You are on page 1of 40

Pengauditan 1

Bab VI
Materialitas, Risiko, & Strategi Audit Awal
Referensi:
Jusup, Al. Haryono (2001). Pengauditan. Buku 1.
Yogyakarta: Bagian Penerbitan STIE YKPN

Konsep Materialitas
Definisi Materialitas (FASB):
Besarnya suatu penghilangan atau salah saji
informasi akuntansi yang dipandang dari
keadaan-keadaan
yang
melingkupinya,
memungkinkan pertimbangan yang dilakukan
oleh orang yang mengandalkan pada informasi
menjadi berubah atau dipengaruhi oleh
penghilangan atau salah saji tersebut
menunjukkan seberapa
besar salah saji dapat diterima oleh auditor agar pemakai LK
tidak terpengaruh oleh salah saji tersebut

Kesalahan
penyajian
termasuk
penghilangan secara individual dan
agregat
mempengaruhi
keputusan
ekonomi yang diambil berdasarkan
laporan keuangan
Pertimbangan
materialitas
dibuat
dengan memperhitungkan berbagai
kondisi
yang
melingkupinya
dan
dipengaruhi oleh sifat, ukuran atau
kombinasi keduanya
3

Tahapan Penetapan Materialitas

Menetapkan Materialitas untuk laporan


keuangan secara keseluruhan
Menentukan materialitas pelaksanaan
Memperkirakan total kesalahan
penyajian
Memperkirakan keseluruhan kesalahan
penyajian
Membandingkan taksiran keseluruhan
dengan kebijakan awal materialitas
4

Faktor yang berpengaruh pada


kebijakan awal materialitas

Konsep materialitas bukan absolut


tapi relatif
Diperlukan dasar tertentu untuk
mengevaluasi materialitas
Faktor kualitatif mempengaruhi
materialitas

Mengapa Konsep Materialitas Penting


dalam Audit atas Laporan keuangan?

Dalam laporan audit atas laporan keuangan,


auditor tidak dapat memberikan jaminan
(guarantee) bagi klien atau pemakai laporan
keuangan yang lain, bahwa laporan
keuangan auditan adalah akurat.

Karena itu, dalam audit atas laporan


keuangan, auditor memberikan
keyakinan berikut ini :

Bahwa jumlah-jumlah yang disajikan dalam laporan


keuangan beserta pengungkapannya telah dicatat,
diingkas, digolongkan, dan dikompilasi.
Bahwa ia telah mengumpulkan bukti audit
kompeten yang cukup sebagai dasar memadai
untuk memberikan pendapat atas laporan
keuangan auditan.
Dalam bentuk pendapat atau memberikan
informasi, dalam hal terdapat perkecualian), bahwa
laporan keuangan sebagai keseluruhan disajikan
secara wajar dan tidak terdapat salah saji material
karena kekeliruan dan kecurangan.
7

Pertimbangan Awal Materialitas

Pertimbangan
awal
materialitas
=
materialitas yang direncanakan (6-9 bulan
sebelum tanggal neraca)
Pertimbangan materialitas mencakup 2 hal:

Kuantitatif (jumlah salah saji) belum ada


pedoman
Kualitatif (penyebab salah saji)

Penerapan materialitas pada 2 tingkatan


yaitu:
1.
2.

Tingkat LK
Tingkat saldo rekening

Aad dua konsep yang melandasi keyakinan yang diberikan oleh


auditor:
Konsep materialitas menunjukan seberapa besar salah saji
yangdapat diterima oleh auditor agar pemakai laporan keuangan
tidak terpengaruh oleh salah saji tersebut.
Konsep risiko audit menunjukan tingkat risiko kegagalan auditor
untuk mengubah pendapatnya atas laporan keuangan yang
sebenarnya berisi salah saji material.

Hubungan salah saji dengan


jumlah kunci tertentu dalam
laporan seperti:
Laba

bersih sebelum pajak dalam


laporan keuangan
Total aktiva dan ekiutas pemegang
saham dalam neraca

10

Faktor kualitatif seperti:


Kemungkinan terjadinya pembayaran yang
melanggar hukum dan kecurangan
Syarat yang tercantum dalam perjanjian
penarikan kredit dari bank yang
mengharuskan klien untuk
mempertahankan beberapa ratio keuangan
pada tingkat minimum tertentu.
Adanya gangguan dalam trend laba
Sikap manajemen terhadap integritas
laporan keuangan

11

Pertimbangan Awal Materialitas

Tingkat LK yaitu:
besarnya keseluruhan salah saji minimum dlm
suatu LK yg cukup penting sehingga membuat
LK menjadi tidak disajikan secara wajar sesuai
dengan PABU

Tingkat saldo rekening yaitu:


adalah salah saji minimum yang mungkin
terdapat dalam saldo akun yang dipandang
sebagai salah saji material

Utk tujuan perencanaan: digunakan salah


saji gabungan terkecil yang dianggap
material terhadap salah satu LK

12

Sebagai contoh, auditor memutuskan kombinasi salah


saji berjumlah 8 % dari laba bersih sebelum pajak
dipandang material untuk laporan laba-rugi, dengan
memperhatikan faktor kualitatif dalam salah saji tersebut.
Oleh karena itu, jika kombinasi salah saji kurang dari 3 %,
auditor akan memandang sebagai salah saji yang tidak
material, dengan memperhatikan faktor kualitatif dalam
salah saji tersebut. Salah saji berada diantara 3 % dan 8
% memerlukan pertimbangan auditor untuk memutuskan
materialitasnya. Jika misalnya, laba bersih sebelum pajak
yang dipakai sebagai jumlah kunci berjumlah Rp 100 juta,
maka batas materialitas (materiality border) untuk laporan
laba-rugi berada dalam kisaran :
Rp 3.000.000 sampai Rp 8.000.000
13

Batas bawah dihitung 3% x Rp100.000.000


dan batas dihitung 8% x Rp 100.000.000.
Contoh berikut ini menunjukan batas
materialitas yang ditentukan oleh auditor :
Untuk total aktiva dalam neraca
Rp 41 juta s.d Rp 100 juta
Untuk aktiva lancar
Rp 25 juta s.d
Rp 60 juta
Untuk total ekuitas pemegang saham dalam
neraca Rp 15 juta s.d Rp 45 juta
14

Dalam perencanaan suatu audit, auditor


harus menetapkan materialitas pada
dua tingkat laporan keuangan, karena
pendapat auditor atas lapoaran sebagai
keseluruhan dan tingkat saldo akun,
karena auditor memverifikasi saldo akun
dalam
mencapai
kesimpulan
menyeluruh atas kewajaran laporan
keuangan.

15

Materialitas pada tingkat


Laporan Keuangan

Auditor menggunakan dua cara dalam


menerapkan materialitas yaitu:

Pertama, auditor menggunakan materialitas dalam


perencanaan audit, dengan membuat estimasi
materialitas karena terdapat hubungan terbalik
antara jumlah dalam laporan keuangan yang
dipandang material oleh auditor dengan jumlah
pekerjaan audit yang diperlukan untuk menyatakan
kewajaran laporan keuangan.
Kedua, pada saat mengevaluasi bukti audit dalam
pelaksanan audit.

16

Contoh panduan kuantitatif yang digunakan


dalam praktik :
Laporan keuangan dipandang mengandung
salah saji material jika terdapat salah saji 5 %
sampai 10 % dari laba sebelum pajak.
Laporan keuangan di pandang mengandung
salah saji material jika terdapat salah saji %
sampai 1 % dari total aktiva.
Laporan keuangan di pandang mengandung
salah saji material jika terdapat salah saji 1 %
dari total pasiva.
17

Pengalokasian Materialitas LK ke Rekening-rekening

18

Pengalokasian Materialitas LK ke Rekening-rekening

19

Hubungan Materialitas dengan Bukti


Audit
Semakin rendah tingkat
materialitas semakin
banyak bukti audit

20

Risiko Audit

Adalah risiko yang terjadi dalam hal


auditor tanpa disadari tidak
memodifikasikan pendapatnya
sebagaimana mestinya, atas suatu
laporan keuangan yang mengandung
salah saji material
semakin besar keinginan auditor
menyatakan pendapat yang benar, semakin
rendah risiko audit yang akan bisa ia terima
jika diinginkan keyakinan 99%, maka risiko
audit yangdapat diterima adalah 1%

21

Risiko Audit pada Tingkat Laporan Keuangan


dan Tingkat Saldo Akun

Risiko audit, seperti materialitas, dibagi


menjadi dua bagian :
Risiko audit keseluruhan yang berkaitan
dengan laporan keuangan sebagai
keseluruhan (sesuai dengan definisi
risiko audit yang disajikan diatas).
Risiko audit individual yang berkaitan
dengan setiap saldo akun individual yang
dicantumkan dalam laporan keuangan.
22

Komponen-komponen Risiko Audit

Risiko audit terdiri dari 3 komponen, yaitu:

1.

Risiko Melekat (Inherent risk)


Risiko Pengendalian (Control risk)
Risiko Deteksi (Detection Risk)

2.
3.

Model Risiko Audit:

RA = RB x RP x RD
RA = Risiko Audit
RB = Risiko Bawaan/Melekat
RP = Risiko Pengendalian
RD = Risiko Deteksi

23

Risiko Bawaan/Melekat (Inherent risk)

Adalah kerentanan suatu saldo


rekening atau golongan transaksi
terhadap suatu salah saji yang
material, dengan asumsi bahwa
tidak terdapat kebijakan dan
prosedur struktur pengendalian
intern yang terkait

24

Risiko Pengendalian (Control risk)

Adalah risiko bahwa suatu salah


saji material yang dapat terjadi
dalam suatu asersi tidak dapat
dicegah atau dideteksi tepat waktu
oleh struktur pengendalian intern
satuan usaha

25

Risiko Deteksi (Retection Risk)

Adalah resiko bahwa auditor tidak


dapat mendeteksi salah saji
material yang terdapat dalam suatu
asersi

26

Dalam menaksir risiko deteksi


dalam audit atas sediaan, auditor
melakukan pertimbangan:
Pertimbangan auditor, ditemukan
risiko audit individual untuk akun
Sediaan pada tingkat 5 % ( karena
risiko audit secara keseluruhan
juga diterapkan sebesar 5 % )
27

Berdasarkan pertimbangan auditor


diatas, risiko deteksi ditentukan
sebesar :
= 0,05
0,60 x 0,30
= 0.28 atau 28%

28

Pertimbangan auditor, ditemukan risiko


bawaan pada tingkat 60 %, karena akun
Sediaan
bersaldo
besar,
beberapa
perhitungan rumit, frekuensi transaksi yang
berkaitan dengan akun Sediaan adalah
tinggi.
Pertimbangan auditor, ditemukan risiko
pengendalian sebesar 30 % karena
pengendalian klien efektif berdasarkan hasil
pengujian pengendalian yang dilakukan
dalam audit tahun yang lalu.
29

Bagan Komponen-komponen Risiko Audit

30

Matrik Komponen Risiko Audit

31

Hubungan antara Risiko


Audit dengan Bukti Audit

Risiko Audit Jumlah Bukti Audit, artinya:


Semakin rendah tingkat risiko audit yang
ingin dicapai, semakin banyak jumlah bukti
audit yang diperlukan
32

Hubungan antara Risiko


Deteksi dengan Bukti Audit

Risiko deteksi Jumlah Bukti Audit, artinya:


Semakin rendah tingkat risiko deteksi yang dapat
diterima yang ditetapkan auditor, semakin banyak
jumlah bukti audit yang diperlukan untuk membatasi
tingkat risiko deteksi pada tingkat tersebut
33

Hubungan antara Risiko Bawaan & Risiko


Pengendalian dengan Bukti Audit

Risiko Bawaan & Risiko Pengendalian mempunyai


hubungan langsung dengan Jumlah Bukti Audit yang
diperlukan, artinya:
bukti yang diperlukan semakin sedikit apabila risiko
bawaan dan risiko pengendalian nya rendah, karena dalam
situasi demikian risiko deteksinya dapat menjadi tinggi
34

Strategi Audit Awal utk Asersi-asersi Material LK


Pendekatan
Risiko Pengendalian
Ditetapkan maks

Strategi Audit

Pendekatan
Risiko Pengendalian
Ditetapkan lebih rendah

Tingkat Risiko Pengendalian Direncanakan


Max

Tinggi

Moderat

Rendah

Luas Pemahaman atas


Struktur Pengendalian Intern
Pengujian Pengendalian

Tingkat Pengujian Substantif


Direncanakan

Biaya keseluruhan prosedur

35

Hubungan antara Materialitas, Risiko Audit,


dan Bukti Audit
BUKTI
AUDIT
TINGKAT
MATERIALITAS

RISIKO AUDIT

36

Strategi Audit Awal


Komponen-komponen strategi audit awal:
1.
Penetapan tingkat risiko pengendalian yang
direncanakan
2.
Luasnya pemahaman SPI yang harus
dicapai
3.
Pengujian pengendalian yang akan dilakukan
dlm penentapan risiko pengendalian
4.
Tingkat pengujian substantif direncanakan
yang akan dilakukan utk mengurangi risiko
audit pada tingkat rendah yang sesuai

37

Strategi Audit Awal


Pendekatan Tingkat Risiko
Pengendalian Ditetapkan
Maksimum (Primarily
Substantive Approach)

Tingkat risiko pengendalian


yg direncanakan ditetapkan
maksimum
Pemahaman SPI minimum
Pengujian pengendalian
sedikit (atau bahkan tidak
ada)
Pengujian substantif
ekstensif (risiko deteksi
rendah)

Pendekatan Tingkat Risiko


Pengendalian Ditetapkan
Lebih Rendah (Lower
Assessed Level of Control
Risk Approach)
Tingkat risiko pengendalian
yang direncanakan
ditetapkan moderat/rendah
Pemahaman SPI mendalam
Pengujian pengendalian
ekstensif
Membatasi pengujian
substantif (risiko deteksi
moderat/rendah)

38

Hubungan antara Strategi dengan Siklus


Transaksi
Strategi

audit awal tidak diterapkan pada


keseluruhan audit, tetapi hanya sebagai sebagai
pendekatan alternatif untuk mengaudit asersi
secara individual.
Tetapi seringkali, strategi audit awal diterapkan
pada sekelompok asersi yang terpengaruh oleh
oleh suatu kelompok transaksi dalam suatu
siklus transaksi
39

Hubungan antara Strategi dengan


Siklus Transaksi
Siklus

Kelompok Transaksi

Pendapatan

Penjualan, penerimaan kas, dan penyesuaian


penjualan
Pembelian dan pengeluaran kas
Penggajian
Manufaktur
Investasi jangka pendek dan jangka panjang
Utang jangka panjang dan modal saham

Pengeluaran
Jasa Personil
Produksi
Investasi
Keuangan

40

You might also like