Professional Documents
Culture Documents
Tujuan Belajar
1.
2. 3.
4.
Dapat menjelaskan hubungan antara mata dan sistem visual dalam konteks sistem susunan saraf pusat Dapat menjelaskan reaksi pupil dan memeriksanya Dapat menilai lapang pandang perifer Dapat menjelaskan keadaan kedaruratan:
Penglihatan kabur mendadak Papilledema AION dan arteritis temporal Paralisis n. III dan pupil Paralisis n. IV, VI, VII dan gangguan n. V
Tujuan Belajar
Menjelaskan anatomi
1.
2. 3.
4.
5. 6.
7.
Tulang-tulang kepala Vaskuler Jaras visual afferen Jaras motorik okular Jaras motorik facial dan sensorik (n. VII, n. V) Sistem otonomik okular: parasimpatik dan simpatik Refleks dan gerak pupil
Tujuan Belajar
1.
2.
Kelainan Sistemik
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Kongenital Trauma Vaskuler Keganasan Penyakit Autoimmune Penyakit inflamasi dan Intoksikasi Infeksi Diabetes mellitus
siti farida santyowibowo neurooftalmologi 2010 6
Kongenital: Neurofibromatosus
2. Trauma
Child abuse: shaken baby syndrome
Hemorrhagi intraretinal, subretinal, vitreal, intrakranial; ablatio atau dialysis retina, kelainan motilitas mata, ecchymosis periorbital, luka kornea, hifema; perdarahan intrakranial DD/ thrombositopenia, leukemia, tekanan intrakranial meninggi, kecelakaan
Purtschers retinopathy
Hemorrhagi dan exudat di retina akibat trauma di lokasi jauh (trauma thorax, kepala, anggota gerak; akibat embolisasi)
siti farida santyowibowo neurooftalmologi 8
3a. Vaskuler
Gambaran umum: Hemorrhagi, exudat, perubahan pembuluh darah (menyempit, melebar), edema macula retina, edema papil n. II 1. Hipertensi: angiopathy, neuroretinopathy, retinopathy
Penyempitan vaskuler: Cu wire, silver wire, a/v crossing Hemorrhagi flame-shaped Eksudat: cotton wool spots, macular star Papilledema, macular edema Klasifikasi Keith-Wagener-Barker (penyakit dalam)
siti farida santyowibowo neurooftalmologi 9
3b. Vaskuler
2.
Hipertensi intrakranial
3.
4.
5.
karena emboli Hollenhorst plaque 6. Oklusi vena centralis retina atau cabangnya
7.
8.
11
12
13
14
4. Keganasan
Primer
Intraokular: retinoblastoma, melanoma maligna uvea Palpebra: Ca sel basal, Ca sebacea, melanoma Orbit: limfoma, tumor gl.lacrimalis
Sekunder:
Extension Ca sinus, Ca nasopharynx Metastasis: leukemia pada anak-anak, Ca pada dewasa
siti farida santyowibowo neurooftalmologi 15
5. Penyakit Autoimmune
Kelainan thyroid: Graves ophthalmopathy
Klasifikasi Werner, NOSPECS, EUGOGO, VISA Terapi non-bedah dan pembedahan
Rheumatoid arthritis
Dry eye, episkleritis, skleritis, ulserasi kornea perifer Myasthenia gravis, myasthenia okuli: ptosis palpebra, kelainan gerak mata Wegeners granulomatosis: kelainan orbit
siti farida santyowibowo neurooftalmologi 16
Uveitis non-granulomatous
Juvenile rheumatoid arthritis, Behets disease
Intoksikasi:
Tembakau, alkohol, metanol INH, Ethambutol, Chloroquine, kinina (kina)
siti farida santyowibowo neurooftalmologi 17
7. Infeksi
AIDS
Adnexa: cellulitis orbita, Sarcoma Kaposi, limfoma non Hodgkins Konjungtiva: Sarcoma Kaposi Cytomegalovirus (CMV) retinitis, cotton wool patches
Sifilis: keratitis, uveitis anterior, papillitis, neuroretinitis, uveitis posterior Lain-lain: HZO, Uveitis TBC, Toxoplasmosis, Onchocerciasis
siti farida santyowibowo neurooftalmologi 18
8. Diabetes Mellitus
1. Perubahan-perubahan refraksi yang cepat 2. Katarak 3. Retinopati diabetika:
Background, preproliferatif, proliferatif Nonproliferatif ringan, sedang, berat dan proliferatif sedang dan berat
NEUROOPHTHALMOLOGY
20
Lingkup Neurooftalmologi
N. optikus (n.II):
Adalah bagian dari susunan saraf pusat Gangguan penglihatan dapat terjadi karena destruksi atau penekanan N. II
Nn.III, IV,V,VI,VII:
Gangguan gerak dan sensitivitas mata
Penilaian fungsi
Fungsi visual:
Tajam penglihatan sentral (central acuity) Kampus visus (lapang pandang) Persepsi warna
Gambaran papil n. opticus Fungsi pupil Gerak bola mata Gerak palpebra Penentuan diagnosa topikal
siti farida santyowibowo neurooftalmologi 22
23
2.
3. 4. 5.
Serabut saraf afferen Bagian intraokular (optic disc, papil n. II) Bagian intraorbital Bagian intrakanalikular Bagian intrakranial
24
25
27
28
Gambar Topografi
29
30
Tajam penglihatan berkurang untuk jauh dan dekat Defek aferen pupil Dyschromatopsia (gangguan persepsi warna) Sensitifitas kecerahan cahaya berkurang Sensitifitas kontras berkurang Defek lapang pandang
31
6. 7.
Buta total, lapang pandang tidak ada Skotoma sentral Hemianopia bitemporal Hemianopia altitudinal Kwadrantanopia superior/inferior/congruous / incongruous Hemianopia incongruous Hemianopia homonym
33
Neuritis Optika
Klasifikasi funduskopik 1. Retrobulbar Neuritis: kelainan N.II di bagian
retrolaminar
2. 3.
34
Tanda: Visus bisa sampai LP (-), Fundus: optic disc normal (retrobulbar o.n.) atau membengkak
(papillitis), atau pucat ditemporal
Penurunan visus menyeluruh pada lapang pandang central seluas 30 (skotoma sentral) Defek altitudinal/ arcuate/ skotoma cecocentral
siti farida santyowibowo neurooftalmologi 35
3)
4) 5)
Pemulihan setelah 2 3 minggu sampai 6 bulan 75% pasien mendapatkan kembali visus > 6/9 (85% >6/12), walaupun sebelumnya visus LP (-) Persepsi kecerahan cahaya dan kontras tetap terganggu Reaksi pupil terganggu Dapat terjadi papil n. II atrofi
36
Papilledema
Edema papil: pada papillitis, Anterior Ischemic Optic Neuropathy
Pembengkakan 1 D 2 D Visus menurun Bercak perdarahan peripapillar
Papilledema:
Pada tekanan intrakranial meninggi (tumor intrakranial, hipertensi maligna, eclampsia), kompressi n. II Pembengkakan >/= 2D Visus tidak menurun drastis
siti farida santyowibowo neurooftalmologi 38
40
42
43
44
PUPIL
Anatomi Jalur afferen Jalur efferen Jalur simpatik Jalur parasimpatik
45
PUPIL
Pemeriksaan: ukuran, bentuk dan fungsi
Anisocoria Gangguan dilatasi Gangguan near response pada konvergensi
Kelainan
Defek afferen atau efferen dari pupil Pupil dilatasi unilateral atau bilateral Pupil miosis unilateral (pikirkan Horners syndrome), miosis bilateral (pupil Argyll-Robertson) Pada keadaan coma Pada intoksikasi obat
siti farida santyowibowo neurooftalmologi 46
47
48
Motilitas Mata
49
Kelainan transmisi Neuromuskular (myasthenia) Myopathia Kelainan metabolik dan pengaruh obat Lesi di daerah orbit dan sekitarnya
siti farida santyowibowo neurooftalmologi 50
51
52
Nystagmus
Definisi: Gerakan mata yang ritmis, repetitif dari satu atau kedua mata ke salah satu atau ke semua arah pandang, dimulai dengan gerakan mata lamban. Jenis:
Pendular: gerak sama dalam kecepatan, amplitudo, dan lama; dapat horizontal, vertikal, torsional, oblique, circular atau kombinasi Jerk: gerakan lambat ke satu arah diikuti gerakan cepat ke arah sebaliknya, dapat horizontal, vertikal, torsional, oblique, circular atau kombinasi
siti farida santyowibowo neurooftalmologi 53
Nystagmus Fisiologik
End point (end gaze) Optokinetic Stimulasi kanalis semisirkular: rotatory, caloric Voluntary
54
Nystagmus Patologik
Kongenital: laten, manifest, dengan kelainan sensorik, tanpa kelainan sensorik Acquired pendular nystagmus: kehilangan visus sejak kecil, spasmus nutans Vestibular: periferal, downbeat, upbeat Gaze-evoked nystagmus Gaze paretic nystagmus Seesaw nystagmus
55
Aplikasi pengetahuan
Pada funduskopi:
Mengenali hemorrhagi dan eksudat Mengenali perubahan-perubahan vaskular (penyempitan, pelebaran, a/v crossing, cattle trucking beading) Mengenali pembengkakan papil n. optikus
Mengenali kelainan gerak kelopak mata dan gerak bola mata Dapat memeriksa semua nervi craniales Dapat melakukan tes konfrontasi dan mengenali hemianopia
siti farida santyowibowo neurooftalmologi 56
PEMERIKSAAN NEUROOFTALMOLOGIK
57
Pemeriksaan Neurooftalmologik
Deskripsi keseluruhan pasien saat dilihat pertama kali:
Tampak sehat? Kesakitan? Kepala selalu dimiringkan atau menunduk/ menengadah? Harus menutup satu mata untuk bisa jalan? Jalan sempoyongan? Tampak bisa atau tidak bisa melihat?
Pemeriksaan Neurooftalmologik
Ketajaman penglihatan tengah (central acuity)
Menentukan tajam penglihatan (+pinhole, +koreksi refraksi terbaik) Cara melihat/ membaca, adanya gerakan mata nystagmus
59
Pemeriksaan Neurooftalmologik
Pupil: reflex, ukuran, pemeriksaan n. III Persepsi kecerahan sinar: brightness perception Contrast sensitivity Persepsi warna: Bila n. II terganggu Biasanya untuk warna hijau-merah Warna-warna tampak luntur
60
Pemeriksaan Neurooftalmologik
Funduskopi: Melihat perubahan-perubahan pada papil n. II (optic disc)
Optic disc normal Optic disc bengkak (edema papil atau papilledema) Optic disc atrofi
61
Pemeriksaan Neurooftalmologik
Lapang pandang
Test Konfrontasi: (kurang peka untuk kelainan halus)
Gerakan, Meniru jumlah jari, Menghitung jumlah jari Membedakan tangan Membedakan warna Persepsi ancaman
Peralatan: tangent screen, kampimeter, perimeter, Amsler grid Penilaian: hemianopia, kwadrantanopia, skotoma
siti farida santyowibowo neurooftalmologi 62