You are on page 1of 7

Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 3 No.

1 (Januari-Juni 2017)
Print ISSN 2460-1187, Online ISSN 2503-281X

KONSELING HUMANISTIK: SEBUAH TINJAUAN FILOSOFI

Zulfikar 1
Rezki Hariko 2
Muwakhidah 3
Nikon Aritonang 4
STKIP PGRI Sumatera Barat1, Universitas Negeri Padang2,
Universitsas PGRI Adi Buana Surabaya3, Universitas Negeri Malang4
e-mail: zulfikar.bk@gmail.com

Info Artikel Abstrak


Sejarah artikel Hakikat konseling humanistik menekankan renungan filosofi tentang
Diterima April 2017 apa artinya menjadi manusia. Manusia memiliki kemampuan untuk
Disetujui Mei 2017 berfikir secara sadar dan rasional dalam mengendalikan hasrat
biologisnya, serta dalam meraih potensi maksimal mereka. manusia
Dipublikasikan Juni
bertanggung jawab terhadap hidup dan perbuatan mereka sendiri
2017
serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap
Kata Kunci: dan perilaku mereka sendiri. Pendekatan eksistensial humanistik
Konseling, Humanistik tidak memiliki teknik-teknik yang ditentukan secara ketat. Proses
Keywords: konseling dengan pendekatan humanistik sangat memperhatikan
Counseling, hubungan terapeutik dengan melihat konselor dan klien sebagai
Humanistic manusia. Tujuan dari konseling adalah agar klien menyadari
keberadaannya secara otentik. Meluaskan kesadaran diri klien agar
bisa mengambil suatu pilihan yang bebas dan bertanggung jawab.
Membantu klien agar mampu menghadapi kecemasan sehubungan
dengan keputusan pilihannya dan menerima kenyataan bahwa
dirinya lebih dari sekadar korban kekuatan-kekuatan pengaruh dari
luar dirinya.
Abstract
Itself counseling humanistic philosophy emphasizing musings about what it
means to be human. Humans have the ability to think consciously and
rationally in controlling biological desires, as well as in achieving their
maximum potential. humans are responsible for their own life and actions
and have the freedom and ability to change their own attitudes and behavior.
Humanistic approach to counseling techniques do not have a strictly defined.
In the existential-humanistic counseling main concern is to do with the
client. The counseling process with the humanistic approach very concerned
of the therapeutic relationship by seeing the counselor and client as a human
being. The process and results of the intervention counseling humanistic
aspects are very related and complementary. The goal of counseling is to make
the client aware of its existence in an authentic manner. Broadening the
client's self-awareness in order to take a free choice and responsibility.
Helping clients to be able to deal with anxiety in connection with the decision
of his choice and accept the fact that he is more than just victims of forces
influence from outside himself. The point is how a counselor could humanize
by exploiting all the potential that is in him.
DOI: http://dx.doi.org/10.24176/jkg.v3i1.1655
© 2017 Universitas Muria Kudus
Print ISSN 2460-1187
Online ISSN 2503-281X

Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 146
Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 3 No. 1 (Januari-Juni 2017)
Print ISSN 2460-1187, Online ISSN 2503-281X

PENDAHULUAN konseling merupakan stimulus terjadinya


Beberapa psikolog pada waktu yang perubahan yang positif. Artinya psikologi
sama tidak menyukai uraian aliran humanistik sangat memperhatikan tentang
psikodinamika dan behaviouristik tentang dimensi manusia dalam berhubungan dengan
kepribadian. Mereka merasa bahwa teori-teori lingkungannya secara manusiawi dengan
aliran psikodinamika dan behaviouristik menitik-beratkan pada kebebasan individu
mengabaikan kualitas yang menjadikan untuk mengungkapkan pendapat dan
manusia itu berbeda dari binatang, seperti menentukan pilihannya, nilai-nilai, tanggung
misalnya mengupayakan dengan keras untuk jawab personal, otonomi, tujuan dan
menguasai diri dan merealisasi diri. Di tahun pemaknaan.
1950-an, beberapa psikolog aliran ini
mendirikan sekolah psikologi yang disebut PEMBAHASAN
dengan humanisme (Corey, 2010). Sekilas Sejarah Teori dan Organisasi
Konseling merupakan kegiatan Konseling Humanistik
professional yang melibatkan hubungan antara Aliran humanistik merupakan salah satu
konselor dengan individu atau sekelompok aliran dalam psikologi yang muncul pada
individu (Hariko, 2017.) Hakikat konseling tahun 1950-an, dengan akar pemikiran dari
humanistik menekankan renungan filosofi kalangan eksistensialisme yang berkembang
tentang apa artinya menjadi manusia. Psikolog pada abad pertengahan. Pada akhir tahun
humanistik mencoba untuk melihat kehidupan 1950-an, para ahli psikologi, seperti : Abraham
manusia sebagaimana manusia itu sendiri Maslow, Carl Rogers dan Clark Moustakas
melihat kehidupan mereka. Mereka lebih mendirikan sebuah asosiasi profesional yang
cenderung untuk berpegang pada prespektif berupaya untuk mengkaji secara khusus
optimistik tentang sifat alamiah manusia. tentang berbagai keunikan manusia, seperti
Manusia atau individu pada dasarnya memiliki tentang : self (diri), aktualisasi diri, kesehatan,
kecenderungan untuk berfikir rasional dan harapan, cinta, kreativitas, hakikat,
irasional (Rahma W.N & Zulfikar. Z, 2014). individualitas dan sejenisnya.
Mereka berfokus pada kemampuan yang Humanisme, sebagai filsafat bimbingan
dimiliki manusia untuk berfikir secara sadar konseling dan praktek pendidikan dipahami
dan rasional dalam mengendalikan hasrat memiliki banyak unsur yang beragam (Hansen,
biologisnya, serta dalam meraih potensi 2006). Prinsip yang menyatukan unsur-unsur
maksimal mereka. Bebas memilih untuk yang beragam adalah gagasan bahwa manusia
menentukan nasib sendiri, kebebasan dan tidak dapat direduksi ke fenomena lain
tanggung jawab, kecemasan sebagai suatu (Davidson, 2000). Dengan kata lain, manusia
unsur dasar, pencarian makna yang unik di hanya dapat dipahami sebagai makhluk
dalam dunia yang tak bermakna, berada keseluruhan (Perepiczka and Scholl, 2012).
sendiri dan berada dalam hubungan dengan Sejak pertengahan 1980-an, Association
orang lain keterhinggaan dan kematian, dan for Humanistic Counseling (AHC) muncul
kecenderungan mengaktualkan diri. sebagai upaya kolaborasi untuk menanggapi
Dalam pandangan teori humanistik, kebutuhan masyarakat (misalnya, mendukung
manusia bertanggung jawab terhadap hidup gerakan perempuan, hak-hak sipil, dan platform
dan perbuatan mereka sendiri serta keadilan sosial. Organisasi ini bermula pada
mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk tahun 1931 dengan nama Teachers College
mengubah sikap dan perilaku mereka sendiri Personnel Association (TCPA) (Sheeley, 1975).
(Corey, 2010). Yang paling diutamakan dalam Pada tahun 1946, nama organisasi diubah
konseling eksistensial-humanistik adalah menjadi Bagian Personalia dari American
hubunganya dengan klien. Kualitas dari dua Association of Teachers perguruan tinggi. Pada
orang yang bertatap muka dalam situasi tahun 1951, nama itu diperbarui menjadi

Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 147
Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 3 No. 1 (Januari-Juni 2017)
Print ISSN 2460-1187, Online ISSN 2503-281X

Student Personnel Association for Teacher perspektif humanistik; (C) untuk


Education atau Asosiasi Personil Mahasiswa mempromosikan praktek-praktek yang terkait
Pendidikan Guru (SPATE) (Allen, 1962). dengan pembangunan potensi manusia; (D)
Kemudian pada tahun 1952 SPATE untuk membantu mereka dengan
berkolaborasi dengan tiga organisasi lainnya meningkatkan kualitas hidup mereka; (E)
untuk mendirikan Amerika Personalia dan untuk merangsang penelitian berorientasi
Bimbingan Association, yang kemudian humanistically di bidang pengajaran,
berganti nama menjadi American Association for konseling, pengawasan, dan kebijakan
Counseling and Development atau Asosiasi administratif; dan (f) untuk mendorong
Amerika untuk Konseling dan Pengembangan interaksi dan kerjasama antar kelompok
(AACD), dan kemudian berganti nama menjadi profesional terkait tertarik dalam
American Counseling Association (ACA) pengembangan individu (Perepiczka and
(Kaplan, 2002 ). Scholl, 2012).
SPATE tetap menjadi salah satu dari Pandangan Konseling Humanistik Tetang
empat divisi berdirinya ACA. Sementara Manusia
sebuah divisi dari ACA berubah nama tiga kali Konseling dengan pendekatan
perubahan. Pertama terjadi pada tahun 1974, humanistik berfokus pada kondisi manusia.
menjadi Association for Humanistic Education and Pendekatan ini terutama adalah suatu sikap
Development atau Asosiasi Pendidikan dan yang menekankan pada suatu pemahaman atas
Pembangunan Kemanusiaan (AHEAD); kedua manusia. Humanistik memandang manusia
terjadi pada tahun 1998, menjadi Counseling sebagai makhluk yang memiliki otoritas atas
Association for Humanistic Education and kehidupan dirinya. Manusia bebas untuk
Development atau Asosiasi Konseling menjadi apa dan siapa sesuai keinginannya.
Pendidikan dan Pengembangan Kemanusian Manusia adalah makhluk hidup yang
(C-AHEAD) dan ketiga terjadi pada tahun menentukan sendiri apa yang ingin dia
2010, menjadi Association for Humanistic lakukan dan apa yang tidak ingin dia lakukan,
Counseling (AHC) atau Asosiasi Kemanusiaan karena manusia adalah makhluk yang
Konseling (Perepiczka and Scholl, 2012). bertanggung jawab atas segala apa yang
Association for Humanistic Counseling dilakukannya. Asumsi ini menunjukkan bahwa
memiliki penekanan sejarah dan arus yang manusia adalah makhluk yang sadar, mandiri,
kuat tentang konseling. Hal ini terbukti bahwa aktif yang dapat menentukan (hampir)
AHC berkontribusi terhadap pembentukan asli segalanya aktivitas kehidupannya. Manusia
ACA, mengendalikan profesi untuk fokus pada adalah makhluk dengan julukan “the self
memperlakukan klien sebagai individu, bukan determining being” yang mampu sepenuhnya
diagnosis dan menggerakan profesi dalam menentukan tujuan-tujuan yang paling
filsafat konseling untuk membedakan diinginkannya dan cara-cara mencapai tujuan
konseling profesional dari peran membantu itu yang dianggapnya paling benar dan paling
orang lain (Kaplan, 2002 ). Divisi ini juga tepat tepat.
memiliki penekanan pada konselor profesional Konselor teori humanistik, termasuk
untuk mengembangan atau meningkatkan Bugental, Rogers, dan Maslow, penentuan
kebugaran dan kesehatan mental klien nasib sendiri bagian berharga dari klien.
(Perepiczka and Scholl, 2012). Mereka menekankan pentingnya konselor
Tujuan AHC tetap stabil sejak tahun menemukan potensi kliennya yang unik.
1974, tujuan ini terdiri dari: (a) untuk Mereka percaya pada pentingnya memfasilitasi
menyediakan forum untuk bertukar instruksi klien untuk memahammi diri mereka sendiri
berorientasi humanistically, perkembangan berkenaan dengan potensi yang unik ini dari
konseling, dan praktek administrasi; (B) untuk diri mereka. Misalnya, dengan mendorong
menganalisis instruksional yang ada, klien untuk melihat ke dalam dan untuk
konseling, dan kebijakan administrasi dari menjelajah ke wilayah yang tidak dikenal

Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 147
Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 3 No. 1 (Januari-Juni 2017)
Print ISSN 2460-1187, Online ISSN 2503-281X

dalam rangka menyadari potensi yang belum apa yang terjadi dan tidak terjadi di dalam dan
dimanfaatkannya. antara sesi (Scholl, Ray and Amoon, 2014).
Artinya apapun keputusan yang diambil Pribadi konselor, pandangan klien
oleh klien konselor wajib menghargai setiap terhadap konselor , dan hubungan mereka
keputusannya itu, karna pada prinsipnya adalah pusat untuk proses konseling dan hasil
segala keputusan yang diambil oleh klien dalam konseling individu dan kelompok.
adalah tanggung jawabnya. Dialah yang akan Bohart (2003) menegaskan bahwa dalam
menjalani setiap keputusan yang telah konseling humanistik, terapis, memiliki
diambilnya. Namun konselor disini tetap jawaban, "harus menjadi ahli dalam sebuah
memberikan arahan pada potensi yang dimiliki proses". Dalam proses konseling, konselor
oleh klien yang barangkali potensi yang berusaha untuk berorientasi menjadikan klien
dimilikinya itu tidak disadari. dengan gaya interpersonal yang
Bohart (2003) menegaskan bahwa dalam mengakomodasi preferensi atau proses
konseling humanistik, terapis, memiliki pembangunan klien (Scholl, 2002).
jawaban, "harus menjadi ahli dalam sebuah Konselor teori humanistik, termasuk
proses". Dalam proses konseling, konselor Bugental, Rogers, dan Maslow, penentuan
berusaha untuk berorientasi menjadikan klien nasib sendiri bagian berharga dari klien.
dengan gaya interpersonal yang Mereka menekankan pentingnya konselor
mengakomodasi preferensi atau proses menemukan potensi kliennya yang unik.
pembangunan klien (Scholl, 2002). Mereka percaya pada pentingnya memfasilitasi
Proses Konseling Humanistik klien memahammi diri berkenaan dengan
Pendekatan eksistensial humanistik potensi yang unik ini. Misalnya, Bugental
tidak memiliki teknik-teknik yang ditentukan dikenal dengan mendorong klien untuk
secara ketat. Prosedur-prosedur terapeutik bisa melihat ke dalam dan untuk menjelajah ke
diambil dari beberapa pendekatan terapi wilayah yang tidak dikenal untuk menyadari
lainnya. Metode-metode yang berasal dari potensi yang belum dimanfaatkannya (Scholl,
terapi Gestah dan Analisis Transaksional sering Ray and Amoon, 2014).
digunakan, dan sejumlah prinsip dan prosedur Bohart (2003) menekankan lembaga atau
psikoanalisis bisa diintegrasikan ke dalam self-efficacy dari klien, menggambarkan proses
pendekatan eksistensial humanistic (Corey, konseling sebagai salah satu ciptaan bukannya
1988). memperbaiki kerusakan. Lebih khusus, klien
Pada konseling eksistensial-humanistik mensintesis pengalaman lama dengan cara
yang paling diutamakan adalah hubunganya baru untuk bergerak di luar cara-cara lama
dengan klien. Kualitas dari dua orang yang menjadi dan untuk mengaktualisasikan potensi
saling bertatap muka dalam situasi konseling yang belum direalisasi. Akhirnya, Bohart
merupakan stimulus terjadinya perubahan- menegaskan bahwa, sebagai bagian alami dari
perubahan yang positif. Atau konseling sering proses konseling humanistik, klien mensintesis
juga dikonseptualisasikan sebagai dialog keganjilan dalam kepribadiannya menjadi satu
antara individu dengan individu. Namun, kesatuan yang lebih kongruen dan fungsional.
proses konseling, apa yang sebenarnya terjadi, Proses konseling dengan pendekatan
atau tidak, selama dan antara sesi, mungkin humanistik sangat memperhatikan hubungan
sama atau lebih penting untuk pertumbuhan, terapeutik dengan melihat konselor dan klien
penyembuhan, atau perubahan klien (Crits- sebagai manusia. Proses dan hasil konseling
Christoph, Gibbons, & Mukherjee, 2013). dalam intervensi humanistik adalah aspek
Proses adalah lebih dari sekedar teknik, atau yang sangat terkait dan saling melengkapi.
cara konseling. Ini adalah "sifat hubungan Hasil konseling dapat mencakup hasil klien
antara berinteraksi individu" (Yalom, 2005), serta hasil penelitian. Hasil klien difokuskan
dalam hal ini, konselor dan klien (s). Ini adalah pada kebutuhan spesifik dari klien, hasil

Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 148
Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 3 No. 1 (Januari-Juni 2017)
Print ISSN 2460-1187, Online ISSN 2503-281X

penelitian cenderung berfokus pada hasil yang kemampuannya. Keotentikan sebagai


digeneralisasikan. Ketika mempertimbangkan “urusan utama psikoterapi” dan
proses, hasil, atau penelitian, konselor “nilai eksistensial pokok”. Terdapat
humanistik berupaya untuk mengintegrasikan tiga karakteristik dari keberadaan
prinsip-prinsip humanisme ke dalam semua otentik :
aspek dari praktek (Scholl, Ray and Amoon, a. Menyadari sepenuhnya keadaan
2014). sekarang
Hansen (2006, 2012) telah menunjukkan b. Memilih bagaimana hidup pada
bahwa banyak praktisi konseling telah saat sekarang
disterilkan praktek terapi dengan klien. c. Memikul tanggung jawab untuk
Hansen (2012) menunjukkan bahwa konselor memilih.
mengintegrasikan humaniora ke dalam 2. Meluaskan kesadaran diri klien, dan
hubungan konseling dengan klien. Masing- karenanya meningkatkan
masing pernyataan Hansen (2012) bergantung kesanggupan pilihannya yakni
pada tesisnya bahwa berbagai perspektif menjadi bebas dan bertanggung
pendekatan reduksionisme konseling jawab atas arah hidupnya.
mengalahkan ini.Filsafat Humanisme sebagian 3. Membantu klien agar mampu
besar fenomenologis dimana manusia menghadapi kecemasan sehubungan
diberikan kapasitas untuk menafsirkan dia dengan tindakan memilih diri, dan
atau realitasnya, termasuk fenomena di menerima kenyataan bahwa dirinya
dalamnya. lebih dari sekadar korban kekuatan-
Hansen (2012) dalam perluasan kekuatan deterministic di luar
humanistik, ia memperingatkan konselor dirinya.
untuk menolak praktek-praktek yang tidak
memaksimalkan kompleksitas subjektif dalam KESIMPULAN
pekerjaan mereka dan dalam kapasitas klien Aliran humanistik merupakan salah
mereka. Sebagai antitesis, saya berpendapat satu aliran dalam psikologi yang muncul pada
bahwa alat-alat ilmu tertentu dapat berguna tahun 1950-an, dengan akar pemikiran dari
untuk konselor, termasuk metodologi kalangan eksistensialisme yang berkembang
penelitian kuantitatif, penilaian diagnostik, dan pada abad pertengahan. Pada akhir tahun
praktek konseling protocoldriven. Untuk 1950-an, para ahli psikologi, seperti : Abraham
mempertahankan semangat humanisme, segala Maslow, Carl Rogers dan Clark Moustakas
bentuk konten konseling harus dipahami mendirikan sebuah asosiasi profesional yang
sebagai suatu sistem yang kompleks. berupaya untuk mengkaji secara khusus
Selanjutnya, interpretasi individu klien dan tentang berbagai keunikan manusia, seperti
signifikansi adalah yang utama, bahkan jika itu tentang : self (diri), aktualisasi diri, kesehatan,
menyimpang dari hasil yang dimaksud harapan, cinta, kreativitas, hakikat,
seharusnya oleh seorang konselor (Lemberger, individualitas dan sejenisnya.
2012). Konseling dengan pendekatan
Tujuan Konseling Humanistik humanistik berfokus pada kondisi manusia.
Menurut Gerald Corey (2010) ada Humanistik memandang manusia sebagai
beberapa tujuan konseling Eksistensial makhluk yang memiliki otoritas atas
humanistik yaitu: kehidupan dirinya. Manusia bebas untuk
1. Agar klien mengalami keberadaannya menjadi apa dan siapa sesuai keinginannya.
secara otentik dengan menjadi sadar Manusia adalah makhluk hidup yang
atas keberadaan dan potensi-potensi menentukan sendiri apa yang ingin dia
serta sadar bahwa ia dapat membuka lakukan dan apa yang tidak ingin dia lakukan,
diri dan bertindak berdasarkan karena manusia adalah makhluk yang

Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 149
Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 3 No. 1 (Januari-Juni 2017)
Print ISSN 2460-1187, Online ISSN 2503-281X

bertanggung jawab atas segala apa yang Theory and practice (2nd ed., pp. 107-
dilakukannya. 148). New York, NY: Guilford Press.
Pendekatan eksistensial humanistik Corey, Gerald. 1988. Teori dan Praktek Konseling
tidak memiliki teknik-teknik yang ditentukan dan Psikoterapi. Bandung : PT ERESCO.
secara ketat. Prosedur-prosedur terapeutik bisa Corey, Gerald. 2010. Teori dan Praktek Konseling
bisa menggunakan beberapa pendekatan terapi dan Psikoterapi. Bandung: Refika
lainnya, seperti terapi Gestah dan Analisis Aditamad.
Transaksional sering digunakan. Pada Crits-Christoph, P., Gibbons, M. B. C., &
konseling eksistensial-humanistik yang paling Mukherjee, D. (2013). Psychotherapy
diutamakan adalah hubunganya dengan klien. process-out-come research. In M. J.
Proses konseling dengan pendekatan Lambert (Ed.), Bergin and Garfield's
humanistik sangat memperhatikan hubungan handbook of psychotherapy and behavior
terapeutik dengan melihat konselor dan klien change (6th ed., pp. 298-340). Hoboken,
sebagai manusia. NJ: Wiley.
Tujuan konseling Eksistensial Davidson, L. (2000). Philosophical foundations
humanistik yaitu: 1). Agar klien mengalami of humanistic psychology. Humanistic
keberadaannya secara otentik dengan menjadi Psy-chologist, 28, 7-31.
sadar atas keberadaan dan potensi-potensi Hansen, J. T. (2006). Humanism as
serta sadar bahwa ia dapat membuka diri dan ideological rebellion:
bertindak berdasarkan kemampuannya, Deconstructing the dualisms of
seperti: menyadari sepenuhnya keadaan contemporary mental health
sekarang, memilih bagaimana hidup pada saat culture. The Journal of Humanistic
sekarang, memikul tanggung jawab untuk Counseling, Education and Development,
memilih. 2). Meluaskan kesadaran diri klien, 45, 3-16.
dan karenanya meningkatkan kesanggupan Hansen, J. T. (2012). Extending the humanistic
pilihannya yakni menjadi bebas dan vision: Toward a humanities
bertanggung jawab atas arah hidupnya. 3). foundation for the counseling
Membantu klien agar mampu menghadapi profession. The Journal of Humanistic
kecemasan sehubungan dengan tindakan Counseling, 51, 133-144.
memilih diri, dan menerima kenyataan bahwa Hariko, R. (2017). Landasan Filosofis
dirinya lebih dari sekadar korban kekuatan- Keterampilan Komunikasi Konseling.
kekuatan deterministic di luar dirinya. Intinya Jurnal Kajian Bimbingan dan Konseling,
dalam konseling humanistik ini adalah 2(2), 41-49
bagaimana seorang konselor bisa Kaplan, D. M. (2002). Celebrating 50 years of
memanusiakan manusia dengan excellence. Journal of Counseling &
memanfaatkan segala potensi yang ada di Development, 80, 261-263.
dalam diri klien dengan berbagai teknik dan Lemberger, Matthew E. 2012. A Return to the
cara yang memungkinkan. Human in Humanism: A Response to
DAFTAR PUSTAKA Hansen's Humanistic Vision. Jurnal of
Allen, C. H. (1962). The history of SPATE: Humanistic Counseling, 51 164-175.
1931-1962. journal of Student Personnel Nita, Rahma Wira & Zulfikar, Z. 2014.
Association for Teacher Education, 2, 1- Menciptakan Suasana Belajar yang
5. Kondusif bagi Siswa dan Mahasiswa
Bohart, A. C. (2003). Person-centered Melalui Analisis Pendekatan Rasional
psychotherapy and related experiential Emotif Terapi dan Hypnolearning.
approaches. In A. S. Gurman & S. B. UNIMED
Messer (Eds.), Essential psychotherapies: Perepiczka, Michelle & Scholl, Mark B. 2012.
Association for Humanistic
Counseling: The Heart and Conscience

Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 150
Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 3 No. 1 (Januari-Juni 2017)
Print ISSN 2460-1187, Online ISSN 2503-281X

of the Counseling Profession. Jurnal Bowling Green, KY: Western Kentucky


of Humanistic Counseling, 51 6-20. University.
Scholl, M. B. (2002). Predictors of client Yalom, I. D. (2005). The theory and practice of
preferences for counselor roles, journal group psychotherapy (5th ed.). New
of College Counseling, 5, 124-134. York, NY: Basic Books.
Sheeley, V. L. (1975). Leadership legacy:
TCPAfrom 1931 to AHEAD in 1976.

Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 151

You might also like