You are on page 1of 6

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Proses Keterbentukan Batuan Sedimen


Pada awalnya batuan sendimen berasal dari perubahan batuan yang
mengalami proses litifikasi. Proses awal keterbentukannya berasal dari pelapukan
suatu batuan yang kemudian akan hancur menjadi suatu macam material yang
berukuran lebih kecil yang disebut juga butiran sedimen. Setelah melewati proses
itu, butiran sedimen tersebut mengalami proses transportation (perpindahan
tempat awal) yang di sebabkan oleh kegiatan alam berupa erosi. Butiran sedimen
ini tidak selalu dalam bentuk yang berpindah-pindah, butiran sedimen ini nantinya
akan mengalami deposition, yaitu berupa proses pengendapan.
Setelah melewati proses deposition, selanjutnya akan masuk ke dalam
proses lithification. Pada proses ini, saat butiran sedimen mengalami
pengendapan, akan terbentuk lapisan-lapisan pada batuan. Akibatnya saat
lapisan-lapisan pada batuan sedimen terbentuk, tekanan yang ada di lapisan
paling bawah akan bertambah dan akan mengakibatkan pertambahan beban pada
lapisan itu sendiri.
Hal tersebut yang akan menyebabkan butiran sedimen akan semakin rapat
satu sama lain dan juga menyebabkan rongga yang terbentuk antar butiran akan
semakin mengecil. Dalam hal ini, proses ini disebut sebagai proses kompaksi
(pemadatan material). Setelah proses kompaksi terlewati, maka butiran pada
batuan sedimen yang telah memadat akan mengalami proses sementasi.
Material yang akan menjadi semen nantinya diangkut dalam bentuk larutan
oleh air yang meresap melalui lubang rongga antar butiran secara semi permeabel
kemudian larutan ini akan mengalami proses presipitasi di dalam rongga antar
butir ini dan akan mengikat butiran-butiran sedimen lainnya.

2
3

Sumber : Joberts, 2011


Gambar 2.1
Proses Pembentukan Batuan Sedimen

2.2 Penggolongan dan Mineral pada Batuan Sedimen


Jenis Batuan sedimen dibagi menjadi 2 macam, yaitu :
1. Batuan Sedimen Klastik.
Batuan sedimen klastik merupakan batuan sedimen yang terbentuk dari
pecahan yang berasal dari batuan lain. Komposisi utama dari batuan ini adalah
mineral kuarsa dan lempung. Selain itu mineral kuarsa dan lempung, mineral lain
yang biasanya ada pada batuan sedimen jenis ini yaitu feldspar dan mika.

Sumber : Quora, 2017


Gambar 2.2
Clastic Rocks

2. Batuan Sedimen Non Klastik.


Batuan sedimen non klastik merupakan batuan sedimen yang terbentuk
dari proses reaksi kimia, baik itu berupa anorganik maupun dari biokimia. Batuan
ini biasanya terbentuk dari material-material yang ikut hanyut dan terangkut oleh
material lainnya.
4

Sumber : Quora, 2017


Gambar 2.3
Non-Clastic Rocks

2.3 Tekstur dan Struktur Batuan Sedimen


Berdasarkan proses keterbentukannya batuan sedimen dibedakan
menjadi dua macam batuan, yaitu batuan klastik dan nonklastik. Tekstur batuan
sedimen klastik meliputi:
a. Ukuran butir (grain size)
Butiran pada batuan sedimen dapat dikelompokan menjadi beberapa
macam. Pengelompokan ini didasarkan pada skala wentworth.
b. Pemilhan (sorting)
Sorting adalah proses pemilahan dan keseragaman dalam bentuk dan
ukuran butir dalam suatu batuan sedimen. Hal in berarti bahwa semakin banyak
ragam butiran penyusun batuan maka semakin baik pula pada tingkat
penyortingan.
Berikut istilah yang biasa digunakan dalam proses sorting:
 Well sorted : Pemilahan dilgolongkan baik apabila butiran
penyusunnya memiliki bentuk keseragam dalam ukuran contohnya seperti
lempung.
 Medium sorted : Pemilahan ini di golongkan sedang apabila masih
terdapat beberapa butiran yang ukurannya tidak sejenis dengan yang
lainnya.
 Poor sorted : Pemilahan ini di golongkan buruk apabila
kandungan batuan sedimen terdapat bayak butiran yang memiliki ukuran
yang tidak sejenis sebagai contoh seperti batu konglomerat.
5

c. Kebundaran
Kebundaran merupakan suatu nilai yang digunakan dalam mengukur
kebundaran dan keruncingan suatu batuan. Biasanya pengukuran kebundaran
dilakukan pada batuan klastik yang memiliki permukaan kasar. Pada umumnya
pengukuran ini dapat digunakan untuk menunjukan daerah atau tempat asal
dimana batuan itu di transportasi. Semakin jauh batuan ditransportasikan akan
menunjukan letak tempat yang jauh dari asal tempat semula batuan tersebut
terbentuk sebelum akhirnya menjadi batuan sedimen.
Pengelompokan batuan sedimen berdasarkan kebundarannya dibagi
menjadi:
 Well roauded (membundar dengan baik) memiliki permukaan membundar
tanpa ada sudut.
 Rounded (membundar) pada umumnya permukaan-permukaan memiliki
ujung dan tepi yang membundar.
 Subrounded (membunndar tanggung) memiliki permukaan pada dasarnya
datar namun ujung-ujungnya membundar
 Subangular (menyudut tanggung) memiliki permukaan datar namun pada
ujung-ujungnya masih menudut membentuk lancip
 Angular (menyudut) memiliki permukaan serta ujungnya tajam.
d. Porositas
Porositas adalah perbandingan antara seluruh pori-pori yang terdapat pada
batuan dengan volume keseluruhan batuan. Dengan kata lain, porositas adalah
perbandingan antara ruang kosong dengan volume batuan. Berikut merupakan
dasar dalam pengelompokan yang sering dipergunakan :
 Negligible : 0-5%
 Poor : 5-10%
 Fair : 10-15%
 Good : 15-20%
 Very good : 20-25%
 Excellent : 25%-40%
e. Struktur Batuan Sedimen
Struktur batuan sedimen dapat diklasifikasikan menjadi struktur primer dan
struktur sekunder. Struktur primer merupakan struktur yang terbentuk secara
6

bersamaan dengan proses pembentukan dari batuan sedimen sedangkan struktur


sekunder merupakan struktur yang terbentuk setelah batuan sedimen terbentuk.
Pada umumnya dikenal beberapa struktur batuan sedimen diantaranya:
 Graded Bedding
Merupakan struktur yang menunjukan gradasi butir mulai dari yang paling
kasar sampai yang paling halus.

Sumber : Jotar, 2001


Gambar 2.4
Graded Bedding

 Inverted Graded Bedding


Merupakan kebalikan dari struktur Graded Bedding yaitu bergradasi halus
ke kasar diakibatkan karena merupakan efek dari rebahan

Sumber : sisca, 2014


Gambar 2.5
Inverted Graded Bedding

 Slump
merupakan struktur berupa luncuran karena adanya pengangkatan lapisan
yang belum terpadatkan
7

Sumber : ReseachGate, 2011


Gambar 2.6
Slump

 Lamination
merupakan struktur batuan sedimen yang memiliki ketebalan kurang dari 1
cm untuk setiap lapisannya.

Sumber : Player, 2012


Gambar 2.7
Lamination

 Cross bedding
Merupakan struktur yang berupa perlapisan bersilang diakibatkan adanya
perubahan arus pada saat proses sedimentasi.

Sumber : Forset, 2012


Gambar 2.8
Cross Bedding

You might also like