You are on page 1of 28

PREPARAT RENTANG

MESENTERIUM (MENCIT)

Kelompok 6

A. Tujuan
1. Membuat preparat rentang mesenterium
mencit.
2. Mengamati dan menganalisis hasil preparat
rentang mesenterium mencit di bawah
mikroskop.

B. LANDASAN TEORI
Preparat rentang merupakan preparat yang proses
pembuatanya dengan metode rentang. Metode rentang atau

spread

adalah

suatu

metode

sediaan

dengan

cara

merentangkan obyek yang akan diamati di atas gelas benda


sehingga diperoleh lapisan tipis yang dapat teramati di bawah

mikroskop (Rudyatmi, 2012). Pada umumnya jaringanjaringan yang dapat dibuat preparat rentang adalah jaringanjaringan

yang

tipis,

misalnya

pleura,

peritonium, plaracnoidea dan pericardium.

mesenterium,

Mesenterium ialah bangunan peritoneal yang berlapis ganda,


bentuknya seperti kipas, pangkalnya melekat pada dinding belakang
perut dan ujungnya yang mengembang melekat pada usus halus. Di
antara dua lapisan membran yang membentuk mesenterium
terdapat pembuluh darah, saraf dan bangunan lainnya yang
memasok usus. Bagian mesenterium di sekitar usus besar
dinamakan mesokolon. Lapisan ganda peritoneum yang berisi
lemak, menggantung seperti celemek di sebelah atas depan usus
bernama olentum majus. Bangunan ini memanjang dari tepi
lambung sebelah bawah ke dalam bagian pelvik abdomen dan
kemudian melipat kembali dan melekat pada colon tranversum. Ada
juga membran yang lebih kecil bernama omentum minus yang
terentang antara lambung dan liver. Mesenterium merupakan
jaringan halus yang berfungsi sebagai penggantung organ-organ
pencernaan, membentuk pembatas halus sehingga organ
pencernaan tidak saling berlekatan satu sama lain, selain itu
berfungsi menjaga kedudukan dan mempertahankan hubungan
organ abdomen.

Objek atau jaringan-jaringan yang tipis dapat diamati secara langsung


di bawah mikroskop tanpa menggunakan pewarnaan dan fiksasi, akan
tetapi preparat menjadi tidak tahan lama. Selain itu, jaringan juga akan
mudah rusak (M. C. Manus 1969). Rudiyatmi (2004), menyatakan bahwa
Jaringan-jaringan tipis seperti pericardium dapat langsung diamati di
bawah mikroskop tanpa pewarnaan dan juga tanpa fiksasi lebih dulu.
Tetapi pembuatan sediaan rentang dengan cara tersebut tentu saja tidak
tahan lama, karena jaringan tidak difiksasi lebih dulu. Untuk membuat
sediaan rentang yang dapat tahan lama dan dapat diamati sewaktu-waktu,
maka sediaan tersebut harus difiksasi terlebih dahulu sebelum diwarnai.

Lasantha (2008), mengatakan bahwa tujuan utama


dari fiksasi adalah untuk menyediakan perlakuan khusus
terhadap elemen-elemen jaringan, terutama inti sel,
sehingga dapat dipertahankan dalam kondisi yang agak
dekat keadaan asal sel. Selain itu, fiksasi juga mencegah
terjadinya kerusakan jaringan atau kerusakan oleh
mikroorganisme yang disebabkan oleh enzim yang
terkandung dalam jaringan itu sendiri, yang dikenal
sebagai autolisis. Dengan kata lain, tujuan fiksasi adalah
mematikan (menghentikan proses metabolisme)
sehingga jaringan dengan cepat di situasi sedikit lebih
dekat ke keadaan semula, mencegah autolisis,
meningkatkan pewarnaan karena dari bahan-bahan
kasar yang merupakan komponen dari fiksatif cair.

Handari (1983), menyatakan bahwa zat warna yang dapat digunakan


dalam membuat preparat ini antara lain hematoxilin, eosin, dan methylen
blue. Pewarna hematoxilin dengan pelarut aquades sangat baik digunakan
untuk mewarnai inti yang akan berwarna biru. Pewarna eosin dengan pelarut
alcohol 70% sangat baik untuk mewarnai sitoplasma dengan warna merah,
sedangkan methylen blue digunakan pada preparat sementara dengan cara
meneteskan langsung ke jaringan kemudian diamati di bawah mikroskop
yang mana methylen blue akan mewarnai butir-butir pada mast cell yang
mewarnai dengan warna biru. Metode rentang juga dapat digunakan ntuk
tujuan sitologi dan histology serta juga dapat digunakan untuk tujuan
sitokimiawi seperti penelitian phosphatase dan hyaluroidase.

Mast cell merupakan sel yang pertama kali dikenal


oleh Ehrlich tahun 1879 karena terlihat sebagai sebuah
sel yang besar yang terisi penuh dengan butir-butir.
Bentuk sel biasanya ovoid dengan inti bulat di tengah.
Biasanya inti sulit terluhat karena tertutp oleh butitrbutir yang memenuhi sel. Butir-butir dalam sitoplasma
tersebut diketahui mengandung bahan-bahan seperti
heparin, histamin dan berbagai enzim yang diketahui
berhubungan dengan gejala alergi anafilaksi. Mast cell
atau mastosit diduga berasal dari sel-sel darah yang
dinamakn sel basofil yang juga memiliki butirbutir. Mast cell yang terdapat pada jaringan tipis
misalnya pada mesenterium dapat diamati dengan
metode rentang. Untuk melihat mast cell akan lebih
baik hasilnya bila sediaan dipulas atau diwarnai dengan
hematoxylin azurell-eosin.

C. Prosedur
Kerja
1. Persiapan alat dan bahan serta sterilisasi alat.
Alat dan bahan disiapkan secara baik dan
lengkap tanpa kurang satupun serta alat yang
diperlukan disterilisasi dengan kapas atau tissue
yang dibasahi alcohol 70% agar alat terbebas
dari lemak, kotoran dan mikroorganisme yang
menggangu pengamatan.

2. Pengambilan Sampel
Langkah kerja pembuatan preparat rentang
mesenterium tikus diawali dengan tikus yang telah
dibius kemudian diletakkan di atas kotak pembedahan
untuk dibedah dengan menggunakan seperangkat alat
bedah (pisau, gunting, pinset,
jarum, spatula).
Kemudian
bagian
ususnya
dipotong
beserta mesenteriumnya dengan gunting tanpa dicuci
terlebih dahulu. Usus beserta mesenterium diletakkan
pada gelas benda dengan jarak 1 cm dari ujung sisi
pendek gelas benda dan direntangkan dengan
mengunakan tusuk gigi. Kemudian dibiarkan
sampai kering di bawah kipas angin tau dengan suhu
ruangan. Setelah kering, usus dibuang dan menyisakan
mesenterium yang masih menempel digelas benda.

3. Fiksasi spesimen
Proses selanjutnya adalah jaringan mesenteriun
difiksasi dengan memasukkan gelas benda tersebut pada
staining jar yang berisi metil alcohol selama 5 menit.

4. Pencucian spesimen
Kemudian specimen dicuci dengan alcohol 50 % pada
staining jar selama 2 menit. Dilanjutkan spesimen dicuci
akuades pada staining jar selama 2 menit.
5. Pewarnaan (pertama)
Spesimen atau jaringan diwarnai dengan zat warna
hematoxilin selama beberapa menit di dalam staining jar (
hematoxilin dalam keadaan baik sehingga membutuhkan waktu
yang sebentar).

6. Pencucian spesimen
Selanjutnya jaringan dicuci dengan air dalam staining jar
sampai terjadi warna biru cerah pada spesimen.

7. Dehidrasi
Kemudian melakukan proses dehidrasi dengan cara
spesimen atau jaringan dimasukkan gelas benda tersebut
secara berurutan pada staining jar berisi alcohol 30 %,50 %
dan 70 % masing-masing 2 menit.

8. Pewarnaan (kedua)
Selanjutnya, spesimen diwarnai untuk kedua
kalinya dengan zat warna eosin selama 2 menit di
dalam staining jar.
9. Pencucian
Setelah proses pewarnaan eosin, spesimen dicuci
dengan alcohol 70 % selama 2 menit dalam staining
jar dilanjutkan melakukan dehidrasi dengan cara
spesimen pada gelas benda dimasukkan pada staining
jar berisi alcohol 80 %, 90 % dan absolut secara
berurutan masing-masing 2 menit.

10. Proses Dealkoholisasi


Dengan cara gelas benda dimasukkan pada staining jar
yang berisi campuran alcohol xylol dengan perbandingan 3:1,
1:1, 1:3 serta dimasukkan ke dalam xilol I dan xilol II untuk
tahap akhir dealkoholisasi berurutan masing-masing 2 menit,
sehingga spesimen berada pada medium xilol secara.
11. Mounting
Langkah selanjutnya adalah mounting, gelas benda diambil
secepatnya dari staining jar yang berisi xilol II, kemudian ditetesi
dengan kanada balsam, kemudian ditutup dengan kaca penutup
pada bagian sebelah kiri gelas benda berjarak 1 cm dari ujung kiri
dan tepat menutupi spesimen serta saat menutup posisi gelas benda
45o dan salah satu sisinya ditumpukan pada jarum pentul kemudian
diletakkan perlahan-lahan dan hati-hati. Disekeliling gelas penutup
diberi kutek dan ditunggu kering.

12. Labeling dan analisis.


Label sesuai identitas preparat yang bersangkutan
dilekatkan pada ujung kanan gelas benda dengan posisi
memanjang. Langkah terakhir preparat diamati, difoto,
dan dianalisis hasilnya.

D. Hasil Pengamatan
Preparat Rentang Mesenterium
Gambar 1. Spesies: Mus musculus (mencit)

1
2

Keterangan :
Perbesaran 40x10
Bagian yang ditunjuk :
1 pembuluh darah
2 jaringan lemak
3 jaringan
mesenterium (mast
cell)
Bagian penggantung usus
besar (mesenterium)
Berbentuk jaringan ikat
padat tak beraturan
Hasil baik, tidak
terkontaminasi.

Gambar 2. Spesies: Mus musculus (mencit)


Keterangan:
Perbesaran 40x10
Bagian yang ditunjuk:
1 jaringan
mesenterium (mast cell)
Bagian penggantung usus
besar (mesenterium)
Berbentuk jaringan ikat
padat tak beraturan
Hasil kurang baik, terjadi
kontaminasi.
1

Gambar 3
Spesies: Mus musculus (mencit)

Keterangan :
Perbesaran 40x10
Bagian yang ditunjuk:
1 jaringan mesenterium
(mast cell)
Bagian penggantung usus
besar (mesenterium)
Berbentuk jaringan ikat
padat tak beraturan
Hasil kurang baik, terjadi
kontaminasi.

Analisis
Hasil pembuatan preparat mesenterium mencit ini
cukup baik pada preparat no 1 sedangkan preparat nomor 2
dan 3 terjadi kerusakan pada spesimen/jaringan. Kerusakan
jaringan pada preparat 2 dan 3 dikarenakan terjadinya
kontaminasi pada zat yang digunakan sehingga proses
pembuatan preparat menjadi terganggu dan tidak sesuai.
Pada tahapan mounting didapat hasil dimana didalam
preparat tidak terdapat
gelembung udara, bagian
bagian yang diamati terlihat jelas dan kontras. Namun, tidak
semua bagian yang dikehendaki ada di preparat yang dibuat.
Preparat mesenterium ini termasuk dalam preparat rentang
artinya proses pembuatannya dengan metode rentang yaitu
dengan merentangkan obyek yang diamati diatas gelas benda.

E. Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum pembuatan dan analisis
preparat rentang mesenterium didapat hasil seperti pada
hasil pengamatan. Metode rentang (spread) adalah suatu
metode sediaan dengan cara merentangkan suatu jaringan
pada gelas benda sedemikian rupa sehingga dapat diamati di
bawah mikroskop. Pada umumnya jaringan-jaringan yang
dapat dibuat preparat rentang adalah jaringan-jaringan yang
tipis,
misalnya
pleura,
mesenterium,
peritoneum,
plarachnoidea, pericardium, dll.
Jaringan tipis seperti
pericardium dapat langsung diamati di bawah mikroskop
tanpa pewarnaan dan juga tanpa fiksasi lebih dulu. Tetapi
pembuatan sediaan rentang dengan cara tersebut tentu saja
tidak tahan lama, karena jaringan tidak difiksasi lebih dulu.
Untuk membuat sediaan rentang yang dapat tahan lama dan
dapat diamati sewaktu-waktu, maka sediaan tersebut harus
difiksasi terlebih dahulu sebelum diwarnai.

Proses pembuatan preparat rentang mesenterium ini diawali


dengan proses fiksasi dengan fiksatif sederhana ( mengandung
1 macam zat) yaitu metil alcohol. Fungsi dari proses fiksatif ini
adalah untuk mematikan elemen-elemen jaringan mesenterium
dengan tetap mempertahankan bentuk dan strukturnya. Fungsi
lainnya yaitu untuk mengubah indeks bias bagian-bagian jaringan
mesenterium sehingga bagian-bagian tersebut mudah terlihat di
bawah mikroskop. Selain itu fiksasi juga mengubah jaringan
menjadi lebih mudah menyerap zat warna. Pada pembuatan
preparat, menggunakan pewarnaan rangkap 2 karena menggunakan
2 macam zat warna yaitu hematoxylin dan eosin. Eosin merupakan
zat warna asam sehingga cenderung mewarnai sitoplasma sel,
sedangkan hematoxylin adalah zat warna basa sehigga cenderung
mewarnai inti. Hal ini berkaitan dengan adanya ikatan ion antara
komponen selular dengan senyawa aktif dari pewarna. Inti sel yang
cenderung bersifat asam (bermuatan negative) akan cenderung
terwarnai oleh zat warna basa yang bermuatan positif.

Hematoxylin dalam pembuatan preparat ini


cenderung sebagai zat warna ajektif yaitu zat warna yang
dapat mewarnai jaringan dengan baik bila diberikan
pertolongan suatu mordan. Mordan yaitu suatu
substansi yang dapat mengikat zat warna pada jaringan
yang diwarnai. Oleh karena itu, pada pembuatan
praktikum ini menggunakan eosin sebagai mordan.
Eosin termasuk dalam golongan xantene yaitu suatu zat
warna yang mempunyai molekul yang terdiri dari cincin
quinoid yang dihubungkan dengan cincinnon quinoid
oleh atom C dan O sehingga memberikan warna yang
kontras dengan zatwarna yag diberikan sebelumnya. Hal
inilah yang menyebabkan preparat terwarnai dengan
warna merah ungu dan tampak kontras sehingga bagianbagiannya dapat terlihat jelas.

Pada proses pembuatan preparat rentang mesenterium


ini juga dilakukan proses dehidrasi yaitu proses
menghilangkan kandungan air dengan alkohol yang
dilakukansecara bertahap (bertingkat) dimulai dari
konsentrasi alcohol 30 % karena preparatnya termasuk
kategori tipis. Dari alcohol konsentrasi 30 % ke 50 %, 70 %,
80 %, 90 % sampai alcohol absolut. Penutup preparat ini
menggunakan kanada balsam yang pelarutnya adalah xylol
maka setelah proses dealkoholisasi dilakukan proses
dealkoholisasi dengan pemberian alkohol : xylol dengan
perbandingan 3: 1, 1:1, 1: 3 serta xilol murni I dan
II. Pemberian alcohol absolute sebanyak 2 kali ini,
bertujuan
untuk
menghilangkan
komponen
air secara tuntas dan pemberian xylol pada perbandingan
xilol:alcohol dan murni, bertujuan untuk menghilangkan
komponen alcohol secara tuntas menjadi komponen xylol
saja sehingga aman ketika ditutup menggunakan kanada
balsam yang pelarutnya adalah xylol.

Preparat yang dibuat merupakan preparat


permanen dengan medium penutupnya adalah
kanada balsam. Oleh karena itu, agar kanada
balsam tidak menguap sehingga preparat bias
awet
menjadi
preparat
permanen
maka pada gelas penutup diberi kutek. Tujuan
dari pemberian kutek adalah agar pelarut xylol
dalam kanada balsam tidak menguap.

Sampel yang digunakan pada praktikum ini


adalah salah satu hewan vertebrata yaitu mencit
(Mus musculus). Bagian abdomen dibedah
secara vertikal dari bawah ke atas. Kemudian
pada jaringan yang akan di amati diambil
secukupnya, lalu direntangkan setipis mungkin
pada object glass.

Dari hasil pengamatan di bawah mikroskop tentang preparat


rentang dengan menggunakan sampel dari mencit (Mus
musculus) ditemukan adanya jaringan ikat padat tak beraturan
pada bagian penggantung usus (mesenterium). Dalam praktikum
ini dikatakan berhasil hanya pada preparat pertama karena
preparat atau sediaan rentang dari mencit (Mus musculus) yang
dibuat dapat diamati dengan jelas morfologi bagian sel-sel nya
seperti pada bagian penggantung usus (mesenterium) ditemukan
jaringan ikat padat tak beraturan. Keberhasilan itu dapat terjadi
karena dalam melakukan metode rentang sudah sesuai, yaitu
dengan cara merentangkan suatu jaringan dari salah satu bagian
pada mencit (Mus musculus) sedemikian rupa (setipis mungkin)
sehingga dapat diamati dibawah mikroskop dengan jelas bagian
morfologinya. Pada preparat kedua dan ketiga hasil preparat yang
diamati terlihat kerusakan yang terjadi pada jaringan, hal tersebut
terjadi dikarenakan adanya kontaminasi pada bahan yang
digunakan. Sehingga hasil pengamatan dari preparat kedua dan
ketiga tidak dapat dibekan antara jaringan satu dan jaringan lain.

Oleh karena itu untuk pengamatan ini yang


berpengaruh penting adalah teknik pada saat
merentangkan jaringan pada object glass.
Semakin tipis jaringan yang direntangkan, maka
semakin nampak jelas bagian morfologi dan
yang akan diamati dibawah mikroskop, serta
dipengaruhi juga teknik pengelapan yang baik
dan benar sehingga sisa zat yang dipakai
sebelumnya tidak bersisa sedikitpun agar tidak
mengontaminasi zat selanjutnya.

F. Kesimpulan
Berdasarkan
disimpulkan :
1.

pembahasan

tersebut

dapat

Hasil dari pembuatan preparat rentang


mesenterium usus mencit dengan menggunakan
metode rentang dengan menggunakan 2 macam
pewarna yaitu hematoxilin dan eosin.

2. Berdasarkan hasil pengamatan didapat hasil pada


preparat pertama yaitu terlihat baik, tanpa
gelembung udara, dan kontras warna antar organ,
sedangkan pada preparat 2 dan 3 hasil kurang baik,
karena
jaringan
mengalami
kerusakan,
penyebabnya adalah kontaminasi zat.

G. Saran
Hati-hati
saat
melakukan
dehidrasi
dan
dealkoholisasi. Jangan sampai tidak sesuai dari
konsentrasi terendah sampai konsentrasi larutan
tertinggi.
Pembersihan larutan dari gelas benda sebelum
dimasukkan ke dalam staining jar larutan
selanjutnya haruslah benar-benar bersih dari
larutan sebelum dan tangan praktikan agar tidak
terjadi kontaminasi sehingga merusak kwalitas
larutan dan mempengaruhi kerja larutan dalam
memproses spesimen sehingga hasil preparat rusak
dan tidak teramati.

H. Daftar Pustaka
Anonim. 2002. Mikroteknik. Jakarta: Erlangga.

Faiz, Omar dan David Moffat. 2002. At A Glance Series Anatomi.


Terjemahan. Jakarta: Erlangga.
Handari, Suntoro. 1983. Metode Pewarnaan. Jakarta: Bhatara Karya Aksara.
Jonathan, Charles. 2002. Histology. London: Hall Inc.
Lasantha. 2008. Spreading Preparation. New York : Marcel Dekker,Inc.
Rudyatmi,Eli. 2014. Bahan Ajar Mikroteknik. Semarang: Jurusan Biologi
FMIPA UNNES.
Subowo. 2002. Histologi Umum. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.

You might also like