You are on page 1of 31

PBL 3 Blok 30 Emergency Medicine 2

Kelompok C-6

Nur Hidayati binti Nordin Dinna Mulyani Patricia Jessika C. Babay Yuniasih Diajeng Marta Triaji Daniel France Risa H Maria Cattleya Abdul Rauf Bin Zakaria Dyana Nabila binti Mohd Nasir Nur Atiqah Nordin

102008305 102009046 102009052 102009102 102009168 102009189 102009239 102009269 102009284 102009291

Kasus
Seorang ibu muda bersama dengan seorang anak perempuannya yang baru berusia 11 tahun datang ke poliklinik anak di sebuah Rumah Sakit. Setelah berada di dalam ruang periksa Dokter, si ibu menjelaskan bahwa anaknya mengeluh sakit bila ingin kencing sejak dua hari lalu. Dalam wawancara berikutnya dokter tidak memperoleh keterangan lain, maka dokter pun memulai melakukan pemeriksaan fisik pada si anak. Pada pemeriksan fisik dokter menemukan robekan lama selaput dara disertai dengan erosi dan peradangan jaringan vulva sisi kanan. Dokter berkesimpulan bahwa sangat besar kemungkinan telah terjadi persetubuhan beberapa hari sebelumnya. Dokterpun lebih intensif mengorek keterangan dari si anak dan si ibu. Akhirnya terungkaplah fakta bahwa si anak telah disetubuhi oleh seorang lakilaki yang telah lama dikenalnya sebagai pacar si ibu. Si ibu telah bercerai 3 tahun dengan suaminya (ayah dari si anak) dan saat ini sedang menjalin hubungan dengan laki-laki lain sebagai pacarnya. Si ibu meminta kepada dokter agar jangan membawa kasus ini ke polisi karena ia akan malu dibuatnya. Ia berjanji untuk memutuskan hubungan dengan laki-laki tersebut agar kejadian serupa tidak terulang lagi. Dokter menilai bahwa pasien perlu dikonsultasikan kepada ahlinya.

Aspek medikolegal

Visum et repertum

Prosedur pemeriksaan pada kejahatan seksual


Anak perempuan berusia 11 tahun, sakit sewaktu berkemih, ditemukan robekan lama selaput dara, juga ada erosi dan peradangan jaringan vulva kanan. Ibunya memminta agar tidak dilaporkan kepolisi.

Aspek psikososial

Aspek hukum terkait kejahatan seksual

Aspek Medikolegal
Informed Consent: Persetujuan yang diberikan oleh pasien dan atau keluarganya atas dasar penjelasan mengenai tindakan medis yang akan dilakukan terhadap dirinya serta resiko yang berkaitan dengannya.

Prosedur Pemeriksaan-Kejahatan Seksual


Prinsip: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) Tujuan Sikap dokter Ada surat permintaan visum(SPV) Diantar polisi penyidik Sedini mungkin Informed consent Ada pendamping, paling baik sama jantina dengan korban 8) Sistematis dan menyeluruh

Anamnesis umum
Identitas pasien seperti nama, umur, tanggal lahir. Siklus haid ; Menarche,HPHT Penyakit lain terutama penyakit kandungan dan penyakit kelamin Riwayat persetubuhan dan kontrasepsi.

Anamnesis khusus(sebelum,semasa,selepas)
Waktu kejadian. Tanyakan pula di mana terjadinya. Ditanyakan apakah korban melawan. Ditanyakan apakah korban pingsan. Ditanyakan apakah terjadi penetrasi dan ejakulasi Apakah setelah kejadian korban mencuci, mandi dan mengganti pakaian.

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan umum 1) TTV 2) Keadaan umum dan kesadaran 3) Emosi 4) Pakaian 5) Fisik umum

Pemeriksaan genitalia

1) 2) 3) 4) 5)

Kawasan sekitar alat kelamin(bercak) Rambut kemaluan(cairan mani, bulu pelaku) Vulva(hiperemi, edema, tanda kekerasan) Selaput dara(ruptur, kapan, lokasi) Frenulum labiorum pudenda dan commisura labiorum posterior 6) Cervix dan vagina

Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Cairan Mani 1) Penentuan spermatozoa (mikroskopis)


Tanpa pewarnaan- Perhatikan pergerakkan spermatozoa. Dengan Pewarnaan(malachite green)- Terlihat gambaran sperma: kepala (merah), leher (merah muda), ekor (hijau).

2) Reaksi fosfatase asam


Tes ini tidak spesifik, hasil positif semu dapat terjadi pada feses, air teh, kontrasepsi, sari buah dan tumbuh-tumbuhan2 Bercak yang tidak mengandung enzim fosfatase memberikan warna serentak dengan intensitas tetap, sedangkan bercak yang mengandung enzim tersebut memberikan intensitas warna ungu secara berangsurangsur.

3) Reaksi Berberio Menentukan adanya spermin dalam semen Hasil positif bila, didapatkan kristal spermin pikrat kekuningan berbentuk jarum dengan ujung tumpul. 4) Reaksi Florence Dilakukan bila terdapat azoospermia Test ini tidak khas untuk cairan mani Bila terdapat mani, tampak kristal kolin periodida coklat berbentuk jarum dengan ujung sering terbelah.

Hak dan Kewajiban Anak


Pasal 17 UU No 23 Th 2002 (1) Setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak untuk : a. mendapatkan perlakuan secara manusiawi dan penempatannya dipisahkan dari orang dewasa; b. memperoleh bantuan hukum atau bantuan lainnya secara efektif dalam setiap tahapan upaya hukum yang berlaku; dan c. membela diri dan memperoleh keadilan di depan pengadilan anak yang objektif dan tidak memihak dalam sidang tertutup untuk umum. (2) Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku kekerasan seksual atau yang berhadapan dengan hukum berhak dirahasiakan. Pasal 18 UU No 23 Th 2002 Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku tindak pidana berhak mendapatkan bantuan hukum dan bantuan lainnya.

Kewajiban Melapor
Pasal 78 UU No 23 Th 2002

Setiap orang yang mengetahui dan sengaja membiarkan anak dalam situasi darurat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60, anak yang berhadapan dengan hukum, anak dari kelompok minoritas dan terisolasi, anak yang tereksploitasi secara ekonomi dan/atau seksual, anak yang diperdagangkan, anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya (napza), anak korban penculikan, anak korban perdagangan, atau anak korban kekerasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59, padahal anak tersebut memerlukan pertolongan dan harus dibantu, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

Aspek Hukum Kejahatan Seksual


Pasal 81 UU No 23 Th 2002 (1) Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan paling singkat 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) dan paling sedikit Rp 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah). (2) Ketentuan pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berlaku pula bagi setiap orang yang dengan sengaja melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain.

Pasal 82 UU No 23 Th 2002 Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan, memaksa, melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk anak untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan paling singkat 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) dan paling sedikit Rp 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah).

Siapa yang dimaksudkan?


Pasal 1 UU No 23 Th 2002 Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.

Aspek Psikososial
Perubahan Psikologis pada Korban Penganiayaan Seksual 1) Fase pertama atau akut (beberapa hari setelah kejadian):
Anak sering menangis atau diam sama sekali. Anak merasa tegang, takut, khawatir, malu, terhina, dendam dan sebagainya

2) Fase kedua atau adaptasi :


Rasa takut atau marah dapat dikendalikan dengan represi atau rasionalisasi

3) Fase ketiga atau fase reoganisasi


Depresi yang dapat berlangsung lama Sering sulit tidur, mimpi buruk dan sulit melupakan kejadian yang telah menimpanya Takut melihat orang banyak atau orang yang berada dibelakangnya Takut terhadap hubungan seksual

Gangguan/masalah kejiwaan yang dapat timbul:


Pelbagai gejala kecemasan seperti misalnya fobia, insomnia dan sebagainya dan dapat juga berupa gangguan stres pasca trauma. Gejala diosiatif dan histerik. Rasa rendah diri dan kecenderungan untuk bunuh diri yang menunjukkan terdapatnya depresi. Gangguan perilaku seksual : masturbasi, sexual hyeraousal.

Tindakan terhadap korban dengan kekerasan seksual adalah:


1. Mengamankan untuk sementara ke tempat yang tenang 2. Meminta bantuan kepada individu atau organisasi yang memberikan pelayanan konseling untuk korban kekerasan seksual 3. Menyerahkan pelayanan medis ke dokter atau rumah sakit yang dapat dipercaya dan dapat menjaga privasi korban 4. Melapor kepada yang berwajib dan memberikan bantuan hukum 5. Memberikan advokasi kepada keluarga yang sedang panik dan bingung

Visum Et Repertum
Laporan tertulis yang dibuat oleh dokter berdasarkan sumpah jabatan atas permintaan tertulis daripada penyidik mengenai apa yang dilihat dan diperiksa berdasarkan keilmuannya untuk kepentingan peradilan.

Syarat pembuatan visum et repertum:


1. 2. 3. 4. 5. 6. Diminta penyidik Tertulis(resmi) Dilakukan terhadap korban, bukan tersangka Diduga berkait dengan pidana Dibuat oleh dokter Digunakan untuk kepentingan peradilan sahaja, tidak boleh untuk penyelesaian asuransi dan sebagainya.

VeR Kejahatan Susila


Persetubuhan yang diancam pidana oleh KUHP meliputi pemerkosaan, persetubuhan pada wanita yang tidak berdaya, persetubuhan dengan wanita yang belum cukup umur. Untuk kepentingan peradilan, dokter berkewajiban untuk membuktikan:
1) 2) 3) Ada tidaknya persetubuhan, Adanya tidaknya kekerasan (termasuk pemberian racun/obat/zatagar menjadi tidak berdaya) Usia korban.

Selain itu dokter juga diharapkan memeriksa adanya penyakit hubungan seksual, kehamilan, dan kelainan psikiatri atau kejiwaan sebagai akibat dari tindak pidana tersebut.

RUMAH SAKIT SANGLAH DENPASAR BAGIAN/SMF/INSTALASI KEDOKTERAN FORENSIK Telp : 227912 227915 Ext. 111 Nomor : 3456-SK.III/2345/2-95----------------------------------------------------Lamp : Satu sampul tersegel------------------------------------------------------Perihal : Hasil Pemeriksaan Visum Kasus Persetubuhan --------------------PROJUSTITIA

VISUM ET REPERTUM NO: KF 24/VR/VIII/2006

Yang bertanda tangan di bawah ini, Dinna Mulyani, SpF, dokter pemerintah pada Bagian Instalasi Kedokteran Forensik Rumah Sakit Sanglah Denpasar, menerangkan bahwa atas permintaan tertulis dari I Nyoman Suriana, BRIPDA, NRP: delapan empat nol sembilan nol tiga enam empat, Nomor Polisi B garis miring tiga ratus dua puluh sembilan garis miring enam romawi garis miring dua ribu enam garis miring Sek.Mgs, maka pada tanggal Satu Januari tahun dua ribu tiga belas, pukul dua belas tiga puluh menit Waktu Indonesia bagian Barat, bertempat di ruang jenazah Bagian Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana telah melakukan pemeriksaan terhadap korban dengan nomor rekam medis nol tiga puluh lima yang berdasarkan surat tersebut----------------------------------Nama : An X-----------------------------------------------------------Jenis kelamin : Perempuan--------------------------------------------------Umur : Sebelas tahun ----------------------------------------------Kewarganegaraan : Indonesia----------------------------------------------------Pekerjaan : Pelajar--------------------------------------------------------Alamat : Jalan Uluwatu tiga puluh empat Jimbaran Kuta Badung-----------------------------------------------------------------------------------------

Pada pemeriksaan ditemukan: a) Perempuan tersebut adalah seorang wanita berumur sebelas tahun dengan kesadaran baik, terlihat ekspresi ketakutan dan segan untuk berinteraksi dengan orang lain akan tetapi sikap selama pemeriksaan membantu, rambut rapi, penampilan bersih -------------------------------------Pakaian rapi, tanpa robekan----------------------------------------------------------Tanda kelamin sekunder mulai berkembang--------------------------------------Keadaan umum jasmani baik, tekanan darah seratus sepuluh per tujuh puluh milimeter air raksa, denyut nadi sembilan puluh dua kali per menit, pernapasan dua puluh kali per menit-------------------------------------Luka-luka : tidak ditemukan adanya luka-luka pada korban-------------------Pemeriksaan Kandungan:
Rahim: tidak terdapat tanda-tanda kehamilan----------------------------------------

b) c) d) e) f)

g) Pemeriksaan Alat Kelamin:


Mulut alat kelamin: Pada kedua bibir kecil kemaluan tidak tampak kemerahan Selaput dara : terdapat robekan lama disertai dengan erosi pada sesuai dengan arah jarum jam tujuh---------------------------------------------------------------- Jaringan vulva: peradangan jaringan vulva sebelah kanan---------------------------- Leher rahim: Tidak tampak kemerahan-----------------------------------------------------

h) Pada pemeriksaan laboratorium dengan bahan pulasan vagina, dilakukan pemeriksaan metode Berberio dan memberikan hasil positif berupa terbentuknya jarum erwarna kekuningan dengan ujung tumpul. Dilanjutkan dengan pemeriksaan metode Florence dan ditemukan adanya kristal cholyn peryodida berwarna coklat berbentuk jarum dengan ujung terbelah. Hal ini sesuai dengan adanya cairan mani pada lendir vagina-----i) Pada pemeriksaan laboratorium dengan reaksi fosfatase dilakukan pemeriksaan inhibisi dengan I(-) Tartrat memberikan hasil positif berupa bercak ekstrak disemprot dengan reagens I berwarna ungu sedangkan dengan reagens II tak timbul warna. Hal ini sesuai dengan adanya cairan mani dalam ekstrak-------------------------------------------------------------------------

Kesimpulan Pada pemeriksaan fisik ditemukan robekan lama selaput darah sesuai dengan arah jarum jam tujuh disertai dengan erosi dan peradangan jaringan vulva sisi kanan dan pemeriksaan laboratorium yang menunjukan adanya sperma di cairan vagina menandakan memang telah terjadi persetubuhan yang telah lama terjadi------------------------------------------------Demikian Visum et Repertum ini saya buat dengan sebenar-benarnya dengan mengingat sumpah jabatan berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana----------------------------------------------------------------------Jakarta, Satu Januari Dua Ribu Tiga Belas Dokter Pemeriksa, dr. Dinna Mulyani,Sp.F. NIP. 765 351 185

Kesimpulan
Untuk menyelesaikan permasalahan kasus kejahatan seksual, tidak hanya membutuhkan intervensi medis semata-mata tapi, menuntut diambilnya langkah penanganan yang holistik dan komprehensif termasuk dukungan psikososial.

You might also like