You are on page 1of 51

Deterrence, Defense,

Arms Race, Security


Dilemma,
Arms Control,
and the Balance of Power

Iwan Sulistyo, S.Sos., M.A.

Deterrence?

Pengertian inti dari


deterrence ialah membuat
pelbagai ancaman militer
yang digunakan untuk
mencegah aktor lain
melakukan tindakan
agresif.
Dengan ungkapan yang lebih
sederhana, deterrence
berupaya menghentikan
Prof. Barry Buzan
segala tindakan yang tidak
Guru Besar (Emeritus) Ilmu
dikehendaki sebelum
Hubungan Internasional,
terjadi.
London School of
Economics and Political
Dengan logika semacam ini,
Science (LSE), the U.K.
konsep deterrence mencakup
Barry Buzan, An Introduction to Strategic Studies: Military Technology and International
(penyangkalan) dan 2
Relations, MacMillan Press, London, 1987, p. denial
136.
http://www.en.ism.uw.edu.pl/wp-content/uplo
ads/et_temp/BarryB-22880_200x200.jpg

Deterrence?

Lebih jauh, poin utama dari deterrence


strategy ialah menghentikan pihak
lawan dari penggunaan kekuatan
pertama kali yang dilakukannya, bukan
menggagalkan suatu serangan setelah
serangan itu terjadi. (Buzan, p. 140.)
Prinsip dasar yang sederhana dari
deterrence adalah one actor prevents
another from taking some action by
raising the latters fear of the
consequences that will ensue. (Buzan,
p. 163.)

Selain deterrence, ada juga


konsep defense, dan
offense.
Terdapat perdebatan dalam
pemahaman tentang defense
dan deterrence. (Buzan, p.
135)
4

Deterrence, Defense,
dan Offense?
Karen Ruth Adams, seorang
pakar hubungan internasional
dari University of Montana,
Amerika Serikat, dengan cukup
jelas mendefinisikan ketiga
konsep ini.
Melakukan operasionalisasi
untuk ketiga konsep tersebut,
Adams menyatakan bahwa
offensive operations are
http://grizalum.org/imx/Events/charterd
actions in which a state uses
ay/2015/BioPhotos/KarenAdams.jpg
force to attack another states
Karen Ruth Adams,
military or nonmilitary assets to
associate professor of
conquer its territory or compel
political science at the
compliance with policy
University of Montana.
K.R. Adams, Attack and Conquer? International Anarchy and the Offense-Defense-Deterrence Balance, International Security,
Winter 2003/04, vol. 28, no. 3, p. 53.
directives (impose its will on the
5

Deterrence, Defense dan


Offense?

Selanjutnya, dalam hal defensive


operations, Adams mengartikannya
sebagai actions in which a state
uses force against another states
military assets to repel and limit
damage from that states attacks to
retain control of its territory and
avoid having the other state impose
its will upon it. (Adams, p. 53)
K.R. Adams, Attack and Conquer? International Anarchy and the Offense-Defense-Deterrence Balance, International Security,
Winter 2003/04, vol. 28, no. 3, p. 53.

Deterrence, Defense dan


Offense?
Deterrent operations merupakan
actions in which a state prepares to
use force or demonstrate its ability to
use force to attack another states
nonmilitary assets to deter that state
from attacking it or to deter it from
further attacks once a war has
begun. (Adams, p. 53.)
K.R. Adams, Attack and Conquer? International Anarchy and the Offense-Defense-Deterrence Balance, International Security,
Winter 2003/04, vol. 28, no. 3, p. 53.

deterrence keeping an opponent from doing


something by threat of punishment or by possessing
capabilities the adversary knows will block or deny
any such attempt.
extended deterrence threats designed to deter
and protect other countries from an attack by a
common enemy e ones political and military
objectives.
defense programs and capabilities designed to
repel or deter an enemy attack.
warfighting the application of violence to
achieve ones political and military objectives.
P.R Viotti dan M.V. Kauppi, International Relations and World Politics, 5th edn, (New Jersey: Pearson, 2013, p. 308.

Mutual Assured Destruction


(MAD)?

a nuclear deterrence
doctrine that aims to avoid
war by reciprocal threat of
punishment through an
unacceptable level of
destruction.
P.R Viotti dan M.V. Kauppi, International Relations and World Politics, 5th edn, (New Jersey: Pearson, 2013, p. 312.

Minimum or Finite
Deterrence?
a doctrine in which a state
maintains a relatively small
number of nuclear or other
weapons of mass destruction
for use in making deterrence
threat.
P.R Viotti dan M.V. Kauppi, International Relations and World Politics, 5th edn, (New Jersey: Pearson, 2013, p. 309.

10

Pertahanan negara merupakan salah


satu bagian dari bidang national
security. (Muhaimin, pp. 1-4)
Keamanan dapat diterjemahkan sebagai
suatu kondisi di mana suatu negara
terbebas dari ancaman militer. Dengan
kata lain, keamanan dimaknai sebagai
kemampuan pemerintah sebuah
negara-bangsa untuk melindungi
negara dari ancaman militer yang
berasal dari luar batas kedaulatan.
(Prihatono, p. 2)
Y.A. Muhaimin, Bambu Runcing & Mesiu: Masalah Kebijakan Pembinaan Pertahanan Indonesia, Jakarta, Tiara Wacana, 2008, p. 75.
T.H. Prihatono, dkk., Keamanan Nasional: Kebutuhan Membangun Perspektif Integratif Versus Pembiaran Politik dan Kebijakan,
Propatria Institute, Jakarta, 2007, p. 2.

11

Force Posture?

numbers, types,
locations, and other
qualitative factors
concerning a states
military forces.
P.R Viotti dan M.V. Kauppi, International Relations and World Politics, 5th edn, (New Jersey: Pearson, 2013, p. 312.

12

Arms Race?

John Herz, a
scholar of
international
relations and law,
City
College of New
http://rzv039.rz.tu-bs.de/isw/sandr
a/lexikon/cmsimpleplus/images/herz_
York.
john_klein.jpg

Di dalam lingkungan internasional


yang sifatnya anarkis, tercipta rasa
saling takut antarnegara-bangsa
karena adanya pemahaman yang
keliru.
Dengan kondisi saling curiga itu,
dimensi security menjadi prioritas
utama sehingga tiap-tiap negarabangsa akan berusaha meraih serta
memperkuat keamanan dengan
cara meningkatkan military
expenditure (belanja militer)-nya.
Selain itu, upaya agar kian unggul
dari segi kemampuan militer juga
tidak dapat dilepaskan.

J.H. Herz, Idealist Internationalism and Security Dilemma, World Politics, vol. 2, no. 2, 1950, pp. 157-158. Lihat juga J.H. Herz, International
Politics in the Atomic Age, Columbia University Press, New York, 1959, p. 231.

13

Arms Race?
Alhasil, terjadilah perlombaan senjata
antarnegara-bangsa. Dengan kata lain,
manakala suatu negara mencoba
meningkatkan kekuatan militernya, maka
negara yang lain, secepat itu pula, juga
akan berupaya melakukan hal yang sama.
(Herz, p. 231)
Dengan demikian, pada kondisi inilah tiap
negara terjebak di dalam suatu dilema, yang
kemudian disebut sebagai dilema keamanan
berupa perlombaan senjata (arms
racing). (Herz, p. 231)
J.H. Herz, Idealist Internationalism and Security Dilemma, World Politics, vol. 2, no. 2, 1950, pp. 157-158. Lihat juga J.H. Herz, International
Politics in the Atomic Age, Columbia University Press, New York, 1959, p. 231.

14

Arms race?
Perlombaan senjata, bagi Buzan,
merupakan implikasi dari
perkembangan teknologi militer dalam
hubungan internasional. (Buzan, p. 69)
Lebih jauh, Buzan memaparkan bahwa
sesungguhnya terdapat perdebatan
tentang makna terminologi
perlombaan senjata itu sendiri,
sehingga banyak pendapat ataupun
definisi yang mengemuka. (Buzan, p.
70)
15

Arms race?
Akan tetapi, dari semua pendapat atau definisi
yang tersebar, ada suatu poin yang dapat ditarik,
bahwa perlombaan senjata adalah suatu
kondisi yang abnormal, terutama dalam kaitan
antara aspek refleksi negara atas
persaingan/kompetisi secara politik dan aspek
perasaan saling takut terhadap potensi kekuatan
militer negara lain. (Buzan, p. 70)
Di titik ini, persoalan yang muncul adalah
bagaimana membedakan kondisi yang abnormal
ini dari norma perilaku self-defense di bawah
suatu struktur yang anarkis? Alhasil, batasan
antara normal dan abnormal pun menjadi
suatu konsep yang ambigu. (Buzan, p. 70)
16

Arms race?
Dengan konsep yang serba ambigu itu,
dibutuhkan suatu terminologi yang kuat,
sehingga dapat digunakan untuk
menggambarkan kondisi hubungan
antarkekuatan militer yang normal di dalam
struktur anarkis. (Buzan, p.73)
Karenanya, arms dynamic (dinamika
persenjataan) menjadi terminologi yang
digunakan dalam menggambarkan keseluruhan
rangkaian tekanan yang menyebabkan tiap
negara-bangsa membangun kekuatan militer,
termasuk mengubah jumlah ataupun mutunya.
(Buzan, p.73)
17

Arms race?
Di dalam istilah dinamika
persenjataan terkandung aspek
perlombaan senjata dan
maintenance of the military
status quo (gambaran kondisi yang
normal dari dinamika persenjataan,
yang juga dapat bereskalasi menjadi
perlombaan senjata), yang berbeda
dari segi derajatnya. (Buzan, pp. 7374)
18

Arms Race Game


(Prisoners Dilemma)

(Paul D. Williams,
p. 47)
19

20

Tiga Model di dalam


Arms Race

Dalam perlombaan senjata, ada 3


model yang saling melengkapi yang
dapat menjelaskan proses suatu
negara dalam meningkatkan
kekuatan angkatan bersenjatanya:
1. Model aksi-reaksi;
2. Model struktur domestik; dan
3. Model imperatif teknologis

(Buzan, p. 74)

21

1. Model Aksi-Reaksi
Model ini mencari penggerak dalam
kekuatan pada dinamika persenjataan dalam
hubungan antarnegara-bangsa yang bersifat
kompetisi di mana proposisi mendasarnya
adalah bahwa negara-negara mengupayakan
penguatan persenjataan mereka karena
persepsi ancaman yang dirasakan dari
negara lain. Dengan kata lain, model ini
menjelaskan bahwa faktor eksternal
sebuah negara adalah pendorong utama dari
dinamika persenjataan. (Buzan, pp. 74-76).
22

Security Dilemma
Praktis, kondisi seperti demikian akan
memunculkan apa yang kemudian disebut
sebagai security dilemma karena tiap
negara-bangsa tidak mudah mengambil
langkah-langkah dalam meningkatkan
kekuatannya tanpa membuat negara lain
merasa kurang aman.
Konsep security dilemma pertama kali
dibangun oleh para pemikir seperti
Herbert Butterfield, John Herz, dan Robert
Jervis.
23

Prof. Shiping Tang, Guru Besar pada


School of International Relations and
Public Affairs (SIRPA), Fudan
Univeristy, Shanghai, China, menelaah
dan kemudian memetakan dengan
cukup baik perbandingan konsep
security dilemma yang dikemukakan
oleh ketiga pemikir tersebut
Lihat selengkapnya paparan S.
Tang, A Theory of Security Strategy for
Our Time: Defensive Realism, Palgrave
Macmillan, New York, 2010, pp. 33-96.

http://libgen.org/covers/634000/845
c56d5fd856a8b11e70028840a074c-d.jpg

24

Model aksi-reaksi
(lanjutan)

Karena model ini terlihat sederhana,


tetapi rumit dalam
implementasinya, maka di tengah
kesulitan dalam upaya
mengidentifikasi hal yang sangat
spesifik dari proses aksi-reaksi,
Buzan memberikan anjuran
dengan melakukan beberapa
tahapan yang patut digunakan.
(Buzan, p. 84)

25

Di bagian awal, kata Buzan, bisa memulainya


dengan menguji idiom (ungkapan) dari aksi-reaksi.
Artinya, jenis-jenis aksi atau tindakan yang
dilakukan oleh negara dalam proses.
Kemudian, variabel-variabel dalam pola respon
yang dapat diidentifikasi, terutama magnitude
(besaran atau ukuran), timing (pilihan waktu), dan
awareness (kesadaran) dari para aktor yang
terlibat di dalam proses.
Secara umum, magnitude terkait dengan hal
proporsi reaksi apa yang menunjang untuk
memicu terjadinya aksi; timing terkait dengan hal
kecepatan dan urutan interaksi; dan awareness
berkaitan dengan sejauh mana pihak yang terlibat
dalam proses menyadari dampak satu dengan
yang lain, dan apakah mereka mengatur perilaku
mereka sendiri. (Buzan, p. 84)
26

Selain ketiga variabel tadi, hal


lain yang tidak dapat dilepaskan
ialah aspek motif. Di sini, motif
antar-aktor yang bersaing
memiliki implikasi yang utama
daripada variabel lain dalam
proses aksi-reaksi dan akhirnya
aspek motif juga sulit untuk
diduga. (Buzan, pp. 89-90)
27

Idiom-idiom dalam aksi-reaksi apakah


terkait ekonomi dan politik atau bahkan
militer dapat terlihat dalam pelbagai
bentuk, misalnya perbedaan sistem
persenjataan, atau sistem
perlengkapan seperti anti-kapal selam,
anti-pesawat tempur atau sistem antimisil versus kapal selam, serta
pengebom dan misil.
Variabel-variabel yang dianalisis ini pun
lebih rumit daripada model dasarnya.
(Buzan, pp. 79-80 and 82-84)
28

2. Model Struktur
Domestik

Model ini bersandar pada gagasan bahwa


dinamika persenjataan dihasilkan oleh kekuatan
di dalam negara, yang mencakup kekuatan atas
dinamika persenjataan dalam kaitan dengan
dimensi ekonomi, organisasi, dan politik
negara-negara. (Buzan, p. 74 and p. 94)
Dalam konteks ini, pelembagaan riset militer
(the institutionalization of military research and
development) memainkan peran yang sangat
penting.
Tidak ada negara yang dapat menjadi negara
yang sepenuhnya independen dalam hal
memproduksi persenjataan tanpa basis R&D
yang dimilikinya. (Buzan, p. 96)
29

3. Model Imperatif
Teknologis
Ia terkait dengan bagaimana cara memaknai
dinamika persenjataan dalam konteks proses
kualitatif yang umum dalam kemajuan teknologi.
(Buzan, p. 74)
Lebih menekankan dimensi teknologi
daripada konteks politik. Model ini hadir untuk
mengidentifikasi aspek independen dari
dinamika persenjataan secara menyeluruh, yang
memang tidak mendapat sorotan di dalam
model aksi-reaksi dan model struktur domestik.
Teknologi militer tidak dapat dilepaskan dari
beragam unsur ilmu pengetahuan, serta
keahlian teknik, pengembangan material, dan
elektronik. (Buzan, p. 105)
30

Balance of Power?
Sebuah konsep kunci di dalam
paradigma realis yang secara umum
menunjukkan suatu kondisi ataupun
kecenderungan yang seimbang
antarnegara.

Hans J. Morgenthau, Politics among Nations: The Struggle for Power and Peace (New York: Alfred A. Knopf, 1948), Part 4.
P.R Viotti dan M.V. Kauppi, International Relations and World Politics: Security, Economy, Identity, 3rd edn,.(New Jersey: Pearson
Prentice Hall, 2007), p. 44.

31

Namun, konsep balance of power ini


masih sangat luas.
Ada istilah lain, yakni strategic
stability, yang menggambarkan
perimbangan kekuatan antarnegara
dengan lebih jelas.
Istilah strategic stability ini sendiri
memang berlatar-belakang Perang
Dingin antara dua kekuatan adidaya, AS
dan Uni Soviet, di mana yang menjadi
fokus telaah adalah senjata nuklir.
32

Strategic Stability

http://www.reading.ac.uk/web/Multime
diaFiles/spirs-staff-colingray.jpg

Colin Gray, Guru Besar


Hubungan Internasional dan
Kajian Strategis pada
University of Reading, the
U.K.

Strategic stability, regarded technically


strictly in military terms, was deemed to
reside in a context where neither side
could secure a major advantage by
striking first. In the contemporary jargon
of defence analysis, a stable context was
one in which the first-strike bonus was
low or negligible. Such a context was said
to be crisis stable. The most popular
thesis in the West was that strategic
stability was ensured by the mutual
ability of the superpowers to inflict
unacceptable damage upon each other in
any and all circumstances. This strategic
perhaps anti-strategic condition came
to be known as mutual assured
destruction (MAD). The roles of society
were to pay for the nuclear armed forces
and to serve uncomplainingly as hostage
to the prudent and sober behavior of its
political leaders.

C.S. Gray, War, Peace and International Relations: An Introduction to Strategic History, Routledge, New York, 2007, p. 213.

33

Threats
The threats from nuclear, biological and
chemical weapons are real. The possibility that
terrorists might acquire and use nuclear
weapons is an urgent and potentially
catastrophic challenge to global security. There
is bipartisan agreement in the United States
that the biological threat is a significant
concern. And while chemical weapons receive
significantly less attention, the historical
record shows that they are, by far, the most
widely used and widely proliferated weapons
of mass destruction.
http://www.nti.org/threats/
34

Anarchy?
The absence of political authority. International
politics or the international system is said to be
anarchic as there is no world government no
central or superordinate authority over states,
which retain their sovereign rights.
In a world characterized by anarchy, there is no
world government or central authority, much less
one with the necessary power to constrain states
or other organized groups from using force or
engaging in warfare. In such a world, some states
may choose to use force to achieve their
objectives. When these actions confront other
states, armed conflict may be the result.
P.R Viotti dan M.V. Kauppi, International Relations and World Politics, 5th edn, (New Jersey: Pearson, 2013, p. 298.

35

Di dalam kondisi yang anarkis,


tiap-tiap negara-bangsa akan
terus berupaya memperkuat
power-nya dengan
mempertangguh
persenjataannya, baik dari segi
kualitas maupun kuantitas.
Kondisi tersebut memunculkan
perlombaan senjata dan security
dilema.
36

Pertanyaan yang muncul


kemudian: Bagaimana
mengendalikan perilaku
agresif yang tanpa
batas tersebut?
Mekanisme disarmament
dan arms control
37

Disarmament
Disarmament is the most direct and in a sense
the crudest response to the problem of military
means. Its logic is that since weapons create the
problem, the solution is to get rid of them. This
logic can be applied to all weapons general and
complete disarmament (GCD) or to specific
categories of weapons deemed to be particularly
dangerous, such as nuclear bombs and biological
warfare agents. It can be applied unilaterally or
multilaterally, and can involve partial or
complete elimination of the specified type(s) of
weapon. The concept refers both to the process
by which military capabilities are reduced, and to
the end condition of being disarmed. (Buzan, p.
237)
38

Arms Control
Like disarmament, arms control is also
concerned with the impact of technology on
the arms dynamic and deterrence strategies.
Although it shares this root, arms control is
less ambitious and more sophisticated than
disarmament. It differs fundamentally from
disarmament in the principles that govern its
approach to the problem of military means.
(Buzan, p. 252)
The ultimate objective of disarmament is to
render arms racing and deterrence both
unnecessary and impossible. (Buzan, p. 252)
39

Arms Control and


Disarmament
Ada yang menyederhanakan kedua konsep
tersebut dengan pemahaman bahwa:
1. Arms control mengurangi, membatasi,
mengendalikan persenjataan tidak secara
menyeluruh.
2. Disarmament mengurangi secara
total/keseluruhan.
. Kedua cara di atas biasanya dilakukan
lewat treaties atau regimes
(perjanjian/kesepakatan atau rezim) oleh
dua atau lebih negara/aliansi.
40

Pelbagai treaties atau regimes


yang berkaitan dengan arms
control dan disarmament
Biological Weapons
Multilateral
Convention on the Prohibition of the
Development, Production and Stockpiling of
Bacteriological (Biological) and Toxin
Weapons (BTWC)
Protocol for the Prohibition of the Use in War
of Asphyxiating, Poisonous, or Other Gasses,
and of Bacteriological Methods of Warfare
(Geneva Protocol)
http://www.nti.org/treaties-and-regimes/treaties/

41

Pelbagai treaties atau regimes


yang berkaitan dengan arms
control dan disarmament
Chemical Weapons
Bilateral
India-Pakistan Agreement on Chemical
Weapons

Multilateral
Convention on the Prohibition of the
Development, Production, Stockpiling and
Use of Chemical Weapons and on Their
Destruction (CWC)

Regional
Mendoza
Agreement
http://www.nti.org/treaties-and-regimes/treaties/

42

Pelbagai treaties atau regimes


yang berkaitan dengan arms
control dan disarmament
Conventional Weapons
Multilateral
Arms Trade Treaty (ATT)
Treaty on Conventional Armed Forces in Europe (CFE)
Treaty on Open Skies

Nuclear Safety
Multilateral
Convention on Nuclear Safety
Convention on the Physical Protection of Nuclear Material
(CPPNM)
Joint Convention on the Safety of Spent Fuel Management
and on the Safety of Radioactive Waste Management
http://www.nti.org/treaties-and-regimes/treaties/

43

Pelbagai treaties atau regimes


yang berkaitan dengan arms
control dan disarmament

Nuclear Weapons
Bilateral

India-Pakistan Non-Attack Agreement


Joint Declaration of South and North Korea on the Denuclearization of the Korean
Peninsula
Lahore Declaration
Strategic Arms Limitation Talks (SALT I)
Strategic Arms Limitation Talks (SALT II)
Strategic Offensive Reductions Treaty (SORT)
Treaty between The United States of America and the Russian Federation on
Measures for the Further Reduction and Limitation of Strategic Offensive Arms (New
START)
Treaty between the United States of America and the Union of Soviet Socialist
Republics on Strategic Offensive Reductions (START I)
Treaty between the United States of America and the Union of Soviet Socialist
Republics on Strategic Offensive Reductions (START II)
Treaty between the United States of America and the Union of Soviet Socialist
Republics on the Elimination of Their Intermediate-range and Shorter-range Missiles
(INF Treaty)
Treaty between the United States of America and the Union of Soviet Socialist
Republics on Underground Nuclear Explosions for Peaceful Purposes (PNE Treaty)
Treaty on the Limitation of Anti-Ballistic Missile Systems (ABM Treaty)
US-DPRK Agreed Framework

http://www.nti.org/treaties-and-regimes/treaties/

44

Contoh treaties atau regimes yang


berkaitan dengan arms control
dan disarmament

Nuclear Weapons
Multilateral

Comprehensive Nuclear-Test-Ban Treaty (CTBT)


International Convention on the Suppression of Acts of Nuclear Terrorism
Treaty Banning Nuclear Tests in the Atmosphere, in Outer Space and
Under Water (Partial Test Ban Treaty) (PTBT)
Treaty on the Non-Proliferation of Nuclear Weapons (NPT)
Treaty on the Prohibition of the Emplacement of Nuclear Weapons and
Other Weapons of Mass Destruction on the Seabed and Ocean Floor and
in the Subsoil Thereof (Seabed Treaty)
African Nuclear-Weapon-Free-Zone (ANWFZ) Treaty (Pelindaba Treaty)
Antarctic Treaty
Central Asia Nuclear-Weapon-Free-Zone (CANWFZ)
Nuclear-Weapon-Free Status of Mongolia
Southeast Asian Nuclear-Weapon-Free-Zone (SEANWFZ) Treaty (Bangkok
Treaty)
South Pacific Nuclear-Free Zone (SPNFZ) Treaty of Rarotonga
Treaty for the Prohibition of Nuclear Weapons in Latin America and the
Caribbean (LANWFZ) (Tlatelolco Treaty)
http://www.nti.org/treaties-and-regimes/treaties/

45

Contoh treaties atau regimes yang


berkaitan dengan arms control
dan disarmament
Nuclear Weapons
Proposed Multilateral
Proposed Fissile Material (Cut-off) Treaty
(FMCT)
Proposed Internationally Legally-Binding
Negative Security Assurances (NSAs)
Proposed Nuclear Weapons Convention
(NWC)
Proposed Prevention of an Arms Race in
Space (PAROS) Treaty
http://www.nti.org/treaties-and-regimes/treaties/

46

Pelbagai treaties atau regimes


yang berkaitan dengan arms
control dan disarmament
Space Arms Control
Multilateral
Agreement Governing the Activities of
States on the Moon and Other Celestial
Bodies (Moon Agreement)
Convention on the Registration of Objects
Launched in Outer Space (Launch
Registration Convention)
Treaty on Principles Governing the Activities
of States in the Exploration and Use of Outer
Space, Including the Moon and Other
Celestial
Bodies (Outer Space Treaty)
http://www.nti.org/treaties-and-regimes/treaties/

47

Trust, but verify

http://www.ukrainebusiness.com.ua/modules/news/images/topics/4e1bbcd2-29d6-c
617.jpg

48

Data?
Data apa yang lazim dijadikan
sebagai rujukan/bahan analisis
atau riset tentang
militer/pertahanan,
perimbangan kekuatan militer,
serta pelbagai isu strategis
lainnya?
49

IISS
(the International Institute for
Strategic Studies)

http://www.iiss.or
g/

https://www.iiss.org/-/media/Images/Publications/The%20Military%20Balance/MilBal%202015/MB2015-stand
ard-480x270.jpg
50

http://www.sipri.org/

http://t2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9G
cQI6yy0iYPtyI3X8vNxBE6koPNLRhlg1J-RTGXOz
nTX8ukvRL8o
51

You might also like