Professional Documents
Culture Documents
Pusat Kurikulum & Perbukuan, Balitbang Kementerian Pendidikan Nasional Jakarta, 2011
Pembangunan karakter : cita-cita luhur pendiri bangsa Indonesia & tertulis dalam Pancasila & Pembukaan UUD 1945
Pembangunan karakter merupakan merupakan amanat pendiri negara dan telah dimulai sejak awal kemerdekaan. Fenomena keseharian menunjukkan perilaku masyarakat belum sejalan dengan karakter bangsa yang dijiwai oleh Falsafah Pancasila (religius, humanis, nasionalis, demokratis, keadilan & kesejahteraan rakyat)
Keajegan perhatian terhadap pembangunan karakter bangsa belum terjaga dg baik, sehingga hasilnya belum optimal.
10 tanda-tanda zaman sebuah bangsa sedang menuju jurang kehancuran, i, yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Meningkatnya kekerasan di kalangan remaja; Membudayanya ketidak jujuran Sikap fanatik terhadap kelompok/peer group; Rendahnya rasa hormat kepada orang tua & guru; Semakin kaburnya moral baik & buruk; Penggunaan bahasa yang memburuk; Meningkatnya perilaku merusak diri, seperti penggunaan narkoba, alkohol, & seks bebas; 8. Rendahnya rasa tanggung jawab sebagai individu & sebagai warga negara; 9. Menurunnya etos kerja & adanya rasa saling curiga; 10. Kurangnya kepedulian di antara sesama (Lickona. Educating for Character: How our school can teach respect & responsibility., New Yor Bantam Books, 1992:12-22)
BANGSA BERKARAKTER
1. Tangguh, 2. kompetitif, 3. berakhlak mulia, 4. bermoral, 5. bertoleran, 6. bergotong royong, 7. berjiwa patriotik, 8. berkembang dinamis, 9. berorientasi Iptek yang semuanya dijiwai oleh IMTAQ kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila.
R A N:
POLHUKAM, KESRA, PEREKONOMIAN
STRATEGI:
1.Sosialisasi/ Penyadaran 2.Pendidikan 3.Pemberdayaan 4.Pembudayaan 5.Kerjasama
LINGKUNGAN STRATEGIS
TUJUAN: Mengembangkan karakter bangsa agar mampu mewujudkan nilai-nilai luhur Pancasila
Pengembangkan potensi dasar, agar berhati baik, berpikiran baik & berperilaku baik. Pebaikan thd perilaku yg kurang baik dan penguatan perilaku yg sudah baik. Penyaring budaya yg kurang sesuai dg nilai-nilai luhur Pancasila.
RUANG LINGKUP Keluarga; satuan pendidikan; masyarakat sipil; masyarakat politik; pemerintah; dunia usaha; media massa.
6
Fitrah Illahi
K A R A K T E R
P E R I L A K U
PENGARUH LINGKUNGAN
...jati diri berinteraksi dengan lingkungan sehingga membentuk karakter, sedangkan karakter akan mempengaruhi perilaku...
1. Sifat-sifat kejiwaan, akhlak/budi pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain (Kamus Bahasa Indonesia, 2008). 2. Distinctive trait, distinctive quality, moral strength, the pattern of behavior found in an individual or group (Webster New Word Dictionary). 3. Kata karakter berasal dari Yunani, charassein, yang berarti to engrave atau mengukir di atas batu permata atau permukaan besi yang keras. Kemudian diartikanan individuals pattern of behaviorhis moral constitution (Karen E. Bohlin, Deborah Farmer, Kevin Ryan. Building Character in School. 2001:1). Ada 2 pengertian karakter; (1) bagaimana orang bertingkah laku; (2), personality, seseorang yang berkarakter (a person of character) apabila tingkah lakunya sesuai kaidah moral.
4. Teori Kepribadian: character is personality evaluated (Gordon W. Alport). Sigmund Freud: character is striving system which underly behavior . Kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan). 5. Imam Ghozali menganggap karakter lebih dekat dengan akhlaq, yaitu spontanitas manusia dalam bersikap, atau perbuatan yang telah menyatu dalam diri manusia sehingga ketika muncul tidak perlu dipikirkan lagi
KESIMPULAN: 1. Karakter berkaitan dengan kekuatan moral, berkonotasi positif, bukan netral. 2. Orang berkarakter adalah seseorang yang memiliki kualitas moral positif. 3. Dengan demikian, pendidikan membangun karakter, secara implisit mengandung arti membangun sifat atau pola perilaku yang didasari atau berkaitan dengan dimensi moral yang positif atau yang baik, bukan yang negatif atau yang buruk. 4. Hal ini didukung oleh Peterson & Seligman (dalam Gedhe Raka, 2007:5) character strength dipandang sebagai unsurunsur psikologis yang membangun kebajikan (virtues). Salah satu kriteria utama character strength adalah karakter tersebut berkontribusi besar dalam mewujudkan sepenuhnya potensi dan cita-cita seseorang dalam membangun kehidupan yang baik, yang bermanfaat bagi dirinya dan bagi orang lain.
Kesimpulan: 5. Memperhatikan berbagai pendefinisian (etimologi & terminologi), Kemdiknas mendefinisikan karakter sebagai nilai-nilai yang khas-baik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik, dan berdampak baik terhadap lingkungan) yang terpatri dalam diri dan terejawantahkan dalam prilaku (Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa, 2010). Jadi karakter yang menjadi ciri khas suatu bangsa merupakan karakter bangsa. Simon Philips (2008:223) mengartikan karakter bangsa sebagai kondisi watak yang merupakan identitas bangsa. 6. Kebijakan Pembangunan Karakter Bangsa 2010-2025 (2010:7): karakter bangsa adalah kualitas perilaku kolektif kebangsaan yang khas, baik yang tercermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa & bernegara sebagai hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, serta olah raga seseorang atau sekelompok orang.
Karakter bangsa Indonesia akan menentukan perilaku kolektif kebangsaan Indonesia yang khas, baik yang tercermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara Indonesia yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila, norma UUD 1945, keberagaman dengan prinsip Bhinneka Tunggal Ika dan komitmen NKRI.
1. Orang yang berkarakter dapat disebut dengan sifat alami seseorang dalam merespon situasi secara bermoral yang dimanefestasikan dalam tindakan nyata melalui perilaku yang berkarakter. 2. Tinjauan karakter secara psikologis: merupakan perwujudan dari potensi Intelligency Quotient (IQ), Emotional Quotient (EQ), Spiritual Quotient (SQ), dan Adverse Quotient (AQ) yang dimiliki seseorang. 3. Menurut pandangan agama: orang yang berkarakter pada dirinya terkandung potensi-potensi, yaitu: Fathonah, Sidiq, Amanah, dan Tabliq.
4. Pandangan sosiologi dikenal dengan potensi thinker, believer, doer dan networker. 5. Jadi seorang yang berkarakter memiliki kemampuan berpikir, memiliki kemampuan keyakinan/komitmen, mampu melakukan, & membangun jaringan kerja. J. Bloom: pandangan teori pendidikan menjelaskan bahwa orang yang berkarakter memiliki potensi kognitif, afektif dan psikomotor.
Logika
FATHONAH THINKER IQ OLAH PIKIR
Rasa
SIDDIQ BELIEVER SQ OLAH HATI
IntraPersonal
InterPersonal
dikenal civic disposition (Branson. The Role of Civic Education. 1999:23), yaitu those attitudes and habit of mind of the citizen that are conducive to the healthy functioning and common good of the democratic system- sikap & kebiasaan berpikir WN yang menopang berkembangnya fungsi sosial yang sehat & jaminan kepentingan umum dari sistem demokrasi 7. Secara konseptual civic disposition meliputi sejumlah karakteristik kepribadian, yaitu: civility (respect & civil discourse), individual responsibility, self-discipline, civic mindedness (openness, skepticism, recognition of ambiguity), compromise (conflict of principles, compassion, generosity, and loyalty to the nation and its principles (Quigley, Buchanan, & Bahmueller. Civitas: A Framework for Civic Education. 1991:13-14)
dikenal sebagai Bapak Pendikar Amerika yang menerapkan idenya pada tingkat pendidikan dasar & menengah: (1) moral knowing (pengetahuan tentang moral); (2) moral feeling (perasaan tentang moral), dan (3) moral action (perbuatan moral atau act morally).
Moral Knowing 1. Moral awareness Moral Feeling 1. Conscience (nurani) Moral Action 1. Competence
2. Will (keinginan )
3. Habit (kebiasaan )
IHE
1. Cinta Tuhan & segenap ciptaan-Nya 2. Kemandirian & tanggung jawab 3. dermawan, suka menolong & gotong royong 3. Percaya, kreatif & pekerja keras 4. Kepemimpinan & keadilan 5. Baik & rendah hati 6. toleransi, kedamaian & kesatuan (Megawangi, 2004:94)
DIMERMEN
1. Respect 2. Responsibility 3. Honesty
YJDB 5 Sikap Dasar: 1. jujur; 2. terbuka; 3. berani mengambil resiko; 4. tanggung jawab,;5. komitmen 3 Syarat: 1. niat; 2. tidak mendahului kehendak Tuhan; 3. bersyukur. 3 Syarat lain: 1. doa/ibadah; 2. mewujudkan perubahan; 3. tauladan (Membangun Kembali Jati Diri Bangsa, Peran Penting Karakter & Hasrat untuk Berubah, 2008)
SITUS GOOGLE
1. Responsibility 2. Respect 3. Fairness
4. Empathy 5. Fairness 6. Initiative 7. Courage 8. Perseverance 9. Optimism 10. Integrity (Dimermen, 2009:9)
KESIMPULAN: 1. Pengkategorian nilai didasarkan pada pertimbangan bahwa pada hakekatnya perilaku seseorang yang berkarakter merupakan perwujudan fungsi totalitas psikologis yang mencakup seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif, psikomotorik) + fungsi totalitas sosial kultural dalam konteks interaksi (dalam keluarga, satuan pendidikan, & masyarakat) & berlangsung sepanjang hayat. 2. Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis & sosialkultural dapat dikelompokkan dalam: 1. olah hati (spiritual & emotional development); 2. olah pikir (intellectual development); 3. olah raga & kinestetik (physical & kinesthetic development); 4. olah rasa & karsa (affective & creativity development) . 3. Ke-4 proses psikososial tsb. secara holistik & koheren memiliki saling keterkaitan & saling melengkapi, serta masing-masing proses psikososial secara konseptual merupakan gugus nilai luhur yang di dalamnya terkandung sejumlah nilai (Desain Induk Pendidikan Karakter, 2010:8-9)
cerdas, kritis, kreatif, inovatif, ingin tahu, berpikir terbuka, produktif, berorientasi Ipteks, dan reflektif
OLAH PIKIR
OLAH HATI
beriman dan bertakwa, jujur, amanah, adil, bertanggung jawab, berempati, berani mengambil resiko, pantang menyerah, rela berkorban, dan berjiwa patriotik
bersih dan sehat, disiplin, sportif, tangguh, andal, berdaya tahan, bersahabat, kooperatif, determinatif, kompetitif, ceria, dan gigih
OLAH RAGA
ramah, saling menghargai, toleran, peduli, suka menolong, gotong royong, nasionalis, kosmopolit , mengutamakan kepentingan umum, bangga menggunakan bahasa dan produk Indonesia, dinamis, kerja keras, dan beretos kerja
KESIMPULAN (lanjutan): 4. Diantara berbagai nilai yang dikembangkan, maka dalam pelaksanaannya dimulai dari sedikit, yang esensial, yang sederhana, yang mudah dilaksanakan sesuai dengan kondisi masing-masing sekolah/wilayah, misalnya jujur, bertanggung jawab, cerdas, kreatif, bersih, disiplin, peduli, suka menolong. 5. Peta nilai karakter, indikator-indikatornya, termasuk juga bagaimana keterkaitannya dengan SK & SKD telah dikembangkan oleh Kemdiknas. 6. Kemdiknas mengidentifikasi 18 nilai dalam Pendidikan Budaya & Karakter Bangsa yang bersumber dari: (1) Agama; (2) Pancasila; (3) Budaya; & (4) Tujuan Pendidikan Nasional, yaitu: Religius, Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa Ingin Tahu, Semangat Kebangsaan, Cinta Tanah Air, Menghargai Prestasi, Bersahabat/Komunikatif, Cinta Damai, Gemar Membaca, Peduli Lingkungan, Peduli Sosial, & Tanggung Jawab (Puskur. Pengembangan dan Pendidikan Budaya & Karakter Bangsa: Pedoman Sekolah. 2009:9-10).
KESIMPULAN (lanjutan): 7. Begitu banyak & beragamnya jenis karakter yang teridentifikasi para pemerhati pendikar. Dalam implementasinya jumlah & jenis karakter yang dipilih tentu akan dapat berbeda antara satu daerah atau sekolah yang satu dengan yang lain tergantung kepentingan & kondisinya masing-masing. 8. Tetapi secara nasional dapat dikembangkan nilai-nilai utama yang menjadi penekanan sesuai kondisi bangsa & Negara Indonesia. 9. Sebagai contoh, karakter toleransi & cinta damai menjadi sangat penting untuk lebih ditonjolkan karena kemajemukan bangsa & negara. Nilai kejujuran & bertanggung jawab sangat urgen di saat bangsa ini tengah menghadapi berbagai kasus korupsi. Nilai disiplin menjadi sangat penting karena bangsa ini terkenal memiliki mentalitas budaya tidak disiplin (Koentjaraningrat, 1999). Nilai peduli & suka menolong menjadi sangat perlu dikembangkan di saat berbagai musibah bencana alam melanda Indonesia & menelan banyak korban.
OLAH PIKIR
OLAH HATI
Pertimbangan: dimulai dari sedikit, yang esensial, yang sederhana, yang mudah dilaksanakan sesuai dengan kondisi masing-masing sekolah/wilayah.
OLAH RAGA
OLAH RASA/KARSA
BERSIH, DISIPLIN, JUJUR, BERTANGGUNG JAWAB, CERDAS, KREATIF, PEDULI, SUKA MENOLONG.
1. Perilaku seseorang berkarakter dalam proses perkembangan & pembentukannya dipengaruhi 2 faktor: 1. lingkungan (nature) & 2. bawaan (nurture). Lingkungan sebagai faktor eksternal yang membentuk karakter maka pendidikan menjadi sangat penting; 2. Socrates (469-399 SM): tujuan pendidikan yang paling mendasar membentuk individu menjadi baik & cerdas (good & smart). Goodness is knowledgeto be good at something as a matter of knowledge. (G.M.A. Grube: 1980: 216-217); 3. Plato (428-348 SM) murid Socrates merefleksikan pemikiran gurunya untuk hal yang lebih makro dari sekedar kebajikan individu menjadi negarawan yang baik. Dalam bukunya yang terkenal Republic menjelaskan bahwa agar anak dapat meraih kebenaran & kebajikan diperlukan pedoman yang jelas agar moral dapat diaplikasikan dalam kehidupan. 4. Aristoteles (384-322 SM), murid Plato juga mengarahkan pendidikan kepada kebajikan atau nilai (virtue) individu yang mengandung 2 aspek: intelektual & moral intellectual virtue in the main owes both its birth and its growth to teaching, while moral virtue comes about as a result of habit
5. Emile
Durkheim (1973): sosiolog Perancis, menyatakan bahwa masyarakat harus memiliki nilainilai yang baik sebagai kontribusi warisan moral Society must have some good to achieve, an original contribution to bring to the moral patrimony of mankind. Idleness is a bad counselor for collectivities as well as individual. When individual activity does not know where to take hold, it turns against itself. When the moral forces of a society remain unemployed, when they are not engaged in some work to accomplish, they deviate from their moral sense and are used up in a morbid and harmful manner(13)
KESIMPULAN (1-12): 1. Secara filosofis & sosiologis, pendidikan adalah pendidikan karakter yang diharapkan berguna bagi kehidupan seseorang dalam kedudukannya sebagai pribadi, anggauta masyarakat, & sekaligus warga Negara suatu Negara bangsa. 2. Megawangi (2004:95): Pendikar adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya. Nilai-nilai karakter yang perlu ditanamkan kepada anak-anak: adalah nilai universal yang mana seluruh agama, tradisi, & budaya pasti menjunjung tinggi nilainilai tersebut. Nilai-nilai universal ini harus dapat menjadi perekat bagi seluruh anggota masyarakat walaupun berbeda latar belakang budaya, suku, & agama. 3. Pendikar ini merupakan pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik & mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati (Rencana Aksi Nasional Pendidikan Karakter, 2010).
KESIMPULAN (lanjutan): 4. Dalam Kebijakan Nasional, pendidikan karakter didefinisikan sebagai usaha sadar & terencana untuk mewujudkan suasana serta proses pemberdayaan potensi & pembudayaan peserta didik guna membangun karakter pribadi &/ kelompok yang unik sebagai warga negara. 5. Lickona (1992) mendefinisikan pendidikan karakter sebagai deliberate effort to help people understand, care about, and act upon core ethical values Lickona, menambahkan bahwa usaha itu tidak terjadi secara otomatis melainkan melalui kerja keras & tekun. Dalam bukunya Educating for Character, ia menjelaskan berikut: when we think about the kind of character we want for our children, its clear that we want them to be able to judge what is right, and then do what they believe to be right-even in the face of pressure from without and temptation from within
KESIMPULAN (lanjutan): 6. Jadi Pendidikan Karakter, bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, lebih dari itu pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation) tentang hal mana yang baik sehingga peserta didik menjadi paham (kognitif) tentang mana yang baik dan salah, mampu merasakan (afektif) nilai yang baik dan biasa melakukannya (psikomotor) 7. Dengan kata lain, pendidikan karakter yang baik, harus melibatkan bukan saja aspek pengetahuan yang baik (moral knowing), tetapi juga merasakan dengan baik atau loving the good (moral feeling), dan perilaku yang baik (moral action). Jadi pendidikan karakter erat kaitannya dengan habit atau kebiasaan yang terus menerus dipraktekkan dan dilakukan.
KESIMPULAN (lanjutan): 10. Peran sekolah dalam pendidikan karakter dalam konteks Communities of
Character, diletakkan di tengah. Lockwood (1997) mendefinisikan any
school-initiated program, design in cooperation with other community institutions, to shape directly and systematically the behavior of young people by influencing explicitly the non relativistic values believe to bring about behavior
11. Peran sekolah sebagai Communities of Character dalam pendidikan karakter sangat penting. Sekolah mengembangkan proses pendidikan karakter melalui proses pembelajaran, habituasi, kegiatan ekstrakurikuler dan bekerjasama dengan keluarga dan masyarakat dalam pengembangannya. 12. Sekolah menjadi jembatan penghubung pendidikan karakter di satuan pendidikan dengan keluarga-masyarakat melalui kontekstualisasi nilai kehidupan sehari-hari siswa dalam pembelajaran, serta pemberdayaan lembaga komite sekolah sebagai wahana partisipasi orang tua-masyarakat dalam meningkatkan mutu pendidikan karakter.
1. Pembangunan karakter bangsa dipandang sebagai upaya kolektif-sistemik suatu negara kebangsaan untuk mewujudkan kehidupan berbangsa & bernegara yang sesuai dengan dasar & ideologi, konstitusi, haluan negara, serta potensi kolektifnya dalam konteks kehidupan nasional, regional, & global yang berkeadaban untuk membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, patriotik, dinamis, berbudaya, dan berorientasi IPTEKS berdasarkan Pancasila & dijiwai oleh Iman & Takwa Kepada Tuhan YME (Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa, Tahun 2010-2025., 2010:7-8). 2. Pembangunan & pendidikan moral/karakter dengan berbagai nama & metode sudah dilakukan semenjak awal kemerdekaan, Masa Orde Lama & Baru, namun belum memberikan hasil seperti yang diharapkan.
STRATEGI KEBIJAKAN
3. Misalnya, Orde Baru melalui penataran P4 datang dengan semangat menjadikan rakyat Indonesia sebagai manusia Pancasila. Semangatnya secara filosofi sudah betul seperti yang diamanahkan oleh UUD 1945, tetapi metodenya bermasalah karena dengan cara-cara indoktrinasi. 4. Sementara itu di persekolahan diajarkan Pendidikan Moral Pancasila, tetapi dengan penekanan pada moral knowing (kognitif) dan mengabaikan moral feeling dan moral action (afektif & psikomotor), sehingga hasilnya tidak efektif dalam pembentukan karakter. 5. Secara teoritik pendidikan karakter melibatkan bukan saja aspek knowing the good (moral knowing0, tetapi juga desiring the good atau loving the good (moral feeling) dan acting the good (moral action). 6. Karena pendidikan karakter yang hanya membelajarkan siswa moral knowing, tidak menjamin seseorang dapat berkarakter, yaitu orang yang sesuai antara pikiran, kata, dan tindakan. Wyne (1991) mengatakan bahwa 95% kemungkinan kita semua tahu mana perbuatan baik dan buruk. Masalahnya adalah kita tidak mempunyai keinginan kuat, atau komitmen untuk melakukannya dalam tindakan nyata.
SOSIALISASI PENGEMBANGAN REGULASI PENGEMBANGAN KAPASITAS IMPLEMENTASI & KERJASAMA MONITORING & EVALUASI
2. STREAM BOTTOM UP
ILUSTRASI BEST PRACTICE Talent scouting; IHE; YPI Al Hikmah; The ESQ Way 165; MHMMD DLL
SOSIO PEDAGOGIS Pramuka; Kantin Kejujuran; UKS; PMR; Perlombaan/olimpiade sains & OR; revitalisasi gugus sekolah
INTEGRASI 3 PENDEKATAN 1.KBM 2.Pengembangan Budaya Satuan Pendidikan; 3.Keg. KoKurikuler &/Ekstrakurikuler; 4.Kegiatan keseharian di rumah dan masyarakat.
C. PENGEMBANGAN KAPASITAS:
4) Peran Kepala Sekolah diharapkan menjadi tokoh penggerak/tauladan pertama & utama di sekolah serta peran sentral dalam menerjemahkan kebijakan bersama dengan pemangku kepentingan sekolah lainnya dalam perencanaan bingkai KTSP sebagai pedoman komunitas sekolah dalam menyelenggarakan kegiatan pendidikan sesuai dengan karakteristik sekolah, tahap perkembangan & kemampuan anak. 5) Peningkatan mutu pendidikan melalui program sertifikasi guru baik melalui portofolio maupun Pelaksanaan Pendidikan & Latihan Profesi Guru (PLPG). 6) Memasukan 90 jam pendidikan karakter untuk pelatihan guru. 7) Memasukan nilai-nilai pendidikan karakter dlm kegiatan sosialisasi penyusunan KTSP 8) Sosialisasi program BOS tahun 2011 terhadap 200 ribu sekolah (Kepala Sekolah, Komite Sekolah & Guru).
BOTTOM UP
1. Stream kedua: Bersifat Bottom Up; pembangunan pendikar dalam stream ini, inisiatif lebih banyak dari satuan pendidikan, yi: a. Pemerintah membantu talentscouting sekolah model; forum pertemuan tahunan: dari tingkat kab/kota, naik ke propinsi, lalu pertemuan nasional; sekolah piloting di 125 sekolah di 16 kab/kota (2011 menjadi 250 sekolah). b. Berbagai best practice ditulis menjadi buku-buku, cakram padat (VCD), e-document; buku ditulis oleh para pelaku di satuan pendidikan . c. Sekolah mengembangkan program yang direncanakan baik pada tingkat kelas maupun sekolah, seperti program kunjungan ke panti asuhan, daerah kena musibah; kegiatan homestay di rumah penduduk di desa; proyek: lomba, pentas; program service learning. d. Kegiatan pengembangan diri/pembiasaan & ekstrakurikuler melalui strategi pembelajaran, seperti: problem-based learning (PBL), authentic instruction, inquiry-based learning, project-base learning, work-base learning, service learning, cooperative learning (Ditjen. Dikdasmen, 2003:4-8)
BOTTOM UP e. Bern & Erickson (2001:5-11), yaitu: PBL, cooperative learning, projectbase learning, service learning, & work-base learning. Komalasari (2010:156), menambahkan dengan strategi pembelajaran nilai. f. Indonesian Heritage Foundation (IHF), untuk PAUD; YLPI Al Hikmah untuk SD; dan dua contoh dari lembaga pendidikan non formal, yaitu: ESQ Training Leadership & MHMMD (Mengelola Hidup & Merencanakan Masa Depan-Ibu Marwah Daud Ibrahim). g. IHF: didirikan tahun 2000 oleh Dr. Ratna Megawangi & Dr. Sofyan Djalil:- disajikan dalam kurikulum secara eksplisit dalam kurikulum bukan kurikulum tersembunyi (hidden curriculum) -Pendidikan Holistik Berbasis Karakter (PHBK) -Jalur pendidikan formal dan Non Formal;TK Karakter, SD Karakter, & Semai Benih Bangsa (TK Non Formal berbasis masyarakat) - Pengembangan model pendidikan karakter di jalur formal dengan kurikulum karakter secara terpisah - Mengacu pada konsep Pendidikan Kecakapan Hidup (Diknas, 2002); KBK (Kur, 2004), terakhir disesuaikan dengan KTSP dengan metode Developmentally Appropriate Practice (DAP), Contextual Learning, Collaborative Learning, SAL & MI termasuk konsep Brain-based learning.
BOTTOM UP
h. YLPI Al Hikmah Surabaya: 1)pendekatan keteladanan & habituasi dari guru & OT (meskipun tidak terlalu explisit pendidikan karakter); 2)berbasis pada Agama & budaya bangsa sebagai sumber nilai-nilai karakter; 3)tiga kekuatan, yaitu niat yang ikhlas, ukhuwah & doa; 4)lima ruang lingkup akhlak, yaitu: akhlak kepada Allah & Rasul, akhlak kepada orang tua & guru, akhlak kepada sesama, akhlak kepada lingkungan dan akhlak pada diri sendiri; 5)membangun segitiga emas:antara wali kelas-orang tua-siswa dari ke-3 hubungan ini dibangun program pendidikan karakter, seperti: silahturahmi wali murid baru; konferensi segitiga (anak-OT-G); buku penghubung;; 6)home visit parenting skill class; praying subuh call; baca Al-quran; kajian Dhuha; klub keluarga Al Hikmah; pusat pelayanan psikologi
REVITALISASI PROGRAM-PROGRAM
a. Kegiatan Ekstrakurikuler yang merupakan wahana sosio-pedagogis untuk mendapatkan hands-on experience yang memberikan kontribusi signifikan untuk menyeimbangkan antara penguasaan teoripraktek pembiasaan perilakuketerampilan dalam berkehidupan. b. Kegiatan PRAMUKA: 1)ada semenjak tahun 60-an; 2)mengajarkan & membentuk nilai-nilai karakter, yi: rasa cinta kpd Tuhan & tanah air, membangun kesetiakawanan, membangun kejujuran, menumbuhkan sikap toleransi, memupuk kebiasaan bekerjasama, menumbuhkan rasa tanggung jawab, menegakkan disiplin, menumbuhkan semangat kerja keras, menumbuhkan percaya diri, menumbuhkan sikap pantang menyerah & tidak putus asa. c. KANTIN KEJUJURAN: 1)membentuk watak kejujuran; 2)pendidikan anti-korupsi di sekolah; 3)upaya pemerintah, pemda, & sekolah satu visi untuk memberantas penyakit korupsi yang dimulai dari penghabituasian nilai-nilai kejujuran.
REVITALISASI PROGRAM-PROGRAM d. Perlombaan/olimpiade sains, seni & olah raga: 1)merupakan kegiatan lain selain mengasah kemampuan akademik juga memiliki dimensi pendidikan karakter, seperti: nilai kejujuran, kerja keras, penghargaan terhadap perbedaan, rasa nasionalisme; 2) Mendiknas, menjelaskan didapatkan nilai budaya berprestasi, budaya apresiasi positif, budaya obyektif komprehensif, budaya rasa penasaran intelektual (intellectual curiosity), & keinginan saling belajar; 3)beberapa perlombaan untuk pendidikan dasar & menengah, seperti: olimpiade Sains Nasional (OSN), Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN), Festival & Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N), Olimpiade Penelitian Siswa Nasional (OPSI). e. USAHA KESEHATAN SEKOLAH (UKS): memupuk kebiaasaan hidup sehat, perilaku bersih, memiliki daya hayat & tangkal dari pengaruh buruk, seperti: penyalahgunaan narkotika, obat-obatan terlarang.
REVITALISASI PROGRAM-PROGRAM
f. PMR:mengembangkan
kepalangmerahan kepada siswa, mendidik kepedulian aktif dengan memberikan kegiatankegiatan: siaga bencana, pertolongan pertama, kesehatan remaja, donor darah. g. Revitalisasi GUGUS SEKOLAH: 1)wadah sekelompok guru mapel dari wilayah tertentu untuk meningkatkan mutu PBM & pengembangan profesi; 2) di SD-KKG, di SMP & SMA-MGMP, di SMK-Musyawarah Guru Mata Diklat (MGMD) yang memiliki peran penting di sekolah
54
R E V I T A L I S A S I
Pendidikan Komprehensif:
Ilmu Pengetahuan, Budi Pekerti (Akhlak, Karakter), Kreativitas, Inovatif
pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect), dan tubuh anak. Bagianbagian itu tidak boleh dipisahkan agar kita dapat memajukan kesempurnaan hidup anak-anak kita.. (Ki Hajar Dewantoro)
PT
SMA
PAUD /SD
TERIMA KASIH