Professional Documents
Culture Documents
1 (Januari-Juni 2017)
Print ISSN 2460-1187, Online ISSN 2503-281X
Zulfikar 1
Rezki Hariko 2
Muwakhidah 3
Nikon Aritonang 4
STKIP PGRI Sumatera Barat1, Universitas Negeri Padang2,
Universitsas PGRI Adi Buana Surabaya3, Universitas Negeri Malang4
e-mail: zulfikar.bk@gmail.com
Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 146
Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 3 No. 1 (Januari-Juni 2017)
Print ISSN 2460-1187, Online ISSN 2503-281X
Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 147
Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 3 No. 1 (Januari-Juni 2017)
Print ISSN 2460-1187, Online ISSN 2503-281X
Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 147
Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 3 No. 1 (Januari-Juni 2017)
Print ISSN 2460-1187, Online ISSN 2503-281X
dalam rangka menyadari potensi yang belum apa yang terjadi dan tidak terjadi di dalam dan
dimanfaatkannya. antara sesi (Scholl, Ray and Amoon, 2014).
Artinya apapun keputusan yang diambil Pribadi konselor, pandangan klien
oleh klien konselor wajib menghargai setiap terhadap konselor , dan hubungan mereka
keputusannya itu, karna pada prinsipnya adalah pusat untuk proses konseling dan hasil
segala keputusan yang diambil oleh klien dalam konseling individu dan kelompok.
adalah tanggung jawabnya. Dialah yang akan Bohart (2003) menegaskan bahwa dalam
menjalani setiap keputusan yang telah konseling humanistik, terapis, memiliki
diambilnya. Namun konselor disini tetap jawaban, "harus menjadi ahli dalam sebuah
memberikan arahan pada potensi yang dimiliki proses". Dalam proses konseling, konselor
oleh klien yang barangkali potensi yang berusaha untuk berorientasi menjadikan klien
dimilikinya itu tidak disadari. dengan gaya interpersonal yang
Bohart (2003) menegaskan bahwa dalam mengakomodasi preferensi atau proses
konseling humanistik, terapis, memiliki pembangunan klien (Scholl, 2002).
jawaban, "harus menjadi ahli dalam sebuah Konselor teori humanistik, termasuk
proses". Dalam proses konseling, konselor Bugental, Rogers, dan Maslow, penentuan
berusaha untuk berorientasi menjadikan klien nasib sendiri bagian berharga dari klien.
dengan gaya interpersonal yang Mereka menekankan pentingnya konselor
mengakomodasi preferensi atau proses menemukan potensi kliennya yang unik.
pembangunan klien (Scholl, 2002). Mereka percaya pada pentingnya memfasilitasi
Proses Konseling Humanistik klien memahammi diri berkenaan dengan
Pendekatan eksistensial humanistik potensi yang unik ini. Misalnya, Bugental
tidak memiliki teknik-teknik yang ditentukan dikenal dengan mendorong klien untuk
secara ketat. Prosedur-prosedur terapeutik bisa melihat ke dalam dan untuk menjelajah ke
diambil dari beberapa pendekatan terapi wilayah yang tidak dikenal untuk menyadari
lainnya. Metode-metode yang berasal dari potensi yang belum dimanfaatkannya (Scholl,
terapi Gestah dan Analisis Transaksional sering Ray and Amoon, 2014).
digunakan, dan sejumlah prinsip dan prosedur Bohart (2003) menekankan lembaga atau
psikoanalisis bisa diintegrasikan ke dalam self-efficacy dari klien, menggambarkan proses
pendekatan eksistensial humanistic (Corey, konseling sebagai salah satu ciptaan bukannya
1988). memperbaiki kerusakan. Lebih khusus, klien
Pada konseling eksistensial-humanistik mensintesis pengalaman lama dengan cara
yang paling diutamakan adalah hubunganya baru untuk bergerak di luar cara-cara lama
dengan klien. Kualitas dari dua orang yang menjadi dan untuk mengaktualisasikan potensi
saling bertatap muka dalam situasi konseling yang belum direalisasi. Akhirnya, Bohart
merupakan stimulus terjadinya perubahan- menegaskan bahwa, sebagai bagian alami dari
perubahan yang positif. Atau konseling sering proses konseling humanistik, klien mensintesis
juga dikonseptualisasikan sebagai dialog keganjilan dalam kepribadiannya menjadi satu
antara individu dengan individu. Namun, kesatuan yang lebih kongruen dan fungsional.
proses konseling, apa yang sebenarnya terjadi, Proses konseling dengan pendekatan
atau tidak, selama dan antara sesi, mungkin humanistik sangat memperhatikan hubungan
sama atau lebih penting untuk pertumbuhan, terapeutik dengan melihat konselor dan klien
penyembuhan, atau perubahan klien (Crits- sebagai manusia. Proses dan hasil konseling
Christoph, Gibbons, & Mukherjee, 2013). dalam intervensi humanistik adalah aspek
Proses adalah lebih dari sekedar teknik, atau yang sangat terkait dan saling melengkapi.
cara konseling. Ini adalah "sifat hubungan Hasil konseling dapat mencakup hasil klien
antara berinteraksi individu" (Yalom, 2005), serta hasil penelitian. Hasil klien difokuskan
dalam hal ini, konselor dan klien (s). Ini adalah pada kebutuhan spesifik dari klien, hasil
Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 148
Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 3 No. 1 (Januari-Juni 2017)
Print ISSN 2460-1187, Online ISSN 2503-281X
Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 149
Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 3 No. 1 (Januari-Juni 2017)
Print ISSN 2460-1187, Online ISSN 2503-281X
bertanggung jawab atas segala apa yang Theory and practice (2nd ed., pp. 107-
dilakukannya. 148). New York, NY: Guilford Press.
Pendekatan eksistensial humanistik Corey, Gerald. 1988. Teori dan Praktek Konseling
tidak memiliki teknik-teknik yang ditentukan dan Psikoterapi. Bandung : PT ERESCO.
secara ketat. Prosedur-prosedur terapeutik bisa Corey, Gerald. 2010. Teori dan Praktek Konseling
bisa menggunakan beberapa pendekatan terapi dan Psikoterapi. Bandung: Refika
lainnya, seperti terapi Gestah dan Analisis Aditamad.
Transaksional sering digunakan. Pada Crits-Christoph, P., Gibbons, M. B. C., &
konseling eksistensial-humanistik yang paling Mukherjee, D. (2013). Psychotherapy
diutamakan adalah hubunganya dengan klien. process-out-come research. In M. J.
Proses konseling dengan pendekatan Lambert (Ed.), Bergin and Garfield's
humanistik sangat memperhatikan hubungan handbook of psychotherapy and behavior
terapeutik dengan melihat konselor dan klien change (6th ed., pp. 298-340). Hoboken,
sebagai manusia. NJ: Wiley.
Tujuan konseling Eksistensial Davidson, L. (2000). Philosophical foundations
humanistik yaitu: 1). Agar klien mengalami of humanistic psychology. Humanistic
keberadaannya secara otentik dengan menjadi Psy-chologist, 28, 7-31.
sadar atas keberadaan dan potensi-potensi Hansen, J. T. (2006). Humanism as
serta sadar bahwa ia dapat membuka diri dan ideological rebellion:
bertindak berdasarkan kemampuannya, Deconstructing the dualisms of
seperti: menyadari sepenuhnya keadaan contemporary mental health
sekarang, memilih bagaimana hidup pada saat culture. The Journal of Humanistic
sekarang, memikul tanggung jawab untuk Counseling, Education and Development,
memilih. 2). Meluaskan kesadaran diri klien, 45, 3-16.
dan karenanya meningkatkan kesanggupan Hansen, J. T. (2012). Extending the humanistic
pilihannya yakni menjadi bebas dan vision: Toward a humanities
bertanggung jawab atas arah hidupnya. 3). foundation for the counseling
Membantu klien agar mampu menghadapi profession. The Journal of Humanistic
kecemasan sehubungan dengan tindakan Counseling, 51, 133-144.
memilih diri, dan menerima kenyataan bahwa Hariko, R. (2017). Landasan Filosofis
dirinya lebih dari sekadar korban kekuatan- Keterampilan Komunikasi Konseling.
kekuatan deterministic di luar dirinya. Intinya Jurnal Kajian Bimbingan dan Konseling,
dalam konseling humanistik ini adalah 2(2), 41-49
bagaimana seorang konselor bisa Kaplan, D. M. (2002). Celebrating 50 years of
memanusiakan manusia dengan excellence. Journal of Counseling &
memanfaatkan segala potensi yang ada di Development, 80, 261-263.
dalam diri klien dengan berbagai teknik dan Lemberger, Matthew E. 2012. A Return to the
cara yang memungkinkan. Human in Humanism: A Response to
DAFTAR PUSTAKA Hansen's Humanistic Vision. Jurnal of
Allen, C. H. (1962). The history of SPATE: Humanistic Counseling, 51 164-175.
1931-1962. journal of Student Personnel Nita, Rahma Wira & Zulfikar, Z. 2014.
Association for Teacher Education, 2, 1- Menciptakan Suasana Belajar yang
5. Kondusif bagi Siswa dan Mahasiswa
Bohart, A. C. (2003). Person-centered Melalui Analisis Pendekatan Rasional
psychotherapy and related experiential Emotif Terapi dan Hypnolearning.
approaches. In A. S. Gurman & S. B. UNIMED
Messer (Eds.), Essential psychotherapies: Perepiczka, Michelle & Scholl, Mark B. 2012.
Association for Humanistic
Counseling: The Heart and Conscience
Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 150
Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 3 No. 1 (Januari-Juni 2017)
Print ISSN 2460-1187, Online ISSN 2503-281X
Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 151