Professional Documents
Culture Documents
2071210007 2071210008
Tetanus adalah suatu toksemia akut yang disebabkan oleh neurotoksin yang dihasilkan oleh Clostridium tetani ditandai dengan spasme otot yang periodik dan berat. Biasanya tidak disertai dengan penurunan kesadaran.
1889: Kitasato isolated the organism from human victim, showed that it could produce disease when injected into animals. Reported that toxin could be neutralized by specific antibodies. 1897: Nocard demonstrated the protective effect of passively transferred antitoxin used in WWI 1924: Descombey developed tetanus toxoid for active immunization used in WWII
Gram positif, batang, ramping, berukuran 2 5 X 0,4 0,5 millimikron, berspora, anaerob obligat Spora dewasa bulat di ujung (drum stick) Spora tahan terhadap sinar matahari, disinfektan, pendidihan 20 menit Spora dapat dieliminasi dengan autoclav P 1 atm, 120C selama 15 menit Kuman ini tersebar luas di dunia dalam tanah dan tinja
Clostridium tetani
Tetanus toxin
Produced when spores germinate and vegetative cells grow after gaining access to wounds. The organism multiplies locally and symptoms appear remote from the infection site.
One of the three most poisonous substances known on a weight basis, the other two being the toxins of botulism and diphtheria. Tetanus toxin is produced in vitro in amounts up to 5 to 10% of the bacterial weight. Estimated lethal human dose of Tetanospamin = 2.5 nanograms/kg body Because the toxin has a specific affinity for
Initially binds to peripheral nerve terminals Transported within the axon and across synaptic junctions until it reaches the central nervous system. Becomes rapidly fixed to gangliosides at the presynaptic inhibitory motor nerve endings, then taken up into the axon by endocytosis.
Blocks the release of inhibitory neurotransmitters (glycine and gamma-amino butyric acid) across the synaptic cleft, which is required to check the nervous impulse.
If nervous impulses cannot be checked by normal inhibitory mechanisms, it leads to unopposed muscular contraction and spasms that are characteristic of tetanus.
Methods of transmission
C. tetani can live for years as spores in animal feces and soil. As soon as it enters the human body through a major or minor wound and the conditions are anaerobic, the spores germinate and release the toxins. Tetanus may follow burns, deep puncture wounds, ear or dental infections, animal bites, abortion. Only the growing bacteria can produce the toxin.
1. Tetanus terjadi secara sporadis dan hampir selalu menimpa individu non imun, individu dengan imunitas penuh dan kemudian gagal mempertahankan imunitas secara adekuat dengan vaksinasi ulangan 2. CDC 1998-2000 melaporkan insidensi tetanus di Amerika 0,16 kasus/1000000 populasi, 43 kasus tiap tahun 15% kasus terjadi pada pengguna obat suntik. Angka kematian 18% 3. Nigeria melaporkan 14% gangguan neurologis disebabkan oleh tetanus 4. WHO 1992 memperkirakan 1000000 kematian terjadi akibat tetanus di seluruh dunia 580000 tetanus neonatorum, 210000 di Asia Tenggara, 152000 di Afrika 5. Di Jakarta, tahun 1998, dilaporkan kejadian tetanus pada anak-anak yang tidak divaksin
MANIFESTASI KLINIK
Inkubasi 3-21 hari tetapi bisa lebih pendek (rata-rata 8 hari), letak luka yang jauh dari CNS masa inkubasi lebih panjang. Kejang bertambah berat selama 3 hari pertama, dan menetap selama 5 -7 hari. Setelah 10 hari kejang mulai berkurang frekwensinya Setelah 2 minggu kejang mulai hilang. Biasanya didahului dengan ketegangaan otot terutama pada rahang dari leher. Trismus (lockjaw) Opistotonus, nuchal rigidity
Opistotonus
KLASIFIKASI
Ada 4 bentuk tetanus yang dikenal secara klinis : Generalized tetanus (Tetanus umum) peningkatan tonus otot dan spasme menyeluruh. Peningkatan tonus otot masseter (trismus), disfagia (spasme otot faring), kekakuan/nyeri leher, bahu, otot punggung (opistotonus), reflek spasme, perut mengeras, kekakuan otot meluas dari dagu dan otot fasial (risus sardonicus) lengan kaku
Continue
Localited tetanus ( Tetanus Lokal ) jarang terjadi, restriksi otot atau kontraksi yang menetap di dekat luka , kontraksi biasa sembuh sendiri, prognosis baik Cephalic Tetanus Jarang terjadi, menyertai trauma atau luka kepala atau infeksi telinga, ditandai dengan trismus dan disfungsi saraf krainalis ( saraf VII) tetanus general Neonatal tetanus Tidak mampu menghisap pada 3-10 hari setelah lahir, iritabel, menangis keras, grimace, kekakuan, opistotonus. Biasa ibu tidak mendapat imunisasi yang adekuat
Cephalic Tetanus
Localized Tetanus
Generalized tetanus
Neonatal tetanus
Phillips Score
Tetanus ringan (angka < 9) Tetanus sedang (angka 9-16) Tetanus berat (angka > 16)
Diagnosis ditegakkan berdasarkan temuan klinis dan riwayat imunisasi: Anamnesis Riwayat mendapat trauma (terutama luka tusuk), pemotongan dan perawatan tali pusat yang tidak steril, riwayat menderita otitis media supurativa kronik (OMSK), atau gangren gigi. Riwayat anak tidak diimunisasi/ tidak lengkap imunisasi tetanus/ BUMIL/ WUS. Pada tetanus neonatorum keluhan awal berupa tidak bisa menetek Pemeriksaan fisik Adanya kekakuan lokal atau trismus. Adanya kaku kuduk, risus sardonicus, opisthotonus, perut papan.
Temuan laboratorium(8): Lekositosis ringan Trombosit sedikit meningkat Glukosa dan kalsium darah normal Cairan serebrospinal normal tetapi tekanan dapat meningkat Enzim otot serum mungkin meningkat EKG dan EEG biasanya normal Kultur anaerob dan pemeriksaan mikroskopis nanah yang diambil dari luka dapat membantu, tetapi Clostridium tetani sulit tumbuh dan batang gram positif berbentuk tongkat penabuh drum seringnya tidak ditemukan. Kreatinin fosfokinase dapat meningkat karena aktivitas kejang (>3U/ml) Tes spatula dengan oropharynx swab gag reflex
Tujuan terapi ini berupa mengeliminasi kuman tetani, menetralisirkan peredaran toksin, mencegah spasme otot dan memberikan bantuan pemafasan sampai pulih Tetanus ringan dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan tetanus sedang dapat sembuh dengan pengobatan baku sedangkan tetanus berat memerlukan
PENATALAKSANAAN UMUM
1. Merawat dan membersihkan luka sebaik-baiknya, berupa: Membersihkan luka irigasi luka Debridement luka (eksisi jaringan nekrotik) membuang benda asing dalam luka serta kompres dengan H202, dalam hal ini penatalaksanaan terhadap luka tersebut dilakukan 1-2 jam setelah ATS dan pemberian Antibiotika. Sekitar luka disuntik ATS. 2. Diet cukup kalori dan protein, bentuk makanan tergantung kemampuan membuka mulut dan menelan. Bila ada trismus, makanan dapat diberikan personde atau parenteral. 3. Isolasi untuk menghindari rangsang luar seperti suara dan tindakan terhadap penderita 4. Oksigen, pernafasan buatan dan trachcostomi bila perlu. 5. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit.
Penghambat neuromuskuler
bila pemberian sedative tidak adekuat - atracurium - pancuronium - vecuronium
Penatalaksanaan respirasi
Intubasi atau trakeostomi pada kasus hipoventilasi yang berkaitan dengan sedasi berlebihan/ laringospasme, atau menghindari aspirasi
Terapi tambahan
- fisioterapi cegah kontraktur - heparin/ antikoagulan cegah emboli paru
Vaksinasi
setelah sembuh dari tetanus dilakukan vaksin karena imunitas tidak diinduksi oleh toksin yang menyebabkan tetanus
PENCEGAHAN
Imunisasi aktif Program utama orang dewasa: 3 dosis Td ( tetanusdiphteria-toxoid adsorbed) dosis pertama dan kedua diberikan dalam 4-8 minggu, dosis ketiga diberikan 6-12 bulan setelah dosis kedua. Dosis booster diberikan setiap 10 tahun Perawatan luka Merawat luka secara adekuat, pemberian tetanus toxoid/ ATS dalam beberapa jam setelah luka. ATS 1500U intramuscular
1. laringospasm, 2. kekakuan otot-otot pernafasan atau terjadinya akumulasi sekresi berupa pneumonia dan atelektase 3. kompressi fraktur vertebra 4. dan laserasi lidah akibat kejang
Faktor yang mempengaruhi mortalitas pasien tetanus adalah 1. masa inkubasi 2. periode awal pengobatan 3. Imunisasi 4. lokasi fokus infeksi 5. Penyakit lain yang menyertai, 6. Beratnya penyakit, dan penyulit yang timbul.
Thanks