Professional Documents
Culture Documents
RINITIS ALERGI
Definisi
Definisi
Etiologi
Penyebab rinitis alergi tersering
1. Alergen inhalan pada dewasa
2. Alergen ingestan pada anak-anak
2.
3.
4.
Reaksi Alergi
Immediate
Phase Allergic
Reaction/Reaksi alergi fase cepat
(RAFC)
Kontak alergen 1 jam setelahnya
Late
APC
Sensitasi
Alergen
Permukaa
n mukosa
Antigen
HLA kls
II
IL
3
Komplek
peptida
MHC kls II
IL4
IL 1
T h2
T helper
IL5
T h1
IL1
3
Diikat o/
reseptornya di
perm. Sel limf B
Limfosit B
aktif
Prod.
Ig E
PD
Jaringa
n
Ig E diikat reseptor di perm. Sel
mastosit/basofil(sel mediator)
Mastosit/
basofil
aktif
Mukosa sdh
tersensitasi
Alergen yg
sama
Degranula
si mastosit
&basofil
Ke2 Rantai Ig
E Ikat
alergen
spesifik
Histamin
PGD2
LT D4
LT C4
Bradikini
n
PAF
Sitokin
Reseptor H1
uj.saraf Vidianus
Kel.mukosa &
sel.goblet
Vasodilatasi
sinusoid
Hidung tersumbat
Gatal
hidung
Bersin2
Hipersekresi
Permeab.
Kap. Me
rinore
RAFC
RAFL
1.
2.
Respon sekunder
Reaksi yang terjadi bersifat spesifik,
yang mempunyai tiga kemungkinan
ialah sistem imunitas seluler atau
humoral atau keduanya dibangkitkan.
Bila Ag berhasil dieliminasi pada
tahap ini, reaksi selesai. Bila Ag
masih ada, atau memang sudah ada
defek dari sistem imunologik, maka
reaksi berlanjut menjadi respon
tersier
3.
Respon tersier
Reaksi imunologik yang terjadi tidak
menguntungkan tubuh. Reaksi ini
dapat bersifat sementara atau
menetap, tergantung dari daya
eliminasi Ag oleh tubuh.
yaitu
1. tipe 1, atau reaksi anafilaksis
(immediate hypersensitivity),
2. tipe 2 atau reaksi sitotoksik,
3. tipe 3 atau reaksi kompleks imun dan
4. tipe 4 atau reaksi tuberculin (delayed
hypersensitivity).
Manifestasi klinis kerusakan jaringan
yang banyak dijumpai di bidang THT
adalah tipe 1, yaitu rinitis alergi (Irawati,
Kasakayan, Rusmono, 2008).
Diagnosis
Anamnesis
Gejala khas: serangan bersin bersin
berulang
Rinore encer dan banyak
Hidung tersumbat
Hidung dan mata gatal
Banyak keluar air mata (lakrimasi)
1.
Pemeriksaan fisik:
Rinoskopi: Mukosa edema, basah, berwarna
pucat atau livid, sekret encer banyak.
edema kelopak mata, kongesti konjungtiva,
lingkar hitam dibawah mata (allergic shiner).
lipatan hidung melintang garis hitam
melintang pada tengah punggung hidung
akibat sering menggosok hidung ke atas
menirukan pemberian hormat (allergic
salute).
pucat dan edema mukosa hidung yang dapat
muncul kebiruan. Lubang hidung bengkak.
Disertai dengan sekret mukoid atau cair.
2.
Pemeriksaan Penunjang
In vitro
Hitung eosinofil
IgE total (prist-paper radio imunosorbent test)
RAST (Radio Immuno Sorbent Test)
ELISA (Enzyme Linked Immuno Sorbent
Assay Test)
eosinofil dalam jumlah banyak menunjukkan
kemungkinan alergi inhalan.
Jika basofil (5 sel/lap) mungkin disebabkan
alergi makanan, sedangkan jika ditemukan
sel PMN menunjukkan adanya infeksi bakteri
(Irawati, 2002)
In vivo
tes cukit kulit
uji intrakutan atau intradermal yang
tunggal atau berseri (Skin End-point
Titration/SET).
Penatalaksanaan
Medikamentosa
a. Antihistamin
Antagonis H-1
Antihistamin dibagi dalam 2 golongan
yaitu golongan antihistamin generasi-1
(klasik) dan generasi -2 (non sedatif).
1.
b.
c.
d.
Operatif
Tindakan konkotomi (pemotongan
konka inferior) perlu dipikirkan bila
konka inferior hipertrofi berat dan tidak
berhasil dikecilkan dengan cara
kauterisasi memakai AgNO3 25 %
atau troklor asetat (Roland,
McCluggage, Sciinneider, 2001).
2.
Imunoterapi
Jenisnya desensitasi, hiposensitasi &
netralisasi. Desensitasi dan
hiposensitasi membentuk blocking
antibody. Keduanya untuk alergi
inhalan yang gejalanya berat,
berlangsung lama dan hasil
pengobatan lain belum memuaskan
(Mulyarjo, 2006).
3.
Komplikasi
Polip hidung
Otitis media efusi
Sinusitis paranasal
Rinitis Vasomotor
Rinitis vasomotor
Definisi
Suatu keadaan idiopatik yang
didiagnosis tanpa adanya infeksi,
alergi, eosinofilia, perubahan
hormonal (kehamilan, hipertiroid) dan
pajanan obat (kontrasepsi oral,
antihipertensi, B-Bloker, aspirin,
klorpromazin dan obat topikal hidung
dekongestan)
Nama lain
Vasomotor catarrh
Vasomotor rinorhea
Nasal vasomotor instability
Non-allergic perennial rhinitis
Neuropeptida
Disfungsi hidung a/ menya
rangsangan terhadap saraf sensoris
serabut C di hidung.
Rangsangan abnormal saraf sensoris
ini diikuti pe pelepasan
neuropeptida spt Subtance P dan
calcitonin gene-related proteinpe
permeabilitas vaskular dan sekresi
kelenjar.
Keadaan ini menerangkan terjadinya
pe respon pd hiperreaktifitas hidung.
Nitrit Oksida
Trauma
Gejala klinik
Diagnosis
Pemeriksaan
Lab menyingkirkan rinitis alergi.
Kadang ditemukan eosinofil pd sekret
hidung tp sedikit.
Tes cukit kulit negatif
Kadar Ig E spesifik tidak meningkat.
Penatalaksanaan
Dekongestan oral
Cuci hidunglar.garam fisiologis
Kauterisasi konka hipertrofilar. AgNO3 25%
atau triklor-asetat pekat.
Kortikosteroid topikal 100-200mikrogram ml.
Kortikosteroid topikal baru dlm lar. Aqua spt
flutikason propionat dan mometason furoat
1x200mcg.
Rinore berat dpt ditambahkan antikolinergik
topikal (ipatropium bromida)
Sdg dlm penelitian th/ desensitasi dgn obat
capsaicin topikal mengandung lada.
Rinitis Medikamentosa
Rinitis medikamentosa
Definisi
Suatu kelainan hidung berupa gangguan
respon normal vasomotor yang
diakbibatkan oleh pemakaian
vasokonstriktor topikal (obat tetes hidung
atau obat semprot hidung) dalam waktu
lama dan berlebihan, sehingga
menyebabkan sumbatan hidung yang
menetap.
Dapat dikatakan bahwa hal ini
disebabkan oleh pemakaian obat
berlebihan (drug abuse)
Patofisiologi
Mukosa hidung merupakan organ
yang sangat peka terhadap
rangsangan sehingga dalam
penggunaan vasokontriktor topikal
harus berhati-hati.
Obat topikal vasokonstriktor dari gol.
Simpatomimetik siklus nasi
terganggu dan akan berfungsi normal
kembali bila obat itu dihentikan
Silia rusak
Sel goblet berubah ukurannya
Membran basal menebal
PD melebar
Stroma tampak edema
Hipersekresi kel.mukus dan perubahan PH
sekret hidung
7. Lap.submukosa menebal
8. Lap.periostium menebal
Penatalaksanaan
1.
2.
3.