Professional Documents
Culture Documents
7.1 Pendahuluan
Manajemen modal kerja berkaitan dengan investasi pada aktiva lancer dan hutang lancar,
terutama mengenai bagaimana menggunakan dan komposisi keduanya akan mempengaruhi
resiko. Manajemen modal kerja yang efektif sangat penting untuk pertumbuhan kelangsungan
perusahaan dalam jangka panjang.
Pada dasarnya modal kerja berbeda dengan aktiva tetap, khususnya dalam waktu
yang diperlukan untuk memperbaharui aktiva tersebut, atau dengan kata lain aktiva tetap
akan memerlukan waktu lebih dari satu periode atau satu tahun. Sedangkan investasi
modal kerja biasanya akan berputar kurang dari satu periode normal operasi perusahaan.
d
a
p
a
t
m
e
m
bayar kembali.
2. Conservatif approach, akan membiayai investasi aktiva tetap dan aktiva lancar permanen
serta sebagian aktiva lancar yang berfluktuasi dengan hutang jangka panjang atau modal
sendiri. Proporsi hutang jangka pendek akan lebih kecil dibandingkan dengan matching
approach. Keputusan ini dimaksudkan untuk lebih memperkecil resiko meskipun akan
memperkecil keuntungan yang diharapkan tersedia untuk pemegang saham karena biaya
hutang jangka panjang pada umumnya lebih besar dari pada biaya hutang jangka pendek.
3. Agresive approach, adalah pendekatan dalam pemenuhan kebutuhan dana dengan
menggunakan proporsi hutang jangka pendek yang lebih besar, jiak dibandingkan dengan
pendekatan lain. Perusahaan yang menggunakan pendekatan ini menanggung
pengembalian hutang jangka pendek yang lebih besar, risiko flutuasi bunga jangka
pendek juga semakin besar tetapi dengan harapan bahwa laba yang diperoleh juga akan
semakin besar dengan demikian akan memperkecil biaya hutang jangka pendek.
MANAJEMEN KAS
8.1 Pendahuluan
Kas merupakan elemen modal kerja yang memiliki tingkat likuiditas yang paling tinggi.
Kas merupakan seluruh uang tunai yang ada ditangan ( cash on hand) dan yang disimpan di bank
dalam berbagai bentuk seperti deposito dan rekening koran. Kas merupakan alat tukar yang
memungkinkan manajemen menjalankan berbagai kegiatan usahanya.Tujuan manajemen kas
adalah untuk meminimalkan jumlah kas yang seharusnya ditahan untuk aktivitas normal
perusahaan.
Keynes telah mengidentifikasikan tiga motif untuk mempertahankan kas baik uang tunai
maupun uang yang ada di bank:
1) Kebutuhan untuk transaksi karena aliran kas masuk tidak sama dengan aliran kas
keluar maka diperlukan kas untuk melakukan transaksi usaha, seperti untuk
membayar upah tenaga kerja, pajak, dividen, dan pengadaan persediaan.
2) Kebutuhan untuk berjaga- jaga. Karena adanya ketidak pastian aliran kas pada masa
yang akan dating dan kemampuan untuk meminjam dana untuk menambah dana
perusahaan. Bila perusahaan dapat dengan pasti mengetahui aliran kasnya maka
kebutuhan untuk berjaga- jaga menjadi kecil.
3) Kebutuhan untuk spekulasi. Kebutuhan kas untuk memperoleh keuntungan karena
perubahan karga surat berharga. Jika diperkirakan tingkat bunga akan naik dan surat
berharga akan turun disarankan untuk menahan kas atau dana yang disimpan di bank
sampai mencapai kenaikan yang tertinggi. Begitu suku bunga turun makan kasi
dibelikan surat berharga dan menjual kembali pada saat harga surat berharga naik.
2. Standar Kredit
Manajemen Kebijakan Piutang terdiri dari standar kredit dan prasyaratan kredit. Standar
kredit adalah suatu kriteria yang dipakai perusahaan untuk menyeleksi para langganan yang akan
diberikan kredit dan berapa jumlah yang harus diberikan. Hal ini menyangkut : kebiasaan para
langganan dalam membayar kembali; kemungkinan langganan tidak membayar kredit yang
diberikan dan rata-rata jangka waktu pembayaran para langganannya. Jangka waktu
pengumpulan piutang adalah jangka waktu dari saat terjadinya piutang sampai dengan
pembayaran kembali piutang tersebut.Semakin lama jangka waktu pengumpulan piutang
semakin besar investasi pada piutang dan biaya yang timbul juga semakin besar.Disamping itu
kenaikan investasi pada piutang juga menimbulkan piutang tidak tertagih atau bed-
debt.Perusahaan dapat memperkirakan bed-debt dengan memperhatikan kebiasaan pada masa
lampau.Dalam melakukan perubahan penjualan dari tunai menjadi kredit diharapkan dapat
meningkatkan penjualan. Hal ini dapat dilakukan dengan asumsi :
Masih mempunyai kapasitas produksi yang cukup sehingga dapat memproduksi tambahan
output.
Tidak ada perubahan dalam investasi persediaan sebagai akibat perubahan kebijakan kredit.
Gambaran tentang perubahan standar kredit pada suatu perusahaan, berikut diberikan
contoh aplikasinya.
Contoh 1
PT JAYA KERTI suatu perusahaan dagang selama ini menjual tunai dengan penjualan yang
dicapai Rp 400 juta.Untuk meningkatkan penjualan, perusahaan mempertimbangkan penjualan
kredit dengan syarat n/60.Penjualan diperkirakan mencapai Rp 525 juta.Profit margin yang
diperoleh 15%.Kemungkinan piutang tak tertagih 1%.Kalau biaya modal 16%, apakah
perusahaan perlu beralih ke penjualan kredit?
Jawab :
Tunai n/60
(juta rupiah) (juta rupiah)
Penjualan 400 525
Keuntungan 15% 60 78,75
Rata2 hari pengump. piutang 0 60 hari
Perputaran piutang 0 360 : 60 = 6x
Rata-rata piutang 0 525 : 6 =87,5
Investasi pada piutang 0 85% x 87,5 = 74,375
Biaya modal 16% 0 16% x 74,375 =11,9
Piutang tak tertagih 1% 0 1% x 525 =5,25
Manfaat :
Tambahan keuntungan
(Rp 78,75 juta – Rp 60 juta) Rp 18,75 juta
Pengorbanan
Biaya modal Rp 11,9 juta
Piutang tak tertagih Rp 5,25 juta
Jumlah Rp 17,15 juta
Manfaat bersih Rp 1,6 juta
Kesimpulan ?
3. Persyaratan Kredit
Persyaratan kredit atau credit term adalah merupakan kondisi yang disyaratkan untuk
pembayaran kembali piutang dari para langganan.Kondisi tersebut meliputi lamanya waktu
pemberian kredit dan potongan tunai atau cash discount serta persyaratan khusus lainnya seperti
seasonal dating.Contoh : persyaratan kredit net 30 berarti langganan mempunyai tenggang waktu
30 hari untuk membayar kembali utangnya kepada perusahaan tanpa discount. Contoh lainnya
misalkan persyaratan kredit 6/10 net 60 berarti langganan mempunyai tenggang waktu
pembayaran 60 hari kepada perusahaan dan apabila pembayarannya dilakukan dalam waktu 10
hari atau kurang akan mendapatkan potongan tunai enam persen. Besarnya potongan yang
diberikan akan dapat mempengaruhi langganan untuk membayar pada periode lamanya kredit
yang ditentukan. Kalau potongan yang diberikan menarik artinya apabila potongan yang
didapatkan lebih besar dari biaya opportunitycostnya maka potongan tersebut akan dimanfaatkan
oleh pelanggan.
Persyaratan kredit ini juga dapat mempengaruhi tingkat penjualan dengan demikian perlu
mempertimbangkan apakah sebaiknya memperpanjang periode pemberian kredit atau tidak atau
apakah perusahaan juga memberikan potongan hal ini akan tergantung dari pada keuntungan
yang akan didapatkannya apakah meningkat atau tidak.
Dalam menentukan besarnya investasi pada piutang perlu diketahui :
Rata-rata pengumpulan piutang misalnya 60 hari hal ini sama dengan jangka waktu kredit.
Tingkat perputaran piutang yaitu jumlah hari dalam satu tahun dibagi dengan jangka waktu
kredit.
Jumlah investasi pada piutang yaitu penjualan kredit dibagi dengan tingkat perputaran
piutang.
Gambaran tentang perubahan persyaratan kredit pada suatu perusahaan berikut diberikan
contoh aplikasinya.
Contoh 2
Masih terkait dengan contoh 1, PT JAYA KERTI sekarang mempertimbangkan perubahan
kebijakan penjualan dari n/60 menjadi 2/30 n.60.Penjualan diperkirakan meningkat menjadi Rp
525 juta.50% pelanggan diperkirakan memanfaatkan diskon.Piutang tak tertagih tetap 0,5%.
Apakah perusahaan akan mengubah kebijakan kredit?
Jawab :
n/60 2/30 n.60
(juta rupiah) (juta rupiah)
Penjualan 525 525
Keuntungan 15% 78.75 86,25
Rata2 hari pengump. piutang 60 hari 50%(30) + 50%(60) = 45 hari
Perputaran piutang 360 : 60 = 6x 360 : 45 = 8x
Rata-rata piutang 525 : 6 = 87,5 575 : 8 = 71,875
Investasi pada piutang 85% x 87,5 = 74,375 85% x 71,875 = 61,095
Biaya modal 16% 16% x 74,375 = 11,9 16% x 61,095 = 9,775
Piutang tak tertagih 1% 1% x 525 = 5,25 1% x 575 = 5,75
Biaya diskon 0 50% x 2% x 575 = 5,75
Manfaat :
Tambahan keuntungan
( Rp 78,75 jt – Rp 86,25 jt ) Rp 7,5 juta
Penghematan biaya modal
Rp 11,9 jt – Rp 9,775 jt Rp 2,125 juta
Jumlah Rp 9,625 juta
Pengorbanan
Biaya discount Rp 5,75 juta
Tambahan kerugian Rp 0,5 juta
Jumlah Rp 6,25 juta
Manfaat bersih Rp 3,375 juta
Kesimpulan
Ternyata dengan perubahan persyaratan kredit tersebut perusahaan memperoleh tambahan
keuntungan yang lebih besar sehingga kebijakan kredit tersebut dapat dibenarkan.
Persediaan adalah merupakan elemen utama dari modal kerja, karena jumlahnya cukup besar
dalam suatu perusahaan. Jenis persediaan yang ada dalam perusahaan akan tergantung dari jenis
perusahaan. Sebagai contoh perusahaan jasa persediaan yang biasanya timbul seperti persediaan
bahan pembantu atau persediaan habis pakai, seperti kertas, karbon, stampel, tinta, buku kuitansi,
dan materai. Sedangkan untuk perusahaan manufaktur jenis persediaannya meliputi persediaan
bahan pembantu, persediaan barang jadi, persediaan barang dalam proses, dan persediaan bahan
baku. Dan untuk perusahaan dagang jenis persediannya mencakup persediaan barang dagangan,
dan persediaan bahan penolong.
1. Akuntansi Persediaan
Terdapat empat metode menentukan persediaan: identifikasi secara spesifik, first in first-
out, last in first-out, dan rata-rata tertimbang atau weighat average. Metode yang pertama dengan
caramengidentifikasi biaya-biaya yang secara fisik melekat pada persediaan.Ini hanya
dimungkinkan kalo jenis usahanya relative mudah diidentifikasi secara jelas.Seperti misalnya
agen penjualan mobil, alat-alat berat, real astate dan produk dengan nilai yang tinggi sementara
perputarannya rendah.Metode kedua first-in first-out mengasumsikan bahwa persediaan yang
pertama masuk diganti dengan persediaan yang baru.Dengan demikian harga pokok produksi
ditentukan oleh persediaan lama dan sebagian persediaan baru. Perlu diingat ini hanya dalam
proses akuntansinya saja, meskipun dalam kenyataanya persediaan yang dijual sama saja antara
persediaan yang masuk terakhir dan pertama. Last-in first-out merupakan kebalikan dari first-in
first-out, harga pokok produksi ditentukan oleh persediaan yang terakhir masuk, sementara
persediaan akhir terdiri dari persediaan yang masuk lebih awal. Metode terakhir adalah rata-rata
tertimbang, dimana metode ini dalam menentukan besarnya persediaan dengan cara mengalikan
rata-rata tertimbang dengan setiap jenis persediaan. Untuk memberikan ilustrasi penilaian
investasi antara keempat metode tersebut, bisa kita lihat contoh berikut:
Contoh:
Satu dealer mobil Toyota memiliki persediaan mobil Toyota yang dibuat pada tahun yang sama
hanya berbeda karoserinya. Harga beli masing-masing mobil dalam jutaan rupiah adalah:
A B C D E F
140 160 110 160 170 290
Misalkan dalam satu bulan dealer tersebut menjual mobil kijang karoseri B, D dan F. jika
perusahaan dalam menetukan persediaan menggunakan metode identifikasi spesifik, maka harga
pokok barang yang dijual adalah sebesar Rp 275.000.000,00 persediaan akhir adalah sebesar Rp
250.000.000,00. Sementara itu jika perusahaan menggunakan metode first-in first-out, maka
harga pokok barang yang dijual adalah sebesar Rp 235.000.000,00 dan persediaan akhir bernilai
Rp 290.000.000,00. Jika digunakan metode last-in first-out, maka harga pokok barang yang
dijual adalah Rp 290.000.000,00 dan persediaan akhir adalah Rp 235.000.000,00. Apabila
metode rata-rata tertimbang, maka harga pokok barang yang dijual adalah sebesar {3×(Rp
525.000,00 /6)} = Rp 262.500.000,00 dan persediaan akhir adalah sebesar Rp 262.500.000,00.
Set-up costs akan semakin besar apabila Order Quantity semakin besar. Storage atau
carrying costs adalah biaya yang berubah-ubah dengan besarnya persediaan.Penentuan besarnya
biaya ini didasarkan atas rata-rata persediaan.Penentuan besarnya biaya ini didasarkan atas rata-
rata persediaan, dan biaya ini kadang-kadang dinyatakan dalam presentase dari nilai dalam
rupiah dari rata-rata persediaan atau dinyatakan dalam rupiah per unit.
Carrying cost akan semakin kecil apabila jumlah material yang dipesan makin kecil.
Besarnya EOQ dapat ditentukan dengan dua formula:
a. Apabila carrying costs-nya dinyatakan dalam presentase dari persediaan rata-rata
2𝑅𝑆
EOQ = √ 𝑃𝐼
Dimana:
R = Kebutuhan bahan selama satu periode
S = Biaya pemesanan
C = Biaya simpan dalam Rp/unit
P = Harga persediaan perunit
I = Biaya simpan dalam presentase
Contoh 1:
Biaya penyimpanan dan pemliharaan di gudang adalah 20% dari nilai rata-rata persediaan.Biaya
Pemesanan adalah Rp 7.500 setiap kali pesan.Jumlah material yang dibutuhkan selama setahun
sebanyak 600 unit dengan harga Rp 5.00 per unitnya.
2𝑅𝑆
EOQ = √ 𝑃𝐼
2(600)(7.500)
EOQ = √ 0,20(5.00)
= 300 unit
Total biaya yang dikeluarkan adalah :
Biaya Pemesanan (S) (600/150 x Rp 7.500) = Rp 30.000
Biaya Simpan (C) (150/2 x Rp 500 x 0,20) = Rp 30.000
Total Biaya Rp 60.000
Contoh 2:
Kebutuhan bahan selama satu periode adalah 10.000 unit, biaya setiap kali pesan adalah Rp
5.000,- Biaya simpan per unit sebesar Rp 50. Harga perunit bahan Rp 500,-
2𝑅𝑆
EOQ = √ 𝐶
2(10.000)(500)
EOQ = √ 50
= 1.000 unit
Berdasarkan Gambar 1.1 tampak bahwa biaya pesan akan semakin menurun apabila jumlah
pemesanan semakin besar untuk setiap kali pesan. Sebaliknya biaya pesan akn semakin besar
apabila jumlah pemesanan semakin besar setiap kali pesan. Dengan demikian total biaya
persediaan mula-mula akan menurun dengan semakin besarnya jumlah pemesanan, tetapi sampai
pada satu titik total biaya akan meningkat. Titik pada saat total biaya terendah menunjukkan
bersarnya jumlah persediaan yang optimal.
Apabila pemakaian setiap periode tidak pasti maka perusahaan perlu mempertahankan safety
stock agar ketidakpastian atau keterlambatan datangnya pesanan yang baru dan pemakaian bahan
tidak menunggu operasi perusahaan. Andaikan perusahaan menetukan safety stock sebesar 200
unit, maka data yang sama reorder point harus dilakukan saat persediaan mencapai 700 unit, atau
sebesar pemakaian selama leadtime ditambah dengan safety stock. Untuk lebih jelasnya nampak
seperti Gambar 1.4 berikut ini.
Pada Gambar 1.4 nampak bahwa beberapa kemungkinan dalam pemakaian dan lead time
itu terjadi. Ada kemungkinan besarnya pemakaian setiap periode tidak pasti, atau kemungkinan
lain yakni lead time selama 8 hari tetap kenyataannya pesanan sudah tiba dalam waktu 7 hari
dengan demikian persediaan menjadi lebih besar dari yang seharusnya. Keadaan lain misalnya
pemakaian yang lebih besar sehingga persediaan yang ada habis dalam waktu yang lebih cepat,
sementara pesanan yang baru belum tiba. Oleh karena itu tampak bahwa untuk menghindari
masalah ketidakpastian itu perusahaan perlu mempertahankan persediaan pengaman (safety
stock). Dan safety stock menjadi begitu penting untuk mempertahankan agar kontinuitas operasi
dapat terjamin.
Besarnya persediaan pengaman dipengaruhi oleh banyak factor.Pertama adalah perkiraan
penggunaan di masa yang akan dating. Apabila pemakaian bahan sagat berfluktuasi dan sulit
untuk diramalkan maka sebaiknya perusahaan mempertahankan persediaan dalam jumlah yang
cukup besar.Kedua adalahlead time , apabila sangat sulit untuk diketahui maka persediaan
pengaman juga sebaiknya dalam jumlah yang besar.
4. Potongan Harga
Perusahaan seringkali mendapat tawaran untuk mendapatkan potongan apabila melakukan
pembelian dalam jumlah besar atau yang sering disebut dengan quantity discount.Misalkan pada
contoh 2, perusahaan akan mendapatkan potongan sebesar 5% dari harga jual apabila perusahaan
membeli sebesar 4000 unit setiap kali pembelian. Untuk memutuskan apakah perusahaan
sebaiknya memanfaatkan potongan harga atau tidak maka perlu dihitung apakah besarnya
potongan tersebut masih lebih besar daripada biaya yang timbul sebagai akibat adanya potongan
ini. Perubahan biaya yang akan terjadi tentunya biaya simpan karena persediaan menjadi lebih
besar. Tetapi biaya yang lain yakni biaya simpan akan menjadi lebih kecil karena perusahaan
akan melakukan pemasaran sebanyak 5 kali saja. Dengan demikian apabila perusahaan akan
memanfaatkan tawaran potongan ini maka biaya yang harus ditanggung adalah :
A. Harga Bahan Baku
(20.000 x Rp 10.000 x 95%) Rp 19.000.000
B. Biaya pemesanan
(20.000/4000 x Rp 10.000) Rp 50.000
C. Biaya Simpan (4000/2 x Rp 1000) Rp 200.000
Total Biaya Rp 19.250.000
Tetapi apabila perusahaan tidak memanfaatkan potongan tersebut dan tetap melakukan
pembelian sebesar pembelian sebesar pembelian ekonomis 2.000 unit maka biaya yang timbul
adalah:
A. Harga bahan baku (20.000 x Rp 1.000) Rp 20.000.000
B. Biaya pemesanan (20.000/2.000 x Rp 10.000) Rp 100.000
C. Biaya Simpan (2.000/2 x Rp 1.000) Rp 100.000
Total Biaya Rp 20.200.000
Dengan demikian maka sebaiknya perusahaan memanfaatkan potongan tersebut karena
perusahaan akan mendapatkan penghematan sebesar Rp 20.200.000,00 – Rp 19.250.000,00.
Penghematan tersebut timbul karena potongan harga cukup tinggi sehigga dapat menutup
kenaikan biaya simpan.