You are on page 1of 20

MAKALAH KEPERAWATAN TRANSKULTURAL

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DERMATITIS ATOPIC

(SUKU TORAJA)

Disusun Oleh:

1. Adinda Dwi Karnita (1511001)


2. Bunga Innashofa (1511003)
3. Farikha Nur Mulya Saputri (1511004)
4. Rina Wahyu Anggraeni (1511012)

S-1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PATRIA HUSADA BLITAR

TAHUN 2017/2018

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dermatitis adalah suatu penyakit kulit (ekzema) yang menimbulkan
peradangan. Dermatitis alergika yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari
adalah dermatitis atopik. Penyakit ini merupakan reaksi hipersensitivitas tipe I yang
diperantarai oleh Imunoglobulin E. Dermatitis ditemukan pada 70% penderita dengan
faktor predisposisi seperti asma, kongjungtivitis alergika, rhinitis alergika, urtikaria,
dan alergi makanan. Perjalanan penyakit dermatitis atopik umumnya kronik dan
sering kambuh. Penyakit ini cenderung diturunkan (faktor genetik), tetapi faktor
lingkungan juga memegang peranan dalam perkembangan penyakit ini. Obat-obat
yang diberikan pada dermatitis atopik ini umumnya bertujuan untuk mengurangi
gejala penyakitnya. Begitu banyak suku dan budaya yang ada di Indonesia, sampai
mungkin ada banyak yang terlupakan bahkan tidak diketahui keberadaannya oleh
masyarakat banyak. Oleh karena itu makalah ini dibuat untuk memperkenalkan salah
satu buadaya adat dari sebuah suku yang umumnya belum terlalu dikenal masyarakat
Indonesia yaitu suku Toraja yang ada di provinsi Sulawesi Selatan.

B. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Dermatitis Atopic
2. Mengetahui etiologi Dermatitis Atopic
3. Mengetahui patofisiologi Dermatitis Atopic
4. Mengetahui manifestasi klinik Dermatitis Atopic
5. Mengetahui pemeriksaan penunjang Dermatitis Atopic
6. Mengetahui penatalaksanaan Dermatitis Atopic
7. Mengetahui komplikasi Dermatitis Atopic

BAB II
TEORI
A. Teori Leininger
1. Defenisi
Keperawatan transkultural adalah suatu pelayanan keperawatan yang berfokus
pada analisis dan studi perbandingan tentang perbedaan budaya.
Keperawatan transkultural adalah ilmu dan kiat yang humanis, yang
difokuskan pada perilaku individu atau kelompok, serta proses untuk
mempertahankan atau meningkatkan perilaku sehat atau perilaku sakit secara fisik
dan psikokultural sesuai latar belakang budaya.

2. Tujuan
Tujuan penggunaan keperawatan transkultural adalah untuk mengembangkan
sains pohon keilmuan yang humanis sehingga tercipta praktik keperawatan pada
kultur yang spesifik dan universal kultur yang spesifik adalah kultur dengan nilai-
nilai dan norma spesifik yang tidak dimiliki oleh kelompok lain. Kultur yang
universal adalah nilai-nilai dan norma-norma yang diyakini dan dilakukan oleh
hamper semua kultur.
Dalam praktik keperawatan yang bersifat humanis, perawat perlu memahami
landasan teori dan praktik keperawatan berdarkan budaya. Keberhasilan seorang
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan bergantung pada kemampuan
menyitesis konsep antropologi, sosiologi, dan biologi dengan konsep caring,
proses keperawatan, dan komunikasi interpersonal ke dalam konsep asuahan
keperawatan transkultural. Budaya yang telah menjadi kebiasaan tersebut
diterapakan dalam asuhan keperawatan transkultural, melalui tiga strategi utama
intervensi, yaitu mempertahankan, menegosiasi, dan merekonstruksi budaya.
Leininger mengembangkan istilah baru untuk prinsip dasar teorinya. Ini
definisi dan prinsip-prinsip istilah kunci untuk memahami teori tersebut. Di bawah
ini adalah ringkasan dasar prinsip yang penting untuk memahami teori Leininger:
a. Care adalah untuk membantu orang lain dengan kebutuhan nyata atau
diantisipasi dalam upaya untuk memperbaiki kondisi manusia yang menjadi
perhatian atau untuk menghadapi kematian.
b. Merawat adalah tindakan atau kegiatan diarahkan memberikan perawatan.
c. Budaya mengacu pada belajar, berbagi, dan dipancarkan nilai-nilai, keyakinan,
norma, dan kehidupan dari individu tertentu atau kelompok yang membimbing
mereka berpikir, keputusan, tindakan, dan cara berpola hidup.
d. Perawatan Budaya mengacu pada beberapa aspek budaya yang mempengaruhi
seseorang atau kelompok untuk meningkatkan kondisi manusia atau untuk
menangani penyakit atau kematian.
e. Keragaman budaya peduli merujuk pada perbedaan dalam makna, nilai, pantas
tidaknya perawatan di dalam atau di antara kelompok-kelompok orang yang
berbeda.
f. Universalitas peduli Budaya mengacu pada perawatan umum atau arti serupa
yang jelas diantara banyak budaya.
g. Keperawatan adalah profesi yang dipelajari dengan disiplin terfokus dengan
perawatan fenomena.
h. Worldview mengacu pada cara orang cenderung untuk melihat dunia atau
alam semesta dalam menciptakan pandangan pribadi tentang hidup.
i. Budaya dan dimensi struktur sosial termasuk faktor yang berhubungan dengan
agama, struktur sosial, politik / badan hukum, ekonomi, pola pendidikan-terns,
penggunaan teknologi, nilai-nilai budaya, dan ethnohistory yang di-fluence
tanggapan budaya manusia dalam konteks budaya.
j. Kesehatan mengacu pada keadaan kesejahteraan yang didefinisikan budaya
dan dihargai oleh budaya yang ditunjuk.
k. Pelestarian budaya perawatan atau pemeliharaan mengacu pada kegiatan
pelayanan keperawatan yang membantu orang dari budaya tertentu untuk
menyimpan dan menggunakan inti kebudayaan nilai perawatan terkait dengan
masalah kesehatan atau kondisi.
l. Budaya akomodasi perawatan atau negosiasi merujuk kepada tindakan
keperawatan kreatif yang membantu orang-orang dari budaya tertentu
beradaptasi dengan atau bernegosiasi dengan lain dalam kesehatan masyarakat
dalam upaya untuk mencapai tujuan bersama dari hasil kesehatan yang
optimal untuk klien dari budaya yang ditunjuk. Memahami Kerja Theorists
Perawat.
m. Budaya perawatan restrukturisasi mengacu pada tindakan terapi yang diambil
oleh budaya perawat yang kompeten atau keluarga. Tindakan ini
memungkinkan atau sebagai klien untuk mengubah perilaku kesehatan pribadi
terhadap menguntungkan hasil sementara menghormati nilai-nilai budaya
klien.
Teori Madeleine Leininger menyatakan bahwa kesehatan dan care dipengaruhi
oleh elemen-elemen berikut yaitu: Struktur sosial seperti teknologi, kepercayaan dan
factor filosofi, sistem sosial, nilai-nilai cultural, politik dan factor-faktor legal, factor-
faktor ekonomi, dan factor-faktor pendidikan. Faktor sosial ini berhubungan dengan
konteks lingkungan, bahasa dan sejarah etnis, masing-masing sistem ini merupakan
bagian struktur sosial. Pada setiap kelompok masyarakat; pelayanan kesehatan, pola-
pola yang ada dalam masyarakat dan praktek-praktek. Yang merupakan bagian
integral dari aspek-aspek struktur sosial. Dalam model Sunrisenya Leininger
menampilkan visualisasi hubungan antara beberapa konsep yang disignifikan.
Ide pelayanan dan perawatan (yang dilihat Leineinger sebagai bentuk tindakan
dari asuhan) merupakan inti dari idenya tentang keperawatan. Tindakan membantu
didefinisikan sebagai prilaku yang mendukung.
Menurut Leininger bantuan semacam itu baru dapat benar-benar efektif jika
latar belakang budaya pasien juga dipertimbangkan, dan bahwa perencanaan dan
pemberian asuhan selalu dikaitkan dengan budaya.
Ada beberapa model teorinya:
a. Asuhan membantu, mendukung atau membuat seorang atau kelompok yang
memiliki kebutuhan nyata agar mampu memperbaiki jalan hidup dan
kondisinya.
b. Budaya diekspresikan sebagai norma-norma dan nilai-nilai kelompok tertentu.
c. Asuhan transkultural perawat secara sadar mempelajari norma-norma dan
nilai-nilai dan cara hidup budaya tertentu dalam rangka memberikan bantuan
dan dukungan dengan tujuan untuk membantu individu mempertahankan
tingkat kesejahteraanya.
d. Diversitas asuhan cultural, Keanekaragaman asuhan kultural mengakui adanya
variasi dan rentang kemungkinan tindakan dalam hal memberikan bantuan dan
dukungan.
e. Universalitas asuhan kultural merujuk pada persamaan atau karakteristik
universal, dalam hal memberikan bantuan dan dukungan.

3. Konsep Sunrise Model


a. Hubungan Model dengan Paradigma Keperawatan Transkultural
Paradigma keperawatan transcultural sebagai cara pandang, keyakinan, nilai-
nilai, konsep-konsep dalam terlaksanannya asuhan keperawatan yang sesuai
dengan latar belakang budaya terhadap empat konsep sentral keperawatan
yaitu:
Manusia, sehat, lingkungan dan keperawatan
1. Manusia
Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki
nilai-nilai dan norma-norma yang diyakini dan berguna untuk
menetapkan pilihan dan melakukan pilihan. Manusia memiliki
kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat
dimanapun dia berada.
2. Sehat
Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam
mengisi kehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan
merupakan suatu keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks
budaya yang digunakan untuk menjaga dan memelihara keadaan
seimbang/sehat yang dapat diobservasi dalam aktivitas sehari-hari.
3. Lingkungan
Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang
mempengaruhi perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien.
Lingkungan dipandang sebagai suatu totalitas kehidupan dimana
klien dengan budayanya saling berinteraksi.
4. Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan
pada praktik yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar
belakang budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan memandirikan
individu sesuai dengan budaya klien. Strategi yang digunakan dalam
asuhan keperawatan adalah perlindungan/mempertahankan budaya,
mengakomodasi /negosiasi budaya dan mengganti/mengubah budaya
klien.

b. Hubungan Teori Model Leininger dengan Konsep Caring


Caring adalah bentuk perhatian kepada orang lain, berpusat kepada orang lain,
menghargai harga diri dan kemanusiaan, berusaha mencegah terjadi suatu
yang buruk, serta memberi perhatian dan cinta. Caring adalah suatu tindakan
yang dilakukan dalam memberikan dukungan kepada individu secara utuh.
Caring dalam keperawatan adalah fenomena transkultural dimana perawat
berinteraksi dengan klien, staf dan kelompok lain.
Tujuannya adalah untuk membuktikan bahwa ”care” adalah cocok dan masuk
akal terhadap kebutuhan klien dan realita yang ada. Leininger meyakini bahwa
“ perilaku caring dan praktiknya secara unik membedakan keperawatan
terhadap kontribusi dari disiplin ilmu yang lain.”
Alasan utama untuk mempelajari caring adalah:
1. Konsep ”care” muncul secara kritis pada pertumbuhan manusia,
perkembangan manusia, dan kemampuan bertahan pada makhluk hidup.
2. Untuk secara eksplisit mengerti secara menyeluruh aturan-aturan pemberi
pelayanan dan penerima pelayanan pada kultur yang berbeda untuk
memenuhi kebutuhan pelayanan secara kultural.
3. ”Care” adalah studi untuk memenuhi kebutuhan yang esensial untuk
proses penyembuhan, perbaikan dan untuk bertahan pada manusia dan
kelompok sepanjang waktu.
4. Profesi keperawatan telah mempelajari ”care” secara terbatas tetapi secara
sistematis dari persfektif kultural dan telah melupakan aspek-aspek
epistemology dan ontology yg berlandaskan pada pengetahuan
keperawatan.
Leininger percaya bahwa tujuan teori ini adalah untuk memberikan
pelayanan yang berbasis pada kultur. Dia percaya bahwa perawat harus
bekerja dengan prinsip ”care” dan pemahaman yang dalam mengenai
”care” sehingga culture care, nilai-nilai, keyakinan, dan pola hidup
memberikan landasan yang realiabel dan akurat untuk perencanaan dan
implementasi yang efektif terhadap pelayanan pada kultur tertentu. Dia
meyakini bahwa seorang perawat tidak dapat memisahkan cara pandangan
dunia, struktur sosial dan keyakinan kultur (orang biasa dan profesional)
terhadap kesehatan, kesejahteraan, sakit, atau pelayanan saat bekerja
dalam suatu kelompok masyarakat tertentu, karena faktor-faktor ini saling
berhubungan satu sama lain. Struktur sosial seperti kepercayaan, politik,
ekonomi dan kekeluargaaan adalah kekuatan signifikan yang berdampak
pada ”care” dan mempengaruhi kesejahteraan dan kondisi sakit.

c. Hubungan Teori Model Leininger dengan Konsep Holism


Holistic artinya menyeluruh. Perawat perlu melakukan asuhan keperawatan
secara menyeluruh/ holistic care, hal ini dikarenakan objek keperawatan
adalah manusia yang merupakan individu yang utuh sehingga dengan asuhan
keperawatan terhadap individu harus dilakukan secara menyeluruh dan
holistic.
Pada asuhan holistic maupun menyeluruh individu diperlakukan secara utuh
sebagai individu/ manusia, perbedaan asuhan keperawatan menyeluruh
berfokus memadukan berbagai praktek dan ilmu pengetahuan kedalam satu
kesatuan asuhan. Sedangkan asuhan holistic berfokus pada memadukan
sentiment kepedulian (sentiment of care) dan praktek perawatan ke dalam
hubungan personal-profesional antara perawat dan pasien yang bertujuan
meningkatkan kesejahteraan pasien sebagai individu yang utuh.
Leininger dengan teori modelnya telah dengan jelas memaparkan bahwa
asuhan keperawatan yang diberikan pada klien atau kelompok harus
mengikutsertakan individu/kelompok secara keseluruhan termasuk aspek bio-
psiko-sosio-spiritual dengan menitikberatkan konsep terapi pada kondisi
kultural klien.

d. Hubungan Teori Model Leininger dengan Konsep Humanism


Hasil dari aktifitas keperawatan yang berhubungan dengan aspek humanistic
dari kehidupan. Tindakan keperawatan mengacu kepada pemahaman
hubungan antara sehat, sakit dan perilaku manusia. Intervensi keperawatan
diberikan dengan proses perawatan manusia.
Perawatan manusia membutuhkan perawat yang memahami prilaku dan
respon manusia terhadap masalah kesehatan yang aktual maupun yang
potensial, kebutuhan manusia dan bagaimana cara berespon kepada orang lain
dan memahami kekurangan dan kelebihan klien dan keluarganya, sekaligus
pemahaman kepada dirinya sendiri.
Selain itu perawat memberikan kenyamanan dan perhatian serta empati
kepada klien dan keluarganya, asuhan keperawatan tergambar pada seluruh
faktor-faktor yang digunakan oleh perawat dalam pemberian pelayanan
keperawatan pada klien.
Hubungan dari teori Leininger dan konsep humanism ini bahwa memberikan
pelayanan kesehatan pada klien dengan memandang klien sebagai invidu
sebagai personal lengkap dengan fungsinya.
Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan
asuhan keperawatan pada konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari
terbit (Sunrise Model). Beriku tadalah tujuh faktor dalam teori sunrise
Leininger:
1. FaktorTeknologi (Technological factors)
Teknologi Kesehatan memungkinkan individu untuk memilihat atau
mendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan.
Perawat perlumengkaji: persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau
mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan kesehatan, alasan
klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi klien tentang penggunaan
serta pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan saat
ini.
2. Faktor Agama dan Falsafah Hidup (Religious and philosophical factors)
Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang
amatrealistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang
sangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan di
atas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat
adalah agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap
penyebab penyakit, cara pengobatan, dan kebiasaan agama yang
berdampak positif terhadap kesehatan.
3. Faktor Sosialdan Keterikatan Keluarga (Kinship and social factors)
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor seperti nama lengkap,
nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe
keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, dan hubungan klien
dengan kepala keluarga.
4. Nilai-nilai Budayadan Gaya Hidup (Cultural value and life ways)
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh
penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma budaya
adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas pada
penganut budaya terkait. Perawat perlumengkaji posisi dan jabatan yang
dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan makan,
makanan yang di pantangkan dalam kondisi sakit, persepsi sakit berkaitan
dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan membersihkan diri.
5. Faktor Kebijakandan Peraturan yang Berlaku (Political and legal factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu
yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas
budaya. Yang perlu dikaji oleh perawat pada tahap ini adalah peraturan dan
kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga
yang boleh menunggu, dan cara pembayaran untuk klien yang dirawat.
6. Faktor Ekonomi (Economical factors)
Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material
yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor
ekonomi yang harus dikaji oleh perawat yaitu pekerjaan klien, sumber
biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari
sumber lain misalnya asuransi, dan penggantian biaya dari kantor atau
patungan antara anggota keluarga.
7. Faktor pendidikan (Educational factors)
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam
menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi
pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh bukti-
bukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi
terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya.
Perawat perlu mengkaji hal seperti tingkat pendidikan klien, jenis
pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri tentang
pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali.

e. Kelebihan dan Kekurangan Teori Transcultural dari Leininger


1. Kelebihan :
a. Teori ini bersifat komprehensif dan holistik yang dapat
memberikan pengetahuan kepada perawat dalam pemberian asuhan
dengan latar belakang budaya yang berbeda.
b. Teori ini sangat berguna pada setiap kondisi perawatan untuk
memaksimalkan pelaksanaan model-model teori lainnya.
c. Penggunakan teori ini dapat mengatasi hambatan faktor budaya
yang akan berdampak terhadap pasien, staf keperawatan dan
terhadap rumah sakit.
d. Penggunanan teori transcultural dapat membantu perawat untuk
membuat keputusan yang kompeten dalam memberikan asuhan
keperawatan.
e. Teori ini banyak digunakan sebagai acuan dalam penelitian dan
pengembangan praktek keperawatan.
2. Kelemahan :
a. Teori transcultural bersifat sangat luas sehingga tidak bisa berdiri
sendiri dan hanya digunakan sebagai pendamping dari berbagai
macam konseptual model lainnya.
b. Teori transcultural ini tidak mempunyai intervensi spesifik dalam
mengatasi masalah keperawatan sehingga perlu dipadukan dengan
model teori lainnya.

B. Teori Dermatitis Atopic


1. Definisi
Dermatitis atopik merupakan kelainan hipersensitivitas segera (immediate
hypersensitivity) tipe 1 (Keperawatan Medical-Bedah Volume 3, 2001:1775).
Dermatitis atopik merupakan penyakit inflamasi yang disebabkan karena
faktor alergen dengan ditandai adanya erupsi pada kulit makulo papuler dengan
kemerahan, gatal, lesi, kulit kering, dan adanya eksudasi (Pengantar Ilmu
Keperawatan Anak,2006: hal.137).
Dermatitis atopik adalah dermatosis dengan gambaran klinis seperti eczema,
dengan perasaan gatal yang sangat mengganggu penderita dan disertai stigmata
atopi pada penderita sendiri atau dalam keluarganya (Ilmu Kesehatan Anak 1,
1985:hal. 234)

2. Etiologi
a. Faktor Genetik, terdapat riwayat stigmata atopi berupa asma bronchial, rinitis
alergik, konjungtivitis alergik, dan dermatitis atopic dalam keluarganya.
b. Faktor Imunologik, pada penderita ditemukan peningkatan jumlah IgE dalam
serum.
c. Faktor Psikologik, seperti stress emosional dapat memperburuk dermatitis
atopik.
d. Faktor pencetus yang dapat memperburuk dermatitis atopik (makanan,
inhalan, dan alergen lain, kelembaban rendah, keringat berlebih, penggunaan
bahan iritasi).

3. Patofisiologi
Kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang disebabkan oleh iritan melalui
kerja kimiawi atau fisik. Bahan irisan merusak lapisan tanduk, denaturasi keratin,
menyingkirkan lemak lapisan tanduk, dan mengubah daya ikat air kulit. Keadaan
ini akan merusak sel epidermis.
Ada 2 jenis bahan iritan yaitu: iritan kuat dan iritan lemah. Iritan kuat akan
menimbulkan kelainan kulit pada pajanan pertama pada hampir semua orang,
sedang iritan lemah hanya pada mereka yang paling rawan atau mengalami kontak
berulang-ulang. Faktor lain yang dapat mempengaruhi yaitu: kelembaban udara,
tekanan, gesekan, mempunyai andil pada terjadinya kerusakan tersebut. Berkaitan
dengan gejala diatas dapat menimbulkan rasa nyeri yang timbul akibat lesi kulit,
erupsi dan gatal. Selain itu, dapat menimbulkan gangguan intergritas kulit dan
gangguan citra tubuh yang timbul karena vesikel kecil, kulit kering, pecah-pecah
dan kulit bersisik.

4. Manisfestasi Klinis
Dermatitis atopik dapat terlihat berbeda-beda pada bayi, anak-anak, dan orang tua.
Gejala eksim yang paling umum adalah:
 Gatal-gatal yang memuncak pada malam hari. Bagian kulit yang berwarna
merah hingga abu kecoklatan pada tangan, kaki, pergelangan kaki dan
tangan, leher, dada bagian atas, lipatan mata, bagian dalam sikut dan lutut.
 Benjolan kecil dan timbul.
 Kulit yang tebal, kering dan pecah-pecah.
 Kulit yang lecet, sensitif, dan bengkak akibat digaruk.
 Pada bayi, gejala dapat mulai muncul pada bulan kedua atau ketiga.
Bagian kulit kering biasanya muncul di wajah dan kulit kepala, membuat
sulit tidur. Bayi cenderung akan menggesekan dengan seprai, karpet, atau
benda-benda sekitar untuk meringankan gatal. Hal ini dapat menyebabkan
infeksi kulit.

5. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
b. Pemeriksaan tinja
c. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup, bila
memungkinkan dengan menentukan Ph keseimbangan analisa gas darah
atau astrup, bila memungkinkan.
d. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui fungsi ginjal.
e. Pemeriksaan elektrolit inkubasi duodenum (EGD) untuk mengetahui jasad
renik atau parasit secara kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita
diare kronik.
f. Pemeriksaan radiologis seperti sigmoidoskopi, kolonoskopi dan lainnya
biasanya tidak membantu untuk evaluasi diare akut infeksi.

6. Penatalaksanaan
a. Pencegahan
Merupakan hal yang sangat penting pada penatalaksanaan dermatitis kontak
iritan dan kontak alergik. Di lingkungan rumah, beberapa hal dapat
dilaksanakan misalnya penggunaan sarung tangan karet di ganti dengan sarung
tangan plastik, menggunakan mesin cuci, sikat bergagang panjang,
penggunaan deterjen.
b. Pengobatan
Pengobatan yang diberikan dapat berupa pengobatan topikal dan sistemik.
c. Pengobatan topical
Obat-obat topikal yang diberikan sesuai dengan prinsip-prinsip umum
pengobatan dermatitis yaitu bila basah diberi terapi basah (kompres terbuka),
bila kering berikan terapi kering. Makin akut penyakit, makin rendah
prosentase bahan aktif. Bila akut berikan kompres, bila subakut diberi losio,
pasta, krim atau linimentum (pasta pendingin), bila kronik berikan salep. Bila
basah berikan kompres, bila kering superfisial diberi bedak, bedak kocok,
krim atau pasta, bila kering di dalam, diberi salep. Medikamentosa topikal saja
dapat diberikan pada kasus-kasus ringan.

7. Komplikasi
a. Demam
b. Dehidrasi
c. Hipokalemia
d. Hipokalsemia
e. Ilues peristaltik
f. Hiponatremi, Syok hipolamik, Asidosis
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

KASUS

Tn. B (38 TAHUN), Ny. N (34 Tahun), An. I Perempuan (15 Tahun) dan an. T Laki-
laki (12 tahun). Malam itu anak T mengeluh bahwa ia sedang kedinginan karena memang
suhu pada akhir-akhir ini terasa sangat dingin. Orang tua An. T tidak menyadari anaknya
sedang kedinginan dan alerginya kambuh. Keesokan harinya kedua orang tuan An.
T menanyakan mengapa sang anak berselimut tebal, ternyata setelah ditanya anaknya
mengalami alergi. Tetapi Tn. B tidak mempercayai jika anaknya mengalami alergi, dan
ditanyai anaknya tersebut. Dan sang An. T menjawab jika kemarin dia telah mencuri buah
tetangga. Tn. B berfikir bahwa gatal-gatal dan eksim yang dialami anaknya itu adalah sebuah
kutukan karena anaknya telah melakukan kesalahan sehingga menurut kepercayaan yang Tn.
B anut, untuk menebus kesalahan tersebut harus dibawa ke Dukun, kulit anaknya harus
diobati dengan air ludah dicampur pinang dan kapur sirih dikunyah dalam mulut sampai
halus kemudian disemburkan ke bagian yang gatal-gatal dengan dibacakan doa-doa yang
dipercayai oleh orang Toraja. Tetapi jelang beberapa jam kemudian An. T malah terdapat
ruam-ruam merah dan mengalami iritasi karena Ny. N tidak terlalu mempercayai adat-adat
seperti itu. Maka Ny. N membawa anaknya ke puskesmas terdekat untuk menanyakan kenapa
kulit anaknya bisa terjadi ruam-ruam dan iritasi. Setelah diperiksa oleh perawat dengan dikaji
dan dilakukan pemeriksaan ternyata An. T mengalami iritasi kulit yang disebabkan oleh Air
Ludah yang dicampur Pinang dan Kapur Sirih dari Dukun. Perawat menanyakan mengapa
Tn. B sampai memberikan anjuran seperti itu kepada anaknya. Tn. B menjawab bahwa itu
sudah merupakan tradisi nenek moyang dan harus tetap dilestarikan karena pengobatan ini
sangatlah alamiah dan ekonomis.

Pengkajian
Data Demografi
Data Demografi meliputi:
a. Nama lengkap : An.T
b. Nama panggilan :-
c. Nama keluarga : Ny.S
d. Alamat : Jl. Akung, Bangkelekila, Toraja Utara
e. Lama tinggal ditempat ini : 10 Tahun
f. JK (laki-laki/perempuan) : Laki- Laki
g. Tempat lahir : Rantepao , 15-09-2005
h. Diagnosis medis : Dermatitis Atopic
i. No. register : 272811
Data Biologis/variasi biokultural
a. Warna kulit : Sawo Matang
b. Rambut : Lurus, Hitam
c. Struktur tubuh : Kurus
d. Bentuk wajah : Bulat
e. Resiko penyakit : Dermatitis Atopic

1. Faktor teknologi
Beberapa hal yang perlu dikaji dalam faktor teknologi meliputi:
a. Alat yang digunakan untuk bepergian yaitu jalan kaki dan alat transportasi lainnya
seperti Motor.
b. Alat yang digunakan untuk berkomunikasi (bahasa Toraja)
c. Sarana yang di gunakan untuk mendatangi fasilitas kesehatan : puskesmas
d. Persepsi terhadap teknologi kesehatan: Tn. B tidak terlalu tertarik dengan
teknologi kesehatan tetapi Ny. N sangat mendukung pelayanan teknologi
kesehatan.
e. Respon terhadap teknologi kesehatan: Keluarga Ny. N mendapatkan keluarga yang
masih gaptek atau gagap teknologi sehingga tidak dapat mengakses teknologi tersebut
dan tidak dapat mencari informasi merawat kulit Dermatitis atau alergi yang baik dan
benar. Hal ini juga mempengaruhi pada informasi yang didapat oleh keluara Ny. N
kurang uptodate atau informasi yang terbaru.

2. Faktor agama dan filosofi


a. Agama yang di anut: Kristen tetapi tidak pernah mengikuti ibadah apapun dan tidak
terlalu mempercayai Tuhan
Keyakinan agama yang di anut klien berhubungan dengan kesehatannya
b. Bagaimana pandangan klien dengan keluarga tentang sakit yang di derita menurut
ajarannya agamanya: Tn. B berfikir bahwa gatal-gatal dan Dermatitis yang dialami
anaknya itu adalah sebuah kutukan karena anaknya telah melakukan kesalahan
c. Yang di lakukan keluarga untuk mengobati penyakit anaknya menurut anaknya :
Menurut kepercayaan yang Tn. B anut, utuk menebus kesalahan tersebut harus dibawa
ke Dukun, kulit anaknya harus diobati dengan air ludah dicampur pinang dan kapur
sirih dikunyah dalam mulut sampai halus kemudian disemburkan ke bagian yang
gatal-gatal dengan dibacakan doa-doa yang dipercayai oleh orang Toraja.

3. Faktor sosial dan ikatan kekerabatan


Beberapa hal yang perlu dikaji dalam faktor social dan ikatan kekerabatan (kindship)
meliputi:
a. Pernyataan klien atau orang lain tentang kesehatannya :
b. Status perkawinan :
c. Jumlah anak : 2 Orang
d. Klien dirumah tinggal dengan :
e. Tindakan apa yang dilakukan keluarga jika ada anggota keluarganya yang sakit yaitu
membawa pasien ke Dukun
f. Komunikasi :

4. Nilai-nilai budaya, kepercayaan dan pandangan hidup


Beberapa hal yang perlu dikaji dalam nilai-nilai budaya, kepercayaan dan pandangan hidup
meliputi:
a. Apakah pengertian budaya menurut klien: Budaya menurut klien adalah kebiasaan
b. Apa arti penting budaya yang dimiliki klien: Adat dan tradisi yang dipegang teguh
c. Suku/bangsa: Suku Toraja , Bangsa Indonesia
d. Ras: -
e. Kepercayaan berdasarkan suku/bangsa berhubungan dengan sehat sakit:
sehat: sehat menurut klien dan keluarga adalah jika seseorang mampu bekerja
dan beraktifitas seperti biasa tanpa hambatan
sakit: sakit menurut klien dan keluarga adalah akibat perbuatan orang yang tidak suka
dengan nya
Pandangan hidup klien berhubungan dengan sehat-sakit: Klien mengatakan bahwa
sakit sangat menganggu aktivitasnya.
f. Waktu
Orientasi pada masa lalu: sakit yang di rasakan pasien akan sembuh sendiri
Orientasi pada masa sekarang: perlu penanganan segera
Orientasi pada masa yang akan datang: ketika merasa sakit harus segera ke pusat
pelayanan medis
g. Locus control (keyakinan seseorang)
Kontrol internal: Percayakah bahwa perubahan dipengaruhi oleh kekuatan dari dalam:
Klien percaya
Kontrol eksternal: Percayakah bahwa nasib, keberuntungan dan kebetulan telah
banyak mempengaruhi upaya yang kita lakukan: Klien percaya
Orientasi nilai
Percayakah pada kekuatan supernatural: ya, alasan: karna klien dan keluarga percaya
ada hal-hal gaib yang sedang menguasainya
Percayakah pada ilmu magik, ilmu gaib, ritual/upacara mempengaruhi perubahan: ya,
alasan: Karena dengan melakukan ritual-ritual dapat menjauhkan mereka dari
bahaya/sakit
Adakah obat tradisional yang anda gunakan untuk mengurangi sakit: ya, alasan: klien
lebih percaya akan pengobatan tradisional yang sudah lebih sering di gunakan seperti
ramuan-ramuan, daun-daunan, rempah2 dll.
Apakah obat yang diberikan oleh paranormal akan digunakan untuk mengobati sakit
yang dialami klien saat ini: ya, alasan: pada awal sakit klien menggunakan obat dari
dukun karena lebih percaya pada dukun dari pada tenaga medis.
5. Faktor politik dan hukum
Beberapa hal yang perlu dikaji dalam faktor politik dan hukum meliputi:
Partai politik yang diikuti: -
Bagaimana pandangan politik klien (menurut klien politik haram)
Bagaimana pandangan politik mempengaruhi sikap sehat sakit klien: -
Sanksi atau aturan dan kebijakan yang dianut keluarga

6. Faktor ekonomi
Beberapa hal yang perlu dikaji dalam faktor ekonomi meliputi:
Pendapatan sebulan: Rp. 1.000.000
Penghasilan tambahan: Rp. 500.000
Apakah pendapatan dan penghasilan tambahan mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari: Jika
ya, apakah kelebihan penghasilan ditabungkan: iya
Sumber pembiayaan kesehatan klien: dari hasil tabungan dan biaya dari orang tua
Program asuransi kesehatan dan non kesehatan yang diikuti: tidak ada

7. Faktor pendidikan
Beberapa hal yang perlu dikaji dalam faktor pendidikan meliputi:
a. Tingkat pendidikan terakhir: SD
b. Apa arti sehat atau kondisi yang bagus bagi klien sesuai dengan disiplin ilmunya:
Sehat bagi klien adalah dapat bermain, belajar dan beraktivitas.
c. Apa arti sakit atau kesehatan yang buruk menurut klien dengan disiplin ilmunya:
Tidak mampu beraktivitas, bermain dan belajar.
d. Jenis penyakit apa yang sering diderita oleh keluarga klien: Hipotermi
e. Pemahaman sakit yang sedang diderita klien: Yang klien pahami klien sedang gatal-
gatal
f. Apa yang dilakukan klien/keluarganya jika mengalami sakit seperti yang sekarang:
Periksa ke Dukun.
g. Apa yang klien harapkan dari petugas kesehatan yang sedang menolong memulihkan
kesehatan klien: Klien berharap klien bisa cepat sembuh.
h. Persepsi klien dan keluarga tentang pendidikan: klien menganggap bahwa pendidikan
itu penting karena dapat membantu untuk masa depan keluarga.
ANALISA DATA
Data Masalah Etiologi
Ds : Defisit pengetahuan tentang System nilai yang diyakini
1. Tn. B mengatakan pengobatan medis (kepercayaan) yang dianut
menduga anaknya sakit
karena kutukan karena telah
mencuri buah mangga
2. Tn. B mengatakan masih
mempercayai bahwa apabila
diobati di Dukun dengan
disemburkan Air ludah
dicampur pinang dan kapur
sirih dengan dibaca Doa
dapat mengobati penyakit
3. Tn. B mengatakan sangat
mematuhi adat istiadat turun
temurun dari para Leluhur
harus dilestarikan
DO: Tn. B dan Ny. S
Pendidikan terakhir SMA

Ds: Pasien mengatakan Kerusakan integritas kulit Kerusakan sel oleh iritan
kedinginan kimiawi
DO: Terdapat ruam-ruam
merah, adanya iritasi kulit
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Difisit pengetahuan
2. Kerusakan integritas kulit

INTERVENSI
Diagnosa NOC NIC
1. Difisit pengetahuan NOC: Knowledge: disease  NIC : Disease Process
process  Kaji tingkat pengetahuan
px dan keluarga
Dengan indikator:  Jelaskan pada px dan
- Pasien dan keluarga keluarga tentang
menyatakan pemahaman perawatan luka
tentang penyakit, kondisi,  Kaji ulang tingkat
prognosis dan program pengetahuan px dan
pengobatan keluarga setelah diberi
- Pasien dan keluarga penjelasan
mampu menjelaskan
kembali tentang apa yang
telah dijelaskan

2. Kerusakan integritas kulit NOC : NIC : Pressure Management


- Tissue Integrity : Skin and  Anjurkan pasien untuk
Mucous Membranes menggunakan pakaian
- Wound Healing : primer yang longgar
dan sekunder  Hindari kerutan pada
tempat tidur
 Integritas kulit yang baik  Jaga kebersihan kulit
bisa dipertahankan(sensasi, agar tetap bersih dan
elastisitas, temperatur, kering
hidrasi, pigmentasi)  Monitor kulit akan
 Tidak ada luka/lesi pada adanya kemerahan
kulit  Memandikan pasien
 Perfusi jaringan baik dengan sabun dan air
 Menunjukkan pemahaman hangat
dalam proses perbaikan  Kaji lingkungan dan
kulit dan mencegah peralatan yang
terjadinya cedera berulang menyebabkan tekanan
 Mampu melindungi kulit  Observasi luka : lokasi,
dan mempertahankan dimensi, kedalaman
kelembaban kulit luka, karakteristik, warna
 Menunjukkan terjadinya cairan, granulasi, tanda-
proses penyembuhan luka tanda infeksi lokal,
formasi traktus
 Ajarkan pada keluarga
tentang luka dan
perawatan luka
 Cegah kontaminasi feses
dan urin
 Lakukan tehnik
perawatan luka dengan
steril
 Berikan posisi yang
mengurangi tekanan
pada luka
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Transkultural nursing adalah suatu area atau wilayah keilmuan budaya pada proses
belajar dan keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya
dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia,
kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan
khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia Model konseptual yang
dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan keperawatan dalam konteks budaya
digambarkan dalam bentuk matahari terbit (sunrise model).
Pengkajian pada model transkultural in nursing meliputi, faktor teknologi
(technological factors), faktor agama dan falsafah hidup (religious & philosopical factors),
faktir sosial dan keterkaitan kekeluargaan (kinship & sosial factors), faktor nilai-nilai budaya
dan gaya hidup (cultural values & lifeways), faktor kebijakan dan peraturan rumah sakit yang
berlaku (political & legal factors), factor ekonomi (economical factors), faktor pendidikan
(educational factors).

B. Saran
Kita sebagai perawat dapat melakukan intervensi keperawatan dengan mengubah
budaya masyarakat yang ada dengan restrukturisasi budaya mereka. Sehingga, model asuhan
keperawatan dengan transcultural in nursing ini sangat tepat dipakai dalam pemberian asuhan
keperawatan dalam kehidupan sehari-hari, karena dapat memberikan asuhan keperawatan
yang lebih lengkap dan rinci sesuai dengan kebudayaan yang masing-masing masyarakat
miliki.
DAFTAR PUSTAKA

Cut Meutia, Keperawatan Medical-Bedah Volume 3, 2001:1775).


Asmadi, S.Kep, Ners, Konsep Dasar Keperawatan, Penerbit buku kedokteranEGC, Jakarta.
Behrman, Kliegman. & Arvin. 2010. Nelson Ilmu Kesehatan Anak (Edisi 15 Vol2). Jakarta:
EGC.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta:Salemba
Medika.
Ngastiyah. 2009. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Edisi 1. Jakarta:EGC.

You might also like