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam ingin
shalat bersama mereka. Namun beliau memberikan isyarat kepada mereka
dengan tangannya agar menyelesaikan shalat mereka.
Usamah bin Zaid masuk, dan beliau memanggilnya dengan isyarat. Beliau sudah
tidak sanggup lagi berbicara dikarenakan sakitnya yang semakin berat.[16]
”Tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah. Sesungguhnya pada setiap
kematian itu ada saat-saat sekarat”.[18]
’Aisyah mengetahui bahwasannya beliau pada saat itu disuruh memilih, dan
beliau pun memilih Ar-Rafiiqul-A’laa (Allah).[20]
Catatan kaki: